Volume
Avg volume
Perseroan, berkedudukan di Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten, didirikan pada 3 Februari 1995 dengan nama PT Jayamurni Tritunggal. Pada tahun 2016, Perseroan melakukan perubahan nama menjadi PT Diamond Food Indonesia tanggal 17 November 2016. Kegiatan Usaha Utama yaitu Industri dan distribusi produk makanan dan minuman melalui Perusahaan Anak dan jasa konsultasi manajemen. Grup Diamond adalah salah satu penyedia platform terintegrasi terdepan di Indonesia untuk makanan dan minuman bermerek yang memproduksi dan mendistribusikan merek terkemuka pada berbagai kategori produk, baik merek milik Grup Diamond maupun merek prinsipa... Read More
$DMND harga wajarnya dihitung dari market Kap dibagi saham ritel atau free float atau saham beredar di masyarakat
$DMND menarik perhatian saya, saya tau produknya bagi saya ini susu terenak ke 2 setelah greenfield, malah kemaren kemaren suka stok yogurt nya. cuma kenapa ya margin keuntungannya kecil sekali, padahal kalo biaya iklannya ditempatkan di tiktok mungkin akan jauh lebih murah daripada di tv, terus saya suka juga bisnisnya ga hanya satu segmen, tapi apa dengan bisnisnya yang beraneka macam dia bisa mendapatkan hasil yang maksimal?, ntahlah tapi saya tertarik sama saham ini. Agustus bisa kali yak.
$DMND ga ada yg minat apa saham diskon ini, sapa tau kaya $IOTF
bandar mana kami butuh bahan bakar 🚀🚀
$DMND "Board of Commissioners" nya lebih banyak jumlahnya dibanding $ULTJ dan $CMRY ya? kenapa begitu ya Pak Toto? 🤔 🤔 🤔
@bayusancoko514 $ULTJ dan $DMND mahal karena kandungan susunya sampai 100% dan itu lebih banyak dari $CMRY yang cuma 20% kandungan susunya.
Kamu Suka $DADA Diamond Properti atau Suka Susu Segar 100% milik $ULTJ dan $DMND?
Request salah satu user Stockbit di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
PT Diamond Citra Propertindo Tbk (DADA) adalah salah satu contoh emiten properti yang kalau dilihat sekilas mungkin tampak biasa-biasa saja, tapi setelah ditelisik dalam dalam, ternyata isinya bisa bikin dahi berkerut. Berdiri tahun 2011 dan baru IPO di 2021, DADA memiliki struktur usaha yang sederhana. Mereka bangun apartemen, jual ke masyarakat, dan hasilnya dicatat sebagai pendapatan. Tapi sesederhana itu pun ternyata tidak bisa dijalankan mulus. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Perusahaan ini punya proyek unggulan bernama Apple 1 dan Apple 3. Apple 1 sebagian sudah selesai dan sebagian besar unitnya belum laku juga, sedangkan Apple 3 lebih parah. Proyek besar-besaran dengan nilai persediaan properti Rp332 miliar, tapi revenue yang berhasil dikantongi tahun 2024 cuma Rp9,6 miliar. Bayangkan, stok segede itu tapi penjualan cuma 3 persen dari nilai barang yang mau dijual. Kalau dalam analogi warung bakso, ini seperti punya 1000 porsi tapi cuma laku 30 mangkok setahun.
Lebih seram lagi kalau kita buka laporan keuangannya. Sampai akhir 2024, liabilitas jangka pendek DADA mencapai Rp261 miliar, sementara aset lancarnya cuma Rp159 miliar. Artinya ada kekurangan kas dan aset lancar Rp102 miliar buat nutupin utang jangka pendek. Dalam laporan kuartal sebelumnya, selisihnya juga sudah Rp83 miliar. Jadi ini bukan kejadian sekali doang, tapi memang pola. Auditornya pun sampai mengeluarkan pernyataan khusus bahwa ada ketidakpastian material soal kemampuan perusahaan ini bertahan hidup alias going concern. Dan memang, supaya bisa terus beroperasi, DADA sampai harus minta surat dukungan keuangan dari pemegang saham. Gampangnya, hidupnya ditopang infus pemilik.
Tapi ini belum selesai. Anak usahanya, PT Arba Propertindo, dapat pinjaman dari BTN dan BNI. Dalam laporan FY2024, perusahaan mengaku kalau covenant pinjaman seperti rasio lancar dan sebagainya tidak terpenuhi. BTN dan BNI pun sudah dikabari soal ini dan perusahaan bilang mau restrukturisasi. Tapi anehnya, di laporan Q1 2024 yang cuma selisih 3 bulan, mereka bilang semua covenant terpenuhi. Kok bisa berubah drastis dalam waktu secepat itu. Ini bukan cuma soal performa, tapi juga soal integritas dan konsistensi informasi yang disajikan ke publik. Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx
Lanjut ke hal lain yang agak menggelitik, yaitu jumlah karyawan. Di laporan kuartal, jumlah karyawan permanen tahun 2024 disebut 18 orang, dan 2023 disebut 13 orang. Tapi di laporan tahunan, tahun 2024 karyawannya 16 orang dan tahun 2023 disebut 18 orang. Mana yang benar. Angka begini memang bukan utama, tapi kalau yang sekecil ini saja bisa salah, apalagi yang besar.
Satu hal yang bikin kita makin waspada adalah bagian Key Audit Matters dari auditor. Di situ, pengakuan pendapatan ditandai sebagai area yang punya risiko manipulasi tinggi. Auditor menyatakan secara eksplisit bahwa ada risiko manajemen bisa memainkan jumlah dan waktu pengakuan pendapatan untuk kelihatan lebih bagus. Ini biasanya muncul kalau tekanan dari pemegang saham tinggi, performa lesu, dan ada potensi window dressing. Dan ya, itu semua ada di DADA. Tapi sekali lagi kata auditor nya hanya risiko toh auditor nya tetap kasi opini wajar LK nya. Agak anomali sih, Balerina Cappuccina.
Masalah lain ada di ketidakkonsistenan penerapan PSAK. Dalam laporan FY2024 mereka menyatakan menggunakan PSAK baru mulai 1 Januari 2024, termasuk PSAK 201, 207, 107, dan 116. Tapi di laporan Q1 2024, mereka menyebut memakai PSAK baru per 1 Januari 2023, dan isinya beda yaitu PSAK 1, 16, 25, dan 46. Ini bukan soal hafalan standar akuntansi, tapi soal kepastian. Kalau standar yang dipakai beda-beda dan tidak dijelaskan, artinya bisa ada dampak ke pengakuan laba, aset, atau kewajiban yang menyesatkan.
Dari semua keanehan itu, apa masih ada harapan. Jujur, kalau cuma lihat valuasi, DADA ini bisa terlihat murah. PBV-nya di bawah 1, PER-nya juga kecil. Tapi sayangnya, PBV rendah karena akumulasi kerugian. PER rendah karena labanya kecil dan tidak konsisten, bahkan nyaris tidak ada arus kas. Jadi ini bukan undervalued karena prospek, tapi karena pasar sudah tahu fundamentalnya lemah. Dari 33 indikator Skydrugznomic Jongkoxnomic yang dicek, cuma 5 yang lolos. Sisanya zonk. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Sebagai investor, satu-satunya harapan rasional adalah unit Apple 3 bisa cepat dijual dengan margin yang lumayan, sehingga muncul arus kas positif yang bisa nutup utang dan operasional. Tapi realita menunjukkan sudah 2 tahun jalan tapi progress penjualan lambat. Kalau pemegang saham besar bosan suntik dana, perusahaan ini bisa kehabisan napas. Dan jangan lupakan, perusahaan ini juga sudah pernah rights issue, jadi bukan tidak mungkin akan rights issue lagi. Yang lama belum naik, malah makin terdilusi.
Dari sisi hidden gem, bisa saja, tapi sangat spekulatif. Kalau manajemen berhasil menyulap Apple 3 jadi mesin uang, bisa jadi ada perbaikan performa. Tapi selama belum ada tanda-tanda penjualan signifikan dan arus kas tetap lemah, ini lebih kelihatan seperti jebakan value trap yang ditutupi dengan cat murah.
DADA ini bukan perusahaan jahat, tapi laporan keuangannya memperlihatkan perusahaan yang sedang tertekan hebat secara likuiditas, keberlanjutan operasional, dan konsistensi pelaporan. Ini perusahaan yang butuh mukjizat atau tangan dingin pemilik untuk bisa bertahan, bukan perusahaan yang bisa lari sendiri ke masa depan. Kalau mau invest, pastikan tahu. Ini bukan soal murah atau mahal, tapi soal masih hidup atau tidak di tahun depan. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
1/10
$BLOG yang akan IPO adalah emiten logistik yang menyediakan truk dan gudang yang scara umum sudah banyak di indonesia, namun yang bikin menarik dari dia ini adalah spesialisasinya di cold storage (mulai dari gudang hingga truk nya pakai freezer), dan pelanggan tetap terbesarnya masih dari grupnya sendiri $AMRT AlfaMIDI, dimana minimarket ini makin menjamur di Indonesia.
Pesaing mereka untuk bisnis coldstorage kl yang udah masuk bursa mungkin $DMND ULTJ CMRY, emiten manufaktur F&B, dimana cold storage adalah fasiltas wajib dari bagian value chain bisnis F&B mereka, ya karena salah satu bisnis mereka adalah susu dan eskrim yang mewajibkan dalam kondisi dingin.
Untuk DMND farsilitas cold storange di kelola terpisah dimana dikelola anak perusahaannya yakni PT Diamond Cold Storage, tapi belum masuk bursa.
Bagaimana prospek bisnis cold storage? katanya sih bagus, kenapa? kebutuhan sistem penyimpanan dan distribusi berpendingin di berbagai sektor, seperti makanan dan minuman (F&B), produk2 pertanian dan kelautan, buah2an, produk konsumen cepat saji (FMCG), farmasi, serta produk2 kosmetik semakin meningkat.
Nah baru saja VAST emiten pergudangan, merambah dunia baru di bisnis gudang cold storage, dengan bekerjsama ( menyewakan gudangnya untuk dijadikan gudang beku) pada salah satu distributor makanan dan minuman terbesar di Indonesia ( siapa ya?).
ini sekedar insight saja teman teman. untuk mendapat pendangan tentang persaingan di industri cold storage.
Susu Siapa yang Paling Besar Labanya?: $ULTJ vs $DMND vs $CMRY vs KINO vs GOOD vs KEJU vs MYOR vs ICBP
Lanjutan dari postingan sebelumnya tentang susu di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
Di balik rak-rak susu yang kelihatan manis dan menyehatkan itu, ternyata kondisi perusahaan-perusahaan susu di BEI (Bursa Efek Indonesia) jauh lebih berwarna. Ada yang lagi ekspansi, ada yang berdarah-darah, ada yang lagi recovery, dan ada juga yang kelihatannya jalan di tempat. Supaya gak cuma lihat dari logo dan kemasan, mari kita bedah semua data keuangan dan performa harga saham delapan pemain sektor susu di IHSG yaitu KEJU, ICBP, CMRY, GOOD, MYOR, KINO, ULTJ, dan DMND. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Kita mulai dari KEJU alias PT Mulia Boga Raya Tbk, produsen keju Prochiz yang ternyata bukan cuma enak di lidah, tapi juga enak di portofolio. Dalam 1 tahun terakhir, harga sahamnya naik 69,64%, tertinggi di antara semuanya. Dan itu bukan karena euforia doang, tapi karena fundamentalnya juga kuat. Revenue naik 8,7%, net income lompat 39%, dan semua margin, baik gross, operating, sampai net, ikutan naik. Capex mereka juga naik 56% tapi masih terbilang irit dibanding kas masuk. Artinya mereka rajin investasi, tapi tetap irit dan efisien. Ini contoh klasik saham kecil tapi sehat secara keuangan.
Berikutnya ada ICBP, anak emas Grup Indofood. Revenue naik tipis 0,65%, tapi laba bersih tetap tumbuh 11,4%. Capex-nya naik drastis 118%, tapi untungnya CFO-nya masih cukup kuat untuk nanggung beban itu. Margin operasional dan margin bersih juga naik, operating margin tembus 29,45% dan net margin 17,34%. Sahamnya juga naik 4,16% dalam setahun terakhir. Jadi meskipun growth-nya nggak gila-gilaan, ICBP ini ibarat kapal besar yang stabil. Investor suka yang begini, gak terlalu heboh tapi aman.
Lanjut ke CMRY alias Cimory, si pendatang baru yang langsung bikin gebrakan. Revenue naik 12,41%, laba bersih melonjak 117,72%, dan operating margin mencapai 20,74% yang merupakan tertinggi kedua setelah ICBP. Capex-nya naik 37%, dan semuanya masih bisa ditutup dengan CFO yang naik juga. Tapi anehnya, harga sahamnya justru turun tipis -1,02% dalam 1 tahun. Ini bisa jadi karena valuasi udah mahal sebelumnya, atau pasar belum sadar betapa kuatnya fundamental Cimory saat ini. Buat value investor, ini bisa jadi hidden gem yang masih underappreciated.
Kalau GOOD (Garudafood), mereka lebih kalem. Revenue tumbuh 4,54%, laba naik 23%, tapi Capex justru turun 57%. Mereka juga baru akuisisi perusahaan lain, jadi lebih fokus ke pertumbuhan lewat akuisisi ketimbang bangun sendiri. Dari sisi cash flow, ada penurunan 40% di CFO, tapi masih cukup aman. Sahamnya juga turun -2,70%. Bisa dibilang ini saham yang lagi “bernapas”, gak sedang meledak tapi juga gak jatuh dalam. Cocok buat investor yang cari defensif.
MYOR alias Mayora sebenarnya bukan pemain susu murni, tapi tetap kita masukkan karena mereka punya produk susu cair dan kopi susu. Sayangnya, data keuangan detail sektor susunya belum bisa dipecah, dan harga sahamnya turun -11,93% dalam setahun. Ini bisa jadi karena tekanan di sektor FMCG secara umum, atau karena margin mereka lagi tertekan. Kita butuh lebih banyak data untuk mengupas lebih dalam MYOR.
KINO adalah contoh klasik perusahaan yang sempat megap-megap tapi mulai bangkit. Tahun lalu mereka sempat negatif CFO, tapi Q1 2025 berhasil balik positif. Laba naik 108%, operating profit naik 15%, dan margin bersih mulai membaik. Tapi Capex-nya justru dipotong lebih dari 50%, mungkin buat jaga-jaga likuiditas. Sahamnya masih minus -19,34% dalam setahun, tapi ini bisa dibilang masa transisi. Buat yang percaya sama cerita comeback, ini bisa jadi pilihan turnaround.
Kita masuk ke dua yang paling berat yaitu ULTJ dan DMND. ULTJ, meskipun brand-nya kuat banget, sedang ada masalah di dalam. CFO-nya negatif, alias kegiatan operasionalnya malah ngabisin uang. Laba turun 10%, dan Capex tetap naik 36%. Ini jelas mismatch, mereka lagi keluar uang banyak buat investasi, tapi bisnis utamanya justru nyedot kas. Sahamnya pun dihukum pasar, turun -27,35%. Ini contoh perusahaan yang punya nama besar tapi lagi masuk fase bahaya kalau gak segera dibenahi. https://cutt.ly/ge3LaGFx
Yang paling parah adalah DMND alias Diamond. Capex-nya naik 110%, CFO naik 196%, tapi labanya malah anjlok 18% dan margin bersih tinggal 2%. Ini juga mismatch yang berat. Mereka kayak orang kerja keras siang malam, tapi hasilnya gak kelihatan. Mungkin karena beban awal ekspansi atau inefisiensi. Tapi pasar udah gak sabar, harga sahamnya turun -30,14%, jadi penurunan paling dalam di sektor ini.
Paling stabil dan layak investasi jangka panjang adalah ICBP
Paling agresif tapi efisien dan sehat adalah CMRY
Paling cuan dan konsisten adalah KEJU
Paling defensif adalah GOOD
Paling potensial turnaround adalah KINO
Paling penuh risiko karena laba anjlok adalah ULTJ dan DMND
Jadi sektor susu itu gak selalu putih dan mulus kayak produknya. Di balik kemasan manis, ada data keuangan yang harus dicermati. Bagi investor susu yang ngerti fundamental, potensi besar bisa ditemukan justru di tengah anomali seperti ini. Yang penting, jangan cuma lihat dari luar. Karena kadang, yang kelihatan segar dan besar di luar justru punya masalah di dalam.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$DMND ini lagi lagi diskon gede apa rug pull ges. 😆
minus nya VOL transaksi kecil, kurang banyak trader, copet dan big money yg masuk. sama kayak $CITA
Susu Siapa yang Paling Besar Labanya: $ULTJ vs $DMND vs $ICBP
Lanjutan dari postingan sebelumnya di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
Kalau lagi bahas soal saham yang main di industri susu, rasanya nama-nama seperti ICBP, ULTJ, dan DMND nggak mungkin luput dari pantauan. Tiga-tiganya punya pendekatan bisnis yang sangat berbeda, meskipun sama-sama main di dairy. Tapi justru karena itulah, perbandingannya jadi makin menarik, karena kita bisa lihat dari dekat gimana tiga perusahaan dengan strategi dan struktur yang sangat berbeda bisa menghasilkan performa dan profil risiko yang juga beda jauh. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
ICBP sebenarnya bukan pure player di dairy, karena jantung bisnis mereka itu jelas ada di mie instan. Tapi mereka tetap punya lini susu yang dikelola lewat dua entitas utama, Indolakto dan Indokuat. Gabungan aset segmen ini per akhir Maret 2025 sebesar Rp8,15 Triliun.
Kalau dibandingkan dengan total aset konsolidasi ICBP yang mencapai Rp130,73 Triliun, porsinya cuma 6,2%. Dari sisi penjualan, segmen dairy menyumbang Rp2,72 Triliun atau sekitar 13,5% dari total revenue grup. Memang bukan angka kecil, tapi juga belum bisa disebut andalan.
Dari sisi profitabilitas, segmen ini menghasilkan laba operasi Rp292 Miliar, yang setara 5,7% dari total laba operasi. Artinya, meskipun penjualannya cukup signifikan, margin usahanya cuma sekitar 10,7%, masih tergolong tipis apalagi kalau dibandingin dengan kompetitor pure dairy. Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx
Yang juga penting dicatat, capex untuk segmen susu ini di Q1 hanya Rp33 Miliar, padahal beban depresiasi udah Rp128 Miliar. Artinya, secara investasi, ICBP belum terlalu serius nambah otot di dairy. Tambah lagi, Indolakto juga punya goodwill Rp1,42 Triliun, ini indikasi bahwa segmen susu ICBP bukan dibangun dari bawah, tapi dari akuisisi, yang tentu ada risiko tersendiri soal efisiensi dan return ke depan.
Sekarang kita lihat ke ULTJ, alias Ultrajaya. Ini dia contoh textbook dari perusahaan yang fokus, rapi, dan tahu persis kekuatan dirinya. Pendapatan mereka di Q1 2025 memang turun tipis 0,6% YoY jadi Rp2,28 Triliun. Tapi gross profit-nya justru naik dari Rp777 Miliar ke Rp793 Miliar. Dan lebih penting lagi, gross margin-nya naik dari 33,8% ke 34,7%. Ini gila sih, apalagi di tengah tekanan harga bahan baku dan energi, bisa ngejaga margin segede itu jelas bukan kerja asal-asalan.
Salah satu jurus pamungkas mereka ada di model contract manufacturing. Mereka bukan cuma produksi buat merek sendiri, tapi juga produksi buat perusahaan lain. Contoh paling besar ya Buavita dan Go-Go yang diproduksi untuk Unilever, nilainya sampai Rp400 Miliar per kuartal. Mereka juga produksi susu Morinaga untuk Sanghiang Perkasa senilai Rp10 Miliar. Jadi, alih-alih membiarkan kapasitas produksi nganggur atau hanya bergantung pada brand sendiri, mereka maksimalkan pabriknya dengan produksi pihak ketiga. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Hasilnya jelas, efisiensi tinggi, utilisasi mesin maksimal, dan margin tetap tebal meskipun revenue stagnan. Pendekatan ini bikin ULTJ kelihatan sangat kokoh dari sisi sustainability. Bahkan tanpa ekspansi agresif, mereka bisa cetak margin yang susah disaingi.
DMND alias Diamond Food Indonesia punya cerita yang beda lagi. Mereka memang terkenal lewat produk-produk beku dan susu segar, tapi strategi intinya bukan produksi massal sendiri.
Mereka lebih jago di distribusi dan kerja sama brand global. Lewat anak usaha Sukanda Djaya, mereka jadi distributor resmi produk macam Nutella, Kinder Joy, kentang McCain, bahkan punya lisensi untuk produksi dan jualan produk dari ABF Plc. Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx
Pendekatan ini bikin mereka bisa mendongkrak revenue dengan cepat. Di Q1 2025, revenue mereka naik 5,2% YoY ke Rp2,55 Triliun, paling tinggi di antara ketiganya. Tapi gross profit mereka justru turun, dari Rp517 Miliar ke Rp507 Miliar. Gross margin pun turun dari 21,3% ke 19,8%. Ini jelas sinyal bahwa mereka tumbuh secara volume tapi profitabilitas per unit-nya menurun. Kenapa bisa begitu? Kemungkinan besar karena kerja sama distribusi dan lisensi punya margin yang lebih tipis dibanding produksi in-house.
Bisa juga karena ada kenaikan biaya logistik atau distribusi yang nggak bisa langsung di-pass ke konsumen. Intinya, strategi DMND berhasil dorong top line, tapi bottom line-nya kena tekanan. Cocok buat ekspansi, tapi butuh kerja ekstra untuk jaga margin supaya nggak makin tipis.
Dari sisi struktur entitas, ICBP kelihatan paling rumit. Segmen susunya dijalankan lewat anak dan cucu usaha, Indolakto dimiliki lewat SAJ, dan Indokuat dimiliki lewat Indolakto. Model kayak begini bikin hasil usaha segmen susu tidak semuanya bisa langsung dinikmati pemegang saham ICBP, karena ada porsi untuk non-controlling interest. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Beda dengan ULTJ dan DMND yang lebih sederhana dan terkonsolidasi penuh, sehingga semua laba bersih benar-benar milik pemegang saham induk. Ini penting banget buat investor yang ngincer kualitas laba dan konsistensi arus kas.
Kalau ditanya siapa yang lebih unggul dari sisi margin, jawabannya jelas ULTJ. Gross margin mereka tembus 34,7%, jauh mengungguli DMND (19,8%) dan ICBP di segmen susu (10,7%). ULTJ juga unggul di efisiensi, dengan kemampuan menjaga profit meski revenue flat.
Tapi kalau bicara growth, DMND bisa dibilang paling agresif. Revenue mereka naik paling tinggi dan strategi distribusi-lisensi terbukti efektif membuka pasar baru, walaupun dengan trade-off di margin. ICBP sendiri ada di tengah-tengah, dari sisi volume lumayan, dari sisi margin belum terlalu menonjol, dan dari sisi strategi masih terlihat segmen susunya belum diprioritaskan penuh.
Jadi kalau investor cari perusahaan dengan pertumbuhan tinggi dan pasar luas, DMND mungkin cocok, asalkan siap dengan risiko margin yang fluktuatif. Buat yang fokus ke margin kuat, kestabilan laba, dan efisiensi tinggi, ULTJ adalah pilihan paling aman. Sementara ICBP, meskipun besar dan punya brand kuat kayak Indomilk dan Milkuat, lini dairy-nya belum jadi tulang punggung. Masih tergolong side business dibanding divisi mie yang memang mendominasi secara aset, revenue, dan laba. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Dalam jangka panjang, kinerja saham sektor susu ini akan sangat dipengaruhi oleh arah strategi masing-masing. Apakah ICBP bakal berani mengucurkan capex lebih besar untuk perkuat dairy? Apakah ULTJ bisa terus menjaga efisiensi ketika bahan baku naik? Dan apakah DMND mampu mempertahankan pertumbuhan tanpa mengorbankan margin lebih jauh? Itu semua adalah pertanyaan penting untuk investor ritel yang nggak cuma cari cerita manis di label susu, tapi juga pengembalian modal yang sehat dan berkelanjutan di portofolio.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
1/7
$DMND saham bagus, harga pas lagi dibawah. baru aja bagi deviden pertama kalinya. apalagi klw ga cicil buy dan hold.
Beda Jurus Susu $ULTJ vs $DMND
Saat kita berbelanja, produk dari Diamond dan Ultrajaya pasti sudah tidak asing lagi. Keduanya merupakan pemain utama di industri makanan dan minuman Indonesia. Namun di balik layar, cara mereka menjalankan bisnis ternyata sangat berbeda. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Strategi utama Diamond dapat digambarkan sebagai pemanfaatan jaringan secara maksimal. Mereka memiliki jaringan distribusi yang sangat kuat di seluruh Indonesia. Jadi, selain menjual produk dengan merek sendiri, mereka juga bekerja sama dengan merek-merek global untuk menjual produknya di sini.
Contohnya, melalui anak usahanya PT Sukanda Djaya, Diamond menjadi distributor resmi untuk produk Ferrero seperti Nutella dan Kinder Joy, serta kentang beku McCain. Tidak hanya itu, mereka juga memegang lisensi dari Associated British Food Plc untuk memproduksi dan menjual beberapa produk di Indonesia. Intinya, Diamond membuka pintunya bagi merek lain untuk memperluas jangkauan pasar dengan portofolio produk yang lebih beragam.
Strategi ini terbukti berhasil mendongkrak revenue. Jika kita bandingkan kuartal pertama tahun 2024 dengan 2025, revenue Diamond berhasil naik dari sekitar Rp 2,42 triliun menjadi Rp 2,55 triliun. Ini adalah sebuah revenue growth sekitar 5,2%.
Namun, ada satu hal yang menarik.
Meskipun revenue mereka naik, gross profit mereka justru sedikit menurun, dari Rp 517,5 miliar pada 2024 menjadi Rp 506,9 miliar pada 2025. Fenomena ini menyebabkan gross profit margin mereka ikut terkikis, dari sekitar 21,3% menjadi 19,8%. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Ini adalah sebuah anomali di mana cost untuk menghasilkan revenue tersebut tumbuh lebih cepat daripada revenue itu sendiri. Kemungkinannya adalah produk-produk dari kerja sama baru memiliki tingkat profitability yang lebih rendah, atau ada kenaikan operational cost dalam proses distribusi. Jadi, strategi Diamond ini sukses memperbesar scale bisnis, namun membawa tantangan dalam menjaga tingkat profitability.
Berbeda dengan Diamond, Ultrajaya mengambil jurus yang lebih fokus pada kekuatan inti mereka yaitu produksi. ULTJ dikenal memiliki teknologi UHT canggih dan kapasitas produksi masif. Alih-alih hanya untuk produk sendiri, mereka menyewakan keahlian dan fasilitas produksinya kepada perusahaan lain, sebuah praktik yang dikenal sebagai contract manufacturing atau maklun.
Dua kerja sama besar mereka adalah dengan PT Unilever Indonesia Tbk $UNVR, di mana ULTJ memproduksi minuman UHT merek Buavita dan Go-Go dengan nilai transaksi mencapai Rp 400 miliar. Selain itu, mereka juga bekerja sama dengan PT Sanghiang Perkasa untuk memproduksi susu Morinaga. Nilai transaksi dengan Morinaga pada kuartal pertama 2025 tercatat sekitar Rp 10,4 miliar.
Di sinilah keunikan strategi ULTJ terlihat. Total sales mereka memang sedikit turun, dari Rp 2,29 triliun pada kuartal pertama 2024 menjadi Rp 2,28 triliun di periode yang sama tahun 2025, atau turun tipis sekitar 0,6%. Akan tetapi, gross profit mereka justru naik.
Angkanya bergerak dari Rp 776,8 miliar menjadi Rp 792,6 miliar. Ini secara otomatis mengangkat gross profit margin mereka dari 33,8% menjadi 34,7%.
Apa artinya ini? Hal ini menunjukkan operational efficiency yang luar biasa dari Ultrajaya. Dengan menerima order produksi dari pihak lain, production assets mereka menjadi lebih produktif. Efisiensi inilah yang membuat profitability mereka tetap solid bahkan ketika total sales sedikit melandai. Jurus ini membuktikan bahwa menjadi ahli di balik layar bisa sangat menguntungkan.
Jadi, strategi siapa yang lebih superior? Jawabannya sangat tergantung pada metrik yang kita lihat. Kalau kita melihat dari sisi revenue growth, Diamond (DMND) jelas lebih unggul dengan pertumbuhan 5,2%. Strategi distribusi dan lisensi mereka sangat efektif untuk melakukan market expansion. Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx
Namun jika kita melihat dari sisi profitability, Ultrajaya (ULTJ) adalah pemenangnya. Kemampuan mereka untuk meningkatkan gross profit margin menjadi 34,7% adalah bukti manajemen operasional yang sangat solid dan efficient.
Pada akhirnya, kedua perusahaan menunjukkan strategi cerdas yang disesuaikan dengan kekuatan unik mereka. DMND fokus pada scale dan perluasan pasar, mungkin dengan konsekuensi margin yang sedikit tertekan. Sementara itu, ULTJ fokus pada operational efficiency untuk memaksimalkan profit dari setiap unit yang mereka produksi. Keduanya adalah studi kasus menarik tentang bagaimana dua pemain besar di industri yang sama bisa menempuh jalan yang sangat berbeda untuk mencapai kesuksesan.
Dalam jangka panjang, susu yang menang adalah susu yang memiliki kebesaran laba dan dividen.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
Akses Jurnal Ilmiah Legal dan Abu-abu?
Mahasiswa dan investor saham yang mau riset saham dan analisis makro biasanya harus cek jurnal untuk bisa dapat informasi bermanfaat. Tapi jalannya ada dua jalur besar, yaitu jalur gratis tapi abu-abu atau hitam (ilegal atau melanggar etika) dan jalur legal tapi kadang nyebelin karena gak semua jurnal tersedia.
SciHub jadi nama yang paling terkenal. Tujuannya simpel, membuka akses ke peer-reviewed papers yang biasanya di-lock di balik paywall. Caranya gampang, tinggal cari DOI (semacam nomor identitas jurnal), tempel di SciHub, dan biasanya langsung bisa dibaca. Isinya pun masif, lebih dari 88 juta artikel akademik. Tapi, sejak beberapa waktu lalu, SciHub berhenti menambahkan artikel baru, jadi jurnal-jurnal terkini belum tentu ada. Selain itu, legalitasnya memang dipertanyakan di banyak negara. Secara teknis ini dianggap pembajakan.
Karena itu, muncullah alternatif seperti Anna's Archive, yang sekarang bahkan lebih gede dari SciHub. Jumlah artikelnya hampir 93 juta dan terus bertambah. Selain jurnal, dia juga nyimpen buku, majalah, komik, sampai data perpustakaan. Tapi untuk download gratis, harus cermat. Jangan klik tombol download yang cepat atau lambat, itu jebakan iklan. Pilih show external downloads, dan coba satu per satu link yang tersedia. Tapi hati-hati juga karena situs ini penuh iklan berbahaya, seperti Link ini Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Disarankan pakai ad blocker.
Kalau Anna's Archive gak bisa diakses, bisa lanjut ke LibGen (Library Genesis). Ini juga bisa cari jurnal pakai DOI dan pilih kategori scientific articles. LibGen akan tunjukin lokasi file, termasuk dari SciHub, LibGen sendiri, atau server lain seperti Lib RS dan LII. Tapi ya itu, nama LibGen dan Z-Library (Zed Library) udah lama terkenal karena berurusan dengan copyright violation. Jadi penggunaannya masuk ke ranah pakai tapi siap tanggung risiko.
Z-Library sih bisa dibilang lebih sering gagal untuk jurnal ilmiah. Masih bisa cari pakai DOI atau judul, tapi tingkat keberhasilannya rendah. Banyak pengguna menganggap kalau di SciHub dan Anna gak ada, ya kemungkinan besar di Z-Library juga gak ada.
Kalau kita maunya aman dan legal, ada beberapa opsi. Pertama, https://cutt.ly/IrYqYmuI. Ini plugin browser buat Chrome atau Firefox. Kalau kita buka halaman jurnal dan muncul ikon gembok hijau terbuka, artinya bisa diakses gratis dan legal. Lalu ada Open Access Button, ini bisa langsung kasih akses atau otomatis kirim permintaan ke penulisnya. Tapi ya, pengalaman banyak orang, penulis jarang bales kalau gak kenal secara pribadi. Jadi kayak nembak gebetan yang gak kenal kita.
Cara lain, langsung email si penulis jurnal. Banyak yang sebenarnya bersedia kasih PDF gratis, asal ditanya baik-baik. Tapi sama juga, gak selalu dibalas, dan agak repot kalau kita butuh cepat.
Terakhir, ada Directory of Open Access Journals (DOAJ). Ini bukan buat baca, tapi buat penulis yang pengen terbitin riset secara open access supaya bisa diakses siapa aja. Keuntungannya, lebih banyak yang baca dan sitasi naik. Tapi masalahnya, sering kali butuh bayar biaya publikasi yang gak murah.
Jadi kalau butuh jurnal, urutan percobaannya bisa begini
1) SciHub
2) Anna’s Archive
3) LibGen
4) Z-Library
5) Unpaywall atau Open Access Button
6) email penulis langsung.
Mau legal atau tidak, semua balik ke konteks dan kebutuhan. Tapi kalau bisa, pakai yang legal dulu. Kalau kepepet dan gak ada pilihan lain, ya kita tahu sendiri harus ke mana.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$DMND $ULTJ
$DMND
antri di 300
ini kyak nya mau di liquidasi ya, atau ada plan utk delisting, sadiss mmg dunia persahaman indo ini wkwkw
Susu Saya Susu $ULTJ dan $DMND
Lanjutan dari diskusi sebelumnya di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
Kamu suka minum susu apa? Susu Ultramilk atau susu Diamond? Untuk bikin campuran kopi dan teh susu keduanya enak karena creamy meskipun kadang bikin bolak - balik ke toilet kalau minumnya berlebihan. Tapi pertanyaannya adalah meskipun susunya sama - sama enak, apakah laporan keuangannya keduanya juga enak? Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
PT Ultrajaya Milk Industry Tbk (ULTJ) dan PT Diamond Food Indonesia Tbk (DMND), kedua-duanya memang punya reputasi kuat di pasar susu, hampir semua orang Indonesia pernah minum susu keduanya. Secara aset dan skala bisnis, ULTJ masih unggul. Total asetnya mencapai Rp8,64 triliun, sementara DMND di Rp7,86 triliun. Begitu juga dengan ekuitas, ULTJ berada di level Rp7,79 triliun dan DMND di Rp6,25 triliun. Keduanya sama-sama mengalami kenaikan aset dan ekuitas dibanding akhir 2024, yang sekilas terlihat sehat.
Tapi jangan langsung percaya tampilan luar, karena begitu kita kulik lebih dalam, terlihat jelas ada tren penurunan profitabilitas di keduanya. DMND memang berhasil tumbuh dari sisi penjualan, naik 5,22% dari Rp2,43 triliun jadi Rp2,55 triliun. Tapi profitnya justru turun. Laba kotor menurun 2%, laba operasi anjlok 35%, dan laba bersih turun 18% ke Rp51,8 miliar. Margin pun makin tipis, dengan net profit margin hanya 2,03% dari sebelumnya 2,6%. Sedangkan ULTJ malah alami penurunan penjualan tipis 0,59%, tapi gross profit-nya naik 2,04% karena mereka berhasil tekan cost of goods sold. Sayangnya, laba operasi dan laba bersih mereka ikut turun sekitar 10% ke Rp445 miliar dan Rp366 miliar.
Jadi keduanya sama-sama lagi kena tekanan beban, DMND di sisi beban pokok dan distribusi, ULTJ di beban penjualan dan administrasi yang naik tajam masing-masing 30% dan 33%.
Tapi yang bikin investor harus benar-benar mikir ulang adalah arus kas. DMND, meski labanya turun, justru mencatat lonjakan arus kas dari operasi (CFO) dari Rp102 miliar ke Rp303 miliar. Mereka juga punya free cash flow (FCF) sebesar Rp202 miliar. Ini bukan sulap, tapi hasil dari manajemen modal kerja yang agresif, stok barang dipangkas, dan utang ke supplier dinaikkan dari Rp913 miliar ke Rp1,22 triliun. Artinya mereka pintar jaga cash meskipun laba menyusut. ULTJ justru sebaliknya. Mereka punya kas besar, bahkan Rp2,18 triliun, tapi CFO-nya anjlok jadi minus Rp84 miliar dan FCF jadi minus Rp165 miliar. Mereka kebanyakan bayar supplier, sementara piutang dan beban naik, dan utang dagang turun drastis. Ini bikin posisi kas mereka yang tadinya jadi kekuatan, malah mulai kelihatan rapuh dari sisi cashflow. Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx
Dari sisi model bisnis, DMND lebih variatif. Selain jualan produk makanan dan minuman, mereka juga punya unit usaha ritel, perdagangan non-food, bahkan platform digital. Penjualannya juga tidak bergantung ke satu pelanggan, dan lebih fokus ke domestik. ULTJ fokus banget di minuman UHT, dengan 99% pendapatan dari sektor itu. Tapi distribusi mereka sangat kuat dan menjangkau semua kanal, dari pasar tradisional, modern retail, sampai ekspor. Mereka juga punya peternakan sapi sendiri sebagai integrasi vertikal. ULTJ unggul dari efisiensi produksi, sementara DMND unggul dari sisi diversifikasi bisnis dan manajemen kas.
Dari transaksi pihak berelasi, DMND punya hubungan usaha dengan beberapa entitas seperti PT NHF Diamond Indonesia dan PT Nuansa Alam Abadi, sementara ULTJ punya hubungan dengan PT Menara Ultra dan joint venture seperti Kraft Ultrajaya.
Tentu semua investor berharap tren penurunan laba keduanya bisa dibalik. Untuk DMND, kuncinya di kontrol biaya produksi dan distribusi biar margin bisa naik. Untuk ULTJ, fokusnya harus ke efisiensi beban operasional, karena margin kotor mereka sebenarnya sudah bagus. Harapan kedua adalah cash flow. DMND sudah on track dari sisi cash flow, tinggal bagaimana menjaga keberlanjutan tanpa terlalu mengandalkan tunda bayar ke supplier. ULTJ harus cepat balik ke cash flow positif, karena terus bakar cash meski punya tabungan besar tetap saja bukan strategi berkelanjutan. Harapan lainnya, investor pasti ingin lihat pertumbuhan yang sehat dan tidak sekadar survive, apalagi keduanya punya fasilitas kredit bank yang masih longgar.
Tapi tentu, ada juga hal yang perlu diwaspadai. Untuk DMND, margin yang makin tipis dan turunnya laba per saham harus jadi sinyal peringatan. Kalau strategi efisiensi modal kerja ini gagal ditopang dengan perbaikan struktur biaya, mereka bisa kehabisan napas juga. Untuk ULTJ, kondisi cash flow yang negatif dan lonjakan beban operasional sangat mengkhawatirkan. Mereka terlihat kaya, tapi boros. Kalau ini tidak segera ditangani, investor bisa kehilangan kepercayaan meskipun ekuitas dan aset mereka besar. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Jadi DMND adalah contoh susu dengan profit yang tipis tapi efisien dalam menghasilkan cash. ULTJ adalah susu dengan margin besar dan skala besar, tapi sedang bocor dari dalam. Kedua susu ini punya kekuatan dan kelemahan. Investor tinggal pilih, mau ikut yang cash-nya sehat tapi profitnya tipis, atau yang marginnya tebal tapi lagi kesulitan mengelola arus kas. Dan seperti biasa, pilihan terbaik bukan soal siapa yang lebih besar, tapi siapa yang lebih siap memperbaiki kelemahannya sekarang sebelum semuanya terlambat. Nanti kita review juga susu $ICBP. Untuk lihat labanya lebih gede atau lebih kecil.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
1/8