Volume
Avg volume
PT. Jasuindo Tiga Perkasa Tbk (JTPE) bergerak dalam bidang penyediaan solusi percetakan sekuriti baik dokumen ,label dan hologram, teknologi kartu yaitu kartu pembayaran, kartu sekuriti, kartu reguler dan Biro Personalisasi, percetakan komersial berupa dokumen bisnis, promoplus, gameplus, dan label premium serta penyediaan teknologi informasi.
$CASH LK Full Year 2024: Kenapa Rugi Terus?
Request salah satu user Stockbit bukan di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
Request nya banyak saham tapi saya bahas satu saham yaitu CASH.
PT Cashlez Worldwide Indonesia Tbk (CASH) mengaku sebagai perusahaan fintech modern yang menjual solusi pembayaran berbasis digital, memiliki lisensi payment gateway, dan menawarkan layanan lengkap mulai dari perangkat keras (reader NFC) hingga sistem integrasi transaksi non-tunai untuk merchant besar. Tapi setelah laporan keuangannya dibedah, wajah yang muncul justru lebih dekat ke bisnis sabung ghoib Pak BudiDolDol bin Judd Old, yang tampak meyakinkan di permukaan, tapi isi dalamnya penuh rekayasa akuntansi, utang ke kolega sendiri, dan cashflow yang sudah megap-megap. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Dari sisi hulu ke hilir, CASH memulai dengan pengadaan reader dari tiga vendor utama: PT Jasuindo Tiga Perkasa $JTPE, PT Idemia Technologies Indonesia, dan PT Putra Mandiri Informatika. Vendor ini menyuplai barang fisik berupa perangkat pembaca transaksi non-tunai yang kemudian didistribusikan ke pelanggan akhir, mayoritas berupa perusahaan besar dan institusi. Tahun 2024, dua pelanggan menyumbang Rp69 miliar dan Rp42,5 miliar, alias 80% dari total pendapatan Rp138,3 miliar. Ini artinya ada ketergantungan yang sangat besar pada dua nama saja dan tidak ada kontrak jangka panjang yang bisa menjamin keberlanjutan transaksi.
Setelah reader sampai ke merchant, CASH menghasilkan pendapatan dari tiga sumber yaitu penjualan perangkat (Rp104,6 miliar), fee MDR (Rp17,1 miliar), dan jasa sewa/instalasi (Rp16,7 miliar). Namun, masalah muncul di sini. Penjualan perangkat yang marginnya rendah justru menyumbang 75,6% pendapatan, sementara fee MDR yang margin-nya tinggi malah justru turun 25% dibanding tahun lalu. Padahal justru recurring revenue inilah yang harusnya jadi tulang punggung bisnis fintech. Peningkatan sewa reader memang tumbuh 6%, tapi nilainya terlalu kecil untuk mengimbangi penurunan revenue keseluruhan yang mencapai -29%. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Laba kotor memang naik secara persentase ke 13,7%, tapi nominalnya tetap kecil, hanya Rp17,1 miliar. Ini langsung tergerus oleh beban operasional yang nyaris tak turun, dengan biaya G&A mencapai Rp66,8 miliar dan SGA Rp28,7 miliar. Jadilah rugi bersih mencapai Rp34,8 miliar, bahkan lebih buruk lagi, arus kas operasional minus Rp27,2 miliar. Artinya, perusahaan tidak menghasilkan kas walaupun mencatat laba kotor. Cashflow negatif ini bukan hanya karena rugi bersih, tapi juga karena kenaikan piutang, stok reader, dan menurunnya utang dagang, semuanya membuat konversi laba ke kas makin buruk.
Anehnya, walau kas makin seret, perusahaan malah belanja aset takberwujud baru, tambah goodwill, dan terus mengakui revaluasi yang membuat ekuitas tampak gemuk. Per 31 Desember 2024, ekuitas tercatat Rp121,1 miliar. Tapi kalau goodwill Rp44,8 miliar dan aset takberwujud Rp83,9 miliar disisihkan, sisa tangible equity tinggal Rp18,7 miliar alias hanya 15% dari total. Harga saham 61 rupiah memang membuat PBV kelihatan murah di 0,7x, tapi kalau dibandingkan dengan tangible book value, harga pasar ini justru 4,7x, mahal untuk perusahaan yang defisit kas dan masih rugi. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Sumber pendanaan utama CASH tahun ini adalah PT Bara Alam Utama (BAU), pihak berelasi yang bukan sekadar investor tapi juga pemberi pinjaman. Utang ke BAU naik drastis menjadi Rp52,9 miliar, dengan bunga 15% per tahun. Beban bunga dari pinjaman ini saja mencapai Rp6,9 miliar, atau sekitar 30% dari total beban keuangan. Anehnya, utang ini tidak dicatat sebagai pinjaman bank, melainkan masuk ke other payables, sehingga seolah-olah gearing perusahaan tampak sehat. Padahal jika diklasifikasi dengan benar, rasio utang terhadap ekuitas bisa melonjak drastis, memperjelas bahwa likuiditas perusahaan sedang berada di jurang. Kas akhir periode tinggal Rp15,4 miliar, bahkan tidak cukup untuk menutup beban bunga dalam satu tahun ke depan. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Kalau dilihat dari sisi aset, komposisinya juga mencemaskan. Goodwill Rp44,8 miliar berasal dari akuisisi anak usaha PT Softorb Technology Indonesia (STI) yang kini kontribusi pendapatannya justru merosot. Sementara itu, aset takberwujud Rp83,9 miliar berasal dari revaluasi merek, sistem, dan software internal yang menggunakan pendekatan penilaian level-3 (highly subjective). Surplus revaluasi Rp72,4 miliar ini adalah tameng agar laporan ekuitas tetap positif. Tapi nilai ini sangat rawan turun jika ada tes penurunan nilai yang jujur di masa depan. Belum ada bukti bahwa aset-aset ini benar-benar menghasilkan arus kas, bahkan justru menjadi penyebab laporan neraca tampak sehat padahal fundamennya goyah. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Dari sisi risiko, perusahaan sensitif terhadap beban bunga, karena suku bunga pinjaman BAU sangat tinggi. Risiko kredit juga ada yakni piutang usaha Rp17 miliar tidak sepenuhnya dicadangkan, dan 10% piutang belum dibayar >90 hari. Risiko konsentrasi juga besar karena hanya dua pelanggan besar yang mengendalikan hampir seluruh revenue. Di saat yang sama, risiko operasional datang dari rigiditas biaya tetap dan pengeluaran SDM yang tidak elastis terhadap volume bisnis. Bahkan pengeluaran karyawan naik 14% per orang, padahal jumlah karyawan turun dari 172 ke 158 orang, artinya perusahaan menaikkan upah di tengah krisis likuiditas.
Secara teknis, laporan keuangan CASH terlihat rapi karena auditor nya bilang wajar, ekuitas positif, revenue masih ada. Tapi di balik itu, arus kas defisit, sumber pendanaan hanya dari pihak berelasi, struktur aset didominasi goodwill dan software yang nilainya tidak bisa diuangkan, dan recurring revenue justru turun. Model bisnisnya masih berat di penjualan perangkat, belum benar-benar bertumpu pada MDR. Utangnya tinggi dan mahal, sementara EBITDA masih negatif. Klaim bahwa mereka perusahaan fintech asset-light tidak terbukti di laporan karena yang ada malah belanja capex jalan terus, biaya SDM dan overhead tinggi, dan kas makin menipis.
Sebagai investor, harapannya adalah perusahaan bisa memperbesar proporsi fee MDR, memperluas merchant long-tail, menurunkan G&A, dan melakukan konversi utang BAU menjadi saham agar beban bunga turun. Kalau semua ini sukses, ada potensi turning point dalam 2–3 tahun. Tapi kalau tidak, kemungkinan besar surplus revaluasi akan disesuaikan, goodwill harus di-impair, dan tangible equity bisa habis. Dalam skenario buruk, perusahaan akan sulit memenuhi kewajiban bunga, dan potensi going-concern warning bukan hal yang mustahil.
Intinya, CASH saat ini ibarat lapak digital yang ramai dari luar, tapi dalemnya masih ngos-ngosan. Dandanannya fintech, tapi isi dompetnya minus. Kalau mau ikut saham ini, pastikan tahu bahwa yang dijual bukan hanya layanan pembayaran, tapi juga mimpi digital yang sampai hari ini belum menghasilkan arus kas positif. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$BBRI
1/10
Carilah perusahaan yang peduli akan investor ritel, selain kemauan untuk membagi 'rezeki' tetapi juga kemauan untuk berinteraksi termasuk menjawab pertanyaan dari kita.
Bravo Manajemen $JTPE
Sukses Selalu!
Definisi value Investing secara sederhana harus memenuhi 3 syarat, yaitu:
*Kinerjanya bagus.
*Valuasi murah.
*Prospek bisnis dan emitennya cerah.
Interpretasi pribadi
*Kinerjanya bagus
Secara konsisten mampu menghasilkan
Return on Invested Capital (ROIC) > Cost of Capital (WACC)
Return on Equity (ROE) > Cost of Equity (COE)
Untuk screener stockbit, ROIC >14% dan ROE >15%, average ROE 3 yr >14%
*Valuasi murah
Value > Price
Margin of Safety
Untuk screener, EV/EBIT 7.5x dan earnings yield 12%
*Prospek bisnis dan emitennya cerah.
Masih akan mempertahankan atau meningkatkan ROIC dan ROE.
Memiliki ruang growth yang baik, dengan reinvestment besar maupun kecil.
Good Corporate Governance.
Booming sektor atau komoditas tertentu.
Makroekonomi seperti tingkat suku bunga, inflasi, kebijakan pemerintah, dll.
Menunya ternyata tidak banyak seperti di gambar
$TOTL $IPCC $JTPE
1/2
BROKER YANG DIPAKAI ASING
Belajar sedikit dari bandarmologi.
Maka kita perlu tau, broker/sekuritas yang sering dipakai Asing.
Broker (perusahaan sekuritas) yang biasa dipakai investor asing untuk membeli saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) umumnya adalah broker-broker dengan afiliasi internasional atau yang memiliki reputasi kuat di pasar modal. Berikut adalah beberapa broker yang sering digunakan oleh investor asing:
1. CLSA Sekuritas Indonesia
Afiliasi dengan CLSA Asia-Pacific Markets (Hong Kong).
Sering digunakan oleh institusi asing.
2. Credit Suisse Sekuritas Indonesia
Bagian dari grup Credit Suisse.
Sangat aktif dalam perdagangan institusi asing.
3. J.P. Morgan Sekuritas Indonesia
Broker global dengan nama besar, sering menjadi perantara transaksi asing.
4. Deutsche Sekuritas Indonesia
Afiliasi dari Deutsche Bank.
Melayani klien institusi besar termasuk asing.
5. Merrill Lynch Sekuritas Indonesia (sekarang bagian dari Bank of America)
Sangat aktif dalam perdagangan asing.
6. Morgan Stanley Sekuritas Indonesia
Broker asing papan atas.
7. UBS Sekuritas Indonesia
Broker besar dengan basis klien global.
8. Macquarie Sekuritas Indonesia
Broker asal Australia yang aktif di Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
9. Mandiri Sekuritas (Mandiri Sekuritas Foreign)
Meski lokal, punya jalur kuat ke investor asing lewat Mandiri Investment.
10. Danareksa Sekuritas (untuk institusi)
$JTPE $ADRO$ADMR
$ACES
$JTPE
$NELY
buy on #oversoldmode
buy on #pricecorrection
⬆️cek #fundamental
✅cek #dividenyield
✅cek #dividenstreak
✅cek #6/12monthpricereturn
#marketbottom
Watchlist Update 😁