Volume
Avg volume
PT. Gihon Telekomunikasi Indonesia Tbk bergerak di Bidang jasa, khususnya penunjang telekomunikasi. Meliputi jasa telekomunikasi terutama penyewaan menara dan pemeliharaan jaringan telekomunikasi. Perusahaan melantai di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 9 April 2018
[WATCHLIST ONLY : 158 EMITEN]
Selasa, 12 August 2025 15:56
Saham potensial gap-up/down di CLOSING market, diurut berdasarkan nilai persentase:
(cukup pantau baris paling atas dan paling bawah untuk cek gap terbesar):
GAP UP:
🔼 $AGRO gap up ke 252 (+6 / +2.44%) dari 246
🔼 BUKA gap up ke 175 (+3 / +1.74%) dari 172
🔼 SGRO gap up ke 3000 (+40 / +1.35%) dari 2960
🔼 GPRA gap up ke 156 (+2 / +1.3%) dari 154
🔼 TEBE gap up ke 1180 (+10 / +0.85%) dari 1170
🔼 TLKM gap up ke 3180 (+20 / +0.63%) dari 3160
🔼 AMMN gap up ke 8475 (+50 / +0.59%) dari 8425
🔼 ADRO gap up ke 1860 (+10 / +0.54%) dari 1850
🔼 GEMS gap up ke 9300 (+50 / +0.54%) dari 9250
GAP DOWN:
🔽 PANI gap down ke 16175 (-75 / -0.46%) dari 16250
🔽 INCO gap down ke 3920 (-20 / -0.51%) dari 3940
🔽 JSMR gap down ke 3640 (-20 / -0.55%) dari 3660
🔽 INDF gap down ke 8025 (-50 / -0.62%) dari 8075
🔽 JPFA gap down ke 1570 (-10 / -0.63%) dari 1580
🔽 TAPG gap down ke 1450 (-10 / -0.68%) dari 1460
🔽 DSNG gap down ke 1445 (-10 / -0.69%) dari 1455
🔽 SMGR gap down ke 2620 (-20 / -0.76%) dari 2640
🔽 AKRA gap down ke 1260 (-10 / -0.79%) dari 1270
🔽 CPIN gap down ke 4450 (-40 / -0.89%) dari 4490
🔽 TSPC gap down ke 2140 (-20 / -0.93%) dari 2160
🔽 LPIN gap down ke 394 (-4 / -1.01%) dari 398
🔽 ICBP gap down ke 9500 (-100 / -1.04%) dari 9600
🔽 ASII gap down ke 4970 (-55 / -1.09%) dari 5025
🔽 BBNI gap down ke 4340 (-50 / -1.14%) dari 4390
🔽 INTP gap down ke 6425 (-75 / -1.15%) dari 6500
🔽 PTPS gap down ke 156 (-2 / -1.27%) dari 158
🔽 MAPI gap down ke 1200 (-20 / -1.64%) dari 1220
🔽 $ASGR gap down ke 1060 (-20 / -1.85%) dari 1080
🔽 $GHON gap down ke 1585 (-35 / -2.16%) dari 1620
Cek ulang semuanya dan IEP bisa berubah smp menit terakhir. Salam Cuan.
$GHON 06 Aug 25
Investor: FELIX ARIODAMAR
Source: IDX
Action: SELL
Shares Traded: -1,000,000 (-0.1818%)
Current: 986,090 (0.1793%)
Previous: 1,986,090 (0.3611%)
Price: 2000
Investor Type: Domestic
EmitenNews.com - Felix Ariodamar, Komisaris PT Gihon Telekomunikasi Indonesia Tbk. (GHON), memangkas kepemilikan sahamnya hampir setengah dari total sebelumnya. Pada 6 Agustus 2025, ia menjual 1 juta saham perseroan di harga Rp2.000 per saham, dengan nilai transaksi mencapai Rp2 miliar.
Yoyong, Corp...
www.emitennews.com
IDXChannel - Komisaris PT Gihon Telekomunikasi Tbk, Felix Ariodamar melepas sebagian saham miliknya dalam rangka merealisasikan keuntungan alias take profit.
Felix menjual sebanyak satu juta saham GHON pada 6 Agustus 2025. Transaksi disepakati pada harga Rp2.000 per saham, di atas harga pasar saat i...
www.idxchannel.com
@Andrepixel untuk dividen investing dgn yield besar selain emiten tambang sprti $ITMG dan sawit kyk $TAPG, emiten $GHON ini boleh dijadikan bahan pertimbangan...
Disc On
@endymaulidi $GHON emiten ngeri ini
gaboleh lengah ini
sering false soalnya tpi klo mau paksa bisa di 1650 dgn volume yg kuat
@meljuntak ah gak juga. kalau masuk k saham yg kering kayak $LPIN $GHON dkk ritel2 unyu bs jadi bandarnya. wkwkkwkw
$GHON pas liat di web stockbit, ada tiitk hijau-hijau, ternyata itu titik antrian beli yg kita order. wkwkwkw, mantep terobosnnya, biar gak lupa ngantri dimana
$IHSG
@juliushalim Saya setuju, pasar memang sering tak tunduk pada logika, kadang yang dinilai rugi justru terbang, dan yang penuh narasi malah tumbang. Saya pun nggak menganggap analisis sebagai kebenaran mutlak, lebih sebagai cara untuk mengajak ngobrol, mempertajam intuisi.
Soal UBO, MM, dan kepentingan di balik layar itu realitas yang nggak bisa diabaikan, tapi tetap menarik buat ditelusuri. Toh ujung-ujungnya memang pasar ini soal probabilitas, bukan kepastian. Yang penting kita tetap belajar sambil sesekali menertawakan asumsi sendiri.
Tag : $INET $GHON $MORA
saham telekomunikasi lagi hot2nya..
$ISAT $TLKM
tp, dividen yg paling waw cm $GHON
wkwkwk...
bukan ajakan jual beli gaes
@juliushalim Memang kontribusi masih terlihat seuprit, tapi menilai transformasi infrastruktur hanya dari satu-dua triwulan ibarat menilai konstruksi gedung dari fondasi yang baru dicor. Belum tampak megah, tapi bukan berarti kosong. Tidak semua investasi langsung mengalir ke pendapatan; banyak yang butuh waktu sebelum menunjukkan daya hasil. Membandingkan dengan MKNT, YELO, atau SBAT sah-sah saja, tapi konteks dan eksekusi tiap emiten berbeda. INET setidaknya sudah menggelontorkan capex nyata dan membentuk entitas operasional baru, bukan sekadar menjual mimpi lewat presentasi.
Tag : $INET $GHON $MORA
INET LK Q2 2025: Mesin Laba, Mesin Kas yang Tersendat
Saya sering memandangi laporan keuangan seperti seseorang melihat foto lama. Di permukaan, ada senyum dan angka yang rapi. Namun jika ditatap lebih lama, ada cerita lain yang tersembunyi di sorot mata dan gestur yang janggal. Laporan keuangan interim Sinergi Inti Andalan Prima (INET) untuk paruh pertama 2025 ini adalah salah satu foto semacam itu. Di permukaan, ini adalah potret kesuksesan yang cemerlang. Pendapatan neto melesat hampir tiga kali lipat, dari Rp 15,1 miliar di pertengahan 2024 menjadi Rp 45 miliar pada periode yang sama di tahun 2025. Laba bersihnya lebih dramatis lagi, melonjak lebih dari tujuh kali lipat, dari Rp 1 miliar menjadi Rp 7,7 miliar. Di dunia yang haus akan narasi pertumbuhan, angka-angka ini adalah musik yang merdu, sebuah lagu kemenangan yang dinyanyikan dengan lantang oleh manajemen.
Tapi kemudian, mata saya beralih dari halaman laba rugi ke bagian yang lebih sunyi dan jarang disorot: laporan arus kas. Di sanalah musik itu tiba-tiba berhenti. Di balik laba Rp 7,7 miliar yang megah itu, kas bersih yang dihasilkan dari aktivitas operasi ternyata hanya Rp 425 juta. Ini bukan salah ketik. Laba miliaran rupiah di atas kertas, namun kas yang masuk ke brankas dari kegiatan bisnis inti tak lebih dari sekadar uang receh jika dibandingkan. Ini seperti melihat seorang pelari maraton yang memecahkan rekor kecepatan, tapi saat melewati garis finis ia langsung terkapar kehabisan napas. Laba adalah fotonya di garis finis, sementara arus kas adalah kondisinya yang sesungguhnya. Ada sebuah cerita yang tidak sinkron di sini.
Cerita itu bernama piutang. Ketika sebuah perusahaan menjual begitu banyak tetapi tidak kunjung mengumpulkan uangnya, piutang usaha akan membengkak. Inilah yang terjadi pada INET. Pos piutang usaha dari pihak ketiga meledak dari Rp 4,8 miliar pada akhir 2024 menjadi Rp 24,2 miliar hanya dalam enam bulan. Penerimaan kas dari pelanggan hanya Rp 25,6 miliar , jauh di bawah pendapatan Rp 45 miliar yang diakui. Ini menandakan sebuah strategi penjualan yang sangat agresif, yang mungkin lebih memprioritaskan pencatatan pendapatan daripada kesehatan arus kas. Mereka seolah membuka toko dan membiarkan banyak orang mengambil barang dengan janji "bayar nanti". Hal ini memunculkan pertanyaan, apakah pertumbuhan pendapatan ini organik dan berkelanjutan, atau sekadar didorong oleh kelonggaran syarat pembayaran yang berisiko? Lebih dalam lagi, rincian piutang menunjukkan sebuah anomali. Dari total piutang Rp 24,6 miliar, sebagian besar, atau sekitar Rp 22,3 miliar, masuk dalam kategori "Lain-lain (di bawah Rp 100.000.000)". Sebuah jumlah yang luar biasa besar untuk dikumpulkan dalam pos yang tidak terperinci, berpotensi menyembunyikan konsentrasi risiko di balik selubung diversifikasi.
Lalu, jika bukan dari operasional, dari mana datangnya semua uang tunai yang membuat posisi kas perusahaan terlihat sehat, naik dari Rp 61,9 miliar menjadi Rp 95,9 miliar? Jawabannya ada di aktivitas pendanaan. Perusahaan mendapatkan suntikan dana segar sebesar Rp 68,2 miliar, hampir seluruhnya berasal dari pelaksanaan waran. Ini adalah uang dari investor, bukan dari pelanggan. Ini adalah modal eksternal yang membiayai napas perusahaan. Tentu, ini bukan hal yang buruk. Perusahaan yang sedang berekspansi butuh bahan bakar. Namun, ini menunjukkan sebuah ketergantungan. Mesin bisnis intinya belum mampu membiayai dirinya sendiri, apalagi membiayai ambisinya yang besar.
Dan ambisi itu memang tidak kecil. Arus kas untuk investasi menunjukkan pengeluaran besar sebesar Rp 34,6 miliar, terutama untuk uang muka aset tetap. Catatan kaki mengungkap cerita di baliknya: perjanjian-perjanjian strategis untuk penyediaan jaringan kabel serat optik jangka panjang, termasuk proyek prestisius Batam-Singapura dan Jakarta-Batam. Mereka juga mendirikan entitas anak baru, Internet Anak Bangsa (IAB), pada Mei 2025. Manajemen tidak sedang tidur di atas tumpukan kas dari waran itu. Mereka sedang membangun rumah yang jauh lebih besar, bertaruh pada masa depan konektivitas digital Indonesia. Ini adalah sisi optimisme dari cerita ini, sebuah visi yang berani dan langkah-langkah konkret untuk mewujudkannya. Mereka sedang mengubah modal investor menjadi aset infrastruktur yang nyata.
Di titik ini, kita disuguhkan dua narasi yang berjalan paralel. Di satu sisi, ada cerita pertumbuhan eksplosif dan ekspansi visioner yang didukung oleh kepercayaan investor. Di sisi lain, ada realitas operasional di mana mesin kas inti masih tersendat, sangat bergantung pada suntikan modal eksternal dan kebijakan piutang yang agresif. Ini adalah potret sebuah perusahaan yang sedang berlari sangat kencang, mungkin terlalu kencang. Mereka membangun fondasi untuk masa depan, tetapi dengan uang yang berasal dari antusiasme pasar, bukan dari keuntungan operasional yang solid.
Angka-angka ini tidak berbohong, tapi mereka juga tidak selalu menceritakan seluruh kebenaran. Mereka menunjukkan sebuah perusahaan yang sedang bertransformasi dengan cepat. Pertanyaannya bukanlah apakah tujuan itu layak dicapai, melainkan apakah mereka memiliki cukup napas untuk sampai ke sana.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Tag : $INET $GHON $MORA
$PTRO Senin 14 juli 2025 ayok ke 3500 gas2 🚀🚀🚀..target MSCI Agustus 25 didepan mata nich ...
$PTBA $GHON