Volume
PT Gunung Raja Paksi Tbk (GRP) merupakan anggota Gunung Steel Group, salah satu perusahaan baja swasta terbesar di Indonesia. Didirikan pada tahun 1970 di Medan, Sumatera Utara, perusahaan kami memulai bisnis dengan memproduksi baja panas, secara bertahap memproduksi balok dan lembaran baja. Pada tahun 1991, PT Gunung Naga Mas berganti nama menjadi PT Gunung Raja Paksi. GRP berlokasi di Cikarang Barat, Provinsi Jawa Barat, Indonesia, seluas lebih dari 200 hektar. Dengan lebih dari 50 tahun pengalaman di industri baja, kami memproduksi 2.200.000 ton baja berkualitas tinggi setiap tahun yang disertifikasi oleh organisasi sertifik... Read More
@Davidlprd KRAS utangnya masih besar, sementara kinerja inti di bisnis baja belum pulih dengan solid. Dalam posisi seperti ini, setiap langkah ekspansi terasa seperti berjalan di tali tipis antara visi dan ilusi. Mungkin mereka sedang mencoba membalikkan keadaan dengan membangun ekosistem industri, tapi bisa juga ini cara pelan-pelan mencari arah baru di luar baja. Saya pribadi ingin percaya KRAS masih bisa bangkit, tapi itu hanya mungkin kalau mereka mau jujur melihat diri sendiri, bahwa kekuatan tak lahir dari proyek megah, tapi dari keberanian membereskan fondasi yang rapuh.
Tag : $KRAS $GGRP $BAJA
@gungkasep Saya juga sering heran dengan KRAS. Sudah punya pelabuhan, pembangkit, dan lahan luas, tapi tetap sulit berkembang karena manajemennya malah sibuk mengurus anak usaha yang tidak relevan, bahkan sampai cleaning service. Kasus penolakan pesanan baja rel dari KAI itu menandakan bukan kurangnya kemampuan, tapi absennya visi. Padahal kalau mereka mau ambil peran sebagai motor industri nasional, peluang ekspor bisa ikut terbuka. Tapi itulah, masalah KRAS bukan di asetnya, melainkan di cara pikir mereka yang mengelola. Potensi sebesar itu dibiarkan tertidur, seolah tak tahu mau jadi apa sebenarnya.
Tag: $KRAS $GGRP $BAJA
@agoenkx Anda benar, optimisme untuk membangun masa depan adalah keharusan, dan idealnya perbaikan internal memang bisa berjalan paralel dengan ekspansi bisnis. Namun, ini seperti seorang pemain sirkus yang baru pulih dari cedera; setiap bola baru yang dilempar ke udara membutuhkan fokus dan energi yang terbatas. Ada risiko besar saat ia menambah bola (pengembangan bisnis) sebelum genggamannya pada bola (perbaikan internal) benar-benar kokoh, karena satu bola yang jatuh bisa membuat semuanya berantakan. Pertanyaannya mungkin bukan lagi soal "mengapa tidak?", tapi bergeser menjadi, "bagaimana caranya, dengan sumber daya dan fokus yang kita miliki saat ini?"
Tag: $KRAS $GGRP $BAJA
Sebidang Tanah dan Sejarah yang Belum Selesai
Di Cilegon, ada sebidang tanah seluas 200 hektare yang tertidur. Tanah milik Krakatau Steel (KRAS), raksasa baja yang riwayatnya serupa riwayat negeri ini, penuh dengan cita-cita besar, luka lama, dan upaya tak kenal lelah untuk bangkit kembali. Kini, manajemen datang mengumandangkan sebuah cerita baru untuk tanah itu. Bukan lagi sekadar aset diam, melainkan sebuah kanvas untuk “ekosistem industri berbasis baja”, janji yang digadang-gadang menjadi tolak ukur kebangkitan perseroan. Saya membaca pengumuman ini, dan seperti biasa, saya merasa ada cerita di balik cerita yang tersaji.
Narasi yang disajikan terdengar begitu rapi dan strategis. Ketimbang menjual tanah begitu saja untuk menambal utang, sebuah langkah yang mungkin terasa paling praktis, KRAS memilih jalan yang lebih megah: membangun kawasan industri. Ini bukan sekadar menjadi tuan tanah. Ini adalah upaya menciptakan apa yang disebut pasar tawanan atau captive market. Dengan mengundang investor untuk membangun pabrik hilir di halaman belakangnya, KRAS secara teori memastikan akan ada yang menyerap produk bajanya. Ini adalah alunan lagu hilirisasi yang ingin didengar oleh pemerintah dan pasar. Sebuah langkah cerdas untuk mengubah aset tidak produktif menjadi sumber pendapatan baru yang terus mengalir, sekaligus mendukung agenda industri nasional. Terdengar sempurna, bukan?
Namun, setiap kali saya mendengar rencana yang terlalu indah dari perusahaan yang sedang dalam restrukturisasi fundamental, saya tidak bisa tidak bertanya: apakah ini sebuah strategi, atau sebuah pengalihan perhatian? Ini seperti seseorang yang memiliki rumah besar warisan keluarga yang megah, namun fondasinya retak dan atapnya bocor di banyak tempat. Alih-alih memfokuskan seluruh tenaga dan biaya untuk memperbaiki kerangka utama rumah itu, ia malah memutuskan untuk menata tamannya yang luas agar bisa disewakan untuk pesta. Tentu, uang sewa taman bisa membantu, tapi apakah itu menyelesaikan akar masalahnya? Atau jangan-jangan, menata taman terasa lebih mudah dan lebih cepat terlihat hasilnya ketimbang pekerjaan rumit memperbaiki fondasi yang tersembunyi di bawah tanah.
Pertanyaan mendasarnya belum bergeser sedikit pun: bagaimana dengan bisnis inti pembuatan baja itu sendiri? Apakah tungku-tungku di Cilegon sudah mampu berproduksi seefisien mungkin? Apakah KRAS sudah bisa bersaing, dari sisi harga dan kualitas, dengan gempuran baja impor yang tak pernah berhenti? Sebab membangun kawasan industri adalah permainan jangka panjang yang padat modal dan penuh dengan kerumitannya sendiri. Proyek ini akan menyedot perhatian, energi, dan tentu saja, sumber daya. Kekhawatiran saya sederhana, jangan sampai proyek mercusuar ini justru membuat perusahaan lalai memperbaiki mesin utamanya. Ekosistem hilir yang kuat tidak akan ada artinya jika denyut jantung di hulunya masih lemah dan tersengal-sengal.
Monetisasi aset adalah mantra yang terdengar indah di telinga investor, terutama bagi perusahaan dengan beban utang yang masih terasa berat. Pasar mungkin akan menyambut baik rencana ini sebagai sinyal positif. Tapi kita harus bisa membedakan monetisasi yang lahir dari posisi kuat, saat perusahaan sehat mencari arena pertumbuhan baru, dengan monetisasi yang lahir dari kebutuhan mendesak. Rencana ini, bagi saya, adalah persimpangan dari keduanya. Ada visi strategis di sana, tapi ada juga napas terengah-engah dari pelari maraton yang masih jauh dari garis finis.
Pada akhirnya, rencana ini bukan hanya soal bisnis, tapi soal identitas. Sebuah pertanyaan eksistensial bagi Krakatau Steel.
Apakah mereka sedang membangun ekosistem untuk memperkuat bisnis bajanya, atau perlahan sedang membangun jalan keluar dari bisnis baja itu sendiri?
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Tag : $KRAS $GGRP $BAJA
$MTFN & $GGRP SUSPEND.
Portfolio merah Coy.
Portofolio terbagi:
50% investasi
45% sd 47% swing trade.
3% ada porsi High Risk (gambling).
$GGRP tapi pas lihat jajaran direksi / komisarisnya, banyak kali orang dalam kwkwkw hadeh balik lagi ke family business, managed by family, for the family.
kl kl ga salah sekitar 2019 atau 2021 kan ribut internal, makanya dibawa direksi/komisaris professional dari luar.
$GGRP lebih menarik nya, sangat terasa tidak ada trust antara shareholders utama dengan management sekarang baik komisaris utama maupun dirut, maupun Roymond CFO (bahkan dia tidak hadir).
$GGRP Ketinggalan moment mata acara 5. Jd bagi deviden ngk nih ? Panas bgt suasana RUPS nya banyak yg ngk setuju 😅
@husin1030 setuju pak Suspend paling lama 3 hari, kasihan uang investor mengendap di sana terlalu lama dan jangan sampai kejadian seperti $GGRP
$CBDK Mau tau gimana kita tau apakah ad buyback atau engga ?
Nah disini nih ..
Lihat ad perubahan dari jumlah saham yang beredar di masyarakat ..
Ad perubahan ?
Ad saham treasury ?
Tidak ada ya ?
Berarti apa sobat XL ?
Mau lihat contoh kasus yang beneran buyback ?
Nah lihat $ADRO
Saham treasury nambah , jumlah saham di public berkurang 🫣
1 lagi menurut gua …
Emang boleh emiten punya saham beredar di public kurang dari 10% ?
Bukannya bakalan di suspend ya kaya $GGRP
1/3