[%FioD%] Saya juga sering heran dengan KRAS. Sudah punya pelabuhan, pembangkit, dan lahan luas, tapi tetap sulit berkembang karena manajemennya malah sibuk mengurus anak usaha yang tidak relevan, bahkan sampai cleaning service. Kasus penolakan pesanan baja rel dari KAI itu menandakan bukan kurangnya kemampuan, tapi absennya visi. Padahal kalau mereka mau ambil peran sebagai motor industri nasional, peluang ekspor bisa ikut terbuka. Tapi itulah, masalah KRAS bukan di asetnya, melainkan di cara pikir mereka yang mengelola. Potensi sebesar itu dibiarkan tertidur, seolah tak tahu mau jadi apa sebenarnya.

Tag: [%LXQX%] [%eZmI%] [%baMD%]

@gungkasep Saya juga sering heran dengan KRAS. Sudah punya pelabuhan, pembangkit, dan lahan luas, tapi tetap sulit berkembang karena manajemennya malah sibuk mengurus anak usaha yang tidak relevan, bahkan sampai cleaning service. Kasus penolakan pesanan baja rel dari KAI itu menandakan bukan kurangnya kemampuan, tapi absennya visi. Padahal kalau mereka mau ambil peran sebagai motor industri nasional, peluang ekspor bisa ikut terbuka. Tapi itulah, masalah KRAS bukan di asetnya, melainkan di cara pikir mereka yang mengelola. Potensi sebesar itu dibiarkan tertidur, seolah tak tahu mau jadi apa sebenarnya.

Tag: $KRAS $GGRP $BAJA

KRAS ini entah kenapa sulit banget berkembang, padahal secara fasilitas mereka punya, mulai dari pembangkit sampai pelabuhan. Betul sekali, manajemen dari zaman baheula terlalu asik bisnis di non-inti, bikin banyak anak perusahaan, dan bahkan bercucu bercicit. Gw sampai heran, kok bisa-bisanya Krakatau Steel bahkan punya anak bisnis outsourcing Cleaning Service? 

Baja itu material sangat strategis sebetulnya, tapi nasib Indonesia, punya ahli bisnis yang ditempatakan di BUMN gak sungguh-sungguh ngembangin. Bodoh, bahkan tidak jujur.

Contoh mirisnya waktu KAI ingin pesan baja rel kereta, KRAS beralasan permintaan KAI tidak sebanding dengan modal yang dikeluarkan buat bikin fasilitas pembuatan baja rel kereta. Karena alasan itu, akhirnya KAI sampai saat ini selalu impor baja rel. 

Padahal mereka kan bisa saja membuat fasilitas itu, pinjam dana bisa, kalau KAI pesannya sedikit, kan bisa penjajakan ekspor. INKA itu udah bisa jual gerbongnya ke luar, konon katanya negara afrika berminat, tapi ingin sekalian pemasangan relnya.

Payah memang manajemen KRAS ini, mereka apa gak punya google maps ya? Lihat noh POSCO, punya Korea, cek foto satelit langit Kota Pohang, bagaimana mereka bisa bikin industri baja besar modern terintegrasi. Cilegon harusnya bisa seperti itu. Jangan mikirin gendutin perut aja hei manajemen.