Volume
Avg volume
PT Darya-Varia Laboratoria Tbk. atau DVLA memiliki bidang usaha Industri Farmasi berkedudukan di Jakarta, Indonesia. Perseroan memproduksi produk-produk berkualitas tinggi untuk lini produk Consumer Health dan Ethical. Saat ini, 92,66% saham Darya-Varia dimiliki oleh Blue Sphere Singapore Pte. Ltd. (BSSPL). BSSPL merupakan afiliasi dari United Laboratories, Inc. (Unilab) yang saat ini memiliki jaringan afiliasi tersebar di negara-negara Asia, termasuk di Indonesia, Vietnam, Myanmar, Thailand, Malaysia, Singapura, Laos, Kamboja dan Cina. Brand produk DVLA diantaranya NATURE-E, ENERVON-C, NEOZEP FORTE, NEW DIATABS dan VICEE.
$DVLA dulu saya pas beli di 1800 juga begini, ada yang jual banyak di kanan
tampung kiri aja, tawar pelan-pelan
kalau memang urgensi, pasti mereka guyur juga kayak waktu itu di arb kan di 1400, volumenya baru naik itu
saham gak liquid bisa hidup ada 2 cara, antara di ARB kan sama di ARA kan
sesimple itu
$SOHO saya sebenarnya menyesal jual saham ini demi beli $DVLA
yang beli saham dari saya, hold aja ya
dapat maklon syrup dari PnG pindahan MERK tahun ini, bakal bagus
dan, dia itu distribusi produknya banyak sekali, dan besar; kalau kamu ada waktu, spend deh 2 jam, riset aja 1-1
liat betapa kuatnya saham ini, udah kayak index fund
jadi kalau bisa, jangan jual ya kayak saya
DVLA juga ada kebagusan sendiri, tapi soal earning, bakal lebih defensive, SOHO
PT Darya-Varia Laboratoria Tbk ($DVLA) sebenernya masih punya bisnis yang kuat, tapi makin banyak tantangan dari berbagai sisi. Segmen produk kesehatan kayak vitamin dan suplemen masih jadi tulang punggung pendapatan mereka, sekitar Rp961,7 miliar, yang berarti masyarakat masih doyan beli suplemen buat jaga kesehatan. Enervon-C, Natur-E, dan Vicee masih punya daya tarik besar, tapi di sisi lain, persaingan di segmen ini makin ketat. Kalbe Farma (KLBF) dengan Hydro Coco, Fatigon, dan Xonce udah lebih agresif dalam marketing dan distribusi. Tempo Scan (TSPC) juga punya banyak suplemen yang populer, kayak Hemaviton dan Vidoran. Ditambah lagi, tren orang mulai beralih ke suplemen herbal dan produk alami, yang sekarang makin banyak dijual di marketplace dan apotek. Kalau DVLA gak bisa ngikutin tren ini, bisa aja market share mereka mulai berkurang.
Di segmen obat resep, DVLA masih dapet pendapatan sekitar Rp708,4 miliar, tapi tantangannya lebih berat. Persaingan dengan obat generik makin ketat, terutama dari Kalbe Farma, Dexa Medica, dan Sanbe Farma, yang udah lebih dulu mendominasi pasar obat generik dan punya jaringan distribusi yang lebih kuat di rumah sakit dan BPJS. Apalagi, BPJS makin fokus pake obat generik buat efisiensi biaya, jadi kalau DVLA gak bisa masuk ke sistem BPJS atau gak punya keunggulan dibanding generik lain, mereka bisa aja pelan-pelan kehilangan pasar ke pesaing yang lebih murah.
Segmen ekspor & maklon juga mulai goyah, dengan penurunan 12% jadi Rp193,7 miliar. Ini bisa jadi karena aturan baru soal sirup obat dan pasar ekspor yang makin sulit bersaing dengan produk dari India dan China yang lebih murah. Tempo Scan dan Kalbe Farma juga udah ekspansi ke luar negeri dengan lebih agresif, sementara DVLA masih agak tertinggal di sisi ini. Kalau mereka gak bisa cepat cari pasar ekspor baru atau strategi yang lebih efektif, bisa aja segmen ini makin keteteran. Bisnis jasa mereka masih kecil, cuma Rp26,9 miliar, tapi kalau mereka bisa manfaatin ini buat bantu manufaktur atau pemasaran produk farmasi lain, bisa jadi sumber cuan tambahan di masa depan.
Tapi, meskipun ada tantangan, DVLA masih punya moat alias benteng pertahanan bisnis yang cukup kuat. Brand awareness mereka tinggi, terutama di produk kesehatan, jadi meskipun kompetitor masuk, orang udah familiar sama produk mereka. Selain itu, mereka juga punya distribusi luas, udah masuk ke banyak apotek, minimarket, dan supermarket di seluruh Indonesia. Ini bikin pesaing baru susah buat langsung ngerebut pasar mereka. Moat lainnya ada di kepercayaan dokter dan rumah sakit terhadap produk mereka, terutama di segmen obat resep. Ini gak gampang disaingi, karena butuh waktu lama buat bangun kredibilitas di dunia medis.
Tapi dari sisi daya saing, DVLA harus lebih agresif lagi. Kalbe Farma dan Tempo Scan lebih unggul dalam inovasi dan marketing, sementara Dexa Medica dan Sanbe Farma lebih kuat di segmen obat generik dan rumah sakit. Kalau DVLA gak bisa memperkuat branding, inovasi produk, dan distribusi, bisa aja mereka makin tertinggal.
Secara keseluruhan, DVLA masih punya posisi yang kuat, tapi gak bisa santai juga. Mereka harus terus inovasi di produk kesehatan, perkuat strategi di obat resep, dan cari cara buat ngebalikin segmen ekspor biar gak makin turun. Kalau cuma jalan di tempat, bisa aja mereka ketinggalan dari pesaing yang lebih agresif. Dengan makin banyaknya aturan baru dan tren pasar yang berubah cepat, mereka harus bisa adaptasi kalau gak mau bisnisnya makin susah di tahun-tahun ke depan.
Kalau lo tipe investor yang suka spekulasi, boleh coba. $DVLA
Tapi kalau lo nyari yang fundamentalnya kuat. Mending cari yang lain.
$DVLA ketika dulu DVLA merger pada tahun 2014
DVLA mendapati ada porsi dari masyarakat yang tidak setuju akan merger prafa tsb, dan menghasilkan DVLA membeli kembali porsi tersebut, dengan harga yang mana kita bisa dapat dengan membagi 8.56 milyar dengan 4 juta saham yaitu 2100 per lembar. Selisih dari modal per lembar yang ada di ekuitas yaitu dengan nominal 250, maka (2100-250) di kali 4 juta saham ini akan menjadi agio saham ( yaitu tambahan modal disetor ).
Dibandingkan dengan DVLA,
$BRAM ketika ia merger tahun 2022 itu, ada juga penambahan modal disetor, tetapi itu karena konversi porsi aset yang dimiliki oleh non pengendali IKP (polyester) menjadi milik BRAM; penambahan 13,000 usd ini senilai 200 juta rupiah
sebenarnya, BRAM waktu itu juga siap menyerap sampai 22.5 milyar, dengan harga 8.741, tapi tidak ada yang menjualnya, karena mungkin:
1) yakin peak cyclicalnya lebih panjang (undersupply)
2) tanggal pembayaran lebih lama (bisa dicek disini, https://cutt.ly/ue7J3APt) yaitu pada tanggal 15 November 2023
yaitu setahun setelahnya
amat disayangkan tapi, kondisi industrinya tiba-tiba oversupply karena demand yang turun, berakhir oversupply sebab sistem inventory pembelinya juga JIT
1/3
Mau tanya dong untuk investor di sektor kesehatan, menurut kalian lebih bagus saham mana dan berikan alasannya juga 🙏
Tag $DVLA $PRDA $TSPC
$DVLA hati2 guys, gak liquid
mendingan beli big banks
growthnya bagus, dividendnya ada, flownya jg ada, liquiditynya jg maksimal
$DVLA supplier DVLA
https://cutt.ly/Ie09JhC7
HMPV Bukan Virus Baru
Human Metapneumovirus (HMPV) sebenarnya bukan virus baru. Virus ini pertama kali ditemukan pada tahun 2001 oleh para peneliti di Belanda. HMPV termasuk dalam keluarga Paramyxoviridae, kelompok yang sama dengan Respiratory Syncytial Virus (RSV) dan virus Parainfluenza. Meskipun baru diidentifikasi pada awal abad ke-21, penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa HMPV kemungkinan sudah menginfeksi manusia selama puluhan atau bahkan ratusan tahun sebelumnya, tetapi tidak terdeteksi karena kemiripannya dengan virus pernapasan lain.
HMPV sering menyerang saluran pernapasan dan gejalanya mirip dengan flu biasa, seperti batuk, pilek, hidung tersumbat, dan demam. Pada beberapa kasus, terutama pada anak-anak, lansia, dan individu dengan imunitas lemah, virus ini bisa menyebabkan infeksi serius seperti bronkiolitis atau pneumonia. Masa inkubasi virus ini biasanya sekitar 4–6 hari setelah terpapar, dengan gejala yang berkembang secara perlahan. Penyebarannya pun cukup mudah, melalui percikan droplet dari batuk atau bersin, kontak langsung dengan orang yang terinfeksi, atau menyentuh permukaan yang sudah terkontaminasi. Upgrade skill https://bit.ly/3YGX6Dc
Salah satu alasan HMPV sering dianggap "tersembunyi" adalah karena gejalanya yang tidak spesifik, sehingga sering disalahartikan sebagai infeksi RSV atau flu biasa. Namun, di musim tertentu, seperti akhir musim dingin hingga awal musim semi, HMPV menjadi salah satu penyebab utama infeksi saluran pernapasan, terutama pada anak-anak.
Hingga saat ini, belum ada obat spesifik atau vaksin untuk HMPV. Pengobatannya lebih difokuskan pada pereda gejala, seperti memberikan parasetamol atau ibuprofen untuk menurunkan demam, memastikan pasien tetap terhidrasi, dan memberikan oksigen bagi pasien dengan gejala berat. Dalam kasus yang parah, pasien mungkin memerlukan perawatan di rumah sakit, termasuk ventilasi mekanis jika ada gangguan pernapasan serius.
Langkah pencegahan juga mirip dengan pencegahan penyakit pernapasan lainnya. Cuci tangan dengan sabun secara rutin, gunakan masker di tempat ramai, dan hindari kontak dengan orang sakit. Disinfeksi permukaan yang sering disentuh juga sangat penting karena virus ini dapat bertahan di benda-benda tersebut selama beberapa jam.
Jadi, meskipun HMPV mungkin terdengar baru bagi sebagian orang, sebenarnya virus ini sudah lama ada. Namun, seiring meningkatnya kesadaran dan kemampuan deteksi, kita mulai lebih memahami dampaknya, terutama pada populasi rentan. Hal ini mengingatkan kita pentingnya menjaga kebersihan dan tetap waspada terhadap penyakit pernapasan, terutama di musim rawan seperti sekarang.
Saat ini, metode paling andal untuk mendeteksi HMPV adalah RT-PCR (Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction). Metode ini dianggap sebagai standar emas karena memiliki tingkat akurasi yang tinggi dalam mendeteksi materi genetik virus langsung dari spesimen usap nasofaring. Hasil dari RT-PCR biasanya keluar dalam waktu beberapa jam hingga sehari, tergantung fasilitas laboratorium. Teknologi ini sangat efektif, tetapi memerlukan alat khusus dan biaya yang tidak murah.
Selain itu, ada juga metode Immunofluorescence Assay (IFA) yang mendeteksi antigen HMPV langsung dari spesimen pernapasan. Hasilnya bisa lebih cepat dibandingkan RT-PCR, tetapi sensitifitasnya lebih rendah. Metode lain seperti ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay) juga tersedia, tetapi lebih sering digunakan untuk mendeteksi antibodi (IgM atau IgG) dalam darah, yang menunjukkan apakah seseorang pernah terpapar HMPV atau sedang mengalami infeksi aktif.
Menariknya, beberapa laboratorium kini menggunakan multiplex molecular testing, yaitu teknologi yang dapat mendeteksi berbagai virus pernapasan sekaligus, termasuk HMPV, RSV, dan Influenza. Tes ini menjadi pilihan praktis karena memberikan hasil hanya dalam waktu 30 menit hingga 1 jam. Meski belum ada rapid test spesifik untuk HMPV yang tersedia luas di pasar, panel ini dapat menjadi solusi diagnostik yang cepat dan efisien.
Namun, jika waktu bukan masalah, metode seperti viral culture juga bisa digunakan untuk mengisolasi virus secara langsung. Sayangnya, metode ini memerlukan waktu beberapa hari dan keahlian khusus, sehingga lebih sering dipakai untuk penelitian daripada praktik klinis.
Jadi, meski rapid test khusus untuk HMPV belum tersedia secara luas, teknologi seperti RT-PCR dan multiplex testing sudah cukup membantu untuk memastikan diagnosis. Dengan deteksi yang tepat, pasien bisa mendapatkan terapi lebih cepat dan mengurangi risiko komplikasi serius. Ke depan, semoga ada lebih banyak inovasi untuk membuat proses diagnosa lebih praktis dan terjangkau.
Tinggal cek perusahaan apa yang punya alatnya. Apakah $PRDA DGNS KLBF punya?
Vitamin C telah lama dikenal sebagai salah satu nutrisi penting untuk menjaga daya tahan tubuh, terutama ketika menghadapi infeksi virus seperti flu atau gangguan saluran pernapasan lainnya. Namun, bagaimana dengan infeksi Human Metapneumovirus (HMPV)? Apakah vitamin C dosis tinggi bisa membantu melawan virus ini?
Vitamin C, yang secara ilmiah dikenal sebagai asam askorbat, berfungsi sebagai antioksidan kuat yang melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas. Selain itu, vitamin ini juga mendukung fungsi sistem imun dengan memperkuat aktivitas sel-sel imun seperti limfosit dan fagosit. Dalam konteks infeksi virus pada umumnya, beberapa penelitian menunjukkan bahwa vitamin C dapat mengurangi durasi gejala flu hingga 8–14% pada orang dewasa dan anak-anak. Namun, efek ini biasanya lebih terlihat pada individu yang mengalami stres fisik berat, seperti atlet, daripada pada populasi umum.
Untuk HMPV, hingga saat ini, belum ada bukti ilmiah yang spesifik bahwa vitamin C dosis tinggi dapat mencegah atau menyembuhkan infeksi ini. Dosis harian yang direkomendasikan untuk vitamin C adalah 75 mg untuk wanita dan 90 mg untuk pria dewasa, sementara dosis tinggi yang sering digunakan dalam percobaan klinis bisa mencapai 1.000–2.000 mg per hari. Namun, dosis yang sangat tinggi (>2.000 mg per hari) berisiko menyebabkan efek samping seperti diare, sakit perut, atau bahkan batu ginjal pada individu tertentu.
Meskipun vitamin C tidak secara langsung menyerang virus seperti HMPV, konsumsi yang cukup dapat membantu tubuh mempertahankan kekuatan sistem imun. Namun, perlu diingat bahwa pemulihan dari infeksi virus membutuhkan pendekatan holistik. Selain memastikan asupan nutrisi yang baik, penting juga untuk mendapatkan istirahat yang cukup, tetap terhidrasi, dan mengelola gejala dengan pengobatan medis yang sesuai.
Bagi mereka yang mempertimbangkan suplemen vitamin C dosis tinggi, konsultasi dengan dokter sangat dianjurkan, terutama jika ada kondisi medis tertentu seperti penyakit ginjal. Sebagai langkah pencegahan dan pemulihan, mengonsumsi makanan kaya vitamin C seperti jeruk, kiwi, stroberi, dan paprika juga merupakan cara yang aman dan efektif. Contoh vitamin C dosis tinggi Enervon C $DVLA dan PYFA dan $SIDO.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138 (caranya cek gambar terakhir) Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Jangan lupa kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://bit.ly/44osZSV
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
1/2
Apakah Bakat Utamanya Adalah Bikin Ribet?
Ribuan ton kratom yang tertahan di kontainer menjadi potret nyata betapa regulasi pemerintah bisa sangat membingungkan dan kontradiktif. Sebanyak 57 kontainer berisi 1.525 ton kratom siap ekspor sejak Desember 2024 tidak kunjung diberangkatkan karena terganjal izin berlapis. Pengusaha hanya bisa pasrah, sambil menggerutu soal pengeluaran yang terus berjalan tanpa pemasukan. Ironisnya, di tengah krisis devisa yang dihadapi Indonesia, regulasi ini justru menghalangi masuknya potensi miliaran rupiah dari ekspor. Apakah pemerintah sengaja membuat pengusaha repot? Bukan ingin menuduh, tetapi ini seperti tindakan "auto dodol" bagi ekonomi.
Alasan pemerintah sebenarnya cukup jelas: kratom adalah komoditas kontroversial. Di satu sisi, Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pertanian melihatnya sebagai potensi devisa yang besar. Di sisi lain, Badan Narkotika Nasional (BNN) mengkhawatirkan penyalahgunaan kratom sebagai bahan narkotika. Hasilnya, regulasi baru muncul dalam bentuk Permendag 20/2024 dan Permendag 21/2024, yang mengatur jenis, ukuran, hingga proses ekspor kratom. Regulasi ini, meskipun beralasan untuk menjamin keamanan dan standar produk, pada praktiknya malah menciptakan birokrasi berbelit yang membuat pengusaha frustrasi. Pemerintah perlu Upgrade otak https://bit.ly/3YGX6Dc
Dari sisi pengusaha, mereka melihat kebijakan ini tidak masuk akal. Ketua Pekrindo, Yosef, bahkan menyebut, "Negara krisis devisa, tapi malah bikin aturan yang menghambat devisa masuk." Proses ekspor kini memerlukan persetujuan ekspor (PE) dan laporan surveyor (LS), tetapi lembaga surveyor yang bertugas pun belum diputuskan hingga sekarang. Pengusaha akhirnya hanya bisa berharap Januari 2025 membawa perubahan, meski mereka sudah "makan tabungan" selama tiga bulan terakhir.
Ironinya, keputusan Presiden Jokowi pada September 2024 untuk melegalkan ekspor kratom ternyata tidak diikuti oleh implementasi yang cepat dan jelas. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan telah menetapkan standar ekspor melalui Permendag baru, tetapi tanpa mekanisme pelaksanaan yang efisien, kebijakan ini justru jadi beban. Apakah ini soal kontrol, atau ada kepentingan lain yang bermain? Pertanyaan ini mengemuka, tetapi tanpa jawaban yang meyakinkan. https://bit.ly/3YGX6Dc
Lebih dari sekadar masalah devisa, ini adalah soal konsistensi kebijakan. Jika pemerintah serius ingin mendukung ekspor dan pengusaha, proses seperti penunjukan surveyor harus dipercepat, dan aturan yang tumpang tindih harus disederhanakan. Tanpa langkah konkret, kebijakan ini hanya akan terlihat dodolitik—membuat ekonomi tersandung oleh aturan yang dibuat sendiri. Sebuah ironi yang sebenarnya bisa dihindari dengan sedikit logika dan keberpihakan pada kepentingan bersama.
Bayangin aja, ada ribuan ton kratom yang udah siap ekspor, pembelinya nunggu, pengusahanya udah kerja keras, eh malah mandek gara-gara izin ini-itu yang belum beres. Ibaratnya, kita lagi kehausan banget, ada air di depan mata, tapi nggak bisa minum gara-gara gelasnya masih dicari. Lucu banget, kan? Di tengah negara butuh devisa, malah devisa itu ditahan sama aturan yang kayak jebakan Batman.
Pengusaha cuma bisa gigit jari. Mereka bilang udah “makan tabungan” tiga bulan terakhir, karena regulasi ini bikin semua jadi ribet. Padahal presiden sendiri udah bilang, ekspor kratom legal. Tapi kenyataannya, aturan yang katanya mau bikin rapi malah bikin semua jalan di tempat. Surveyor buat ngecek kratom aja belum ditunjuk. Jadi ya, barangnya nunggu di kontainer, nggak ke mana-mana.
Susah buat nggak heran, sebenarnya apa sih yang dipikirin? Mau ekspor aja kok ribet banget. Kayak pemerintah senang banget ngelihat orang susah. Bukannya bantu mempermudah biar devisa masuk, ini malah kayak ngajarin pengusaha cara bertahan hidup di tengah aturan yang nggak jelas. Kalo memang ini niatnya buat ngatur, ya ngatur aja yang bener, jangan bikin orang pusing. Tapi kalo ujung-ujungnya cuma nunda-nunda tanpa solusi, ya orang-orang bakal mikir, ini pemerintah sebenarnya niat bantu, atau cuma sibuk mikirin hal yang nggak penting? Hanya sekedar bertanya.
Bicara soal ganja dan kratom, keduanya sering dibanding-bandingkan dari sisi bahaya dan manfaat, padahal latar belakang penelitian dan konteks penggunaannya berbeda. Ganja misalnya, menurut data National Institute on Drug Abuse (NIDA) di Amerika Serikat, bisa bikin sekitar 9 persen penggunanya mengalami kecanduan, dan angkanya bisa meningkat jadi 17 persen kalau yang memakai adalah remaja. Dari segi kesehatan mental, penggunaan ganja dalam dosis tinggi atau pada usia muda bisa meningkatkan risiko masalah seperti kecemasan, depresi, sampai skizofrenia. Meski begitu, banyak juga penelitian yang mengakui manfaat medisnya, seperti buat mengatasi nyeri kronis, mual akibat kemoterapi, dan membantu pasien epilepsi. Beberapa negara malah sudah lama “akrab” dengan ganja, contohnya Kanada yang sejak 2018 mengizinkan warganya memiliki sampai 30 gram dan menanam empat tanaman di rumah. Di Amerika Serikat, walaupun statusnya ilegal di level federal, beberapa negara bagian seperti Colorado dan California sudah memberi lampu hijau untuk rekreasi maupun medis. Lain cerita di Belanda yang meski tetap menganggap ganja ilegal, punya kebijakan toleransi di coffeeshops. Thailand pun mulai melonggarkan regulasinya untuk kepentingan medis sejak Juni 2022, meskipun kabarnya akan memperketat aturan dan melarang pemakaian rekreasional di akhir 2024. https://bit.ly/3YGX6Dc
Di sisi lain, kratom adalah tanaman yang mengandung senyawa mitragynine yang kerjanya mirip opioid. U.S. Food and Drug Administration (FDA) pernah melaporkan beberapa kasus kematian yang dikaitkan dengan kratom, walaupun seringnya ternyata ada campuran obat lain, sehingga sulit bilang kratom adalah penyebab tunggal. Dari kacamata tradisional, kratom sudah lama dipakai sebagai penghilang nyeri dan ada juga yang pakai buat bantu mereka berhenti dari opioid yang lebih kuat, tapi manfaat ini masih kontroversial secara medis. Badan Narkotika Nasional (BNN) Indonesia bahkan menyebut kratom bisa “10 kali lebih berbahaya daripada ganja atau kokain,” walaupun sampai saat ini bukti ilmiah yang benar-benar solid soal itu masih kurang. Hal yang jelas adalah potensi kecanduan dan gejala putus zatnya memang cukup berat, mirip opioid, sehingga memang perlu diteliti lebih lanjut. Dari sisi kasus overdosis, ganja hampir tak pernah dilaporkan jadi penyebab fatal, sementara kratom sudah ada laporan, meski umumnya terjadi kalau tercampur dengan zat lain.
Regulasi di Indonesia soal ekspor kratom saat ini juga bikin pusing, terutama buat pengusaha yang merasa siap jualan, tapi malah kebentur prosedur yang berbelit-belit. Sekilas, terbitnya Permendag 20/2024 dan Permendag 21/2024 dari Kementerian Perdagangan terdengar seperti langkah positif agar ekspor kratom lebih terarah. Namun, praktiknya di lapangan masih terganjal masalah teknis, misalnya soal penunjukan surveyor atau perbedaan pandangan dengan Badan Narkotika Nasional yang masih ragu soal keamanan kratom. Ibaratnya, satu instansi mengatur ini, instansi lain mengatur itu, belum lagi Kementerian Pertanian yang ngurus standar produknya. Alhasil, aturan yang niatnya mau bikin “tertib” ekspor malah jadi berlapis-lapis dan bikin ribet, padahal devisa dari ekspor itu, kan, bisa menguntungkan negara juga.
Kalau bicara soal siapa yang bikin aturan ribet, biasanya jawabannya nggak cuma satu pihak. Dalam kasus ekspor kratom ini, aturan ribet muncul dari kombinasi berbagai instansi pemerintah yang nggak sinkron satu sama lain. Ada Kementerian Perdagangan yang bertanggung jawab soal tata niaga ekspor, lalu Kementerian Pertanian yang ngurus soal standar produk. Belum lagi Badan Narkotika Nasional (BNN), yang khawatir kratom bisa disalahgunakan. Jadi, masing-masing institusi punya "kepentingan" sendiri, dan hasilnya? Ya, aturan yang saling tumpang tindih. https://bit.ly/3YGX6Dc
Contohnya, Kementerian Perdagangan udah keluarkan Permendag 20/2024 dan Permendag 21/2024 buat ngatur syarat dan standar ekspor kratom. Tapi ternyata, pelaksanaannya masih terganjal hal-hal teknis seperti penunjukan surveyor. Sementara itu, ada juga desakan dari pihak lain yang nggak sepenuhnya setuju kratom diekspor karena dianggap berpotensi bahaya. Jadinya, aturan yang niatnya mau rapi malah bikin proses jadi macet di tengah jalan.
Kalau ditanya siapa yang harus disalahkan? Mungkin bukan satu pihak aja. Tapi jelas, kurangnya koordinasi antarinstansi adalah penyebab utama. Semua sibuk dengan urusannya masing-masing, tapi lupa bahwa yang paling dirugikan adalah pengusaha yang cuma pengen barangnya bisa dijual dan devisa bisa masuk ke negara. Kalau koordinasi ini nggak diperbaiki, ya aturan seperti ini bakal terus bikin ribet.
Yang lucu (atau mungkin ironis) adalah Presiden sudah memberi lampu hijau buat legalisasi ekspor kratom, tapi ternyata di bawahnya mekanisme belum disiapkan secara sinkron. Situasinya jadi seperti ajang latihan sabar bagi para pengusaha yang harus menunggu izin dan laporan surveyor yang belum jelas kapan rampung. Mungkin pemerintah punya strategi jangka panjang yang orang awam belum paham, atau mungkin sekadar kurang koordinasi antarinstansi—yang jelas, ribuan ton kratom menumpuk dan pelaku usaha cuma bisa gigit jari sambil menunggu “lampu hijau” beneran. Kalau ditanya siapa yang salah, jawabannya tentu bukan satu pihak saja, tapi kurangnya koordinasi ini harus diakui jadi biang keladi utama.
Pada akhirnya, kisah ganja dan kratom ini memperlihatkan bahwa pemerintah di berbagai negara punya pendekatan yang berbeda-beda, tergantung persepsi dan riset yang tersedia. Di Thailand, ganja jadi legal untuk medis, tapi kemudian mau diperketat lagi untuk rekreasi. Di Amerika Serikat, ganja masih ilegal federal tapi legal di beberapa negara bagian. Di Indonesia sendiri, wacana legalisasi ganja medis sempat menyeruak, sementara kratom masih jadi perdebatan panjang. Yang jelas, baik ganja maupun kratom punya risiko sekaligus potensi manfaat. Soal apakah kratom benar-benar lebih berbahaya daripada ganja sampai 10 kali lipat seperti klaim BNN atau tidak, rasanya kita masih perlu lebih banyak data ilmiah yang tegas. Yang pasti, semua pihak setuju bahwa edukasi, koordinasi, serta regulasi yang jelas dan mudah dipahami jauh lebih penting daripada terus memperpanjang debat yang tak ada ujungnya, apalagi sampai mengorbankan peluang ekonomi yang sebenarnya bisa digarap dengan bijak.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138 (caranya cek gambar terakhir)
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Jangan lupa kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://bit.ly/44osZSV
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$KLBF $PYFA $DVLA
1/3
Saham² yang Equity > Rp 200 Bio dan Public/Floating Shares < 10% :
1. $HMSP
2. $SMAR
3. $DVLA
4. EPMT
5. PSAB
Sesuai ketentuan Oct 2025 limit minimum Floating Shares 10% untuk IDX30, LQ45 dan IDX80
Jika belum tercapai maka bisa masuk FCA (Full Call Auction).
So apa yang akan dilakukan oleh emiten yang belum memenuhi criteria :
A. Refloating ke market agar floating shares = 10%
B. Go Private
Adakah dari saham² tersebut yang memilih GO PRIVATE ?
🤔🤫🥳
1/5
Investasi Alternatif Selain Saham, Emas, Obligasi, dan Kripto
Tren investasi di kalangan super kaya kini makin kreatif dan jauh dari kata konvensional. Jika dulu saham, properti, atau obligasi jadi andalan, sekarang mereka beralih ke aset-aset yang tidak biasa. Mulai dari marina untuk kapal pesiar, whiskey barrels yang sedang aging, hingga wireless spectrum licenses, semuanya jadi pilihan baru. Alasannya? Diversifikasi portofolio dan mencari aset yang tidak terlalu terpengaruh fluktuasi pasar saham. Investor biasanya suka dividen tapi orang super kaya nampaknya tidak peduli lagi sama dividen. https://bit.ly/3OZWjZR
Ambil contoh marina. Ini bukan sekadar tempat parkir kapal pesiar, tapi juga aset dengan cash flow yang stabil. Biaya sewa tempat kapal bisa mencapai puluhan ribu dolar per tahun, tergantung lokasi. Bayangkan saja marina di lokasi premium seperti Miami atau French Riviera—harganya bisa tembus jutaan dolar. Dengan meningkatnya jumlah kapal pesiar di seluruh dunia, kebutuhan akan marina terus tumbuh, menjadikannya investasi yang cukup menjanjikan.
Lalu ada whiskey barrels, yang belakangan menjadi primadona. Whiskey aging bukan cuma soal rasa, tapi juga nilai investasi. Whiskey yang dibiarkan aging selama 10-15 tahun bisa naik nilainya hingga 300-500 persen. Sebagai contoh, satu barel whiskey mentah bisa dihargai sekitar $1.500. Namun, setelah proses aging, nilainya bisa mencapai $5.000-$10.000, tergantung kualitas dan brand-nya. Para investor menyukai ini karena selain menguntungkan, aset ini punya daya tarik personal—mereka bisa merasa punya bagian dari proses pembuatan whiskey legendaris. Cara upgrade skill orang yang super kaya sangat beda dengan investor newbie seperti Pak Toto https://bit.ly/3YGX6Dc
Di bidang teknologi, wireless spectrum licenses juga makin diminati. Lisensi ini memungkinkan pemiliknya menggunakan frekuensi tertentu untuk layanan komunikasi seperti 5G atau IoT. Dengan berkembangnya teknologi, terutama kebutuhan akan jaringan internet yang lebih cepat, harga lisensi ini melonjak tajam. Misalnya, di Amerika Serikat, sebuah spektrum untuk wilayah metropolitan bisa terjual hingga $100 juta atau lebih, tergantung cakupan dan kapasitasnya.
Family offices, yang mengelola kekayaan para miliarder, makin gencar mengeksplorasi peluang di pasar niche ini. Mereka mengincar aset-aset yang jarang dilirik investor besar. Strategi ini dinilai efektif karena pasar kecil cenderung memiliki sedikit kompetitor, sehingga peluang untuk mendapatkan keuntungan lebih tinggi semakin besar.
Keuntungan utama dari investasi ini adalah korelasinya yang rendah terhadap pasar saham dan obligasi. Dalam istilah investasi, aset-aset ini dianggap lebih stabil karena tidak terpengaruh langsung oleh volatilitas pasar. Artinya, saat harga saham jatuh, aset seperti marina atau whiskey barrels tetap bisa memberikan pengembalian yang stabil.
Tapi bukan berarti semua ini mudah. Modal awal yang dibutuhkan untuk investasi ini sangat besar. Untuk membeli marina, misalnya, investor harus merogoh kocek jutaan dolar. Whiskey barrels juga memerlukan pembelian dalam jumlah besar agar ekonomis. Selain itu, aset-aset ini tidak likuid—artinya tidak bisa dijual cepat seperti saham. Proses penjualan bisa memakan waktu berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.
Meski demikian, bagi para super kaya, ini bukan sekadar soal keuntungan finansial. Investasi ini juga menawarkan gaya hidup. Memiliki marina atau whiskey barrels memberikan kesan eksklusif yang sulit ditandingi. Bayangkan punya hak eksklusif atas beberapa spektrum nirkabel atau mengundang teman-teman untuk mencicipi whiskey yang Anda miliki sejak awal proses aging-nya.
Risiko tentu ada. Misalnya, whiskey barrels perlu disimpan dalam kondisi ideal agar tidak rusak, sementara marina bisa terdampak oleh perubahan iklim atau kenaikan permukaan laut. Namun, para investor ini cenderung lebih fokus pada potensi jangka panjang dibandingkan kekhawatiran jangka pendek.
Jadi, di balik investasi ini, ada strategi cerdas untuk menjaga kekayaan tetap tumbuh, sambil menikmati pengalaman unik yang tidak semua orang bisa rasakan. Marina, whiskey barrels, hingga wireless spectrum licenses bukan hanya investasi, tapi juga pernyataan gaya hidup yang mencerminkan kelas dan selera.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
(caranya cek gambar terakhir)
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Dan jangan lupa kunjungi Pintarsaham di sini
https://bit.ly/3QtahWa
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://bit.ly/3YGX6Dc
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
https://bit.ly/44osZSV
https://bit.ly/47hnUgG
https://bit.ly/47eBu4b
https://bit.ly/3LsxlQJ
$SMDR $DVLA $BBRI
$DVLA https://cutt.ly/3eNhPSrK
Kalau hanya boleh memilih 1 saham berkualitas dengan harga yg kompetitif hari ini, saya akan pilih $PRDA
Resiko terbatas dengan balance sheet sehat, potensi upside juga tinggi karena sebagai market leader di sektor laboratorium kesehatan Indonesia, masih memiliki ruang tumbuh yg sangat luas. Gimana? Kesempatan masa disia-siain gitu aja? Akwowkow
$DVLA $DGNS $MIKA