4,820

-130

(-2.63%)

Today

111.83 M

Volume

154.46 M

Avg volume

Company Background

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. atau BMRI merupakan bank BUMN yang melakukan usaha di bidang perbankan. Entitas anak Perseroan diantaranya: PT Bank Syariah Mandiri (perbankkan syariah), Bank Mandiri (Europe) Limited (perbankan), PT Mandiri Sekuritas (Sekuritas), PT Bank Sinar Harapan Bali (perbankan), PT Mandiri Tunas Finance (pembiayaan konsumen), Mandiri Internasional Remittance Sendirian Berhad (layanan Remittance), PT Axa Mandiri Financial Service (Asuransi jiwa) dan PT Mandiri AXA General Insurance (Asuransi kerugian). Entitas asosiasi dan pengendalian bersama Perseroan: PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (Lembaga Penyelesa... Read More

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Apakah AK UBS Sekuritas dan BK JP Morgan Adalah Sekuritas Terbesar di Indonesia?

Di postingan sebelumnya ada user Stockbit yang bilang kalau BK dan AK adalah sekuritas terbesar di Indonesia, bahkan lebih gede dari XL dan sekuritas lainnya yang ada di IHSG. Klaim ini enak dipercaya karena nama global itu seperti cap sakti, orang langsung anggap skala bisnisnya otomatis nomor satu. Padahal di bisnis sekuritas, yang menentukan besar itu bukan logo, tapi neraca dan cashflow. Kalau investor cuma pakai modal katanya, investor sedang menyerahkan duit ke ilusi. Lebih parah lagi, sekuritas itu bisnis kepercayaan, dan kepercayaan paling sering hancur bukan karena gosip, tapi karena likuiditas seret. Jadi yang harus dicek itu bukan cuma laba, tapi dari mana laba itu datang dan apakah berubah jadi kas. Dan yang paling brutal, sekuritas bisa terlihat besar karena transaksi berelasi bolak-balik, tapi begitu flow berhenti, ukuran itu tiba-tiba mengecil. Maka satu-satunya cara waras adalah paksa klaim ini lewat data laporan keuangan. External Comunity Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community menggunakan kode: A38138 https://stockbit.com/post/13223345

AK adalah PT UBS Sekuritas Indonesia, core business-nya brokerage dan underwriting, dengan model fee-based yang sangat institusional dan sangat bergantung pada pihak berelasi. UBS AG memegang 98,60% saham, jadi payung grup-nya tebal, akses dan kredibilitas counterparty-nya kuat. Tapi konsekuensinya jelas, ini bukan mesin ritel seperti XL, ini mesin settlement institusional yang sering FOP dan arusnya banyak dari ekosistem sendiri. Buktinya, 86,77% pendapatan AK datang dari pihak berelasi, naik dari 80,87% di 2024. Jadi sebelum bicara terbesar, investor harus sadar dulu, AK itu besar karena pipa institusional, bukan karena pasar ritel. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Sekarang uji klaim terbesar pakai metrik paling gampang dibongkar, total aset. Total aset AK Rp 3,090 T dan growth 55,6% YtD. Dengan angka ini, AK memang lebih besar dari XL Rp 2,508 T, dan lebih besar dari XC Rp 2,029 T yang sudah dibahas sebelumnya. Tapi begitu investor masukkan nama lain yang juga sudah dibahas, klaim AK paling besar langsung gugur, karena ada CC Rp 7,364 T, LG Rp 6,39 T, YP Rp 4,709 T, dan YU Rp 4,26 T. Bahkan BK juga disebut Rp 3,35 T, masih sedikit di atas AK. Jadi, AK itu memang besar, tapi bukan yang paling besar di antara semua sekuritas yang sudah dibahas sebelumnya. Sejauh ini CC adalah yang terbesar secara aset.

Yang bikin AK terlihat solid bukan cuma asetnya, tapi bantalan likuiditasnya. Kas dan setara kas Rp 882,5 B, ditambah kas dibatasi penggunaannya Rp 499,5 B. Ini tipe neraca yang dibangun untuk tahan guncangan settlement, bukan untuk ngegas ekspansi modal kerja tanpa rem. Bandingkan dengan model ekspansi yang lebih agresif seperti LG, yang growth asetnya kuat, tapi CFO-nya negatif besar karena repo menyedot kas. Jadi kalau bicara ketahanan harian, AK kelihatan seperti pemain yang selalu isi bensin penuh sebelum start.

Namun growth aset AK punya karakter yang harus dibaca tajam. Piutang transaksi pialang pihak berelasi naik 157% dari Rp 474 B ke Rp 1,220 T, dan porsinya jadi 39,57% dari total aset. Di sisi liabilitas, utang transaksi pialang pihak berelasi Rp 1,225 T dan porsinya 71,03% dari total liabilitas. Ini artinya growth AK bukan growth yang menyebar ke banyak sumber, melainkan growth yang makin terkunci ke flow berelasi. Ini mirip pola institusional tertentu yang terlihat rapi selama mesin pusatnya jalan, tapi konsentrasinya nyata dan tidak boleh dipoles jadi seolah-olah risk free. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Sekarang bandingkan dari sisi growth laba, karena ini yang paling sering dipakai buat narasi. Laba bersih AK 9M 2025 Rp 170,61 B, naik 31,8% YoY dari Rp 129,4 B. Ini growth yang sehat dan tidak meledak-ledak, tapi konsisten. Di grup yang sudah dibahas, growth laba paling liar justru datang dari model ritel dan model ekspansi pembiayaan, XL disebut laba Rp 141,5 B dengan growth 447% YoY, dan LG disebut laba Rp 372,5 B dengan growth 145% YoY. YU juga kuat, laba Rp 104,17 B dengan growth 41,92% YoY. BK malah turun, laba Rp 79,66 B dengan penurunan 33,8% YoY. Jadi kalau investor fokus growth laba semata, AK bukan juara kecepatan, tapi posisinya tetap papan atas karena labanya besar dan tidak dibayar dengan kerusakan kas.

Bagian paling penting untuk menilai kualitas growth adalah cashflow operasional. CFO AK Rp 213,9 B dan naik 64,3% YoY, lalu CFO lebih besar daripada laba bersih Rp 170,61 B. Ini sinyal kelas atas, laba AK bukan laba kertas. Kalau investor bandingkan, YU juga punya pola sehat, CFO positif Rp 224,24 B dan lebih besar dari laba Rp 104,17 B. BK juga disebut CFO Rp 271,5 B, jadi masih kuat dari sisi kas. Sementara beberapa yang growth-nya kelihatan mengkilap justru bocor di kas, XL disebut CFO negatif Rp 520 B, CC disebut CFO negatif Rp 200,2 B, dan LG disebut CFO negatif Rp 1,2 T. Di sini terlihat siapa yang growth-nya berkualitas dan siapa yang growth-nya masih makan modal kerja. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Masuk ke sisi revenue, AK itu sederhana dan fokus. Total revenue Rp 277,9 B, 90,78% berasal dari komisi pialang Rp 252,11 B. Ini beda dengan YU yang revenue-nya didorong kuat oleh bunga repo, bahkan kontribusi pendapatan bunga repo disebut 45,56% dari total revenue dan tumbuh 81,4%. Ini beda juga dengan LG yang mesin uangnya makin banyak dari bunga dan dividen, serta repo yang jadi tulang punggung aset 56,25%. Jadi AK itu bukan sekuritas yang mengejar yield dari repo sebagai inti, AK lebih seperti operator arus transaksi yang memonetisasi flow lewat fee. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Lalu ada satu fakta yang sering bikin orang lupa, nama global tidak otomatis berarti biaya dana selalu murah. Beban keuangan AK melonjak 220% YoY dari Rp 2,03 B menjadi Rp 6,50 B. Pendorong utamanya bunga pinjaman subordinasi UBS AG Zurich Rp 4,84 B, kontribusinya 74,45% dari beban keuangan. Artinya ketika kebutuhan MKBD dan volume settlement naik, AK juga bisa memilih jalan pendanaan yang mahal dulu. Di sisi lain, LG juga mengalami tekanan biaya pendanaan, biaya keuangan naik 92,5% YtD menjadi Rp 116,4 B, karena ekspansi dibiayai utang bank dan obligasi. YU pun biaya keuangan naik 90,04% YoY. Jadi bukan soal siapa yang punya nama paling besar, tapi siapa yang bisa mengubah biaya dana itu menjadi growth tanpa merusak kas.

Sekarang bandingkan ukuran dan growth secara jujur, tanpa gengsi. Kalau ukurannya total aset, AK memang di atas XL dan XC, tapi aset AK masih di bawah CC, LG, YP, dan YU, dan sedikit di bawah BK. Kalau ukurannya growth aset, XL disebut paling agresif 364% YtD, LG 80,4% YtD, AK 55,6% YtD, sementara YU stabil 1,68% YtD. Kalau ukurannya growth laba, XL dan LG yang paling ngebut, tapi AK tetap bagus karena naik 31,8% YoY dan nominal labanya besar. Kalau ukurannya kualitas laba, AK termasuk yang paling bersih karena CFO lebih besar dari laba, dan bantalan kasnya tebal. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Jadi posisi AK itu jelas. AK bukan sekuritas terbesar kalau pembandingnya mencakup CC, LG, YP, YU, dan BK, karena angka asetnya Rp 3,090 T masih kalah dari beberapa nama itu. Tapi kalau investor bicara kombinasi growth yang rapi, laba yang nyata jadi kas, dan likuiditas yang tebal, AK itu salah satu yang paling solid di antara yang sudah dibahas. Yang harus investor awasi bukan takut bangkrut, karena secara kas dan MKBD sangat aman, melainkan konsentrasi pihak berelasi yang makin dominan dan beban keuangan yang melonjak 220% YoY. Dengan kata lain, AK itu bukan raja ukuran, tapi salah satu kandidat paling kuat untuk definisi besar yang paling penting, besar karena tahan banting, bukan besar karena cerita.

🏦 Profil Inti AK UBS
⚙️ Core business
  💼 Brokerage
  🧾 Underwriting
  🧠 Fee-based institusional

🌏 Struktur kepemilikan
  🏛 UBS AG pegang 98,60% saham
  🛡 Payung grup tebal

🔗 Ketergantungan pihak berelasi
  📊 86,77% pendapatan dari pihak berelasi
  📈 Naik dari 80,87% di 2024

📦 Uji Klaim Terbesar pakai Total Aset
📦 Total aset AK
  📊 Rp 3,090 T
  📈 Growth 55,6% YtD

⚖️ Dibanding sekuritas lain yang sudah dibahas
  🏆 CC Rp 7,364 T
  🏔 LG Rp 6,39 T
  🚀 YP Rp 4,709 T
  🧱 YU Rp 4,26 T
  🏦 BK Rp 3,35 T
  📊 XL Rp 2,508 T
  🏦 XC Rp 2,029 T

🧠 Kesimpulan size
  ✅ Lebih besar dari XL dan XC
  ❌ Bukan yang paling besar
  🏆 Raja aset di set ini tetap CC

🧊 Bantalan Likuiditas AK
💰 Kas dan setara kas
  🟢 Rp 882,5 B

🔒 Kas dibatasi penggunaannya
  🧱 Rp 499,5 B

🧠 Makna
  ⛽️ Neraca siap hadapi guncangan settlement
  🛡 Lebih defensif dibanding model ekspansi agresif

🧱 Growth Aset yang Harus Dibaca Tajam
📑 Piutang transaksi pialang pihak berelasi
  🚀 Naik 157%
  📊 Dari Rp 474 B ke Rp 1,220 T
  ⚖️ 39,57% dari total aset

🔁 Utang transaksi pialang pihak berelasi
  📊 Rp 1,225 T
  ⚖️ 71,03% dari total liabilitas

🧠 Makna
  🪞 Neraca makin terkunci ke flow berelasi
  ⚠️ Rapi selama pipa grup jalan
  🚨 Risiko konsentrasi tetap nyata

📈 Profitabilitas dan Growth Laba
💰 Laba bersih 9M 2025
  📊 Rp 170,61 B
  📈 Naik 31,8% YoY dari Rp 129,4 B

⚖️ Banding growth laba di set yang sama
  🔥 XL laba Rp 141,5 B naik 447%
  🏔 LG laba Rp 372,5 B naik 145%
  🧱 YU laba Rp 104,17 B naik 41,92%
  🏦 BK laba Rp 79,66 B turun 33,8%

🧠 Kesimpulan growth laba
  ✅ AK sehat dan stabil
  ❌ Bukan juara kecepatan
  ✅ Nominal laba tetap besar dan rapi

💧 Kualitas Laba lewat Cashflow
💰 CFO AK 9M 2025
  🏆 Rp 213,9 B
  📈 Naik 64,3% YoY
  ✅ Lebih besar dari laba Rp 170,61 B

⚖️ Pembanding CFO
  🧱 YU CFO Rp 224,24 B lebih besar dari laba Rp 104,17 B
  🏦 BK CFO Rp 271,5 B
  💣 XL CFO negatif Rp 520 B
  💣 CC CFO negatif Rp 200,2 B
  💣 LG CFO negatif Rp 1,20 T

🧠 Makna utama
  ✅ Laba AK bukan laba kertas
  🧊 Cash conversion kelas atas

💵 Struktur Revenue AK
📊 Total revenue
  📦 Rp 277,9 B

💼 Komisi pialang
  📊 Rp 252,11 B
  ⚖️ 90,78% dari revenue

🧠 Karakter bisnis
  🎯 Operator flow
  💼 Monetisasi fee
  🚫 Bukan mesin repo sebagai inti

💸 Biaya Dana dan Beban Keuangan
📈 Beban keuangan
  💥 Naik 220% YoY
  📊 Dari Rp 2,03 B ke Rp 6,50 B

🏦 Sumber utama
  🏛 Bunga pinjaman subordinasi UBS AG Zurich Rp 4,84 B
  ⚖️ 74,45% dari beban keuangan

🧠 Makna
  ⚠️ Nama global tidak otomatis murah
  🎯 Tantangan menjaga cost of fund saat volume naik

🎯 Posisi Nyata AK
👑 Kalau definisi terbesar adalah aset
  ❌ AK bukan yang terbesar

🧊 Kalau definisi terbesar adalah ketahanan dan kualitas kas
  ✅ AK masuk kandidat terkuat
  💰 Kas Rp 882,5 B plus kas dibatasi Rp 499,5 B
  💧 CFO Rp 213,9 B lebih besar dari laba Rp 170,61 B

⚠️ Titik yang wajib diawasi
  🎯 Konsentrasi pihak berelasi 86,77% pendapatan
  💸 Beban keuangan naik 220% YoY

Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.

Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345

Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm

Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx

Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW

Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$BMRI $BBCA $BBNI

Read more...

1/2

testes
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Perang Sekuritas: JP Morgan BK vs Stockbit XL

Secara skala, efisiensi, efektivitas, dan profitabilitas, apakah BK memang lebih baik dari XL? Banyak orang terjebak ilusi nama besar, lalu mengira semua metrik otomatis menang di semua lini. Padahal di bisnis sekuritas, yang menentukan itu bukan cuma brand, tapi struktur neraca, kualitas kas, dan siapa yang sebenarnya jadi mesin transaksi. BK itu contoh sekuritas yang kelihatan institusional banget, tapi justru bisa kalah menarik kalau investor cari cerita growth. XL sering diremehkan karena diasosiasikan ritel, padahal ritel itu bisa jadi mesin volume yang gila-gilaan. Masalahnya, mesin volume yang gila-gilaan sering minta bensin kas yang gila-gilaan juga. Jadi pertanyaannya harus dibedah pakai angka, bukan pakai aura. Untuk objektif nya maka cek LK Q3 2025. External Comunity Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community menggunakan kode: A38138 https://stockbit.com/post/13223345

Kalau dipukul rata soal terbesar, klaim BK adalah sekuritas terbesar di Indonesia itu tidak nyambung dengan data yang sudah kita bahas sebelumnya. Dari semua LK sekuritas yang sudah kita bedah sebelumnya, Mansek CC punya total aset Rp 7,364 T, YP Rp 4,709 T, BK Rp 3,35 T, XL Rp 2,508 T, SQ Rp 2,029 T. Jadi kalau definisi terbesar pakai ukuran aset saja, BK bukan nomor 1, bahkan bukan top 2. BK itu besar, tapi bukan paling gede, dan itu penting karena skala biasanya menentukan kemampuan menyerap risiko settlement, kebutuhan modal kerja, dan daya tahan saat pasar lagi seret likuiditas.

Sekarang bedah DNA bisnisnya. BK itu sekuritas yang sangat terfokus, nyaris satu nada, brokerage hampir 100% pendapatan usaha. Tapi yang bikin unik, mesin utamanya bukan ritel, melainkan aliran transaksi pihak berelasi yang super dominan. Angkanya kebaca jelas, komisi pialang dari pihak berelasi Rp 118,67 B, itu 84,87% dari pendapatan usaha. Konsekuensinya, neraca BK juga bercermin ke pihak berelasi, piutang pialang pihak berelasi Rp 1,541 T dan utang pialang pihak berelasi Rp 1,493 T. Model seperti ini biasanya stabil secara operasional karena ekosistemnya tertutup dan settlement-nya rapi, tapi secara bisnis ada satu risiko struktural, kalau flow dari entitas berelasi menurun, top-line ikut mengecil tanpa ampun. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

XL kebalikannya. XL hidup dari pihak ketiga, komisi pialang pihak ketiga Rp 279,17 B atau 98,41% dari total komisi. Ini pola pasar terbuka, jadi growth bisa meledak kalau volume ritel lagi panas. Dan memang meledak, total aset XL melonjak 364% YtD jadi Rp 2,508 T, piutang pialang pihak ketiga naik 497% jadi Rp 2,310 T dan mendominasi 92,11% total aset. Secara bisnis ini kelihatan seperti roket, tapi roket punya biaya, dan biaya utamanya bukan cuma beban operasional, melainkan kebutuhan kas untuk putaran settlement T+2 yang makin besar.

Masuk ke profitabilitas, ini bagian yang sering bikin orang salah fokus. BK laba bersih Rp 79,66 B, turun 33,8% YoY karena pendapatan usaha turun 14,82%. XL laba periode berjalan Rp 141,5 B, naik 447% YoY, dan pendapatan tumbuh 268% YoY. Kalau investor cuma lihat laba dan growth laba, XL terlihat menang telak. Bahkan kalau dihitung margin laba bersih kasar terhadap pendapatan usaha, BK sekitar 56,97% dan XL sekitar 50,69%, keduanya sama-sama tinggi, tapi kisahnya beda, BK margin tinggi karena struktur beban relatif terkendali dan bisnisnya komisi institusional berelasi, sementara XL margin tinggi karena volume naik gila-gilaan walau beban ikut meledak. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Tapi di sekuritas, kualitas laba itu sering lebih jujur dilihat dari cashflow. Dan di sini, BK seperti ngajarin kelas. CFO BK Rp 271,5 B, itu bukan cuma positif, tapi juga lebih besar dari laba bersih Rp 79,66 B. Artinya, laba BK bukan laba akrual yang nyangkut di piutang, tapi benar-benar keangkat jadi kas. Bandingkan dengan XL yang CFO-nya justru negatif Rp 520 B, padahal labanya Rp 141,5 B. Ini gap yang tidak bisa dianggap noise, ini sinyal bahwa pertumbuhan XL menyedot kas besar dari modal kerja settlement. Pola CFO negatif seperti ini juga terlihat di yang lain, CC CFO negatif Rp 200,2 B walau laba Rp 214,38 B, YP CFO negatif Rp 66,6 B walau laba Rp 109,9 B, SQ masih positif Rp 8,27 B tapi kecil banget dibanding laba Rp 121,3 B. Dari sisi kualitas kas, BK yang paling bersih di antara yang sudah kita bahas.

Lanjut ke efisiensi operasional, dua-duanya punya beban raja yang beda. Di BK, beban kepegawaian Rp 55,88 B itu 66,21% dari total beban usaha Rp 84,41 B, jadi ini model yang berat di people, riset, relationship institusional. Di XL, beban data feed dan data center Rp 75,49 B itu 50,23% dari total beban, dan beban kepegawaian Rp 40,5 B melonjak karena karyawan naik dari 90 ke 211. Jadi BK itu mahal karena talent, XL itu mahal karena infrastruktur digital plus talent yang sedang digenjot. Dua-duanya wajar, tapi dampaknya beda, model BK bisa tetap stabil ketika volume pasar ritel melempem, sedangkan model XL cenderung lebih sensitif karena biaya infra dan settlement membesar seiring skala transaksi. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Sekarang sisi leverage dan ketahanan neraca. BK punya ekuitas Rp 1,55 T dengan total liabilitas Rp 1,80 T, rasio liabilitas ke ekuitas sekitar 1,16 kali, relatif sehat untuk perusahaan efek. XL punya ekuitas Rp 297,5 B, sementara total aset Rp 2,508 T, artinya liabilitas kira-kira Rp 2,2105 T dan rasio liabilitas ke ekuitas sekitar 7,43 kali. Ini bukan otomatis jelek karena bisnis sekuritas memang banyak utang pialang yang sifatnya self-liquidating, tapi semakin tinggi leverage, semakin sensitif terhadap gangguan settlement, mismatch kas harian, dan kebutuhan funding darurat. Dan XL memang menunjukkan itu, harus ada suntikan pendanaan berelasi, utang subordinasi Rp 100 B dan utang lain-lain Rp 300 B, lalu total utang lain-lain berelasi naik sampai Rp 448,2 B. Itu artinya pertumbuhan XL bukan cuma ditopang laba, tapi juga ditopang bahan bakar dari grup.

Kalau investor minta pembuktian skala dan siapa paling besar, CC tetap paling berat dari sisi aset di kelompok yang sudah kita bahas, plus piutang pialang pihak ketiga Rp 4,745 T yang menunjukkan volume settlement raksasa, tapi CC juga punya penyakit yang mirip XL, CFO negatif Rp 200,2 B dan lonjakan beban bunga 500% karena pinjaman bank naik 321%. YP itu besar dan tumbuh cepat, aset naik 55,5% YtD dan laba naik 121% YoY, tapi CFO masih negatif Rp 66,6 B, jadi kualitas kasnya belum serapi laba. SQ itu paling bank-backed dan modalnya super aman, laba naik 43,58% YoY, tapi tetap ada mismatch karena CFO cuma Rp 8,27 B. BK berada di kutub yang berbeda, growth laba turun, tapi cash conversion-nya paling kuat dan MKBD-nya sangat tinggi Rp 1,501 T, jadi secara ketahanan operasional dan kenyamanan counterparty, BK terlihat paling dingin dan stabil. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Kalau investor bicara siapa lebih baik, jawabannya tergantung definisi menang. Kalau menang itu growth pendapatan, growth laba, ekspansi basis nasabah, XL jelas lebih menyala karena aset 364% YtD, laba 447% YoY, dan komisi pihak ketiga yang sudah Rp 279,17 B. Kalau menang itu kualitas kas, disiplin likuiditas, dan kemampuan menghasilkan CFO yang lebih besar dari laba, BK yang paling rapi karena CFO Rp 271,5 B saat laba Rp 79,66 B, kas Rp 1,345 T, dan struktur piutang tanpa CKPN karena diklaim belum jatuh tempo. Jadi narasinya bukan BK pasti lebih baik dari XL atau XL pasti lebih hebat dari BK, narasinya adalah BK itu mesin stabil institusional yang cashflow-nya jernih tapi growth-nya bisa datar, sedangkan XL itu mesin growth ritel yang profit-nya meledak tapi kasnya masih ngos-ngosan karena putaran modal kerja settlement.

Dari semua data yang sudah kita bahas sebelumnya, kalau dipakai ke BK vs XL, hasilnya juga konsisten. Perspektif pesimis bakal menyorot risiko konsentrasi BK ke pihak berelasi 84,87% pendapatan usaha, dan menyorot CFO XL yang negatif Rp 520 B sebagai sinyal tekanan likuiditas. Perspektif optimis bakal bilang BK itu counterparty idaman karena MKBD Rp 1,501 T dan CFO kuat, sedangkan XL itu monster pertumbuhan ritel yang sudah terbukti bisa mencetak laba besar dengan cepat. Perspektif realistis biasanya akan mengakui BK unggul di stabilitas kas, lalu menuntut XL membuktikan satu hal, kapan laba akrual itu berubah jadi CFO positif tanpa ketergantungan suntikan dana berelasi.

⚖️ BK vs XL

https://stockbit.com/post/24849836

  🔍 Lebih baik mana secara skala efisiensi efektivitas dan profitabilitas
  ⚠️ Tidak bisa dijawab pakai aura nama besar

📌 Prinsip dasar
  📊 Sekuritas itu lomba neraca
  💧 Laba harus diuji dengan kas
  ⚙️ Mesin transaksi lebih penting dari branding

📦 Skala Usaha
🏗 Total aset per 30 September 2025
  🏛 CC Rp 7,364 T
  🚀 YP Rp 4,709 T
  🏦 BK Rp 3,35 T
  📊 XL Rp 2,508 T
  🏦 SQ Rp 2,029 T

🧠 Kesimpulan skala
  ❌ BK bukan terbesar
  ❌ BK bukan top 2
  ⚖️ BK besar tapi bukan raja neraca

⚙️ DNA Bisnis
🏦 BK
  🧾 100% brokerage
  🏛 Mesin institusional
  🔗 Sangat bergantung pihak berelasi

📱 XL
  💼 Brokerage ritel
  🌊 Mesin volume pihak ketiga
  🔥 Sensitif ke siklus pasar ritel

👥 Sumber Pendapatan
🏦 BK
  📊 Komisi pihak berelasi Rp 118,67 B
  ⚠️ 84,87% pendapatan usaha
  🧲 Konsentrasi ekstrem

📱 XL
  📊 Komisi pihak ketiga Rp 279,17 B
  ⚖️ 98,41% total komisi
  🌍 Pasar terbuka

📈 Pertumbuhan Neraca
🏦 BK
  📈 Piutang pihak berelasi naik 158%
  💰 Kas naik 26,38% ke Rp 1,345 T
  📉 Pendapatan turun

📱 XL
  🚀 Aset naik 364% YtD
  🚀 Piutang pialang naik 497%
  ⚠️ Modal kerja membengkak

💰 Profitabilitas
🏦 BK
  📉 Laba bersih Rp 79,66 B
  📉 Turun 33,8% YoY
  📉 Pendapatan turun 14,82%

📱 XL
  🚀 Laba Rp 141,5 B
  🔥 Naik 447% YoY
  🚀 Pendapatan naik 268%

🧠 Catatan margin
  ⚖️ BK margin tinggi karena struktur fee
  ⚖️ XL margin tinggi karena volume ekstrem

💧 Kualitas Arus Kas
🏦 BK
  🏆 CFO Rp 271,5 B
  🟢 Lebih besar dari laba
  💧 Laba benar-benar cair

📱 XL
  💣 CFO negatif Rp 520 B
  ⚠️ Laba nyangkut di modal kerja
  ⛽️ Mesin settlement makan kas

🧠 Kesimpulan kas
  🏆 BK paling bersih
  🚨 XL paling haus bensin

⚙️ Efisiensi Biaya
🏦 BK
  👥 Beban kepegawaian Rp 55,88 B
  ⚖️ 66,21% total beban
  🧠 Mahal di talent dan relasi

📱 XL
  🖥 Data feed dan data center Rp 75,49 B
  ⚖️ 50,23% total beban
  👥 Beban SDM melonjak
  📈 Karyawan 90 ke 211

🧱 Struktur Neraca
🏦 BK
  🧱 Ekuitas Rp 1,55 T
  📦 Liabilitas Rp 1,80 T
  ⚖️ Liabilitas ekuitas ± 1,16x

📱 XL
  🧱 Ekuitas Rp 297,5 B
  📦 Aset Rp 2,508 T
  ⚖️ Leverage ± 7,43x

🧠 Implikasi
  🛡 BK lebih tahan guncangan
  ⚠️ XL sensitif mismatch harian

🏦 Pendanaan Tambahan
📱 XL
  🔌 Utang subordinasi Rp 100 B
  🔌 Utang lain-lain Rp 300 B
  🔗 Utang berelasi total Rp 448,2 B

🏦 BK
  🟢 Tidak tergantung suntikan agresif
  🧊 Likuiditas internal kuat

🛡 Ketahanan Operasional
🏦 BK
  💰 Kas Rp 1,345 T
  🧾 MKBD Rp 1,501 T
  🤝 Counterparty favorit

📱 XL
  🔥 Growth tinggi
  ⚠️ Butuh pembuktian kas
  🕒 Bergantung ritme settlement

🎯 Kesimpulan Objektif
🏦 BK unggul di
  🧊 Stabilitas
  💧 Kualitas kas
  🛡 Ketahanan neraca

📱 XL unggul di
  🚀 Growth aset
  🔥 Growth laba
  🌊 Ekspansi volume ritel

⚖️ Intinya
  ❌ BK tidak otomatis menang semua
  ❌ XL tidak otomatis lebih lemah
  🧠 BK mesin stabil institusional
  🔥 XL mesin growth ritel

📌 Penentu ke depan
  🏦 BK tergantung kontinuitas flow berelasi
  📱 XL tergantung konversi laba jadi kas

Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.

Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345

Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm

Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx

Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW

Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$BBNI $BBTN $BMRI

Read more...

1/2

testes
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Apakah JP Morgan BK Adalah Sekuritas Terbesar di Indonesia?

Ada user Stockbit yang bilang tadi bilang kalau BK adalah sekuritas terbesar di Indonesia. Kalau ukurannya cuma pakai nama global, banyak orang langsung mengangguk tanpa cek angka. Tapi pasar modal itu bukan lomba branding, ini lomba neraca. Kalau yang dimaksud terbesar adalah total aset, BK justru tidak ada di posisi puncak. Kalau yang dimaksud terbesar adalah kekuatan likuiditas dan kualitas kas, nah itu baru BK mulai kelihatan tajinya. Dan kalau yang dimaksud terbesar adalah kemampuan menguasai flow institusi, BK memang main di liga yang beda dari sekuritas ritel. Jadi sebelum ikut-ikutan narasi, mending kita cej datanya pakai LK 30 September 2025. Karena di industri sekuritas, angka tidak pernah bisa dibantah, cuma bisa dipelintir. External Comunity Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community menggunakan kode: A38138 https://stockbit.com/post/13223345

BK itu perusahaan efek yang bisnisnya rapi dan sangat fokus. Izin utamanya perantara pedagang efek dan penjamin emisi, tapi mesin duitnya hampir murni komisi pialang, bahkan segmen brokerage menyumbang 100% pendapatan usaha. Bedanya dengan kebanyakan sekuritas yang kita bahas sebelumnya, BK bukan bertumpu pada keramaian ritel, melainkan transaksi kelembagaan dan transaksi pihak berelasi yang volumenya besar, ritmenya cepat, dan settlement-nya disiplin. Pengendali akhirnya JPMorgan Chase, PSP-nya J.P. Morgan Securities Asia Pte. Ltd. pegang 98,75%. Efeknya terasa di struktur pendapatan dan neraca, porsi pihak berelasi dominan sekali, 84,87% pendapatan usaha berasal dari komisi pialang pihak berelasi, dan piutang pialang pihak berelasi ikut membengkak jadi Rp 1,541 T.

Sekarang kita jawab pertanyaan paling panas, apakah BK terbesar di Indonesia. Dari sisi total aset, BK per 30 September 2025 ada di sekitar Rp 3,35 T. Itu artinya BK tidak lebih besar dari CC yang asetnya Rp 7,364 T, tidak lebih besar dari TRIM Rp 6,39 T, dan bahkan masih di bawah YP Rp 4,709 T. Bahkan di kelompok sekuritas yang sudah kita bahas sebelumnya, Ajaib juga pernah muncul dengan aset Rp 3,771 T, jadi secara size murni, BK bukan nomor 1. Jadi statement BK terbesar itu salah kalau definisinya total aset. BK itu besar di kelasnya sendiri, tapi bukan raja size di Indonesia. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Yang bikin BK unik justru komposisi asetnya. Hampir setengah aset BK, tepatnya 45,95% dari total aset, datang dari piutang transaksi pialang pihak berelasi Rp 1,541 T, dan piutang ini tumbuh 158% dari Rp 597,17 M di 2024. Di sisi liabilitas, utang transaksi pialang pihak berelasi Rp 1,493 T dan itu menyumbang 82,73% total liabilitas Rp 1,80 T. Pola ini penting, karena neraca BK terlihat seperti cermin, piutang besar ke grup, utang besar ke grup, lalu perusahaan jadi semacam hub settlement dan brokerage untuk flow institusi. Ini berbeda dengan CC atau YP yang piutang pihak ketiganya sangat dominan, atau TRIM yang narasinya berat di repo dan pembiayaan pasar.

Kalau bicara growth, BK itu aneh tapi logis. Di satu sisi piutang pihak berelasi naik 158% dan kas naik 26,38% jadi Rp 1,345 T, jadi neracanya tumbuh karena aktivitas transaksi membesar. Tapi di sisi lain pendapatan usaha justru turun 14,82% dari Rp 164 B jadi Rp 139,83 B, dan laba bersih turun 33,8% dari Rp 120,34 M jadi Rp 79,66 M. Ini biasanya bikin orang salah paham, dikira bisnisnya melemah. Padahal ada kemungkinan besar terjadi pergeseran struktur fee, volume transaksi naik tapi yang low-margin atau non-commissionable naik lebih cepat dibanding komisi. Jadi BK bisa saja makin sibuk, tapi take rate-nya mengecil, hasil akhirnya laba turun.

Di sinilah BK mulai kelihatan beda paling tajam dibanding sekuritas lain yang sudah kita bahas, yaitu kualitas arus kas. CFO BK justru melonjak 239% YoY jadi Rp 271,5 B, dan ini lebih besar daripada laba bersih Rp 79,66 M. Ini sinyal yang jarang, karena di banyak sekuritas, laba terlihat tebal tapi CFO megap-megap. CC CFO masih negatif Rp 200,2 B, YP CFO negatif Rp 66,6 B, TRIM CFO negatif Rp 1,2 T, Stockbit CFO negatif Rp 520,09 B, SQ baru positif tapi tipis Rp 8,27 M. BK kebalikannya, laba turun, tapi kas operasional deras, berarti laba yang dicetak benar-benar cair, dan perputaran settlement-nya menghasilkan kas masuk operasional yang kuat, salah satu penopang utamanya disebut dari penerimaan lembaga kliring neto Rp 255,10 B. Kalau investor mau cari sekuritas yang paling sedikit drama mismatch laba versus kas, BK terlihat paling clean. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Namun BK juga punya risiko yang tidak dimiliki sekuritas ritel, yaitu risiko konsentrasi yang ekstrem. 84,87% pendapatan usaha tergantung satu entitas berelasi, dan hampir setengah aset juga terkait pihak itu. Kalau flow dari grup berubah, fee structure berubah, atau strategi routing order berubah, BK bisa langsung kena dampak ke pendapatan. Dari sisi ketahanan modal, BK tebal sekali, ekuitas Rp 1,55 T dan MKBD Rp 1,501 T, ini level yang membuat BK sangat nyaman untuk settlement dan sebagai counterparty. Tapi dari sisi growth terbuka, BK memang tidak dirancang buat kejar ekspansi ritel, dia lebih mirip mesin institusional yang hidup dari konsistensi flow.

Ada hal kecil tapi menarik yang biasanya diabaikan orang, BK mulai makin serius di sisi infrastruktur kantor. Capex melonjak dari Rp 255 Jt jadi Rp 10,19 B, sinkron dengan kenaikan aset hak guna dan biaya dibayar dimuka renovasi Rp 7,63 B. Liabilitas sewa naik 238% dari Rp 3,49 M jadi Rp 11,83 M, dan untuk pertama kali muncul arus kas pendanaan negatif Rp 6,84 M yang salah satunya dipicu pembayaran bunga utang sewa Rp 4,31 M. Jadi ini bukan cuma angka, ini sinyal BK menancapkan investasi fisik dan operasi jangka panjang di Indonesia, walau secara model bisnis tetap asset light dibanding sekuritas yang agresif ekspansi pembiayaan. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Kalau disimpulkan secara argumentatif, klaim BK sekuritas terbesar di Indonesia itu keliru kalau patokannya size neraca. CC, TRIM, dan YP lebih besar dari sisi total aset, dan CC juga paling terasa skala settlement pihak ketiganya. Tapi kalau patokannya kualitas likuiditas, kekuatan kas, dan kedalaman bantalan regulasi, BK itu salah satu yang paling susah disaingi, kas Rp 1,345 T, MKBD Rp 1,501 T, CFO Rp 271,5 B yang melampaui laba bersih. Trade-off-nya jelas, BK sangat tergantung pada flow pihak berelasi, jadi growth dan laba bisa naik turun sesuai kebijakan grup, bukan semata kondisi pasar ritel. Jadi posisi BK itu bukan raja size, tapi raja ketenangan likuiditas, dan itu sering lebih penting buat bertahan di hari-hari pasar yang sedang tidak ramah.

Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.

Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345

Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm

Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx

Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW

Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$BBCA $BBRI $BMRI

Read more...

Refleksi investasi $ARCI : historis aksi Grup Rajawali/PSP tega meninggalkan manajemen TAXI tanpa induk, bagaimana ke depan nya ?

masih ingat HKMU ?


silakan analisa dan tanggapan nya 😇😆🤡


____
$IHSG $BMRI @nusada @AchsanEdiWinata

1/4

testestestes
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Mandiri Sekuritas, Sekuritas Milik BUMN, Emang Bagus Banget?

Request salah satu user Stockbit bukan di External Comunity Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community menggunakan kode: A38138 https://stockbit.com/post/13223345

Ada user Stockbit yang request minta dibahaskan tentang sekuritas BUMN. Sebenarnya banyak sekuritas yang punya backing negara lewat bank-bank BUMN, tapi yang skala jeroannya paling besar dan paling terasa napas institusinya memang CC Mandiri Sekuritas. Ini bukan sekuritas yang hidup dari euforia ritel semata, ini mesin pasar modal yang punya akses pendanaan, akses deal, dan akses orderflow yang beda kelas. Masalahnya, justru karena CC besar, investor sering terlena, mengira semua yang besar pasti otomatis sehat. Padahal laporan keuangan sekuritas itu sering tampak cantik di laba, tapi diam-diam berdarah di arus kas. Jadi CC harus dibaca seperti bedah mesin, lihat di mana tenaga dibuat, lalu lihat juga di mana kasnya bocor. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Secara model bisnis, CC itu gabungan fee-based dan market-based. Komisi pialang tetap jadi tulang punggung dan di 9M 2025 nilainya Rp 418,59 B, sekitar 35,70% dari total pendapatan Rp 1,172 T. Tapi pembeda CC terlihat dari mesin market-based yang bisa nyetrum laba, laba penjualan efeknya lompat 1.732% dari Rp 8 B jadi Rp 139 B. Ini tipe sekuritas yang tidak cuma jadi perantara transaksi, tapi juga aktif memanen volatilitas lewat portofolio, plus pendapatan bunga dan dividen yang ikut mengangkat performa. Di atas itu, backing-nya keras, PT Bank Mandiri $BMRI pegang 99,00% saham, jadi dari sisi reputasi dan akses likuiditas, CC punya pagar yang tidak dimiliki banyak sekuritas lain.

Kalau bicara size, CC per 30 September 2025 punya total aset Rp 7,364 T. Ini menempatkan CC di papan atas dari sekuritas yang sudah kita bahas sebelumnya. CC lebih besar dari TRIM yang asetnya Rp 6,39 T, lebih besar dari YP yang asetnya Rp 4,709 T, lebih besar dari Ajaib Rp 3,771 T, Stockbit Rp 2,51 T, dan BCA Sekuritas Rp 2,029 T. Tapi size itu bukan sekadar pamer angka, karena komposisi asetnya menunjukkan gaya main. Di CC, piutang transaksi pialang pihak ketiga Rp 4,745 T dan menyedot 64,36% dari total aset. Artinya CC ini broker yang benar-benar sibuk, volume settlement besar, dan modal kerja berputar kencang. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Sekarang masuk ke growth, karena itu yang investor anggap utama. Dari growth aset, CC naik 37,8% YtD, jadi pertumbuhannya solid tapi bukan yang paling agresif. YP lebih agresif karena asetnya naik 55,5% YtD, sementara BCA Sekuritas naik 41,7% YtD. Jadi untuk pertumbuhan neraca, CC itu besar dan tumbuh, tapi masih kalah ngebut dibanding YP. Namun ada satu growth yang menarik sekaligus bikin investor harus waspada, piutang reverse repo CC naik 638% sampai Rp 535,5 B. Ini ekspansi pembiayaan yang agresif, dan secara teori harusnya membantu pendapatan bunga, tapi kalau spread mengecil atau cost of fund naik, profitabilitasnya bisa ketekan.

Di P&L, growth CC terlihat lebih menggigit. Laba bersih CC naik 48,7% YoY dari Rp 144,8 B jadi Rp 214,38 B. Ini lebih tinggi dari BCA Sekuritas yang laba bersihnya naik 43,58% jadi Rp 121,3 B. Tapi CC masih kalah cepat dibanding YP yang laba bersihnya naik 121% jadi Rp 109,97 B, dan jelas kalah eksplosif dibanding Stockbit yang growth laba bersihnya 447,38%. Di sisi lain, CC juga tidak bisa disejajarkan mentah-mentah dengan sekuritas digital yang sedang hyper-growth, karena CC menang kelas di breadth bisnis, akses deal, dan kapasitas portofolio. Yang penting buat investor adalah memahami sumber growth laba CC, kombinasi komisi pialang yang besar, plus trading gain yang meledak, plus bunga dan dividen yang menguat.

Bagian yang paling menentukan kualitas growth justru ada di cashflow. Di sini CC keras tapi juga jujur, CFO CC masih negatif Rp 200,2 B. Ini lebih buruk dari YP yang CFO negatif Rp 66,6 B, dan kontras dengan BCA Sekuritas yang CFO sudah positif Rp 8,27 B. Kalau dibanding sekuritas lain yang sudah kita bahas, pola CFO negatif ini juga nyambung, TRIM negatif Rp 1,2 T, Stockbit negatif Rp 520,09 B, sementara Ajaib justru positif Rp 137,84 B. Jadi secara kualitas konversi laba menjadi kas, CC belum menang. Laba Rp 214,38 B itu secara kas belum benar-benar mendarat, karena tersedot di piutang pialang, reverse repo, dan dinamika settlement. Bahkan di data di LK CC, pembayaran ke lembaga kliring Rp 6,039 T ikut menggambarkan betapa besarnya perputaran dana harian yang bisa menghabiskan kas operasional walaupun laba terlihat tebal. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Masalah berikutnya adalah cara CC menambal kebutuhan modal kerja. Total liabilitas CC Rp 5,010 T dan naik 126% YtD. Pinjaman bank jangka pendek naik 321% dari Rp 88 B ke Rp 373 B. Ini langsung ketagih di beban bunga dan keuangan yang naik 500% dari Rp 4,8 B ke Rp 27,5 B. Jadi CC memang sukses menaikkan laba, tapi di saat yang sama mesin pendanaannya makin mahal. Kabar baiknya, karena banyak pendanaan ditopang grup Mandiri, risiko akses dana lebih rendah. Kabar kurang enaknya, beban bunga yang naik cepat itu bisa jadi rem kalau suku bunga tetap tinggi atau kalau kebutuhan modal kerja tidak turun.

Di ekuitas, CC terlihat sangat aman. Ekuitas Rp 2,354 T, laba ditahan Rp 2,09 T, ini bantalan tebal. CC juga tetap sanggup bagi dividen tunai Rp 178,75 B di 9M 2025, jadi secara solvabilitas dan kekuatan modal, CC tidak terlihat rapuh. Tapi investor tetap harus paham trade-off-nya, CC sedang melakukan ekspansi yang menyedot kas, lalu menutupnya dengan pendanaan, dan itu terlihat dari CFO negatif dan beban bunga yang melonjak.

Kalau disandingkan cepat dengan sekuritas lain yang sudah kita bahas, gambarnya jadi begini. CC menang di size dan backing institusi, serta laba absolut yang kuat. Dari growth laba, CC kencang 48,7%, tapi masih di bawah YP, TRIM, dan Stockbit. Dari growth aset, CC tumbuh 37,8%, masih kalah agresif dari YP dan juga di bawah $BBCA Sekuritas. Dari kualitas growth, CC kalah di cash conversion karena CFO negatif Rp 200,2 B, sementara BCA Sekuritas sudah positif dan Ajaib juga positif. Jadi CC itu mesin besar yang sedang ngegas, tapi pedal gasnya dibayar mahal lewat modal kerja dan bunga, bukan lewat kas operasional yang bersih. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Yang paling penting buat investor, CC bukan masalah kuat atau tidak kuat, CC jelas kuat secara modal dan dukungan induk. Pertanyaannya lebih spesifik, apakah CC bisa menurunkan ketergantungan pada pinjaman jangka pendek dan merapikan siklus kas settlement, supaya growth laba tidak terus-terusan terasa seperti laba di kertas. Kalau dua itu beres, CC akan terlihat seperti sekuritas BUMN yang bukan cuma paling gede, tapi juga paling rapi secara kualitas growth.

Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.

Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345

Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm

Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx

Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW

Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$TRIM

Read more...
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

IHSG Sentuh ATH!!! Tapi Indeks LQ45 Masih Belum Kemana-Mana?

IHSG sepanjang tahun 2025 ini udah naik cukup tinggi, bahkan sempat mencapai level tertingginya sebesar 8.776. IHSG sendiri saat ini berada di level 8.660 yang sudah naik 22,33% sepanjang tahun ini.

Namun ternyata, kenaikan IHSG terdorong oleh naiknya beberapa saham dengan valuasi harga saham yang sudah tinggi. Dimana kenaikan IHSG didorong oleh saham DSSA, DCII, BRPT, dan sebagainya.

Sedangkan saham yang masuk indeks LQ45 banyak yang mengalami penurunan dan menjadi pemberat pergerakan IHSG, sahamnya ada BBCA, BMRI, BBRI, AMRT, dan sebagainya. Indeks LQ45 sendiri dianggap banyak orang sebagai indeks yang berisi perusahaan dengan fundamental bagus.

Sehingga pastinya banyak juga investor yang pegang saham LQ45 tapi masih pada nyangkut sahamnya. Indeks LQ45 sendiri sepanjang tahun ini baru naik 2,63%.

Lalu bagaimana tips menghadapi saham-saham yang turun ini?

Pertama, harus mempunyai mindset yang benar, kembalikan filosofi awal saat beli saham yakni investasi untuk jangka panjang. Langkah ini cocok untuk yang tidak punya waktu dalam memantau market tiap harinya, karena kalau harga sahamnya naik turun, asal fundamental perusahaan yang dibeli masih bagus ya tetap hold dengan tenang.

Miliki juga mindset kalau beli saham itu kita membeli bisnis perusahaan tersebut. Misalnya beli suatu saham, maka pelajari bisnisnya perusahaan juga, ikuti perkembangan bisnisnya, sehingga nanti akan punya mindset own the company.

Kemudian untuk tips yang kedua, membeli perusahaan bagus. Kinerjanya sedang naik atau ada potensi naik, dan bisa berkelanjutan ke depannya dari sisi pendapatan dan laba bersihnya. Jika perusahaan mempunyai prospek yang tidak bagus maka tentu saja jangan dipilih, jadi kita harus memilih perusahaan dengan prospek yang bagus.

Tips ketiga, beli saham dengan valuasi harga saham yang masih murah dengan melakukan perbandingan data historinya, ini bisa membandingkan data ROE, PBV, dan PER.

Kalau sudah menemukan perusahaan dengan kinerja bagus dan valuasi harga saham masih murah, maka disini ada peluang menarik yang bisa dimanfaatkan.

Gimana nih kondisi portfoliomu, apakah sudah lebih bagus dari IHSG?

👉 Join ke channel Telegram buat dapetin insight lainnya! Klik link di bio.

Disclaimer: Konten ini dibuat dengan tujuan informasi dan edukasi, bukan merupakan rekomendasi untuk jual, beli, atau hold suatu saham. Keputusan investasi sepenuhnya menjadi tanggung jawab masing-masing investor.

$BBCA $BBRI $BMRI

Read more...
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Jangan lupa AVD $BBRI $BMRI $BNGA ... ntar panen saat bagi dividen ...

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$BMRI Akibat gak pegang saham konglo.
$TSPC $INDY

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Ada yang DM nanya soal spek komputer.

Jujur, saya nggak terlalu paham spek teknis.
Bukan tipe yang ngulik CPU atau benchmark.

Self-reward saya setelah mencapai milestone cuan miliaran itu menambah layar monitor.

Setup saya saat ini,
MacBook Air 15”
2 monitor ultrawide 34”
1 monitor ultrawide 49”
CPU gamer rakitan toko budget ±25 jutaan.
Dan 1 HP utk belajar eksekusi fast trade di akun berbeda.

Buat saya, yang penting bukan speknya,
tapi kenyamanan melihat market.

Banyak layar membantu:
• satu buat fast trade
• satu buat belajar membaca analisa transaksi bid–offer beberapa emiten incaran
• satu buat chart & konteks besar

Saya bisa melihat market tanpa tergesa-gesa,
tanpa harus buka-tutup tab,
tanpa kehilangan momen kecil yang sering menentukan hasil.

Setup ini hanya mendukung kebiasaan yang sudah saya bangun:
• duduk di depan market dengan fokus
• mengamati emiten yang itu-itu lagi
• eksekusi sesuai plan
• berani masuk saat koreksi

Year to date,
porto trading saya tumbuh 69%. 🙌

Yang benar-benar diuji setiap hari bukan seberapa banyak / keren spek layar monitornya
tapi kualitas keputusan, ketenangan saat eksekusi, dan disiplin menjalankan rencana.

“The edge is not on the screen.
It’s in how often you do the right thing.”

Saat ini dg cuan trading yg saya dapatkan, saya alokasikan utj akumulasi emiten2 utk hold sampai 2026, salah duanya $BMRI dan $AADI

Konglo?
Masih adalah.

Read more...
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Konsolidasi & Akumulasi:
$BMRI berada dalam fase konsolidasi kuat di sekitar harga Rp 4.820, didukung oleh akumulasi masif dua broker besar di rentang 4.792 - 4.835.
Valuasi Menarik: Valuasi PER (8.94x) dan PBV (1.6x) serta Dividen Yield 9.42% menawarkan margin of safety yang tinggi, terutama bagi investor jangka panjang.
Level Kunci:Support Kuat: 4.7904.800 (rata-rata ).
Resistance Jangka Pendek: 4.835 (rata-rata ) dan area 4.850 - 4.860 (rata-rata harian ).
Katalis RUPS: Keputusan RUPS pada 19 Desember berpotensi memberikan sentimen positif atau negatif yang dapat menentukan arah pergerakan harga dari area konsolidasi ini.
Rekomendasi Umum:Investor yang sudah memiliki posisi dapat mempertahankan (Hold) posisi, dengan stop loss di bawah level akumulasi BK (misalnya di bawah 4.750.
Calon investor dapat mempertimbangkan beli bertahap (Buy Accumulation) di sekitar harga konsolidasi saat ini, memanfaatkan potensi rebound didukung oleh yield dividen yang tinggi dan valuasi yang murah, sambil menunggu hasil RUPS.

Read more...
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

selama 2H2025 IHSG bulish, banyak saham terbang tinggi...Kadang pengin juga lihat yang pada seru2an di saham2 yg sering terbang tinggi... keren mereka.

Sayangnya saya bukan termasuk orang yang cukup berani utk *main* saham2 yang hype sangat tinggi2 PER gak karu2an apalagi ada yang EPS nya mini bahkan minus...

EPS itu indikasi perusahaan menguntungkan apa tidak...normalnya investasi ya di perusahaan yang profitabilitas baik.
Saya pakai cara paling mudah saja, lbh memilih saham yang jelas profit..EPS stabil ke trend tumbuh, kasih dividen..bisnis ke depan masih lanjut
terus harga nya msh/sdg di bawah...
Selanjutnya tinggal tungguin lilin sj....

Daftar saham sesuai spec saya dari pembisik ghaib saya:
$AUTO $BMRI sdh lama diem majority di porto
$CITA sdh punya sedikit, kalo dikasih 4000 kebawah ya beli lagi

UNTR ITMG sdh pasang jaring dr setahunan belum nyangkut...ayolah 😀

Read more...
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$BBRI Technical Supply Demand + Potensi Dividen Tahun 2026

Gunakan Money Management dengan area buy 1 : 3.360 - 3.550, dengan harga saat ini 3.630 maka potensi dividen yield adalah 8,79% (RUPS 17 Desember 2025).
Sedangkan potensi dividen yield untuk $BMRI adalah 8,93% dengan asumsi EPS Q4 2024 = Q4 2025.

1/2

testes
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Mira3 kenapa kena badai terus?

gak lama hengkang dr Konoha ni🤣

Schrod3r aja bonyok di Konoha🤡🤡

Sekuritas Retail
yg berjaya saat ini SB lho 🚀🚀🚀

$BBRI $BMRI $BBNI

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$BBRI
$BMRI
$BBNI

https://cutt.ly/stpnue4t

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Saham Repo di Trimegah LG

Lanjutan dari postingan sebelumnya di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345

🧾 Piutang Transaksi Repo TRIM per 30 September 2025
🏦 Piutang Transaksi Repo neto Rp 3,59 triliun.
📈 Naik Rp 1,65 triliun dari 31 Desember 2024 Rp 1,94 triliun. Growth 85,31%.
🧮 Piutang repo bruto Rp 3,67 triliun.
🧊 Selisih bruto ke neto Rp 74,85 miliar. Ini umumnya efek pendapatan diterima dimuka dan cadangan penurunan nilai.
Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

🧾 Resell amount total Rp 4,03 triliun.
🛡️ Agunan dan pricing
🧱 Collateral saham.
🧷 Rasio agunan 123% sampai 1.469%. Over-collateralized.
💸 Bunga rata-rata per tahun 12,00% sampai 20,00%.

🎯 Konsentrasi exposure
🎲 Top 10 transaksi terbesar menyerap sekitar 66,95% dari total neto.
🧲 Artinya risiko utama bukan di transaksi kecil-kecil, tapi di beberapa posisi jumbo dan tanggal jatuh tempo terdekatnya.
Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

🏅 Daftar transaksi terbesar berdasarkan neto
🥇 AMMN. Counterparty PSC. Transaksi 9 Juli 2025. Jatuh tempo 9 Juli 2026. Neto Rp 503,82 miliar.
🥈 $BRMS. Counterparty BIS. Transaksi 10 Juli 2025. Jatuh tempo 10 Oktober 2025. Neto Rp 375,69 miliar.
🥉 BIPI, BRMS, BUMI. Counterparty BIS. Transaksi 30 Oktober 2024. Jatuh tempo 12 Desember 2025. Neto Rp 363,96 miliar.
🏦 BINA, IMAS. Counterparty SRP. Transaksi 28 Mei 2025. Jatuh tempo 28 Mei 2026. Neto Rp 300,35 miliar.
🏗️ IMPC. Counterparty TJI. Transaksi 23 September 2025. Jatuh tempo 23 September 2026. Neto Rp 250,69 miliar.
⛽ ENRG. Counterparty DWP. Transaksi 1 Agustus 2025. Jatuh tempo 31 Juli 2026. Neto Rp 190,64 miliar.
🧺 ESSA, IMPC, SAME, BUKA. Counterparty PTL. Transaksi 8 September 2025. Jatuh tempo 8 Desember 2025. Neto Rp 132,13 miliar.
🛢️ ENRG. Counterparty BKI. Transaksi 14 Agustus 2025. Jatuh tempo 13 Februari 2026. Neto Rp 100,86 miliar.
🪨 BRMS. Counterparty BIS. Transaksi 26 September 2025. Jatuh tempo 16 Maret 2026. Neto Rp 100,24 miliar.
🧺 BFIN, BINA, ESSA, SAME, SCMA, TKIM, CARS, BOLA, BUKA. Counterparty PTL. Transaksi 28 Agustus 2025. Jatuh tempo 13 Februari 2026. Neto Rp 88,15 miliar.
Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

⏳ Jatuh tempo yang paling bikin deg-degan (besar dan dekat)
🚨 6 Oktober 2025. Basket $BMRI, PTRO, PANI, PGJO. Counterparty AHA. Neto Rp 40,41 miliar.
🚨 10 Oktober 2025. BRMS. Counterparty BIS. Neto Rp 375,69 miliar.
⚠️ 17 Oktober 2025. ENRG. Counterparty SIP. Neto Rp 30,21 miliar.
⚠️ 17 Oktober 2025. DOID, INDY. Counterparty TAN. Neto Rp 21,48 miliar.
⚠️ 24 Oktober 2025. KPIG, MNCN. Counterparty IEL. Neto Rp 20,05 miliar.
⚠️ 30 Oktober 2025. ENRG. Counterparty ECA. Neto Rp 33,42 miliar.
🧨 12 Desember 2025. BIPI, BRMS, BUMI. Counterparty BIS. Neto Rp 363,96 miliar.
🎄 19 Desember 2025. $PANI, COIN. Counterparty AHA. Neto Rp 61,99 miliar.

🧬 Pola collateral yang paling sering muncul di daftar investor
⛽ ENRG. Muncul berulang di banyak counterparty dan tenor. Ini terlihat seperti collateral favorit untuk repo kecil sampai menengah.
🪨 BRMS. Muncul berulang dan juga masuk posisi jumbo. Ini collateral yang benar-benar dominan di sisi size.
🏗️ IMPC. Sangat sering muncul, termasuk banyak transaksi kecil beruntun. Ini pola tipikal collateral yang dipakai buat rolling.
🏙️ PANI. Muncul berkali-kali di AHA dan beberapa counterparty lain, termasuk tenor relatif panjang.
⛏️ PTRO. Muncul di beberapa transaksi dan sering barengan basket.

🧠 Neto Rp 3,59 triliun itu sudah setelah dipotong pendapatan diterima dimuka dan cadangan, jadi angka ini yang paling mendekati eksposur ekonomi TRIM hari itu.
🧯 Over-collateralized tinggi itu bagus, tapi investor tetap wajib lihat kualitas saham agunannya. Over-collateralized di saham yang volatil tetap bisa bikin margin call berantai saat market panik.

🎯 Fokus utama monitoring investor ada di 2 titik
📌 Konsentrasi top 10 yang makan 66,95% total
📌 Cluster jatuh tempo Oktober 2025 dan Desember 2025 yang nilainya besar-besar.

Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.

Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345

Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm

Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx

Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW

Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU

Read more...

1/8

testestestestestestestes
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$BBRI 3500-3600 area tradingnya asing, 4000 ke atas area sellnyaa, ikutin aja pola ini udah 4-5 kali pola ini berulang

$BMRI $BBCA

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

@luki31 Boss Hapsoro j buy $BBCA 9000an bwang.. Masa dia loss gmn sih.🏊

$BBRI $BMRI

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

@26thStreet $BMRI $BBRI gazzzz window dressing!!! Direksi mengamankan bonussssss.

Something big di $BMRI, tapi gk tau kapan🗿
$DEWA $BRMS

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

KABARBURSA.COM – Arus dana asing di Bursa Efek Indonesia (BEI) menjadi salah satu sisi yang paling menarik untuk diperhatikan. Di tengah pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang stabil, asing kadang kala melakukan rotasi selektif dengan melepas sejumlah saham, sembari mengoleksi yang lai...

www.kabarbursa.com

www.kabarbursa.com

Terbiasa menjadi bagger membuat mental jadi lebih kuat. 2025 tahun bagger (bahkan multi) dari beberapa emiten hasil analisisku sendiri. Target awalnya cuma 2 emiten, ehh malah lebih. Memang ada yg tidak bagger (hampir bagger, profit di atas 50% semua).
Emiten pilihanku 2025 yg membuat kekayaanku berlipat2 :
1. GTSI (150%)
2. HUMI (120%)
3. ZATA (600%)
4. SOCI (80%)
5. BSBK (70%)
6. GPRA (80%)


Selain bagger&almost bagger di atas, aku juga punya beberapa emiten yang menjadi sumber kekayaan ku melalui slow-swing seperti

1. BBCA
2.BBRI
3. BMRI
4. HATM
5.ASII
6. AMAR
7. PBRX
8. SMDR


ada juga sumber dividend yang menjadi sebagian tambang cuan ku, yaitu dari

$BMRI
$ASII
$BBRI
RALS

Terima kasih 2025 untuk rezeki nya. Semoga 2026 menjadi tahun yang lebih banyak rezeki baik.

Read more...
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Apakah Ekuitas atau Book Value Minus Itu Bagus? Case Study GMFI

Pertanyaan salah satu user Stockbit bukan di External Comunity Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community menggunakan kode: A38138 https://stockbit.com/post/13223345

Ada user Stockbit yang tanya apakah ekuitas minus itu bagus. Di pasar, pertanyaan ini sering muncul saat investor melihat PBV negatif lalu merasa menemukan saham super murah. Secara teori akuntansi, ekuitas minus artinya aset lebih kecil daripada utang, jadi kalau perusahaan dibubarkan hari ini, pemilik saham berada di urutan paling belakang dan kemungkinan tidak kebagian apa-apa. Tapi pasar juga punya anomali yang bikin banyak orang salah kaprah, ada perusahaan yang sengaja menguras ekuitas lewat dividen dan buyback karena mesinnya konsisten cetak laba, seperti case LPPF dan Colgate di masa old. Di situ ekuitas bisa terlihat minus, tapi saldo laba besar dan arus kasnya seperti mesin ATM, jadi minusnya lebih mirip hasil kebijakan, bukan tanda sekarat. Masalahnya, banyak investor mengira semua ekuitas minus itu jenis yang sama, padahal ada ekuitas minus yang lahir dari kekuatan, dan ada yang lahir dari luka lama. GMFI jelas masuk kategori kedua, karena defisiensi modalnya bukan hasil buyback, tapi hasil ketidakseimbangan aset dan liabilitas yang akut. Jadi sebelum investor tergoda oleh PBV negatif, yang harus dibaca bukan angka PBV-nya, tapi cerita kenapa buku nilainya sampai jatuh di bawah nol. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Di GMFI per 30 Juni 2025, PBV negatif itu terjadi karena ekuitas grup memang negatif, alias defisiensi modal. Angkanya tidak kecil, defisiensi modal US$248,9 M. Penyebabnya juga bukan hal abu-abu, total liabilitas US$659,0 M mengalahkan total aset US$410,0 M, jadi selisihnya langsung nyemplung ke ekuitas negatif. Ini alasan kenapa PBV negatif di kasus seperti GMFI secara fundamental adalah kabar buruk, karena itu berarti bantalan modal sudah habis, dan risiko solvabilitas bukan teori, tapi angka.

Di sini muncul kontradiksi yang sering bikin investor salah fokus. Secara laba, GMFI memang terlihat membaik. Semester I 2025 grup mencatat laba US$8,8 M, lalu laba tahun berjalan naik dari US$20,16 M pada 2023 menjadi US$26,90 M pada 2024, dan EPS dasar dan dilusian per 30 Juni 2025 tercatat US$0,00024. Masalahnya, laba itu menjawab pertanyaan apakah bisnis bisa menghasilkan uang dari operasi hariannya, sementara defisiensi modal menjawab pertanyaan apakah struktur keuangannya sanggup menanggung beban masa lalu dan kewajiban yang sudah terlanjur menumpuk. Investor boleh senang melihat laba, tapi investor tidak boleh pura-pura tidak lihat bahwa neraca sedang berdiri di tanah yang retak.

Biar kebayang skalanya, pakai ilustrasi kasar saja, bukan ramalan. Defisiensi US$248,9 M itu kalau ditutup murni dari laba tahunan US$26,90 M, dan kalau seluruh laba ditahan tanpa dividen, kira-kira butuh sekitar 9,3 tahun untuk balik ke nol. Itu pun mengabaikan bunga, kebutuhan capex, fluktuasi kurs, dan dinamika bisnis yang nyata. Jadi laba yang terlihat hari ini memang penting, tapi untuk membalik ekuitas negatif sebesar itu, perusahaan butuh langkah struktural, bukan sekadar berharap laba kecil-kecil jadi gunung. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Makanya auditor memasukkan isu going-concern. Ini bukan gaya-gayaan, ini cara sopan auditor bilang ada ketidakpastian material terkait kelangsungan usaha. Salah satu bukti yang menonjok adalah sisi likuiditas, liabilitas lancar lebih besar dari aset lancar sekitar US$27,8 M per 30 Juni 2025. Artinya, bahkan ketika perusahaan bisa mencetak laba, ada tekanan kas jangka pendek yang bisa memaksa manajemen mengambil keputusan tidak enak, seperti renegosiasi utang, mencari pendanaan, atau melakukan aksi korporasi.

Di titik inilah PMHMETD II masuk sebagai alat bedah neraca. Tujuan utamanya bukan sekadar nambah modal demi gaya, tapi menyelesaikan sumber PBV negatif, yaitu ekuitas yang minus. Mekanisme kuncinya adalah inbreng aset lahan dari PT Angkasa Pura Indonesia atau API senilai Rp5,66 T. Secara logika neraca, kalau aset bertambah besar melalui setoran modal non-tunai, ekuitas terdorong naik dan targetnya jelas, ekuitas yang negatif dibuat jadi positif. Lalu ada bonus operasional yang dijanjikan, kepemilikan lahan ini diharapkan menghilangkan beban biaya sewa lahan dan konsesi yang sebelumnya dibayar ke API, sehingga profitabilitas ke depan bisa lebih lega.

Tapi investor juga harus jeli membedakan mana perbaikan solvabilitas dan mana perbaikan likuiditas. Inbreng Rp5,66 T itu mempercantik neraca dan memperkuat ekuitas, tapi sifatnya non-tunai, jadi tidak otomatis menambah kas. Jadi kalau masalah yang paling gawat adalah gap likuiditas jangka pendek seperti US$27,8 M tadi, inbreng sendirian tidak selalu cukup menutup napas harian, kecuali efek penghematan sewa benar-benar cepat terasa dan arus kas operasionalnya membaik. Ini alasan kenapa PBV negatif tidak bisa dinilai hanya dengan satu kacamata, investor harus baca neraca dan arus kas barengan. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Lalu kalau rights issue ini tidak diserap publik, siapa yang mengambil. Skemanya sudah dipasang pagar. Pemegang saham utama GIAA dengan kepemilikan 91,171% menyatakan tidak akan melaksanakan seluruh haknya, sebanyak 82,10 B HMETD saham baru seri B, dan seluruh HMETD itu dialihkan ke API. API menyatakan akan melaksanakan seluruh HMETD hasil pengalihan tersebut, dengan penyetoran inbreng berupa HGB atas lahan di Area GMF Bandara Soekarno-Hatta seluas kurang-lebih 972.123 m2, nilainya Rp5,66 T. Jadi porsi terbesar rights issue pada dasarnya sudah punya pembeli yang pasti, bukan mengandalkan ritel.

Investor sering bingung melihat angka persentasenya, jadi sederhananya begini. Total saham baru yang ditawarkan 90,05 B lembar. Kalau seluruh saham baru ini benar-benar diterbitkan penuh, maka saham baru itu setara sekitar 70,56% dari total saham setelah aksi. Dari porsi itu, jatah yang diambil API lewat pengalihan hak GIAA adalah 82,10 B lembar, itu sekitar 91,171% dari total saham baru yang ditawarkan. Kalau seluruh saham baru benar-benar diterbitkan penuh, porsi 82,10 B ini setara sekitar 64,33% dari total saham setelah aksi. Tapi kalau publik banyak yang tidak menebus dan setelah penjatahan tambahan masih ada sisa lalu sisa itu tidak jadi diterbitkan, maka total saham akhirnya lebih kecil, dan porsi 82,10 B milik API bisa naik secara mekanis menjadi sekitar 68,61%. Ini bukan sulap, ini efek matematika karena penyebutnya berubah. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Sisa saham baru yang tidak diambil publik juga tidak otomatis disapu underwriter sebagai standby buyer. Yang ditulis adalah mekanisme penjatahan tambahan, yaitu sisa dijatahkan proporsional ke pemegang HMETD yang sudah menebus dan meminta tambahan saham, lalu kalau setelah itu masih ada sisa, sahamnya tidak diterbitkan dari portepel. Di atas itu, ada rencana mitigasi dengan menunjuk underwriter yang terpercaya, tapi inti mekanisme sisa saham tetap lewat penjatahan tambahan lalu pembatalan penerbitan sisa, bukan jaminan bahwa semua akan diserap pihak ketiga.

Jadi balik ke pertanyaan awal, apakah ekuitas minus itu bagus. Jawabannya tegas, tergantung penyebabnya. Kalau ekuitas minus lahir dari kebijakan pengembalian modal yang agresif pada perusahaan yang konsisten cetak laba dan arus kas, itu bisa jadi fenomena yang masih masuk akal, meski tetap perlu hati-hati. Tapi kalau ekuitas minus lahir karena liabilitas mengalahkan aset, seperti GMFI dengan defisiensi US$248,9 M, itu bukan diskon valuasi, itu indikator risiko solvabilitas yang nyata, apalagi ditambah gap likuiditas US$27,8 M dan catatan going-concern. Di kondisi seperti ini, PBV negatif bukan sesuatu yang dipakai untuk gaya-gayaan murah, tapi sesuatu yang dipakai untuk mengukur seberapa besar pekerjaan rumah yang harus dibereskan sebelum investor bisa bicara soal valuasi dengan wajah serius.

GMFI itu sampai harus RI bukan karena investor kurang sabar, tapi karena neracanya sudah memaksa perusahaan cari obat struktural. Banyak orang melihat RI lalu mengira ini sekadar cari dana segar, padahal ini lebih mirip tindakan penyelamatan supaya fondasi modal tidak terus amblas. Kalau masalahnya cuma piutang atau cuma persediaan, biasanya perusahaan masih bisa bereskan dengan disiplin operasional dan perbaikan cash collection. Di GMFI, problemnya lebih dalam, solvabilitasnya sudah bolong, jadi PBV negatif itu bukan diskon valuasi, itu tanda ekuitasnya sudah negatif. Lalu ketika ekuitas sudah negatif, setiap guncangan kecil di likuiditas bisa berubah jadi risiko kelangsungan usaha. Di titik seperti ini, laba sesaat tidak otomatis menyembuhkan, karena tagihan dan jatuh tempo tetap berjalan. Dan begitu auditor sampai menaruh paragraf going-concern, artinya masalahnya bukan sekadar kinerja, tapi kemampuan bertahan. Jadi RI muncul bukan karena manajemen ingin keren-kerenan, tapi karena struktur keuangan sudah menuntut reset. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Akar masalahnya adalah solvabilitas struktural, yaitu defisiensi modal. Per 30 Juni 2025, GMFI melaporkan defisiensi modal US$248,9 M. Ini terjadi karena total liabilitas US$658,98 M jauh lebih besar daripada total aset US$409,98 M, jadi secara matematis ekuitasnya jatuh ke zona negatif. Dalam bahasa yang lugas, kalau kondisi ini dipaksa berhenti hari ini, nilai asetnya secara teori tidak cukup untuk menutup kewajiban, sehingga posisi pemegang saham berada di lapisan paling belakang. Inilah kenapa PBV negatif di GMFI bukan sekadar angka, tapi cermin bahwa bantalan modal sudah habis, dan itulah yang membuat auditor menilai ada ketidakpastian material terkait kelangsungan usaha.

Masalah kedua yang membuat RI terasa seperti terpaksa adalah likuiditas, yaitu napas kas harian. Per 30 Juni 2025, liabilitas lancar lebih besar daripada aset lancar sebesar US$27,8 M. Current ratio 87,90% berarti aset lancar hanya menutup 87,90% dari kewajiban jangka pendek, jadi ada gap yang harus ditutup dengan putaran kas yang sangat ketat. Situasinya makin sensitif karena rasio ini juga berada di bawah batas minimal 1x dalam beberapa perjanjian kredit, walaupun GMFI sudah mendapatkan waiver. Waiver itu bukan penyembuhan, itu napas tambahan, dan napas tambahan biasanya datang dengan ruang gerak yang lebih sempit. Bahkan disebut ada penundaan pembayaran liabilitas yang sudah jatuh tempo, ini adalah sinyal bahwa masalahnya sudah menyentuh operasional harian, bukan sekadar teori di laporan.

Piutang memperburuk kondisi ini, walaupun bukan akar utamanya. Pendapatan GMFI banyak berasal dari pihak berelasi seperti Garuda dan Citilink, jadi risiko konsentrasi kreditnya besar, ketika pihak berelasi tersendat, GMFI ikut seret. Per 30 Juni 2025, piutang usaha yang lewat jatuh tempo mencapai US$152,11 M, angka besar untuk perusahaan yang sedang butuh napas kas cepat. Yang lebih keras lagi, GMFI sampai melakukan restrukturisasi piutang dengan tenor sangat panjang, misalnya 22 tahun untuk Garuda, dan 20 tahun tanpa bunga untuk Sriwijaya atau Nam Air. Di atas kertas piutang itu masih terlihat sebagai aset, tapi dari sudut pandang kas, itu berubah jadi janji panjang, sementara masalah likuiditas butuh uang cepat untuk menutup kewajiban jangka pendek dan menjaga operasi tetap jalan. Karena itu manajemen menekankan optimalisasi arus kas dan kontrol ketat penagihan piutang, karena di kondisi current ratio di bawah 1x, penagihan bukan lagi urusan administrasi, itu urusan hidup-mati. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Dari kombinasi solvabilitas yang bolong dan likuiditas yang sempit itulah PMHMETD II didesain. Tujuannya pertama memperbaiki PBV negatif dengan menaikkan aset dan mendorong ekuitas menjadi positif lewat inbreng aset lahan dari API senilai Rp5,66 T, walaupun sifatnya non-tunai. Tujuan kedua menghilangkan beban biaya sewa lahan dan konsesi yang sebelumnya dibebankan kepada API, supaya ada ruang bernapas di beban operasional dan profitabilitas bisa lebih kuat. Tujuan ketiga yang sering luput adalah kebutuhan modal kerja tunai dari publik, karena operasional MRO tidak bisa jalan pakai teori, butuh spare part, butuh bahan baku, butuh pembayaran vendor, dan semua itu butuh kas. Jadi RI di GMFI pada dasarnya adalah paket perbaikan struktur, menambal ekuitas yang negatif, meredakan alarm going-concern, dan memberi ruang modal kerja supaya perusahaan tidak tersandung hanya karena uang masuknya kalah cepat dari uang keluarnya. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.

Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345

Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm

Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx

Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW

Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$GIAA $BMRI

Read more...
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$BMRI
tp 1 5400
tp 2 6600

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

@Stockbit
Mestinya begitu masuk waktu IEP, semua TDK boleh di ubah dan di cancel maupun withdraw, jadi biar gak di mainkan.
Hanya yg serius mau jual/beli saja yg berani pencet tombol.
$BMRI $BSSR $ASII

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

@Sandyxoe sekarang gimana bang ? $AMMN dibawah nyelem lagi kah?? 😂 sudah saya ungkap dan analisis gak kaya kau ASBUN
next saham apa ya yang akan terbang??? cek profil saya nanti juga tau kok

$BKSL $BMRI

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$BMRI Holl 3 th bisa begerrr sukur sukur top split lagi perkiraan bisa tembus 10.000

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Danai ekspansi bisnisnya, anak usaha tidak langsung PT Golden Energy Mines Tbk. (GEMS), PT Borneo Indobara (BIB) memperoleh fasilitas kredit dari PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) dengan limit pinjaman mencapai Rp900 miliar. Informasi tersebut disampaikan perseroan dalam siaran persnya di Jakart...

www.neraca.co.id

www.neraca.co.id

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan saham, Jumat (12/12/2025) ditutup menguat 40,018 poin atau naik 0,46% ke 8.660,499, dari penutupan Kamis (11/12/2025) di posisi 8.620,481.
IHSG hari ini sempat naik ke level tertinggi harian di 8.680,041 dan terendah d...

stockwatch.id

stockwatch.id

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$BMRI pretttt lah.., anjay

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$HGII nih juga minus gede.... tapo gua woles aja 😮‍💨 Green energi.... Pohon dibabat juga

$BBRI $BMRI

!! DISCLAIMER !!

Perlu diingat bahwa opini yang disampaikan di sini adalah pendapat pribadi dan tidak merupakan saran investasi. Investasi saham memiliki risiko yang cukup tinggi, termasuk risiko kehilangan modal. Pastikan Anda untuk melakukan riset yang menyeluruh dan memahami risiko sebelum melakukan investasi.

Setiap keputusan jual beli serta untung rugi setelah membaca opini ini adalah tanggung jawab anda pribadi... Jika merasa tidak cocok silahkan block aja, tidak ada ajakan follow

Read more...
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy