indikator notasi khusus
Perusahaan memiliki Notasi Khusus
X
Perusahaan Memiliki Corporate Action
Perusahaan memiliki Corporate Action

25

0.00

(0.00%)

Today

4.79 M

Volume

6.48 M

Avg volume

Company Background

Berdiri sejak tahun 1989, PT MNC Asia Holding Tbk, yang juga dikenal sebagai MNC Group telah berkembang menjadi salah satu group bisnis nasional terbesar di Indonesia. Di bawah kepemimpinan Pendiri dan Executive Chairman Hary Tanoesoedibjo, MNC Group telah menjadi yang terdepan di 3 bidang usaha strategis: media, jasa keuangan dan entertainment hospitality. Di bidang media berbasis iklan dan konten, 4 Stasiun TV FTA MNC Media: RCTI, MNCTV, GTV, iNews mendominasi pasar dengan audience share terbesar lebih dari 50%. MNC Media memproduksi beragam konten hiburan untuk masyarakat Indonesia di semua generasi dan segmen. Lebih dari 20... Read More

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$BHIT Bener2 busuk nih saham

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$BHIT calon2 delist 😁

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$IPTV $IATA $BHIT minimal beneri dl harga saham2 lu.. baru gampang cari modal.. harga saham hancur siapa yang mau invest???

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$BHIT $BMTR $MNCN Mana nih suaranya yang terus terusan AVRG Down?

$BHIT gaskeun atau menyelam

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$BMTR LK Q1 2025: Saham Favorite LKH

Request salah satu user Stockbit di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345

Global Mediacom (BMTR) ini ibarat gudang raksasa media milik Grup MNC yang isinya segala macam, mulai dari RCTI, GTV, MNCTV, sampai operator pay-TV seperti MNC Vision dan OTT Vision+. Perusahaan ini bukan pendatang baru karena sudah eksis sejak 1981 dan sekarang dikuasai oleh MNC Asia Holding $BHIT sekitar 45,8 persen. Investor publik termasuk Lo Kheng Hong juga ada di daftar pemegang saham. BMTR memang kelihatan seperti perusahaan media klasik, tapi di balik layar, struktur dan laporan keuangannya penuh warna. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

BMTR menghasilkan konten lewat MNC Studios $MSIN, beli lisensi program dari luar negeri, dan jual slot iklan di televisi milik sendiri. Pendapatan utama masih didominasi iklan yang kontribusinya mencapai 85 persen dari total revenue. Selain itu, ada Pay-TV, broadband, dan platform digital Vision+, walaupun kontribusinya ke laba masih kecil banget. Barang atau jasanya dijual ke agensi iklan, pelanggan rumahan, dan bisnis lain. Proses produksinya sebagian besar in-house, tapi peralatan seperti set-top-box dan bandwidth satelit tetap beli dari vendor luar. Sebagian besar pembayaran dilakukan dalam bentuk dolar, jadi sensitif terhadap kurs.

Sayangnya, performa kuartal I 2025 nggak semanis cerita brand image-nya. Pendapatan turun tipis ke Rp2,81 Triliun, tapi biaya langsung malah naik jadi Rp1,6 Triliun. Margin kotornya amblas dari 54 persen tahun lalu jadi cuma 43 persen. Laba sebelum pajak tinggal Rp382 Miliar, dan laba bersih yang bisa diatribusikan ke pemilik entitas induk merosot ke Rp195 Miliar. Ini berarti turun 42 persen dari tahun lalu. Padahal dulu kuartal I biasanya masih kuat karena sisa belanja iklan dari akhir tahun. Untungnya, arus kas operasional (CFO) masih positif di Rp398 Miliar, bahkan lebih besar dari laba bersih. Artinya, masih berbasis kas. Tapi begitu masuk ke belanja konten digital dan capex, duit itu langsung habis. Mereka belanja Rp323 Miliar buat aset tetap dan Rp237 Miliar buat konten tak berwujud. Alhasil, saldo kas yang awalnya Rp1,79 Triliun turun jadi Rp1,28 Triliun.

Di neraca, aset BMTR totalnya Rp29 Triliun. Yang menarik adalah sekitar Rp4,13 Triliun di antaranya merupakan persediaan program alias stok konten. Tapi ada keanehan karena konten senilai lebih dari 11 persen dari total aset ini ternyata nggak diasuransikan. Alasannya adalah karena menurut mereka nilai wajarnya sulit diukur. Ini jelas riskan. Kalau gudang kontennya kebakaran atau kena banjir atau server kontennya kena virus, ya sudah, hangus begitu saja. Belum lagi ada uang muka program sebesar Rp675 Miliar yang makin membengkak padahal stok kontennya juga masih banyak. Ini bisa menandakan potensi pencatatan ganda atau biaya yang belum dikapitalisasi dengan benar. Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx

Piutang usaha Rp3,87 Triliun juga naik, tapi masih wajar dibanding penjualan. Sekitar 59 persen piutang itu belum jatuh tempo, dan piutang macet di bawah 10 persen, jadi secara kualitas masih aman. Tapi cadangan kerugian cuma Rp132 Miliar alias 3,4 persen dari total piutang. Ini terlihat terlalu optimistis untuk bisnis iklan yang pembayarannya bisa mundur-mundur. Lalu ada juga piutang lain-lain Rp497 Miliar ke pihak ketiga, tapi sebagian besar hanya dicatat sebagai kategori lain-lain. Tidak dijelaskan rinciannya. Ini rawan koreksi tiba-tiba kalau kontrak batal atau tagihannya nyangkut.

Goodwill mereka sebesar Rp3,81 Triliun, utamanya berasal dari akuisisi MNCTV, GTV, dan MNC Vision. Tapi ada hal yang bikin kening berkerut. Segmen Pay-TV dan broadband yang menyumbang goodwill besar itu sekarang malah cuma nyetor laba Rp1,9 Miliar dari total aset Rp8,69 Triliun. Return-nya bahkan nggak sampai 0,1 persen. Uji penurunan nilai tampaknya terlalu optimistis.

Total utang berbunga Rp5,93 Triliun, dengan utang jangka pendek Rp2,2 Triliun. Tapi karena kasnya Rp1,28 Triliun dan current asset mereka Rp13,8 Triliun, secara likuiditas masih aman. Bahkan kalau dibandingkan dengan EBITDA kuartalan Rp905 Miliar, leverage mereka masih di level nyaman, sekitar 1,6 kali EV terhadap EBITDA. Rasio current ratio juga di atas 3 kali, jadi secara jangka pendek nggak ada sinyal bahaya. Tapi sebagian kas sebesar Rp853 Miliar malah ditaruh di pihak berelasi. Nilainya lebih besar dari kas di bank umum. Ini agak mengganggu karena artinya kas tersebut tidak sepenuhnya likuid, tergantung niat baik internal. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Struktur segmennya timpang. Iklan dan konten menyumbang Rp2,38 Triliun pendapatan dan Rp1,27 Triliun laba segmen. Sementara segmen Pay-TV dan broadband cuma menyumbang Rp398 Miliar dan laba tipis banget, nyaris nol. Padahal asetnya seperempat dari total. Kalau ini terus berlanjut, artinya aset gede itu cuma jadi beban. Meskipun ada pertumbuhan pendapatan Pay-TV sebesar 22 persen yoy, tapi itu belum cukup untuk menutupi beban operasional dan investasi.

Risiko utama perusahaan ada di nilai tukar karena vendor luar kebanyakan minta dibayar USD. Tapi untungnya kas USD mereka walaupun kecil yakni Rp31 Miliar, mismatch-nya nggak terlalu ekstrem. Lalu, ada risiko suku bunga karena utangnya campuran antara tetap dan mengambang. Risiko kredit juga relatif kecil karena piutangnya terdiversifikasi. Tiga pelanggan iklan terbesar hanya menguasai 10 persen dari total piutang.

Soal transaksi pihak berelasi, skalanya kecil. Penjualan dan pembelian ke pihak berelasi di bawah 5 persen dari total transaksi. Tapi ada satu catatan penting, yaitu manajemen menerima pinjaman tanpa bunga. Meski nilainya kecil, ini bisa jadi catatan tata kelola perusahaan yang kurang ideal.

Valuasi sekarang di harga Rp133, kapitalisasi pasarnya Rp2,20 Triliun. Dengan book value Rp16,5 Triliun, rasio PBV-nya cuma 0,13 kali. Laba pemilik induk yang diannualisasi sekitar Rp780 Miliar, berarti rasio PER-nya 2,8 kali. Nilai EV-nya sekitar Rp6,85 Triliun, jadi rasio EV terhadap EBITDA sekitar 1,9 kali. Murah banget kelihatannya. Tapi ingat, arus kas bebas mereka masih negatif karena harus terus belanja konten. Tanpa konten baru, rating turun, iklan susut, dan semuanya ikut jeblok.

Jadi, apakah ini hidden gem atau value trap. Hidden gem-nya jelas, yaitu valuasi super diskon, kas operasional masih positif, dan aset konten serta jaringan TV-nya raksasa. Tapi value trap-nya juga kelihatan jelas. Mereka harus terus belanja konten, bisnis iklan makin bergeser ke digital, dan segmen Pay-TV masih ngos-ngosan.

Kalau manajemen bisa balikin margin kotor ke 50 persen, bikin Pay-TV menghasilkan ROA 10 persen, arus kas bebas positif dua tahun berturut-turut, dan sahamnya lebih likuid, maka valuasi bisa naik ke PBV 0,3 kali atau harga sekitar Rp300. Tapi kalau syarat ini nggak terpenuhi, valuasinya akan tetap di-diskon. Dan buat investor yang sudah nyangkut, pilihan paling waras adalah menunggu sampai laporan Q2 rilis. Kalau margin mulai pulih dan CFO tetap positif, bisa tambah pelan-pelan. Tapi kalau iklan tetap turun dan mereka mulai wacanakan rights issue, itu adalah alarm buat realistis dan siap-siap move on.

BMTR adalah perusahaan yang kuat secara aset tapi rapuh dari sisi arah strategis dan segmentasi bisnis. Mau jadi mesin kas tapi tidak ada dividen. Sayang banget. Maka BMTR harus efisien dan digital biar bisa bagi dividen. Kalau hanya mengandalkan konten dan Pay-TV tanpa monetisasi yang sehat dan tanpa dividen maka dalam jangka panjang, valuasi diskon ini bukan peluang, melainkan cerminan risiko yang nyata. Maknanya ayo bagi dividen + bagi roti LOL Bakery. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.

Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345

Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm

Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx

Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW

Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU

Read more...

1/10

testestestestestestestestestes
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Di 27 ternyata, sang supir $BHIT gak mau bid 500 lot di 29 dapet barangnya di 26 ataupun 25😅

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$BHIT closingnya pasti disini 50 menitan ke depan😅😁

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

@JamesHanjaya69 dikasih ucapan terimakasih karna sudah jadi holder setia grup $MNCN $BMTR $BHIT BCAP MSIN

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$BHIT kg mau cari cuan neh?? biaya kampanye kg mau balik emang??? krmn emang kg keluar uang byk?? kalah lagi wkwkwkkwkw

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$BHIT namanya juga perusahaan holding. ya jadi kalian harus rela hold terus menerus 😆😂😂🫢
ingat kata kuncinya perusahaan holding. kalo imbuhannya d buang jadi hold. maka harus d pegang terus. 😂

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

saham hary Tanoe emang rada2 aneh

induk $MSKY yaitu $IPTV masuk FCA, mbahnya yaitu $BHIT juga masuk FCA, anak cucunya malah gak FCA.
Jaman kampanye parpol, saham2 Tanoe sangat rame diperdagangkan apalagi PERINDO udah berseliweran di medsos, skrg semuanya loyo karena Tanoe menjadi oposisi pemerintah.

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$KPIG duit nya muter² disitu aja ... kaya mesin cuci, cuma di sedot ke kantong keluarga ... apestor mana ngerti sulap thanos.... $BHIT $MSIN

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$BMTR $BHIT $MNCN
Grup MNC (BMTR, BHIT, bahkan MNCN) itu punya satu ciri umum:

Bisnis jalan.

Manajemen hidup enak.

Tapi...

Investor publik? Kaya rasa sabar, bukan rasa cuan.
---

Beberapa alasan kenapa begitu:

1. Dividen kecil atau nihil. Padahal laba ada. Tapi uangnya sering diputar internal atau buat akuisisi antar anak usaha—seolah-olah investor publik disuruh percaya aja terus.


2. Banyak transaksi afiliasi. BHIT punya BMTR, BMTR punya MNCN, MNCN punya bisnis lain. Ujung-ujungnya:

> "Yang diuntungkan ya manajemen, bukan pemegang saham minoritas."




3. Harga saham stagnan. Padahal valuasi murah. Tapi seperti kata banyak investor:

> “Murahnya permanen, bukan diskon.”


---
dari sini kita belajar :

> Perusahaan bagus belum tentu peduli investor publik.
Makanya, valuasi bukan segalanya. Perhatikan juga niat manajemennya—mereka mau berbagi atau cuma buat nyari modal?

Read more...
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$KPIG di jual buat nyelametin $BHIT, selamat untuk para apestor yg duit nya kembali di tilep bandar yg sudah mau bangkrut.
$GOTO

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$BHIT Kok bisa ya dulu seoptimis ini sama ini saham dan banyak juga yg optimis.
Apakah masih pada optimis?
Walau cuma 60 rupiah

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

1. direksi emang beneran goblok
2. sengaja buat isu gk waras agar bisa mungut diharga bawah

tp sejauh ini kebanyakan emang direksi dan owner emitennya sendiri kebanyakan mafia. indikasi nomor 2.

$HATM $BHIT $IATA

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$BHIT termasuk ekuitas dalam pemantauan, mau sampai kpn dipantau??? 😨

$BHIT semoga krn nyangkut

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$BHIT biadab

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$BMTR $MNCN $BHIT menurut om bagaimana?

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Pekan depan $IPTV dan $BHIT udah ulang tahun pertama di FCA 🥳🤩🥳

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$MNCN LK Q1 2025: Ada Apa Denganmu?

Request salah satu member External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345

Kalau kita bicara soal kebijakan korporasi, MNCN adalah salah satu perusahaan media paling komplet yang ada di Indonesia. Mereka punya empat stasiun TV besar yaitu RCTI, MNCTV, GTV, dan iNews yang mana semuanya ini memiliki jangkauan nasional dan rating tinggi. Kontennya tidak hanya diproduksi untuk konsumsi internal, tapi juga dijual ke luar negeri. Produksinya semua in-house mulai dari sinetron, reality show, infotainment, animasi, film. Mereka juga punya agensi iklan, manajemen artis, label musik, bahkan multi-channel network yang mencakup ribuan akun YouTube. MNCN juga ekspansi ke dunia digital lewat RCTI+ dan Vision+, sebagai respons terhadap tren OTT global. Semua ini menjadikan MNCN sebagai perusahaan media dengan rantai produksi dan distribusi yang sangat vertikal dan terkonsolidasi. Dalam buku teori bisnis, ini model yang sempurna. Dalam presentasi ke investor, ini terdengar seperti perusahaan yang ideal. Dan secara kinerja operasional, mereka memang terbukti tangguh karena meskipun dihantam pandemi dan tekanan iklan digital, mereka tetap rutin mencetak laba bersih triliunan. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Tapi, di pasar modal, narasi dan angka itu tidak cukup. Harga saham MNCN dalam lima tahun terakhir jatuh bebas dari puncak Rp1.270 di 2020, kini tinggal Rp232 per lembar. Mirip induknya yang juga nyungsep yakni $BMTR dan $BHIT. Penurunan sebesar minus 81% ini terjadi bukan karena MNCN rugi, bukan karena bangkrut, dan bukan karena industri mati. Laporan keuangan mereka masih menunjukkan laba bersih Rp2,23 triliun di 2019, Rp2,37 triliun di 2021, Rp2,05 triliun di 2022, dan meskipun sempat turun ke Rp1,03 triliun di 2023, Q1 2025 mereka sudah mencatatkan Rp443,9 miliar, dengan proyeksi Rp1,78 triliun untuk setahun penuh. Jadi kenapa harga sahamnya bisa seperti mayat hidup?

Jawabannya karena bisa jadi perusahaan ini tidak memberikan apa-apa ke pemegang saham. Selama bertahun-tahun, mereka mencetak laba besar, tapi tidak ada dividen berarti. Tahun 2019 mereka sempat membagikan Rp15 per saham, tapi setelah itu semakin pelit. Tahun 2021 hanya Rp8, dan tahun 2023 dividen yang dibagi cuma Rp5 per saham. Yield-nya? Di bawah 1%. Tahun 2020 dan 2022 bahkan tidak ada dividen sama sekali, padahal itu tahun-tahun di mana mereka untung Rp1,7–2 triliun. Ini berarti payout ratio-nya sangat rendah, kadang bahkan nol. Untuk perusahaan yang rutin mencetak laba tinggi dan punya kas lebih dari Rp1 triliun, ini adalah sinyal yang sangat tidak bersahabat bagi investor. Sudah ndak dapat dividen, harga saham juga nyungsep. Gimana investor bisa happy? Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Lebih lanjut, MNCN juga pernah melakukan buyback besar-besaran. Mereka menyimpan 1,82 miliar saham treasury senilai Rp2,97 triliun, dengan harga beli rata-rata Rp1.632 per lembar. Tapi sampai hari ini, saham treasury itu tidak pernah dimusnahkan, tidak pernah dijual, tidak dibagikan, tidak dikonversi. Mereka hanya numpang tidur di neraca. Ironisnya, harga saham saat ini Rp278. Artinya, perusahaan menahan rugi tak terealisasi lebih dari -80% atas buyback tersebut. Dan karena saham treasury tidak memberikan dividen dan tidak punya hak suara, ini adalah dana mati, nyaris Rp3 triliun duit yang hanya jadi beban equity tanpa menghasilkan apa pun. Ini MNCN Nyangkut di Sahamnya Sendiri. Sudah bisa jadi anggota kehormatan Grup Pintar Nyangkut.

Yang lebih mengkhawatirkan, laporan arus kas terbaru per 31 Maret 2025 menunjukkan bahwa kas perusahaan turun dari Rp1,49 triliun menjadi Rp1,23 triliun dalam 3 bulan. Arus kas operasional hanya Rp294 miliar, sementara belanja modal (capex konten + aset tak berwujud) mencapai Rp303 miliar. Artinya, free cash flow negatif. Ini bukan pertama kali terjadi karena sejak beberapa tahun terakhir, kas terus terkikis untuk investasi ke OTT dan produksi konten baru, tapi revenue digital belum memberikan kontribusi yang layak disebut. Bahkan beban langsung (COGS) Q1 2025 naik dari Rp1 triliun ke Rp1,18 triliun, sementara revenue turun dari Rp2,35T ke Rp2,29T. Gross profit turun, laba bersih turun 18% yoy. Beban bunga juga tinggi karena utang berbunga mereka Rp842 miliar, dengan suku bunga mengkhawatirkan: sindikasi RCTI 10%, Deutsche Bank pakai SOFR + 5,85%, Mayapada 14%. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Bukan cuma itu. Piutang pihak berelasi mencapai Rp143 miliar, tapi kontribusi revenue hanya 0,38%. Artinya perusahaan seperti pinjam-pinjam antar entitas yang tidak memberikan imbal balik berarti. Ini jadi tanda tanya soal efisiensi manajemen modal kerja. Dan dari sisi strategi digital, platform OTT seperti Vision+ dan RCTI+ tidak menghasilkan porsi pendapatan yang signifikan. Tidak ada data ARPU, user growth, atau metrik konversi yang membuat investor percaya bahwa segmen ini layak dibakar uang tiap tahun.

Pasar sudah memberi sinyal berkali-kali. Pemegang saham asing turun drastis dari kepemilikan 39,85% di April 2022 menjadi 22,78% di April 2025. Ritel pun mulai cabut dari 32.727 akun di November 2024 tinggal 30.190 akun di April 2025. Dana pensiun, reksadana, institusi, semua kabur. Bahkan valuasi ekstrem pun tidak menarik mereka kembali. Saat ini PBV MNCN hanya 0,19x. Ekuitas Rp23 triliun dihargai hanya Rp4 triliun oleh pasar. Ini artinya satu lembar saham MNCN secara akuntansi nilainya Rp1.480, tapi di pasar dihargai Rp278. Diskon 81%. Tapi pasar tetap tidak mau sentuh. Kenapa? Apakah karena investor sadar ini bukan undervalued? Apakah ini underdelivered? Hanya sekedar bertanya 🙏

Model bisnis mereka bagus, struktur usaha solid, brand kuat, operasional tangguh. Tapi tidak ada nilai yang dikembalikan ke investor. Tidak ada dividen, tidak ada aksi nyata, tidak ada trust. Laba hanya muncul di laporan, tapi tidak mengalir ke kantong pemilik saham. Treasury stock besar tapi didiamkan. Strategi digital ambisius tapi belum terbukti untung. Free cash flow negatif, piutang tak efisien, dan kas makin menipis. Jadi kalau harga saham anjlok seperti ini, bukan karena pasar tidak tahu angka, tapi karena pasar sudah tahu terlalu banyak dan terlalu lama dikecewakan. Tidak ada dividen, tidak ada Capital gain, apa yang diharapkan investor? Ikhlas Nyangkut? Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Jadi MNCN bukan perusahaan yang buruk dari sisi model bisnis bahkan bisa dikatakan bagus banget, tapi mereka gagal menjalankan tugas mendasar dalam dunia publik yakni membagi hasil dividen ke pemegang saham. Sebagus apa pun model bisnis, kalau tidak ada trust, tidak ada distribusi nilai, dan tidak ada insentif bagi investor untuk bertahan, maka pasar akan pergi dan harga akan ambruk. Dan itulah yang terjadi. Bukan karena mereka rugi, tapi karena mereka tidak mau berbagi.

Semoga saja bandarnya mau menolong ritel yang nyangkut di saham ini. Amiin.

Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.

Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345

Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm

Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx

Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW

Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU

Read more...

1/10

testestestestestestestestestes
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

CMIIW
Dulu pas jaman covid-19 & crash,
ini saham punya HT pada banyak yang terbang, cem IPTV BHIT BABP BMTR
sampai sampai Lo Kheng Hong pun masuk di saham milik HT

ane masih terngiang ngiang, di 2019 saham 3rd liner banyak yang manggung
ujung ujungnya bad ending

tapi baiknya, saham macam $BBCA masih dapet flow asing
apakah dengan terbangnya saham milik HT seperti $BHIT merupakan good/bad sign ??

di screener ane pun banyak keluar emiten milik HT
macam BABP BMTR MSKY KPIG BCAP

cuma dari sekian banyak yang terbang cuma MSIN
ngeri ngeri sedap...

Read more...
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

cara beli $BHIT di harga 29 gimana caranya, kok gagal tetus

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$BCAP transaksi aslinya di pasar nego ya ges ya, di reguler mah crossing aja biar tampak rame volume gede coba aja cek tgl 6, 16, 20 mei 2025 total 8jt lot value 60M++ tag $MNCN $BHIT

2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy