Volume
Avg volume
Perseroan didirikan pada tahun 1991, dengan nama PT Galva Technologies Corporation. Pada tahun 2006 Perseroan mengubah nama perseroan menjadi PT Galva Technologies. Dalam menjalankan bisnis usahanya, Perseroan menjalankan 3 unit bisnis utama yaitu business solutions, document solutions dan IT Distribution. Perusahaan Melantai di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 23 Desember 2019. PT Galva Technologies Tbk memiliki beberapa produk yang berkaitan dengan bidang teknologi, dan saling melengkapi satu sama lain, produk Perseroan, antara lain: Content Creation; PA & Communication; Professional Audio & Lighting; Digital Signage; Secu... Read More
Perbedaan Free Cashflow dan Kas: Study Case $GLVA
Pertanyaan salah satu user Stockbit di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
Perbedaan antara kas dan free cashflow (FCF) seringkali disalahpahami, padahal keduanya punya peran dan makna yang sangat berbeda dalam membaca kesehatan keuangan suatu perusahaan. Kas, atau lebih lengkapnya kas dan setara kas, adalah jumlah uang tunai yang dimiliki perusahaan pada suatu titik waktu, biasanya dicatat di neraca pada akhir periode. Kas ini bisa berasal dari mana saja, termasuk dari hasil penjualan produk, pencairan deposito, penjualan aset, penerbitan utang, atau modal baru dari investor. Angkanya terlihat jelas, misalnya seperti yang dimiliki PT Galva Technologies Tbk per 31 Maret 2025 sebesar 116,28 Miliar. Tapi apakah angka itu berarti perusahaan benar-benar mencetak uang dari bisnisnya? Belum tentu. Untuk mengetahui seberapa besar uang yang benar-benar dihasilkan dari aktivitas inti perusahaan, kita perlu melihat yang namanya free cashflow. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Free cashflow atau FCF adalah indikator berapa uang yang masih tersisa setelah perusahaan menyelesaikan kewajiban operasional hariannya dan mengeluarkan belanja modal atau capex untuk ekspansi. Rumus sederhananya adalah CFO dikurangi capex. Jadi bukan cuma lihat berapa uang masuk dari pelanggan, tapi juga perhitungkan pengeluaran penting yang tak bisa dihindari kalau perusahaan ingin tetap tumbuh. Dalam laporan arus kas Galva, kas dari operasi sebesar 179,62 Miliar, dan capex sebesar 5,22 Miliar. Maka free cashflow-nya adalah 174,4 Miliar. Ini sinyal sangat positif karena menunjukkan bahwa bisnis intinya benar-benar menghasilkan uang dan masih ada sisa besar setelah belanja ekspansi.
Namun yang menarik, kas perusahaan hanya naik tipis dari 105,18 Miliar menjadi 116,28 Miliar. Kenaikan kas bersih hanya 11,1 Miliar, jauh lebih kecil dibanding FCF. Ini karena sebagian besar kas yang dihasilkan dari operasi langsung habis untuk menutup defisit dari aktivitas pendanaan, khususnya pembayaran utang bank jangka pendek sebesar 324,13 Miliar. Walaupun ada utang baru 148,63 Miliar, tetap saja arus kas dari pendanaan negatif sebesar 178,29 Miliar. Cukup berimbang dengan arus kas dari operasi, sehingga kenaikan kas akhirnya tipis. Dari sini bisa kita lihat bahwa kas bisa naik atau turun bukan semata karena bisnis sedang bagus atau jelek, tetapi juga karena strategi pendanaan dan investasi perusahaan.
Satu hal penting yang harus diingat adalah bahwa kas adalah angka akhir dari semua aliran uang, gabungan dari arus kas operasi, arus kas investasi, dan arus kas pendanaan. Perusahaan bisa punya kas besar karena baru mencairkan deposito di arus kas investasi, atau baru nerima utang di arus kas pendanaan. Tapi free cashflow tidak peduli soal itu. FCF hanya fokus pada satu hal, seberapa banyak uang yang berhasil dihasilkan perusahaan dari operasional sehari-hari, dikurangi belanja ekspansi. FCF menunjukkan kualitas dan keberlanjutan profitabilitas. Jika FCF konsisten positif, berarti perusahaan bisa berkembang tanpa tergantung pada utang baru atau penjualan aset. Kalau FCF negatif, meskipun kas besar, kita harus curiga, jangan-jangan perusahaan sedang bakar uang atau hidup dari hasil jual aset dan utang saja. Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx
Maka wajar kalau investor kawakan seperti Warren Buffett lebih memilih perusahaan yang FCF-nya sehat dan stabil, bukan sekadar punya kas besar. Karena FCF-lah yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk bagi dividen, beli bisnis baru, atau bayar utang tanpa harus gali lubang tutup lubang. Kas bisa penuh karena limpahan sementara, tapi FCF mencerminkan aliran bersih dari sungai utama bisnis perusahaan. Analogi sederhananya, kas adalah air yang tertampung di danau. Tapi aliran air ke danau bisa dari sungai bersih yang datang dari hulu yaitu CFO, bisa juga dari saluran irigasi yang dibuka dari luar seperti utang atau penjualan aset yaitu CFF dan CFI. Sementara free cashflow hanya menghitung air murni dari sungai alami yang datang dari hasil kerja keras perusahaan menjalankan bisnisnya. Dan air murni inilah yang paling bisa diandalkan untuk jangka panjang.
Jadi jangan terkecoh dengan angka kas besar yang berdiri sendiri. Kas memang penting, tapi lebih penting lagi mengetahui dari mana asalnya. Apakah dari bisnis inti yang kuat dan konsisten menghasilkan arus kas operasi, atau dari cara instan seperti menjual aset dan mengandalkan pinjaman. Kalau mau lihat perusahaan yang benar-benar sehat secara finansial, lihat dulu free cashflow-nya. Jika FCF positif, stabil, dan tumbuh, berarti perusahaan punya napas panjang. Tapi kalau FCF-nya minus terus, walaupun kas terlihat gemuk, itu bisa jadi alarm bahaya. Karena ujungnya, bukan soal seberapa besar danau kas yang dimiliki, tapi seberapa kuat dan bersih aliran sungai yang mengisi danau itu setiap hari. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$NISP $ULTJ
1/10
Apakah ada Agama Baru yang Bernama Sound Horeg?
Diskusi hari ini di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
Di negeri yang katanya penuh kearifan lokal dan toleransi tingkat dewa, lahirlah satu entitas sakral bernama sound horeg yang volumenya tidak hanya memecah keheningan tapi juga merobek kesabaran. Sound horeg bukan sekadar speaker jalanan, ia sudah menjadi keyakinan. Dalam benak para pelakunya, mungkin mereka berpikir kalau sound horeg bukanlah teknologi biasa. Mereka mungkin percaya bahwa sebelum manusia bisa bicara, subwoofer sudah lebih dulu mengaum. Sebelum roda ditemukan, amplifier sudah diputar di tengah padang. Bahkan sebelum dinosaurus belajar bertelur, umat terdahulu sudah menari remix Ojo Dibandingke di bawah langit purba. Dan kenapa dinosaurus punah? Bukan karena meteor. Karena sound horeg bosan. Brontosaurus tidak bisa nge-pargoy, jadi ya ditiadakan saja dari sejarah. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Para penganut sound horeg bukan cuma penggila pesta jalanan. Mereka sudah berada di level spiritual yang tidak bisa disentuh oleh hukum duniawi. Ketika MUI mengeluarkan fatwa haram, mereka tidak gentar. Bukan karena menolak syariat, tapi karena bisa jadi, mungkin saja mereka sudah punya agama sendiri sehingga tidak peduli sama fatwa MUI. Agama itu mungkin saja bernama sound horeg. Tuhan mereka mungkin adalah speaker 18 inch. Nabi mereka bisa saja adalah DJ lokal dengan playlist remix 300 BPM. Kiblat mereka mungkin menghadap ke panggung balai desa. Ibadah wajib mereka bisa jadi adalah membuat gendang telinga umat terguncang, membuat lansia tidak bisa tidur, dan membuat ambulans harus cari jalan alternatif karena karnaval sound menutup akses utama.
Sound horeg adalah bisnis. Dan seperti saham gorengan di pasar modal, semakin absurd semakin diminati. Semakin merugikan banyak pihak, semakin laku keras. Sound horeg menciptakan ekosistem ekonomi kecil yang hidup dari penderitaan warga sekitar. Makin kencang suara, makin banyak cilok terjual. Makin ramai kerumunan, makin banyak pop ice laku. Makin parah macet, makin tinggi engagement konten TikTok. Sama seperti saham gorengan, makin gila pergerakannya, makin banyak yang FOMO. Tidak peduli fundamentalnya nol, yang penting rame. Tidak peduli tetangga tidak bisa tidur, yang penting speaker nyala.
Saham gorengan naik bukan karena kinerja perusahaan, tapi karena narasi yang dibangun. Sound horeg pun naik pamornya bukan karena kualitas seni, tapi karena hype jalanan dan glorifikasi budaya. Dan sama seperti saham yang ujungnya menggulung investor ritel, sound horeg pun ujungnya menggulung hak warga atas ketenangan. Yang pertama kali main bisa untung. Yang terakhir masuk cuma bisa ngeluh. Warga desa jadi korban diam yang tidak pernah dimintai persetujuan. Sama seperti investor yang beli saham gorengan di pucuk karena percaya janji manis grup WhatsApp, lalu nyangkut tanpa exit plan.Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx
Keduanya juga punya juru dakwah. Saham gorengan punya influencer saham yang menjanjikan kenaikan ratusan persen. Sound horeg punya MC kampung yang teriak nonstop sepanjang acara tanpa jeda napas. Saham gorengan punya bandarnya. Sound horeg punya pemilik truk sound yang jadi raja dadakan. Dan keduanya punya pola distribusi. Ketika semua sudah pada FOMO dan tidak ada yang bisa keluar, para pelaku utama mulai panen. Yang lain? Kena mental.
Sound horeg hadir di tengah desa dan kota kecil yang lemah kontrol sosialnya. Ia merebut ruang publik seperti saham gorengan merebut ruang nalar investor. Tidak ada analisa. Tidak ada izin. Tidak ada regulasi yang ditegakkan. Yang ada hanya dentuman bass dan ilusi cuan. Sama seperti saham yang harganya digoreng sampai langit tanpa dividen, tanpa laba, tanpa arah. Sound horeg pun digelar tanpa arah, tanpa batas waktu, dan tanpa batas volume. Satu-satunya indikator keberhasilan adalah seberapa banyak warga sekitar yang terganggu.
Dan ketika ada yang protes, responsnya sama. Kalau kamu protes saham gorengan, kamu dianggap tidak tahu momentum. Kalau kamu protes sound horeg, kamu dianggap anti budaya. Kalau kamu trauma karena rugi besar, atau trauma karena tidur diganggu remix semalaman, itu salah kamu. Salah kamu karena tidak kuat. Salah kamu karena tidak ikut joget. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Inilah realita kita. Negara yang membiarkan dua kebisingan berjalan tanpa pengawasan. Satu di jalanan. Satu di lantai bursa. Sama-sama ramai. Sama-sama bikin pusing. Sama-sama untungkan segelintir orang di atas kerugian kolektif. Selama masyarakat lebih mudah tergoda oleh suara keras daripada suara hati, dan selama aturan cuma berlaku untuk yang tidak punya speaker, maka sound horeg dan saham gorengan akan terus jadi simbol ekonomi kita. Ekonomi yang tidak dibangun dari produktivitas, tapi dari euforia, penderitaan, dan ilusi cepat kaya.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$GLVA $CDIA $BBRI
1/6