Volume
Avg volume
Perseroan dan Entitas Anak (selanjutnya disebut 'Cinema XXI') berkedudukan di Jakarta Pusat, didirikan pada tahun 1988 berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Negara Republik Indonesia, dengan nama PT Subentra Nusantara berdasarkan Akta Pendirian No. 67 tanggal 7 Juni 1988 yang ditandai dengan pembukaan Studio 21, multipleks modern pertama di Indonesia. Perseroan merupakan perusahaan yang fokus dalam pemutaran film dan penyediaan F&B untuk memberikan pengalaman hiburan yang berkualitas tinggi. Kegiatan usaha utama Cinema XXI terdiri dari kegiatan usaha bioskop, penjualan F&B, serta penyelenggaraan acara dan pe... Read More
ROIC Gede, Laba Gede
Banyak orang fokus ke laba besar saat milih saham, tapi jarang yang benar-benar perhatiin seberapa efisien perusahaan itu dalam menggunakan modalnya buat menghasilkan keuntungan. Nah, di sinilah ROIC (Return on Invested Capital) berperan. ROIC itu ibarat nilai rapor yang nunjukin seberapa pintar perusahaan dalam memakai uang yang ada untuk bikin lebih banyak uang lagi. Semakin tinggi ROIC, semakin efisien perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dari modal yang dipakai. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Coba kita lihat beberapa saham yang punya ROIC >15%, alias perusahaan yang jago banget mengubah modal jadi profit. Di daftar teratas ada UNVR, dengan ROIC 109.69%, angka yang luar biasa tinggi! Ini artinya, modal yang dipakai Unilever buat operasionalnya benar-benar menghasilkan keuntungan yang besar dibanding modalnya. Sayangnya, meskipun ROIC tinggi, harga sahamnya anjlok -50.16% dalam setahun, dan laba turun -28.15%, bikin investor mulai ragu apakah efisiensi ini masih bisa bertahan.
Di sisi lain, ada MLBI (Multi Bintang Indonesia) yang juga punya ROIC gila-gilaan di 74.85%. Meskipun sahamnya juga turun -13.48%, MLBI masih menarik karena punya Dividend Yield 9.61%, salah satu yang tertinggi di daftar ini. Lalu ada STAA (Sumber Tani Agung Resources) yang meskipun baru di bursa, punya ROIC 18.17% dan pertumbuhan laba tertinggi di daftar ini, yaitu 70.09%. Sahamnya juga yang paling tahan banting, cuma turun -2.41% dalam setahun.
Sementara itu, perusahaan dengan ROIC tinggi lain seperti TLKM (16.07%), CNMA (19.98%), dan ARNA (21.29%) juga menunjukkan efisiensi yang baik. Tapi mereka masih struggle dengan sentimen pasar, terbukti dari harga saham yang turun cukup dalam. TLKM misalnya, turun -34.09% dalam setahun, meskipun fundamentalnya masih cukup kuat dengan Dividend Yield 6.79%.
Jadi, kenapa ROIC itu penting? Karena ini metrik yang lebih akurat dibanding ROE, karena nggak cuma ngitung modal dari pemegang saham, tapi juga dari utang. Ini berarti, perusahaan yang punya ROIC tinggi bisa dibilang lebih efisien dalam menggunakan seluruh modalnya. ROIC juga jadi indikator penting buat ngukur seberapa kuat moat atau keunggulan kompetitif sebuah perusahaan. Kalau ROIC bisa bertahan di level tinggi bertahun-tahun, itu berarti perusahaan punya sesuatu yang bikin mereka sulit disaingi, entah itu brand kuat kayak UNVR, jaringan distribusi solid kayak TLKM, atau efisiensi produksi tinggi seperti STAA.
Kalau ditanya berapa angka ROIC yang ideal, 15% ke atas biasanya udah bagus banget. Makanya saham-saham dalam daftar ini bisa dibilang punya keunggulan dibanding perusahaan lain yang modalnya besar tapi profitnya nggak seberapa. Tapi tetap harus hati-hati, karena ROIC tinggi nggak selalu berarti harga sahamnya bakal naik. Kalau laba turun terus kayak UNVR, ya investor tetap kabur, meskipun ROIC-nya tinggi.
Kalau mau cari perusahaan yang nggak cuma besar, tapi juga efisien dalam menghasilkan keuntungan, lihatlah ROIC. Perusahaan yang bisa menjaga ROIC tinggi dalam waktu lama biasanya lebih stabil, lebih bisa bertahan dari krisis, dan lebih mungkin menghasilkan return yang bagus buat investor dalam jangka panjang. https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Contoh saham ROIC Tinggi
1. $UNVR → Harga Rp1.580 ❌, PBV 17.54 ❌, PER 15.02 ✅, ROIC 109.69% ✅, ROE 105.40% ✅, Dividend Yield 7.47% ✅, Net Income Growth -28.15% ❌, 1Y Price Return -50.16% ❌
2. $CNMA → Harga Rp151 ✅, PBV 2.74 ✅, PER 17.82 ❌, ROIC 19.98% ✅, ROE 18.04% ✅, Dividend Yield 8.61% ✅, Net Income Growth 36.57% ✅, 1Y Price Return -39.60% ❌
3. $TLKM → Harga Rp2.630 ✅, PBV 1.92 ✅, PER 11.06 ✅, ROIC 16.07% ✅, ROE 16.75% ✅, Dividend Yield 6.79% ✅, Net Income Growth -9.35% ❌, 1Y Price Return -34.09% ❌
4. NCKL → Harga Rp700 ✅, PBV 1.59 ✅, PER 6.85 ✅, ROIC 15.18% ✅, ROE 21.57% ✅, Dividend Yield 3.86% ❌, Net Income Growth 8.38% ✅, 1Y Price Return -22.22% ❌
5. MLBI → Harga Rp6.100 ❌, PBV 9.75 ❌, PER 12.64 ✅, ROIC 74.85% ✅, ROE 86.13% ✅, Dividend Yield 9.61% ✅, Net Income Growth 10.08% ✅, 1Y Price Return -13.48% ✅
6. ARNA → Harga Rp595 ✅, PBV 2.50 ✅, PER 10.37 ✅, ROIC 21.29% ✅, ROE 23.34% ✅, Dividend Yield 7.23% ✅, Net Income Growth -10.44% ❌, 1Y Price Return -12.50% ✅
7. STAA → Harga Rp810 ✅, PBV 1.64 ✅, PER 7.97 ✅, ROIC 18.17% ✅, ROE 19.02% ✅, Dividend Yield 3.33% ❌, Net Income Growth 70.09% ✅, 1Y Price Return -2.41% ✅
Banyak investor terpukau dengan ROIC tinggi, karena dianggap sebagai indikator perusahaan yang efisien dalam menghasilkan keuntungan dari modal yang digunakan. Semakin tinggi ROIC, semakin baik perusahaan dalam mengonversi modal menjadi laba. Tapi tunggu dulu, apakah ROIC tinggi selalu berarti saham bagus? Jangan buru-buru ambil kesimpulan, karena ada beberapa jebakan yang sering bikin investor salah langkah.
Coba kita lihat UNVR, salah satu perusahaan dengan ROIC 109.69%, angka yang luar biasa tinggi. Tapi di sisi lain, laba mereka justru turun -28.15%, dan harga sahamnya ambles -50.16% dalam setahun. Ini contoh klasik di mana ROIC tinggi bisa menipu, karena meskipun secara efisiensi operasional masih terlihat baik, realitanya bisnisnya sedang kehilangan momentum. Jika laba terus menyusut, investor pasti mulai menjauhi saham ini, terlepas dari betapa tingginya ROIC.
Selain itu, ada juga jebakan di mana ROIC tinggi bisa terjadi bukan karena pertumbuhan bisnis, tapi karena penurunan ekuitas atau aset. ROIC dihitung dari NOPAT (Net Operating Profit After Tax) dibagi dengan Invested Capital. Jika perusahaan mengurangi aset, menjual bisnis, atau melakukan buyback saham, angka ROIC bisa naik bukan karena perusahaan makin efisien, tapi karena denominatornya mengecil. Hal ini bisa memberikan ilusi efisiensi, padahal kenyataannya perusahaan sedang mengalami penurunan skala bisnis. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Jebakan berikutnya adalah ROIC tinggi akibat siklus bisnis yang sedang berada di puncak. Ini sering terjadi di sektor komoditas, di mana harga tinggi sementara bisa membuat perusahaan terlihat super efisien, tapi begitu siklus turun, ROIC langsung anjlok. NCKL misalnya, memiliki ROIC 15.18%, tapi harga sahamnya tetap turun -22.22% dalam setahun karena pasar sadar bahwa bisnisnya sangat bergantung pada harga nikel. Perusahaan yang terlihat sangat efisien di saat booming bisa jadi terlihat biasa saja ketika harga komoditas turun.
Lalu ada kasus di mana ROIC tinggi tapi tidak menghasilkan dividen yang menarik. Investor biasanya berharap perusahaan dengan ROIC tinggi bisa membagikan lebih banyak dividen, karena ini menandakan perusahaan tidak butuh banyak modal tambahan untuk ekspansi. Tapi ini tidak selalu terjadi. STAA memiliki ROIC 18.17% dan pertumbuhan laba 70.09%, tapi Dividend Yield-nya hanya 3.33%. Ini menandakan perusahaan lebih memilih menyimpan laba untuk ekspansi ketimbang membayar pemegang saham. Kalau tujuan investasi adalah mendapatkan dividen rutin, ROIC tinggi tidak selalu berarti cuan langsung ke kantong investor.
Selain itu, ada juga kasus di mana ROIC tinggi terjadi di industri dengan persaingan yang ketat. Jika sebuah perusahaan memiliki ROIC tinggi tapi bisnisnya mudah ditiru oleh pesaing, maka angka tersebut bisa cepat turun jika ada kompetitor yang lebih efisien masuk ke pasar. Perusahaan dengan moat atau keunggulan kompetitif yang kuat seperti MLBI dengan ROIC 74.85% dan Dividend Yield 9.61% bisa lebih tahan terhadap persaingan, dibanding perusahaan yang tidak memiliki diferensiasi jelas.
Jadi, apakah ROIC tinggi selalu berarti investasi bagus? Belum tentu. Investor harus memastikan bahwa ROIC tinggi bukan hanya angka semu akibat siklus, penurunan aset, atau trik akuntansi. Yang lebih penting adalah memastikan bahwa laba masih bertumbuh, bisnis punya daya saing, dan keuntungan ini benar-benar bisa memberikan imbal hasil kepada pemegang saham. Jika tidak, ROIC tinggi bisa jadi jebakan yang malah membuat investor terjebak dalam saham yang labanya makin turun dan harganya terus melemah.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138 (caranya cek gambar terakhir)
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Jangan lupa kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://bit.ly/44osZSV
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
1/3
$CNMA
Yooo... Assalamu'alaikum Guys... Semoga sehat selalu walau porto merah selalu... Hehe...
Ijin share nih siapa tahu cocok di sini... Kalau harga ga bisa tembus support saat ini ada potensi ke sini dulu nih harusnya. .tapi kalau tembus bisa menuju 120an...
Buy Area harga saat ini
TP1 160 TP2 171 TP3 180
SL 120
Disc On
Dyor
$CNMA Saat2 seru sudah tiba.. ketika semakin turun di haka2, dia semakin turun.. sebentar lagi akan ada dip yg agak dalem sbg gertakan.. 138, 126, 118.. gass boss.. tapi jangan cepet2 selesainya, masih transfer2 cash ke 3 akun buat haka2😁😁😁
$CNMA wkwkwk tiap hari cetak ATL terus ini gimana bro, padahal emiten sehat tapi harga turun terus ampasss 💩, kesian para holder, ngandelin deviden juga kaga bakal balik modal.. sabar2 aja dah yak 🤣🤣
$CNMA Average IPO 270 Kalau Cuma Mengharap Deviden anggap aja setiap tahun Rp.10, butuh 11 tahun baru BEP di harga rata2 sekarang
$CNMA yukkk..nonton mama di xxi.
movie nya bagus..
ada adegan horor,lucu dan aksi.
pemainnya Rizky Hanggono dan Ayu Inten