Volume
Avg volume
PT Bank CIMB Niaga Tbk. atau BNGA bergerak di bidang usaha Bank Umum, Bank Devisa dan Bank yang melakukan kegiatan berdasarkan prinsip Syariah. Perseroan menawarkan produk dan layanan perbankan konvensional dan syariah yang komprehensif dengan gabungan kekuatan di bidang Perbankan Konsumer, Usaha Menengah Kecil dan Mikro, Perbankan Komersial dan Korporat, Tresuri serta layanan pembayaran. CIMB Niaga memiliki dua anak perusahaan yang bergerak dalam pembiayaan kepemilikan kendaraan bermotor, yaitu PT CIMB Niaga Auto Finance (CNAF) dan PT KITA Finance (KITAF) dengan kepemilikan saham masing-masing sebesar 99,9% dan 51,0%. Per 31 De... Read More
Lama gak bikin artikel, saatnya neropong kedepan dan semoga masa2 ini hanya sementara. Saat ini kita harus melihat banyak variabel (ekonomi makro, kebijakan moneter & fiskal, sentimen investor, valuasi pasar, dsb). Tidak ada jawaban pasti, tapi kita hanya dapat menjalaninya. Saya iseng coba tanya pakai chatgpt ini jawaban dari AI.
1. Apakah kondisi pasar saham di tahun 2025 akan berlangsung panjang (yakni tren naik berkelanjutan)?
Argumen yang mendukung “iya, bisa berlanjut”
Banyak pengamat dan lembaga keuangan memperkirakan bahwa ekonomi global pada 2025 tetap menunjukkan pertumbuhan moderat (bukan resesi dalam skala besar), sehingga pasar bisa terus mendukung kenaikan saham meskipun dengan volatilitas.
Di Amerika Serikat, ekspektasi bahwa bank sentral (The Fed) akan mulai memangkas suku bunga secara bertahap memberi ruang untuk likuiditas yang lebih “longgar”.
Sektor teknologi / AI saat ini adalah tema utama yang menarik minat investor — investasi besar ke AI dapat menjadi pendorong baru pertumbuhan valuasi perusahaan teknologi dan mendorong “gelombang baru” kenaikan pasar.
Meskipun pasar bisa “lebih mahal dari nilai fundamentalnya” dalam jangka pendek, banyak investor masih percaya bahwa momentum bisa berlanjut selama tidak ada kejutan buruk besar (misalnya krisis keuangan, perang besar, ekses inflasi).
Argumen yang menahan kemungkinan ini
Risiko suku bunga: Jika inflasi tetap membandel atau mengalami “kebangkitan kembali,” bank sentral mungkin dituntut untuk menahan atau bahkan menaikkan suku bunga lagi — ini bisa meredam pasar saham.
Risiko geopolitik / perang / eskalasi dagang: konflik antar negara, perang, ketegangan dagang bisa menciptakan kejutan negatif.
Valuasi yang tinggi dan ekspektasi tinggi: pasar bisa kelelahan atau mengalami koreksi jika ekspektasi pendapatan tidak terpenuhi.
Risiko likuiditas: jika investor mulai menarik modal dari pasar saham, bisa memicu pergerakan tajam turun dalam waktu singkat.
Jadi, bisa dibilang: tren naik bisa berlanjut — namun kemungkinan besar tidak akan berlangsung sebagai “bull runaway” terus-menerus tanpa koreksi atau pullback. Akan ada fase konsolidasi, koreksi lokal, dan “uji keuletan pasar”.
Jangka waktu “panjang” juga relatif: apakah yang dimaksud 1–2 tahun, 3–5 tahun, atau lebih? Dalam 1–2 tahun, peluang cukup besar untuk tren kenaikan (asalkan tak ada krisis besar). Tapi untuk 5 tahun ke depan, banyak variabel yang bisa merubah arah.
2. Apakah situasi tahun 2025 mirip dengan tahun 2020?
Mari kita bandingkan karakteristik tahun 2020 vs tahun 2025 dan melihat kesamaan & perbedaan.
a. Kesamaan potensial
Volatilitas tinggi dan kejutan luar biasa: tahun 2020 diwarnai oleh pandemi COVID-19 yang muncul secara tak terduga, menghantam ekonomi dan pasar secara dramatis. Pada 2025, meskipun tidak ada pandemi baru, ada potensi “kejutan” — misalnya kebijakan dagang ekstrem (tarif), geopolitik, krisis utang, dsb.
Respons kebijakan ekstrem: tahun 2020 melihat stimulus fiskal dan moneter besar-besaran untuk menyelamatkan ekonomi global. Di 2025, jika terjadi penurunan tajam, pemerintah dan bank sentral bisa kembali melakukan langkah-langkah distorsi besar (misalnya pelonggaran kuantitatif, stimulus fiskal) untuk mendukung pasar.
Pengaruh sektor teknologi / transformasi digital: pada 2020, pandemi mempercepat adopsi digital, remote work, E-commerce, cloud computing, dsb. Di 2025, tema transformasi—terutama AI, automasi, big data—adalah pendorong penting.
b. Perbedaan penting
Asal guncangan: 2020 disebabkan oleh kejutan exogenous (virus, lockdown), sedangkan 2025 lebih cenderung dari dinamika ekonomi/keuangan (inflasi, kebijakan suku bunga, geopolitik).
Tingkat kesiapan kebijakan: setelah pengalaman pandemi, banyak bank sentral & pemerintah sudah memperbaharui “kotak alat” kebijakan mereka — mungkin lebih sigap merespon dibanding 2020 awal.
Valuasi awal pasar: saat awal 2020, banyak saham sudah “murah” relatif terhadap ekspektasi (setelah fase bull 2010-an), sehingga peluang upside besar. Di 2025, banyak saham terutama bigcaps sudah “mahal” relatif ke metrik pendapatan/arsitektur pasar, sehingga ruang kenaikan mungkin lebih terbatas.
Siklus ekonomi: di 2025, dunia berada setelah fase resesi besar (2020), lalu pemulihan, inflasi tinggi, pengetatan moneter, dan sekarang mungkin menuju fase pelonggaran kembali — berbeda dari 2020 yang adalah fase penurunan tiba-tiba + pemulihan cepat.
Jadi: situasi 2025 memiliki kemiripan dalam hal volatilitas & ketidakpastian, tetapi penyebab, konteks, dan parameter kebijakan berbeda.
3. Apakah performa saham bigcaps bisa kembali ke harga all time high (ATH) lagi?
“Bigcaps” artinya perusahaan-perusahaan besar dengan kapitalisasi pasar besar — di banyak pasar mereka adalah blue chip, perusahaan dengan reputasi, arus kas stabil, dan visibilitas tinggi.
Faktor-faktor yang mendukung kemungkinan kenaikan ke ATH kembali
Fondasi bisnis yang solid
Bigcaps biasanya punya keunggulan kompetitif, jangkauan global, sumber daya untuk inovasi, dan keahlian dalam bertahan di krisis. Seandainya mereka bisa mempertahankan atau memperkuat keunggulan tersebut, potensi pemulihan ke ATH sangatlah mungkin.
Pemulihan ekonomi / permintaan
Jika ekonomi global / domestik tumbuh, permintaan meningkat, laba perusahaan membaik — terutama bigcaps yang punya diversifikasi — maka pasar kemungkinan akan menghargai ulang saham-saham ini.
Likuiditas pasar & arus investor institusional
Bigcaps sering menjadi tempat “safe harbor” ketika investor mencari kepastian dibanding saham kecil. Jika arus modal ke pasar saham kembali besar (baik dari institusi lokal maupun asing), saham bigcaps bisa “naik lebih dulu.”
Pemangkasan suku bunga dan stimulus kebijakan
Jika bank sentral menurunkan suku bunga atau melonggarkan kebijakan moneter, beban pembiayaan perusahaan menurun, dan investor mencari aset berisiko (equity) → bigcaps bisa diuntungkan.
Valuasi historis sebagai acuan psikologis
Banyak investor yang melihat “rekor tertinggi masa lalu” (ATH) sebagai level psikologis penting. Jika pasar berharap bahwa “masa depan lebih baik,” mereka akan membeli di bawah ATH dengan ekspektasi pemulihan ke atas.
Faktor-faktor yang menjadi hambatan atau risiko
Valuasi saat ini vs ekspektasi pendapatan
Jika harga saham sudah sangat tinggi relatif terhadap laba (P/E ratio yang agresif), untuk mencapai ATH lagi, ekspektasi pertumbuhan laba harus sangat tinggi untuk “menjustifikasi” valuasi tersebut.
Tingkat persaingan & inovasi disruptif
Beberapa bigcaps bisa tergeser jika muncul inovator baru (misalnya di sektor teknologi, AI) yang lebih nimble dan efisien.
Beban utang / biaya modal
Jika perusahaan bigcaps punya beban utang besar, kenaikan suku bunga atau beban bunga yang tinggi bisa mengurangi profitabilitas efektifnya.
Keterbatasan skala pertumbuhan
Saat perusahaan sudah “sebesar itu,” untuk tumbuh cepat dari basis tinggi memerlukan pasar baru, ekspansi geografi, atau inovasi besar — yang tidak selalu mudah dicapai.
Kejutan eksternal
Krisis makro, perubahan regulasi, pajak, perang, dsb, bisa memukul valuation tinggi lebih keras daripada saham kecil yang sudah murah.
Seberapa realistis dalam konteks 2025?
Di banyak pasar (termasuk di negara maju), beberapa saham bigcaps sudah mendekati atau bahkan melewati rekor tertinggi (ATH) baru dalam beberapa tahun terakhir, terutama di sektor teknologi / FAANG / semikonduktor / AI.
Namun, untuk pasar di negara berkembang (termasuk Indonesia), performa bigcaps akan sangat tergantung faktor lokal: kondisi ekonomi domestik, kebijakan suku bunga, arus modal asing, stabilitas politik, regulasi, dan faktor eksternal.
Jika tidak ada guncangan negatif besar, dan jika investor optimis, maka bigcaps memiliki peluang untuk kembali ke ATH — walau jangka waktunya bisa lebih lama dan tidak mulus.
Ringkasan & catatan akhir
Kondisi pasar 2025: potensi tren naik masih terbuka, tapi tidak tanpa hambatan — kita mungkin mengalami “bull with corrections.”
Kesamaan dengan 2020: ada unsur ketidakpastian & volatilitas yang sama, tapi penyebab dan konteksnya berbeda signifikan.
Bigcaps ke ATH: sangat mungkin dalam kondisi yang mendukung (pertumbuhan, likuiditas, kebijakan), tapi bukan otomatis; investor harus hati-hati menilai valuasi, risiko, dan faktor eksternal.
Kita hanya bisa berusahan dan berdoa saja ya.
$IHSG $BBRI $BNGA
$TAPG $BNGA $JPFA Big accumulation pakai broker CC... beberapa emiten loncat. kita cuma bisa nerka2 saja siapa ini.
"Kamis, 16 Okt 25 || $BNGA $DATA $GTSI
Disclaimer On & Do Your Own Research
Lot.Beli = (-TargetLossRp) / {([SL*(1-fj)] - [E*(1+fb)])*100}"
1/3
syukuri tdi pas turun harga diskon itu jadi tambah muatan ya walaupun dikit lama jdi bukit plus THN depan bagi depan $BNGA $ADMR
PREDICTION 06 – Multifinance Bank (BNGA)
Terkait insentif mobil listrik yang dihapus, kebijakan ini akan diberlakukan mulai 01 November 2025. Dimana, terdapat sisa 18 hari bagi pihak pembeli untuk bisa menikmati insentif dari mobil listrik (EV) dengan kualitas impor CBU. Saat ini, PT CIMB Niaga Auto Finance (CNAF) sudah berkontribusi sebesar 83% terhadap kepemilikan dan laba bersih entitas anak PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA). Artinya berdasarkan perhitungan dan data LK Q2-25, diperkirakan CNAF berhasil menyalurkan kredit EV sebesar 360 miliar rupiah. Kemudian, data Kontan mengatakan bahwa hingga Agustus 2025 sudah disalurkan kredit sebesar 842 miliar rupiah. Artinya, kredit pembiayaan EV melonjak 133% dalam 2 bulan terakhir. Seharusnya, ini bisa meningkatkan potensi laba bersih di LK Q3-25 sebesar 10% dari total segmen operasionalnya.
Sumber Data : LK Q2-25
$BNGA $IPCC $IHSG
Salam Kenal Semua,
Salam Turnaround
$BBTN $BRIS $BNGA https://cutt.ly/kr99hvbc