386

-6

(-1.53%)

Today

47,700

Volume

221,616

Avg volume

Company Background

PT. Garudafood Putra Putri Jaya Tbk (GOOD) bergerak dalam industri makanan ringan terutama di kacang tanah, coklat dan biskuit dan pengolahan susu. Pada saat ini, kegiatan perusahaan di bidang industri makanan ringan dan minuman. Perusahaan memulai operasi komersialnya pada tahun 1994. Perseroan, berkedudukan di Jakarta Selatan, didirikan dengan nama PT Garuda Putra Putri Jaya berdasarkan Akta Pendirian No. 21 tanggal 24 Agustus 1994 yang dibuat di hadapan Dokteranda Selawati Halim, S.H., Notaris di Pati

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

GOOD - PT. Garudafood Putra Putri Jaya Tbk Rp 388 -4 (-1,00%) Info Selengkapnya! JAKARTA - PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk (GOOD), perusahaan di sektor consumer goods, mengumumkan rencana pembelian kembali (buyback) saham dana maksimal Rp50 miliar. Manajemen GOOD menyebut jumlah saham ya...

idnfinancials.com

idnfinancials.com

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$GOOD 13 Mar 2025:

âž¡ Hold atau Buy on Weakness: jika harga turun ke Rp360 - Rp370
âž¡ Take Profit Level 1: Rp440 - Rp450 (Jangka Pendek)
âž¡ Take Profit Level 2: Rp460 - Rp480 (Jangka Menengah)
âž¡ Stop Loss: Jika harga turun di bawah Rp360

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$GOOD ayo segera bangkit

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$GOOD akhirnya buyback juga. ayo dong gantian naik masa KEJU udah kemana2 induknya belum hehehe

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

GOOD - PT. Garudafood Putra Putri Jaya Tbk Rp 382 +4 (+1,06%) Info Selengkapnya! JAKARTA - Pangayoman Adi Soenjoto, Komisaris PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk (GOOD), telah menambah kepemilikan sahamnya dengan membeli 2,65 juta lembar atau setara 0,007% saham perusahaan. Transaksi ini ber...

idnfinancials.com

idnfinancials.com

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$GOOD

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$GOOD 28 Feb 25
Shareholder : Rahajoe Dewiningroem Soenjoto
Type : Local
Bought : +2,050,731 (0.00%)
Current : 2,436,069,031 (6.6%)
Previous : 2,434,018,300 (6.6%)

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$GOOD 28 Feb 25
Shareholder : Pangayoman Adi Soenjoto
Type : Local
Bought : +2,656,218 (+0.01%)
Current : 3,155,329,118 (8.55%)
Previous : 3,152,672,900 (8.54%)

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$GOOD 28 Feb 25
Shareholder : Tudung Putra Putri Jaya
Type : Local
Bought : +3,119,388 (+0.01%)
Current : 3,705,529,588 (10.04%)
Previous : 3,702,410,200 (10.03%)

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$GOOD $LUCK

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

@radityariffat mimik $GOOD sangat

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

lihat $WIFI hijau

main ML MVP

ngegym siang

$LIFE is $GOOD

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$KEJU saja bisa ara, kenapa PSP $GOOD tidak bisa?

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Saham GOOD oke ? hanya di Channel Youtube ( Legia Financial ) $GOOD $BUDI $ELPI

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$GOOD

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$ICBP lebih unggul dari $MYOR dan $GOOD

Boleh dipegang berapa tahun lagi nih ICBP om? 🤣🤣

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

#37 : Laporan Laba Rugi -> Beban Pokok Pendapatan, dan Laba Kotor.

Beban pokok pendapatan atau beban pokok penjualan atau cost of goods sold (COGS) adalah seluruh beban yang dikeluarkan perusahaan sampai produk (barang atau jasa) siap diserahkan (dijual) ke konsumen.

Jadi, ini adalah beban yang berkaitan langsung dengan produk (direct cost), hingga bisa diketahui besaran beban per unit produk atau disebut Harga Pokok Penjualan (HPP).

Sementara, beban lainnya yang tidak berkaitan langsung dengan penyiapan suatu produk, atau berkaitan dengan kegiatan operasional yang lebih umum sehingga tidak bisa dibebankan hingga unit produk, akan dicatat sebagai Beban Operasional (indirect cost).

.....................................................
Dalam kasus perusahaan manufaktur, beban pokok penjualan terdiri dari bahan baku, bahan penolong/penunjang (kemasan, campuran, dll), biaya tenaga kerja produksi langsung (contohnya operator mesin), hingga seluruh biaya lainnya yang masih terkait kegiatan produksi (biaya overhead pabrik).

Biaya overhead pabrik (BOP) ini contohnya beban utilitas pabrik (listrik, gas, air), depresiasi mesin, depresiasi gedung pabrik, gaji karyawan tidak langsung (supervisor atau admin produksi), asuransi, sewa gedung atau fasilitas produksi, reparasi, pemeliharaan, dll.

BOP ini memang dikeluarkan secara 'gelondongan' dan tidak spesifik untuk unit per unit produk yang dihasilkan. Artinya merupakan beban yang 'tidak langsung' menyasar ke unit produk.

Namun karena BOP ini sudah teridentifikasi full dikonsumsi oleh kegiatan produksi, tidak bercampur dengan kegiatan lain di luar produksi. Maka akan dibuat alokasi pembebanan BOP hingga per unit produk, sehingga BOP menjadi komponen penyusun harga pokok penjualan (HPP).

Kalau dalam kasus perusahaan dagang, tidak ada atau minim kegiatan produksi, hanya meneruskan barang ke pelanggan.
Maka Beban (Harga) Pokok Penjualan lebih sederhana, yakni terbatas pada berapa harga beli produk itu dari supplier.

Sementara untuk perusahaan jasa, rata-rata tidak memiliki akun beban pokok pendapatan di laporan laba rugi, karena tidak adanya biaya spesifik yang bisa dibebankan ke tiap unit jasa yang diberikan ke customer. Semua jadi tergolong 'beban operasional'.

Kecuali, jika dalam praktiknya ada perusahaan jasa yang tetap beli bahan baku atau barang penunjang jasa, yang bisa spesifik dibebankan per unit. Mereka tetap punya akun beban pokok pendapatan.
Misalnya jasa restoran (bahan makanan), jasa rumah sakit (obat-obatan atau alkes yang dibeli pasien), jasa konstruksi (bahan bangunan, ongkos kerja per proyek), dll.

......................................................
Harga pokok penjualan ini dipakai sebagai salah satu aspek penting untuk menentukan harga jual.
Karena perusahaan jadi tau nilai minimum yang harus digantikan suapaya biaya produksinya bisa impas.

Dalam aspek perencanaan manajemen, maka :
Pendapatan = Harga Jual x Kuantitas.
(postingan soal pendapatan https://stockbit.com/post/17327746)
Beban Pokok Penjualan = Harga Pokok Penjualan x Kuantitas.

Setelah harga jual ditentukan, maka perusahaan akan menetapkan target kuantitas jualan yang harus dikejar untuk bisa menutupi biaya operasional dan biaya lainnya di luar produksi.

Itulah yang disebut Laba Kotor atau Laba Bruto atau Gross Profit.
Selisih antara Pendapatan dengan Beban Pokok Pendapatan, atau besaran laba kotor itu harus mencukupi semua beban lainnya, bahkan harus ada lebih supaya bisa untung (laba bersih).

Sehingga, makin besar selisih antara harga jual dan harga pokok penjualan tentu lebih baik.
Harga jual lebih tinggi lebih bagus, harga pokok lebih rendah lebih bagus.
Dari situlah ada hitungan Margin Laba Kotor atau Gross Profit Margin (GPM).

GPM dihitung dengan membagi Laba Kotor terhadap Pendapatan.
Makin tinggi GPM berarti makin besar selisih antara Pendapatan dengan Beban Pokok.

...........................................
Perusahaan dengan GPM tinggi memiliki keunggulan di pricing power yang kuat, bisa menetapkan harga jual yang tinggi ke konsumen.
Atau efisiensi harga pokoknya berhasil ditekan serendah mungkin.

Sebaliknya kalau GPM rendah, masalahnya ada di pricing power yang lemah, atau ada pemborosan di beban pokok.

Jadi perlu diperhatikan apakah perusahaan punya produk yang harga jual dan atau harga belinya yang fluktuatif, terutama yang terkait komoditas dan kurs (ekspor impor).
Risiko jadi lebih tinggi dan sulit bagi perusahaan menjaga kestabilan.

Kemudian karakter tiap sektor industri juga berbeda-beda, jadi ketika menganalisis GPM lebih baik diperbandingkan antara yang industrinya sejenis.
Di lampiran saya beri contoh $ICBP $MYOR $GOOD yang sama-sama bidang manufaktur makanan dan minuman. Bisa memakai fasilitas dari tab "Perbandingan" yang disediakan Stockbit.

Selanjutnya di level mikro, antar perusahaan pun beda-beda lagi karakternya.
ICBP yang kontributor utamanya mie instan, MYOR biskuit, GOOD kacang. Tentu ketiganya beda lagi soal mekanisme produksi, pricing power, dan bahan bakunya.

Bisa juga ada perbedaan kebijakan akuntansi tiap perusahaan mengenai pembebanan suatu biaya ke produk (beban pokok) atau di luar produk (beban operasional).

Jadi terlalu dini kalau mengambil kesimpulan perusahaan yang ini bagus atau itu jelek cuma dari perbandingan GPM. Walaupun tetap bisa menjadi indikasi awal untuk judgment lebih lanjut.

Kalau saya cenderung melihat tren dan potensi dari tiap perusahaan.
Apakah perusahaan mampu menjaga efisiensi dan harga beli bahan baku yang tetap rendah ?
Apakah perusahaan mampu menjaga pricing power, tetap bisa terus jual harga tinggi, dan bisa mengatasi persaingan harga di pasar ?

Kalau misalnya efisiensi buruk dan pricing power lemah, apakah bisa ada perbaikan kedepannya untuk kedua aspek itu atau setidaknya salah satunya ?

.............................................
Oh ya, beban pokok penjualan adalah beban penyiapan produk yang tercatat ketika produknya 'sudah terjual' atau 'sudah diserahkan' ke pelanggan.

Selama belum terjual, maka 'calon' beban pokok ini akan dicatat dulu sebagai penambah aset di bagian Persediaan.
https://stockbit.com/post/16033440

..............................
Series #36 : Pendapatan ada di link postingan ini
https://stockbit.com/post/17327746

List series #1 sd #35 ada di link postingan ini
https://stockbit.com/post/17280956

Terima kasih, semoga bermanfaat.

Read more...

1/8

testestestestestestestes
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$GOOD is it really good?

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$INDF $GOOD

Berikut ini adalah analisis mendalam fundamental dan teknikal untuk saham $MYOR

Analisa Fundamental

1. Kinerja Keuangan

Pendapatan (Revenue):

Total Revenue (TTM): Rp34,231 miliar.

Pertumbuhan Pendapatan YoY (Year on Year): 11.99%. Ini adalah pertumbuhan yang positif dan menunjukkan bahwa perusahaan berhasil meningkatkan penjualannya.

Namun, Revenue Annual YoY Growth hanya 2.66%, yang menunjukkan perlambatan pertumbuhan tahunan.

Laba Bersih (Net Income):

Laba Bersih TTM: Rp3,183 miliar, menghasilkan Net Profit Margin (TTM) 9.3%, yang cukup baik untuk sektor konsumen.

Namun, pertumbuhan laba bersih negatif: Net Income YoY Growth -63.11%. Ini menunjukkan adanya tekanan pada laba, kemungkinan dari kenaikan biaya operasional atau penurunan efisiensi.

Profitabilitas:

Return on Assets (ROA): 10.5% menunjukkan perusahaan cukup efisien memanfaatkan asetnya untuk menghasilkan laba.

Return on Equity (ROE): 20.12%, menunjukkan tingkat pengembalian yang sangat baik kepada pemegang saham.

Dividen:

Dividen (TTM): Rp55 dengan Dividend Yield 2.18%, menarik bagi investor yang mencari penghasilan pasif dari saham.

Payout Ratio: 45.76%, masih dalam batas aman untuk membayar dividen secara konsisten di masa depan.

2. Struktur Keuangan

Aset dan Utang:

Total Aset: Rp30,327 miliar.

Total Liabilitas: Rp14,244 miliar.

Debt-to-Equity Ratio: 0.57, yang mencerminkan perusahaan memiliki utang yang terkendali.

Cashflow:

Free Cash Flow (FCF): Negatif Rp2,054 miliar. Hal ini menjadi perhatian karena menunjukkan arus kas bebas yang tidak sehat, kemungkinan disebabkan oleh belanja modal (CapEx) yang besar.

3. Valuasi Saham

Current PE Ratio (TTM): 17.70, menunjukkan valuasi saham cukup wajar jika dibandingkan dengan rata-rata sektor konsumen.

Forward PE Ratio: 18.20, sedikit lebih tinggi, menunjukkan ekspektasi pertumbuhan laba yang stagnan.

PBV (Price to Book Value): 3.56, saham dihargai 3.56 kali dari nilai bukunya. Untuk sektor konsumen, ini cukup tinggi.

4. Pertumbuhan:

Revenue Growth (Quarterly): 16.62%, menunjukkan kenaikan penjualan yang cukup signifikan dalam kuartal terakhir.

EPS Growth (Annual): 64.43%, tetapi EPS (Earnings Per Share) kuartalan turun drastis sebesar -63.11%. Ini menunjukkan adanya fluktuasi signifikan dalam kinerja laba perusahaan.

Analisa Teknikal

1. Harga Saham

Harga saham saat ini: Rp2,520 (turun -4.18% dalam 3 bulan terakhir).

Support kuat terlihat di sekitar Rp2,440, dengan resistance terdekat di Rp2,780.

Tren keseluruhan: Bearish (penurunan) dalam jangka pendek, dengan harga berada di bawah rata-rata 3 bulan.

2. Volume dan Frekuensi

Volume Perdagangan:

Volume beli asing cukup tinggi: Rp1.23 miliar, dibandingkan dengan jual asing sebesar Rp103 juta. Ini menunjukkan minat investor asing yang masih kuat.

Namun, investor domestik mendominasi aktivitas (77.63%) dengan penjualan lebih tinggi daripada pembelian. Frekuensi distribusi (687) jauh lebih besar dari akumulasi (527).

Arah Arus Modal:

Dominasi arus keluar dari investor domestik dapat memberikan tekanan pada harga dalam jangka pendek.

3. Indikator Teknikal Lainnya

Momentum dan Tren:

Tren saat ini cenderung menurun (downtrend), dengan tekanan jual yang masih dominan.

Pergerakan harga mendekati support di Rp2,440. Jika support ini ditembus, potensi penurunan lebih lanjut cukup besar.

Level Penting:

Resistance: Rp2,780.

Support Utama: Rp2,440. Jika harga bertahan di atas support ini, ada peluang rebound.

4. Order Book

Asing vs Domestik:

Aktivitas asing menunjukkan pembelian bersih (net buy asing Rp1.13 miliar), yang merupakan sinyal positif dari sisi minat asing.

Namun, tekanan dari investor domestik bisa menjadi hambatan untuk kenaikan harga.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Dari Sisi Fundamental:

Saham ini cukup menarik untuk jangka panjang karena:

ROE tinggi (20.12%).

Dividen konsisten dengan yield 2.18%.

Utang yang rendah (Debt-to-Equity 0.57).

Namun, pertumbuhan laba bersih negatif (-63.11%) menjadi perhatian, terutama jika tekanan margin tidak dapat diatasi.

Dari Sisi Teknikal:

Harga sedang dalam tren menurun. Potensi pembelian ada jika harga mendekati support Rp2,440 dan menunjukkan rebound.

Sebaiknya menunggu konfirmasi pembalikan tren sebelum masuk posisi.

Rekomendasi:

Investor Jangka Panjang: Saham ini layak dikoleksi jika harga berada di sekitar Rp2,440, dengan catatan pertumbuhan laba bersih harus diperbaiki ke depan.

Trader Jangka Pendek: Perhatikan level support dan resistance. Jika harga menembus Rp2,780, potensi kenaikan lebih lanjut terbuka.

Disclaimer:

hanya bersifat sebagai referensi atau bahan pertimbangan.

Pastikan Anda melakukan analisis menyeluruh dan mempertimbangkan risiko sebelum berinvestasi.

Setiap tindakan adalah tanggung jawab dari pelaku pasar.

Read more...
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy