


Volume
Avg volume
PT Bumi Serpong Damai Tbk adalah perusahaan properti dengan pusat pengembangan lahan di daerah Tangerang. Perusahaan group Sinarmas Land ini mempunyai bisnis utama sebagai pengembang lahan hunian, komersil, dan industri beserta fasilitas-fasilitasnya. Perusahaan telah memperkukuh posisinya di antara para pengembang terunggul di regional, menawarkan konsep-konsep unik dan kualitas teratas. Jejak langkah Perusahaan kini bahkan sudah menjelajahi negara dengan proyek-proyek di berbagai kota utama di Indonesia.
Bukti yang Menunjukkan Warga @Stockbit Sayang Pada DADA
Komentar salah satu user Stockbit bukan di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
$PWON yang notabene punya lahan dan Mall gede dan jadi perusahaan properti dengan laba terbesar itu jumlah investor nya hanya 48ribu orang. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
$BSDE yang punya lahan lebih dari 2000 hektare dan punya laba gede, dan milik Konglomerat Sinarmas itu jumlah investor nya hanya 27ribu orang.
Sedangkan DADA yang labanya mini, tidak sampai 100 Milyar rupiah. Itu jumlah investor nya mencapai 73 ribu orang.
Kok bisa? Padahal sama-sama saham properti tapi beda nasib.
Namanya juga dunia saham. Dunia market bebas. Suka - suka investor, duit masing-masing.
Investor jual beli saham itu hal yang wajar. Tidak bisa memaksakan selera. Kebetulan aja memang selera investor di Indonesia itu memang lebih doyan sama $DADA ketimbang saham properti laba gede dan aset gede. Mungkin begitu lihat DADA, yang ada di pikiran investor itu adalah gede. Padahal DADA itu asetnya mini. 😌
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
1/9









3 SKENARIO ENTRY SAHAM $TRON (Swing Trader Plan)
Harga sekarang: 234
1) SKENARIO ENTRY SEKARANG (Moderate Entry)
- Entry: 225 – 240
- Stoploss: < 215
- TP1: 250
- TP2: 265 – 280
Alasan: Harga lagi bertahan di area demand kuat, Boss. Selama 215 aman, peluang rebound masih terbuka.
2) SKENARIO ENTRY PULLBACK (Conservative – Paling Aman)
- Entry: 215 – 222
- Stoploss: < 205
- TP1: 234
- TP2: 250 – 265
Alasan: Area demand psikologis kuat, Boss. Entry paling aman buat swing trader.
3) SKENARIO ENTRY AGRESIF (Buy on Breakout)
- Entry: Buy kalau breakout > 250 dengan volume besar
- Stoploss: < 234
- TP1: 265
- TP2: 280 – 300
Alasan: Breakout 250 bisa aktifkan momentum bullish baru, Boss.
Alasan Buy:
• Harga masih di area demand
• Struktur swing memungkinkan reversal
• Breakout 250 bisa jadi trigger lanjutan
Risiko:
• Kalau 215 / 205 jebol = potensi lanjut turun
• Breakout tanpa volume rawan fake
• Stoploss wajib buat jaga modal Boss
Analisa ini panduan ya Boss, eksekusi tetap kembali ke gaya trading Boss.
Ketik nama sahamnya Boss, contohnya $TAPG $BSDE. Biar saya buatkan skenarionya.
💰 Volume Sebagai Bukti: Mengapa Harga Bohong, Tapi Volume Jujur
Harga saham seringkali bisa dimanipulasi atau bergerak secara acak dalam jangka pendek (noise). Namun, ada satu metrik yang hampir mustahil untuk dipalsukan, terutama dalam volume besar: Volume Transaksi. Volume adalah jumlah uang yang benar-benar berpindah tangan, dan pergerakan volume yang ekstrem adalah bukti fisik bahwa ada kekuatan besar—Smart Money—yang sedang melakukan manuver.
Trigger Smart Money adalah sistem yang secara eksklusif berfokus untuk membaca "kejujuran" volume ini. Alat ini dikembangkan untuk memberikan pemahaman kepada trader Indonesia tentang kapan sebuah saham sedang dalam fase gathering atau akumulasi oleh pihak-pihak dengan modal tidak terbatas. Kami mengubah volume dari sekadar indikator pelengkap menjadi core dari strategi trading.
Kami mencapai presisi ini melalui dua langkah analitis yang krusial. Pertama, Pencarian Volume Anomali yang Jauh di Atas Norma. Kami tidak melihat rata-rata volume konvensional yang reaktif. Kami mencari lonjakan volume yang sangat tiba-tiba dan jauh di luar batas intraday historis—misalnya, volume 6-8 kali lebih besar dari rata-rata intraday saat itu. Lonjakan mendadak seperti ini adalah signature dari campur tangan Smart Money. Kedua, Verifikasi dengan Arus Uang (Money Flow). Volume tinggi bisa berarti pembelian besar atau penjualan panik. Trigger Smart Money secara otomatis memfilter dan menentukan apakah volume tersebut didominasi oleh dana yang masuk (akumulasi) atau dana yang keluar (distribusi). Hanya sinyal akumulasi yang terverifikasi arus dananya yang akan diteruskan kepada Anda, secara dramatis mengurangi false signal. Semua ini terjadi real-time, memberikan Anda kesempatan emas untuk masuk di awal pergerakan, sebelum harga sahamnya benar-benar melonjak tinggi dan menjadi sorotan publik.
$ERAA $TINS $BSDE
1/2


otw
Iseng review performance $KIJA termasuk Q1, Q2, Q3, Q4, 2022, 2023,2024 dan 2025 versi ROE dan ROA,
$BCIP $BSDE ASII
Website emiten : https://cutt.ly/QtfmHOmQ
Prospektus:
https://cutt.ly/ZtfmHOvs
https://cutt.ly/mtfmHOzL
LK Q3 2025: https://cutt.ly/6tfmHOjO
$DADA Saham Properti yang Paling Dicintai Oleh Investor Ritel
Saham properti dengan jumlah investor terbanyak di Indonesia saat ini adalah saham DADA. Jumlah investornya mencapai 73.893 orang dimana sekitar 69,24% saham dipegang oleh investor ritel sedangkan pemegang saham pengendali alias PSP nya itu hanya pegang 29,6% saham. Investor ritel sudah bisa ganti komisaris dan direktur DADA kalau mau. Sebagus apa sih ini DADA sampai dicintai banyak investor ritel? Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Di atas kertas, komposisi seperti itu memang terlihat seperti pesta demokrasi. Tapi pasar modal bukan pemilu satu orang satu suara, melainkan satu saham satu suara. 69,24% saham di tangan ritel itu biasanya tersebar dan terfragmentasi. Tanpa koordinasi, ritel besar di angka tetapi kecil dalam kekompakan. Secara teori, kalau ritel kompak dan hadir di RUPS, mereka bisa menentukan arah, termasuk mengganti pengurus. Secara praktik, itu sulit karena butuh konsolidasi suara, disiplin hadir, dan agenda yang jelas. Jadi daya tawar ritel ada, tetapi tidak otomatis berubah jadi kontrol.
Dari laporan keuangan konsolidasian interim per 30 September 2025, DADA alias PT Diamond Citra Propertindo Tbk adalah pengembang real estat yang fokus hunian vertikal apartemen, dan tidak punya mall besar sebagai mesin recurring income. Aset komersialnya lebih skala kecil dan menempel ke proyek apartemen. Contohnya di Apartemen Dave Depok, ada kios, business area, meeting room, dan guest house. Lalu proyek Apple Residence seperti Apple 1 Jakarta Selatan, Apple 3 Jakarta, dan proyek Aparthouse lainnya. Ada juga rencana lokasi seperti Cilodong, Cijujung, Pejaten Barat, dan Sepinggan Raya Balikpapan, dengan catatan Sepinggan Raya sedang proses pembatalan. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Masalahnya bukan DADA tidak punya mall. Masalahnya adalah, bahkan untuk kios atau properti investasinya pun, kontribusi revenue per 30 September 2025 tercatat Rp0. Total pendapatan neto DADA hanya Rp9,05 miliar, dan seluruhnya datang dari segmen apartemen, spesifiknya dari Apple Residence 3. Di sisi pertumbuhan, total revenue naik 25,67% dari Rp7,20 miliar menjadi Rp9,05 miliar. Laba neto tahun berjalan naik 513,59% dari Rp171,35 juta menjadi Rp1,05 miliar. Growth ini terlihat spektakuler, tetapi investor harus ingat, basisnya kecil. Naik ratusan persen dari angka kecil 171 juta tetap menghasilkan skala rupiah yang kecil.
Kalau dibandingkan dengan emiten properti lain yang sudah dibahas sebelumnya, perbedaan skala DADA itu bukan tipis, tapi beda liga. PWON mencatat revenue segmen mall kantor apartemen servis Rp3,22 triliun. SMRA mencatat revenue mal dan retail Rp1,61 triliun. APLN revenue mall Rp467,96 miliar. $CTRA revenue pusat niaga Rp553,07 miliar. $BSDE revenue segmen properti terkait sewa Rp535,77 miliar. ASRI revenue properti investasi Rp205,00 miliar. BKSL segmen komersial Rp135,84 miliar. PANI pendapatan sewa Rp1,80 miliar dari total Rp3,09 triliun, jadi walau sewa kecil, total bisnisnya tetap triliunan. Di tengah angka-angka itu, revenue DADA Rp9,05 miliar adalah skala mikro. Jadi kalau pertanyaannya apakah DADA perusahaan properti besar dibanding yang lain, jawabannya tidak, kalau ukurannya pakai skala pendapatan. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Dari sisi model bisnis, DADA juga berada di kutub yang berbeda. PWON dan SMRA punya mesin recurring income yang jelas, sehingga lebih tahan siklus jual-beli properti. APLN dan ASRI punya recurring income yang menjadi bantalan saat penjualan real estat melemah. DADA saat ini hampir murni mengandalkan penjualan atau pengakuan pendapatan apartemen dari satu unit usaha yang menyumbang seluruh revenue. Itu membuat volatilitasnya secara bisnis bisa lebih tinggi. Kalau proyek lancar, angka bisa tumbuh. Kalau serah-terima melambat atau penjualan tersendat, angka bisa cepat kempis karena tidak ada mesin sewa besar yang menahan.
Dengan revenue hanya Rp9,05 miliar, ini menunjukkan volume operasional DADA yang kecil jika dibanding emiten properti besar yang pendapatannya triliunan. Itu biasanya sejalan dengan total aset yang juga lebih kecil, walau tidak selalu.
DADA dicintai ritel besar kemungkinan karena kombinasi cerita Influencer Mitsubishi MotoGP Vanguard, harga saham yang terjangkau untuk banyak orang, jumlah pemegang kecil-kecil yang mudah berkumpul secara komunitas, dan narasi bahwa ritel bisa punya pengaruh karena PSP hanya 29,6%. Tetapi dari sisi ukuran bisnis real, DADA masih kecil dibanding PWON, SMRA, APLN, CTRA, BSDE, ASRI, BKSL, maupun PANI. Jadi kalau investor mau menyebut DADA perusahaan properti besar, itu valid hanya dari sisi jumlah investor, bukan dari sisi skala revenue. Dicintai investor ritel belum tentu dicintai laba.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
1/9









Pantauan untuk Swing saham $BCIP. Ingat ini bukan ajakan Buy or Sell,
Buy 1 : 80-85
Tp 1 : 90-95
Tp 2: 98-102
Tp 3:110-120 (momentum kuat)
$BRMS $BSDE

2026 -> turnaround play ?
Kalau benar ekonomi Indonesia pulih dan tumbuh lebih cepat sampai 6%.
Maka sektor-sektor yang belum benar-benar pulih sejak pandemi covid tahun 2020, seperti
- Properti,
- Industrial (Manufaktur dan penunjang industri),
- Infrastruktur (termasuk Konstruksi),
- Retail (cyclical dan non cyclical, termasuk FMCG, pakaian).
Harusnya akan mengalami perbaikan kondisi.
Baik kinerja operasional, kinerja keuangan, hingga sahamnya.
Bertahun-tahun penuh cobaan, harusnya ini saatnya menikmati hasil.
Jika sektor di atas belum pulih, maka pertumbuhan ekonomi masih gitu-gitu aja.
Dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi kalau masih gitu-gitu aja, sulit berharap sektor tersebut pulih.
Sektor lainnya (yang masih sempat manggung antara tahun 2020-2025) juga harus membaik dan tetap baik, supaya tidak cuma saling 'impas'.
$BSDE $ADHI $RALS

untuk $CTRA $BSDE gimana kak?
oiya denger denger sektor properti sama transportasi akan manggung di 2026, menurut pandangan kak @EnnySihombing gmna?
3 SKENARIO ENTRY $TMAS (Versi Swing Trader) — Harga 131
1️⃣ SKENARIO ENTRY SEKARANG (Moderate Entry)
- Entry: 128 – 135
- Stoploss: < 120
- TP1: 140
- TP2: 148 – 155
Alasan: Harga berada di area swing aktif, peluang rebound teknikal masih terbuka selama 120 bertahan Boss.
2️⃣ SKENARIO ENTRY PULLBACK (Conservative Entry – paling aman)
- Entry: 120 – 126
- Stoploss: < 115
- TP1: 131
- TP2: 140 – 148
Alasan: Entry lebih dekat ke area demand kuat, risk/reward paling ideal untuk swing Boss.
3️⃣ SKENARIO ENTRY AGRESIF (Buy on Breakout)
- Entry: Buy jika breakout > 140 dengan volume besar
- Stoploss: < 132
- TP1: 148
- TP2: 155 – 165
Alasan: Breakout resistance berpotensi memicu momentum lanjutan jika buyer dominan Boss.
⭐ Alasan Buy:
• Harga low-price dan masih di area akumulasi pendek
• Potensi teknikal rebound jika volume mulai masuk
• Cocok untuk scaling entry sesuai skenario Boss
⚠ Risiko:
• Jika 120/115 jebol, peluang koreksi lebih dalam terbuka
• Saham low-price rawan volatil & fake breakout
• Stoploss wajib Boss untuk proteksi modal
Saya bantu buat map-nya Boss, eksekusi tetap di tangan Boss ✊📈
Ketik nama sahamnya Boss, contohnya $MYOR $BSDE. Biar saya buatkan skenarionya.
3 SKENARIO ENTRY $PUDP (Versi Swing Trader) — Harga 780
1️⃣ SKENARIO ENTRY SEKARANG (Moderate Entry)
- Entry: 760 – 800
- Stoploss: < 730
- TP1: 820
- TP2: 850 – 880
Alasan: Harga masih berada di area swing aktif, peluang rebound teknikal terbuka selama 730 bertahan Boss.
2️⃣ SKENARIO ENTRY PULLBACK (Conservative Entry – paling aman)
- Entry: 720 – 750
- Stoploss: < 700
- TP1: 780
- TP2: 820 – 850
Alasan: Entry dekat area demand kuat, risk/reward paling ideal untuk swing Boss.
3️⃣ SKENARIO ENTRY AGRESIF (Buy on Breakout)
- Entry: Buy jika breakout > 820 dengan volume besar
- Stoploss: < 780
- TP1: 850
- TP2: 880 – 920
Alasan: Breakout resistance berpotensi memicu momentum lanjutan jika buyer dominan Boss.
⭐ Alasan Buy:
• Harga berada di area akumulasi pendek untuk swing
• Potensi teknikal rebound jika volume mulai masuk
• Cocok untuk scaling entry sesuai skenario Boss
⚠ Risiko:
• Jika 730/700 jebol, peluang koreksi lebih dalam terbuka
• Saham non big-cap rawan volatil & false breakout
• Stoploss wajib Boss untuk proteksi modal
Saya bantu buat map-nya, eksekusi tetap di tangan Boss ✊📈
Ketik nama sahamnya Boss, contohnya $BSDE $BRPT. Biar saya buatkan skenarionya.
https://bit.ly/m/skenario_saham
$BSDE Saham Properti Sinarmas yang Terbengkalai dan Tak Terurus
Lanjutan dari External Comunity Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community menggunakan kode: A38138 https://stockbit.com/post/13223345
BSDE itu tipe emiten properti yang kalau dilihat dari angka, rasanya seperti punya dua nyawa sekaligus. Di satu sisi, cadangan lahan BSDE disebut terbesar ketiga di IHSG, jadi skala asetnya sudah level kota mandiri, bukan sekadar cluster perumahan. Di sisi lain, pasar sering memperlakukan saham properti seperti konten viral, yang kecil bisa heboh, yang besar bisa sepi pembahasan. BSDE juga sering bikin investor salah fokus, karena laba masih triliunan, tapi arus kas operasi justru negatif. Dan di properti, yang menentukan hidup mati bukan cuma besar aset, tapi seberapa cepat lahan berubah jadi kas tanpa bikin neraca penuh utang. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Dari data yang ada per 30 September 2025, BSDE punya mesin aset yang benar-benar raksasa. Persediaan lancar Rp18,19 triliun ditambah tanah belum dikembangkan Rp17,60 triliun, dengan luas tanah belum dikembangkan 43.816.087 m² atau sekitar 4.381 hektare. Ini bukan angka cantik untuk presentasi, ini amunisi puluhan tahun. Nilai buku rata-rata tanah belum dikembangkan sekitar Rp401.788 per m², dan bahkan di lokasi premium seperti Roxy jauh lebih tinggi secara buku. Masalahnya, lahan besar itu pedang bermata dua. Semakin besar land bank, semakin panjang siklus putaran persediaan, dan itu terlihat dari DI 3.008 hari dan CCC 2.928 hari.
Kalau bicara kinerja, BSDE masih gajah besar yang tetap bisa cetak duit, walau tahun ini melambat. Pendapatan turun 12,9% menjadi Rp8,76 triliun, laba bersih menyusut ke Rp1,47 triliun. Pendapatan BSDE didominasi real estat Rp8,09 triliun atau 92,3%, sedangkan recurring lebih kecil. Ini beda karakter dibanding emiten landlord yang hidup dari sewa. BSDE masih developer besar yang menang karena skala penjualan, bukan karena uang sewa yang mengalir otomatis. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Perbandingan paling tajam muncul kalau investor taruh BSDE berdampingan dengan MKPI. MKPI itu kebalikan dari BSDE. Lahan MKPI hanya 496.586 m² atau sekitar 49,6 hektare, jauh lebih kecil dari BSDE. Tapi MKPI menghasilkan recurring income Rp1,49 triliun atau 80,6% dari pendapatan Rp1,85 triliun, laba bersih Rp772,72 miliar, dan yang paling penting CFO Rp985,37 miliar lebih besar daripada laba. MKPI juga punya kas Rp2,37 triliun dan beban bunga cuma Rp70,7 juta, artinya model bisnisnya seperti mesin ATM. Jadi kalau BSDE itu raja tanah, MKPI itu raja sewa. BSDE mengandalkan konversi lahan menjadi penjualan, MKPI mengandalkan okupansi dan traffic yang menghasilkan uang tiap hari.
Sekarang bandingkan BSDE dengan ASRI. ASRI punya land bank 19,36 juta m² atau sekitar 1.936 hektare, inventory Rp6,10 triliun, land for development Rp10,98 triliun, dan nilai buku tanah pengembangan sekitar Rp567.100 per m². Dari sisi monetisasi kas harian, ASRI terlihat lebih rapi karena DSO 7 hari dan CFO Rp643,11 miliar jauh lebih besar daripada laba Rp11,06 miliar, bahkan FCF positif sekitar Rp448,68 miliar. Tapi penjualan ASRI sedang lemah karena revenue turun 34,3% menjadi Rp1,66 triliun. Jadi ASRI unggul di disiplin kas dan koleksi pembayaran, sedangkan BSDE unggul di skala dan dominasi pasar. BSDE lebih besar, ASRI lebih efisien di kualitas arus kas operasional tahun ini. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Kalau disandingkan dengan CBDK, BSDE terlihat seperti kapal induk, CBDK terlihat seperti speedboat yang sedang ngebut. CBDK punya lahan teridentifikasi sekitar 7.053.537 m² atau 705,35 hektare, inventory Rp13,65 triliun, revenue Rp2,29 triliun naik 45%, laba Rp1,41 triliun naik sekitar 74%. Tapi struktur pendapatannya masih sangat non-recurring, 98,1% dari jual tanah dan bangunan, recurring cuma Rp44,24 miliar. Di BSDE, recurring memang kecil secara porsi, tapi secara nominal tetap besar. Sewa BSDE Rp765,86 miliar dan recurring total 14,7%. Di CBDK, recurring belum jadi mesin, masih bonus. CBDK terlihat lebih bersih dari sisi utang bank karena kas Rp4,22 triliun dan utang bank Rp286,66 miliar, tapi FCF negatif sekitar Rp453,3 miliar karena CAPEX besar. Ini mirip BSDE dalam satu hal, sama-sama agresif belanja aset sehingga kas bisa tertekan, bedanya CBDK sedang panen margin besar, BSDE sedang fase transisi penjualan melambat.
Perbandingan berikutnya dengan ELTY justru memperlihatkan dua dunia yang beda. ELTY punya lahan 1.566,28 hektare, inventory neto Rp1,04 triliun, land bank Rp3,41 triliun, dan recurring income sangat dominan Rp909,03 miliar atau sekitar 85,2%. Secara model bisnis, $ELTY lebih mirip landlord, tapi problemnya ada di struktur utang dan likuiditas. Kas ELTY Rp139,22 miliar sementara liabilitas jangka pendek Rp2,09 triliun, jadi napasnya pendek. BSDE juga menjaminkan lahan ke bank dan punya refinancing, tapi BSDE punya kas Rp8,90 triliun. Jadi sama-sama punya aset besar, tetapi kualitas tameng kas BSDE jauh lebih tebal. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Masuk ke BEST, ini contoh emiten yang asetnya besar tapi putaran kasnya lambat. BEST punya persediaan Rp4,78 triliun, lahan dijaminkan sekitar 962.983 m² atau 96,2 hektare, revenue Rp246,08 miliar turun 21,7%, rugi bersih Rp19,31 miliar, CFO minus Rp33,71 miliar, FCF minus Rp38,64 miliar, kas turun jadi Rp159,23 miliar setelah bayar utang bank. BEST punya recurring Rp130,34 miliar atau 53% yang sudah mulai jadi tulang punggung, tapi skalanya masih kecil dibanding kebutuhan belanja dan cicilan. Dibanding BSDE, BEST itu versi mini dengan tekanan kas yang lebih terasa karena bantalan kasnya tipis.
Kalau investor bandingkan BSDE dengan $BSBK, terlihat jelas bedanya emiten developer besar versus emiten pengelola aset jadi. BSBK persediaan hanya Rp129,70 miliar, lahan jaminan total sekitar 37.238 m² atau 3,72 hektare, revenue Rp277,63 miliar, laba Rp54,12 miliar, recurring income Rp266,92 miliar atau 96,2%, CFO Rp44,86 miliar dan FCF positif. BSBK itu mesin sewa utilitas parkir yang stabil, sedangkan BSDE itu mesin jualan kota mandiri. Stabilitas BSBK tinggi, tapi skala pertumbuhan BSDE jauh lebih besar ketika siklus properti sedang bagus.
Lalu PPRO, ini contoh ekstrem bagaimana land bank besar tidak otomatis berarti sehat. PPRO punya persediaan Rp8,53 triliun dan land bank Rp3,80 triliun, tapi pendapatan hanya Rp230,97 miliar dan masih rugi Rp47,26 miliar. Efisiensinya juga memberi sinyal berat. DSO 4.208 hari, DI 14.874 hari, DPO 1.470 hari, CCC 17.612 hari. Ini menggambarkan uang nyangkut lama, pembayaran ke kontraktor ditahan sangat lama, dan siklus kas tersendat. BSDE punya CCC panjang, tapi masih wajar untuk developer raksasa dengan penjualan triliunan. PPRO panjangnya sudah kategori darurat manajemen likuiditas, dan memang ada cerita restrukturisasi besar lewat PKPU. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Untuk ADCP, dari data yang ada fokusnya ada di tekanan liabilitas dan risiko penagihan. Total liabilitas Rp4,35 triliun, ada piutang jatuh tempo lebih dari 36 bulan Rp17,18 miliar, accrued revenues Rp56,18 miliar, serta perpanjangan obligasi sampai 24 Mei 2027 dan restrukturisasi BTN sampai 24 Desember 2032. Jadi ADCP sedang di fase bertahan dan merapikan jadwal utang, bukan fase ekspansi agresif seperti BSDE.
Satu hal yang membuat BSDE unik dibanding sebagian besar emiten lain di percakapan ini adalah kombinasi skala dan kas. Walau CFO BSDE minus Rp1,03 triliun dan FCF minus sekitar Rp1,34 triliun, itu terutama karena pembelian tanah dan bangunan Rp2,02 triliun dan belanja investasi. Ini lebih mirip lagi borong amunisi daripada kehabisan napas. Tapi tetap ada catatan tegas, kualitas laba BSDE tahun ini lebih lemah dibanding MKPI dan ASRI karena kas tidak mengikuti laba. Investor yang cuma lihat laba bisa merasa aman, padahal arus kas operasi yang negatif itu tanda BSDE sedang mengunci dana di persediaan lebih dalam.
BSDE adalah emiten yang menang di land bank dan ekosistem kota mandiri, tapi masih berat di non-recurring sehingga sangat sensitif ke siklus penjualan. MKPI menang di recurring dan kualitas kas, skalanya tidak besar tapi setiap aset produktif. ASRI menang di disiplin kas dan koleksi pembayaran, tapi penjualan sedang turun tajam. CBDK menang di momentum panen dan struktur kas yang tebal, tapi recurring masih belum jadi tulang punggung. ELTY dan BSBK menang di recurring, tapi kualitas neraca dan bantalan kasnya yang menentukan apakah stabilitas itu benar-benar aman. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU

Lama ga main ke bekasi, mohon info warga apakah sinarmas mulai bergeraak kesanaa 🤔 $BAPA $PANI $BSDE

@Rifan92 $BSDE udah jebol support duluan soalnya. Pasti nyusul ni $CTRA krn keduanya pergerakanya sama persis
$PPRO Saham Properti BUMN yang Mencoba Survive
Lanjutan dari postingan sebelumnya di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
PPRO adalah perusahaan properti anak BUMN, sama seperti $ADCP, tapi pasar sering menyamaratakan keduanya seolah satu kelas. Padahal label BUMN itu cuma bendera, bukan jaminan bisnisnya otomatis rapi. Di properti, yang menentukan hidup-mati itu sederhana, seberapa cepat tanah dan bangunan berubah jadi kas, bukan seberapa sering emiten disebut punya proyek. Investor juga sering kejebak ilusi kedua, aset triliunan terlihat besar, padahal bisa saja itu cuma persediaan yang parkir terlalu lama. Di momen seperti ini, PPRO tampak seperti emiten yang sudah bangkit karena rugi mengecil drastis, sementara ADCP tampak seperti emiten TOD yang katanya strategis. Tapi kalau mesin kasnya tersendat dan piutangnya panjang, TOD pun bisa berubah jadi beban. Jadi ukuran bagusnya PPRO tidak boleh dinilai dari nostalgia BUMN, tapi dari ritme penjualan, kualitas tagihan, serta napas likuiditas. Kalau angka-angka itu jelek, status BUMN cuma jadi stiker. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Dari sisi skala aset pengembangan, PPRO terlihat lebih besar dari ADCP di neraca. Persediaan PPRO per 30 September 2025 Rp8,53 triliun sebagai aset lancar, lalu ada cadangan lahan atau land bank Rp3,80 triliun sebagai aset tidak lancar, totalnya sekitar Rp12,33 triliun persediaan plus cadangan lahan. ADCP punya total persediaan real estat lancar dan tidak lancar Rp6,22 triliun, dengan persediaan real estat Rp3,48 triliun dan tanah belum dikembangkan Rp2,74 triliun. Kalau investor cuma melihat angka persediaan, PPRO berasa lebih jumbo. Masalahnya, luas lahan keduanya tidak sama-sama terbuka rapi seperti emiten township. ADCP baru kebaca jelas potongan luas, Sentul Side 316.973 m2, Ciputat 52.879 m2, Cadas Ngampar 20.163 m2, total eksplisit sekitar 390.015 m2 atau 39,00 hektare. PPRO juga kebaca potongan, contoh lahan Amartha View Semarang 185.139 m2, lalu ada isu pembatalan lahan Rancasari Bandung 89.890 m2. Artinya, kalau investor mau membandingkan luas lahan ala BKSL, KIJA, $BSDE, ASRI, SMRA, PANI, ini belum apple to apple, karena angka hektare total untuk PPRO dan ADCP tidak dibuka sejelas raksasa land bank.
Karena itu, cara membandingkannya harus lewat mesin bisnis dan kualitas siklus kas, di sini PPRO jauh lebih bikin was-was dibanding ADCP. Pendapatan 9M 2025 PPRO Rp230,97 miliar, turun 19,7% YoY, lalu rugi neto Rp47,26 miliar, memang jauh membaik dibanding rugi Rp723,08 miliar tahun sebelumnya, tapi tetap rugi. ADCP lebih kecil skala pendapatan, Rp165,54 miliar dan turun 40,9% YoY, lalu rugi neto Rp4,85 miliar. Di permukaan, ADCP terlihat lebih kecil tapi ruginya juga kecil, sedangkan PPRO terlihat lebih besar tapi ruginya masih lebar. Investor harus lihat sumber pendapatannya, PPRO masih punya porsi recurring yang lumayan untuk ukuran developer apartemen, realti penjualan Rp125,41 miliar atau 54,3%, lalu pendapatan properti hotel, sewa, jasa Rp105,56 miliar atau 45,7% dengan rincian hotel Rp52,41 miliar, sewa Rp40,41 miliar, service charge Rp12,74 miliar. ADCP malah unik, hotel Rp87,47 miliar atau 52,8% sudah mengalahkan penjualan unit Rp75,48 miliar atau 45,6%, sewa cuma Rp2,58 miliar atau 1,6%. Ini membuat ADCP lebih mirip emiten hotel yang kebetulan punya proyek TOD, sementara PPRO masih campuran developer plus operator aset. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Tapi ukuran recurring saja tidak cukup, karena kualitas tagihan dan perputaran modal kerja PPRO itu ekstrem. DSO PPRO sekitar 4.208 hari. Itu bukan cuma lambat, itu seperti cerita penjualan yang uangnya baru datang entah kapan, apalagi disebut banyak berasal dari piutang jangka panjang penjualan lahan ke pihak berelasi atau asosiasi. Bandingkan ADCP, DSO sekitar 45,76 hari, masih manusiawi. Lalu DI PPRO sekitar 14.874 hari, artinya persediaan dan cadangan lahannya terasa seperti gudang puluhan tahun dibanding beban pokok saat ini. ADCP juga lama, DI sekitar 13.313 hari, tapi PPRO tetap lebih panjang. DPO PPRO sekitar 1.470 hari, artinya pembayaran ke pemasok ditahan sangat lama. ADCP juga panjang, DPO sekitar 2.409 hari, tapi konteksnya berbeda karena struktur utang proyek TOD bisa banyak bertumpu pada skema kontraktor dan pihak berelasi. Yang membuat PPRO paling kelihatan berat adalah CCC sekitar 17.612 hari, sedangkan ADCP sekitar 10.949 hari. Ini menggambarkan PPRO lebih lambat mengubah modal tertanam jadi kas dibanding ADCP, padahal ADCP pun sudah termasuk bisnis durasi panjang.
Sekarang taruh PPRO dan ADCP di antara saham properti lain supaya kebaca kelasnya. Kalau bicara recurring income yang benar-benar jadi mesin, PPRO dan ADCP belum masuk kasta itu. PWON misalnya, recurring 9M 2025 sekitar Rp4.097,19 miliar atau 80,06% dari total Rp5.117,71 miliar, itu model landlord mall yang cashflow minded. ELTY recurring Rp909,03 miliar atau 85,2% dari total Rp1,06 triliun, masih bisa napas karena sewa dan pengelolaan kantor. ASRI recurring Rp684,91 miliar dari total Rp1,66 triliun, jadi bantalan ketika penjualan rumah turun. PPRO recurring Rp105,56 miliar masih kecil, ADCP recurring yang dominan hotel Rp90,05 miliar juga kecil, jadi dua-duanya belum punya mesin sewa yang membuat investor bisa lebih santai saat penjualan unit seret.Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Bagian yang menentukan bagus atau tidaknya PPRO ada di likuiditas dan cara bertahan hidup. Kas PPRO hanya Rp47,10 miliar, sementara struktur operasionalnya masih rugi dan CFO 9M 2025 minus Rp11,13 miliar. Free cash flow PPRO terlihat positif sekitar Rp20,44 miliar, tapi itu muncul karena ada penerimaan dari pelepasan aset, bukan karena mesin operasi yang sehat. Ini beda kelas dengan ASRI yang CFO Rp643,11 miliar, capex Rp194,43 miliar, free cash flow sekitar Rp448,68 miliar, itu mesin kas beneran. PPRO memang sudah melakukan restrukturisasi besar lewat PKPU, termasuk konversi utang pihak berelasi Rp9,63 triliun menjadi surat berharga perpetual yang sifatnya mendekati ekuitas, serta perubahan struktur obligasi. Ini membantu perusahaan tidak tumbang, tapi juga sinyal bahwa historinya memang sempat berat sekali. ADCP juga tidak sedang ideal, karena pendapatan jeblok dan laba berubah jadi rugi, tapi dari sisi durasi tagihan, ADCP tidak seaneh PPRO.
Kalau investor bertanya sebagus apa PPRO dibanding ADCP dan saham properti lain, jawaban yang paling fair begini. PPRO terlihat membaik karena rugi menyusut drastis, dan porsi pendapatan non-penjualan juga ada, tapi kualitas piutangnya dan siklus kasnya membuat ceritanya masih rawan. ADCP terlihat lebih kecil, tapi ritme tagihan lebih normal, hanya saja model TOD plus ketergantungan pada hotel membuatnya belum jadi mesin properti yang stabil. Dibanding saham properti yang kuat karena recurring besar seperti PWON atau yang punya kas dan free cash flow kuat seperti ASRI, PPRO dan ADCP masih jauh. Jadi PPRO cocok dibaca sebagai saham pemulihan pasca restrukturisasi yang masih harus membuktikan satu hal, piutang benar-benar berubah jadi kas dan persediaan benar-benar bergerak, bukan sekadar angka besar yang parkir di neraca.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
1/7






