


Volume
Avg volume
Avia Avian Tbk. (AVIA) atau Avian Brands telah lebih dari 4 dekade memberikan warna bagi kehidupan jutaan keluarga Indonesia melalui aneka ragam produk-produk perusahaan, diantaranya: Avian Cat Kayu dan Besi, Avitex Cat Tembok Kebanggaan Orang Hebat, dan No Drop Cat Pelapis Anti Bocor. Keberadaan perusahaan bertujuan untuk memberikan manfaat terdepan dan berkontribusi dalam mewarnai Indonesia.
Ayo REQUEST SAHAM di kolom komentar seperti
$AKRA $CTRA $AVIA
,Nanti Kami Buatkan Flowchart Keputusan biar analisa makin gampang!
Support like agar terus update!!!
Follow untuk ikuti flowchart keputusan saham trend
Kalau postingan ini bermanfaat, boleh banget kasih tip lewat tombol bergambar 💲 di bawah ya. Terima kasih banyak 🙏

[ Harga $INET sekarang Rp 555 ]
Zona Area Beli Aman : Rp 520 – 540
— Area support pendek, entry di sini lebih aman untuk swing Boss
Zona Stoploss : < Rp 500
— Jika turun ke bawah level ini, struktur bullish melemah dan rawan lanjut turun
Jika naik & breakout : > Rp 585 → ENTRY LANJUTAN (tambah posisi)
Target Profit:
• TP1 = Rp 610
• TP2 = Rp 640 – 660
Keterangan Tambahan:
- INET masih bergerak dalam pola konsolidasi, butuh volume untuk valid breakout
- Breakout 585 menguatkan momentum bullish jangka pendek
- Jangan kejar harga terlalu tinggi dekat resistance biar risk/reward tetap aman Boss
Analisa saya boleh bantu, tapi keputusan tetap milik Boss.
Ayo REQUEST SAHAM di kolom komentar seperti
$ANTM $AVIA
,Nanti Kami Buatkan Flowchart Keputusan biar analisa makin gampang!
Support like agar terus update!!!
Follow untuk ikuti flowchart keputusan saham trend
Kalau postingan ini bermanfaat, boleh banget kasih tip lewat tombol bergambar 💲 di bawah ya. Terima kasih banyak 🙏
Apa Bisa Pabrik Baru $AVIA Bisa Langsung Full Utilisasi?
Pertanyaan member External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
AVIA memang lagi bikin pabrik baru dan di artikel sebelumnya saya hitung skenario paling ideal yaitu full capacity. Padahal dalam dunia nyata tidak ada pabrik yang begitu selesai langsung ngebut 100%. Biasanya butuh waktu bertahap karena ada masa commissioning, trial produksi, optimasi lini, training tenaga kerja sampai sinkronisasi supply chain. Itu sebabnya analisis full capacity itu bagus sebagai gambaran batas atas, tapi harus dibedakan dengan realisasi riil yang kemungkinan besar bertingkat. Di sisi lain, pasar saham sering menilai perusahaan bukan dari kondisi hari ini tetapi dari imajinasi kapasitas masa depan. Karena itu perbandingan antara laba basis versus laba kapasitas penuh ini penting untuk menilai apakah harga saat ini sudah kebanyakan ekspektasi atau tidak. Data AVIA cukup unik karena ekspansi Cirebon itu bukan ekspansi kecil, tetapi penambahan kapasitas sampai 65,74% yang secara matematis memang bisa menggeser kelipatan laba secara drastis. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Simulasi ini membandingkan kondisi sekarang dengan kondisi paling optimistis jika pabrik lama dan pabrik Cirebon berjalan maksimal. Perbandingan memakai ukuran lahan pabrik sebagai proksi kapasitas karena pabrik Cirebon luasnya 110.211 meter persegi dan kapasitas lama seluruh Grup 167.645 meter persegi sehingga penambahan kapasitas mencapai 65,74%.
Dalam kondisi sekarang yang memakai kapasitas lama saja, kinerja sembilan bulan yang berakhir pada September 2025 menghasilkan penjualan 5,93 triliun Rupiah dan laba bersih 1,19 triliun Rupiah. Setelah diannualisasi nilainya menjadi penjualan sekitar 7,90 triliun Rupiah dan laba bersih 1,59 triliun Rupiah. Angka inilah baseline atau level laba tanpa pengaruh pabrik baru.
Jika pabrik Cirebon selesai dan mencapai kapasitas penuh, total kapasitas naik menjadi 277.856 meter persegi dan simulasi menunjukkan potensi penjualan tahunan sekitar 11,94 triliun Rupiah serta laba bersih sekitar 2,47 triliun Rupiah. Artinya penjualan berpotensi naik sekitar 4,04 triliun Rupiah atau 51,10% dan laba bersih berpotensi naik sekitar 887 miliar Rupiah atau 55,92%. Dengan kata lain pabrik Cirebon berpotensi menambah daya penghasil laba sampai lebih dari 55% jika efisiensi dan margin bertahan stabil. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Perbandingan ini memberi implikasi menarik. Pertama, kapasitas penuh membuat laba bersih tahunan melonjak dari sekitar 1,59 triliun Rupiah menjadi sekitar 2,47 triliun Rupiah. Kedua, ini mengubah struktur pendapatan inti AVIA terutama di segmen Solusi Arsitektur yang memang penyumbang pendapatan terbesar. Ketiga, dari sisi valuasi, kondisi sekarang memakai PER 17,24x terlihat mahal karena pertumbuhan laba organik cuma beberapa persen. Namun dalam skenario kapasitas penuh, harga 454 Rupiah per saham justru menghasilkan PER 10,94x yang jauh lebih murah. Perbandingan ini menunjukkan kemungkinan besar harga sekarang sudah memuat harapan bahwa pabrik Cirebon akan memberikan kontribusi signifikan dalam beberapa tahun mendatang.
Simulasi lanjutan memakai berbagai tingkat utilitas menggambarkan rentang realistis. Dengan kapasitas 0% atau kondisi sekarang, proyeksi penjualan 7,90 triliun Rupiah dan laba bersih 1,59 triliun Rupiah. Jika kapasitas Cirebon baru terpakai 25%, penjualan naik menjadi 8,91 triliun Rupiah dan laba bersih menjadi 1,81 triliun Rupiah. Pada 50% kapasitas, penjualan menjadi 9,92 triliun Rupiah dan laba bersih 2,03 triliun Rupiah. Pada 75% kapasitas, penjualan 10,93 triliun Rupiah dan laba bersih 2,25 triliun Rupiah. Pada kapasitas penuh, penjualan 11,94 triliun Rupiah dan laba bersih 2,47 triliun Rupiah. Dari sini terlihat bahwa agar valuasi sekarang lebih masuk akal secara fundamental, AVIA minimal harus mencapai penggunaan kapasitas Cirebon sekitar 75% karena pada level itu PER turun dari 17x menjadi sekitar 12x yang jauh lebih wajar.
Jika harga saham tetap 454 Rupiah tetapi Grup mencapai kapasitas penuh, seluruh rasio valuasi berubah menjadi jauh lebih sehat. PER turun dari 17,24x menjadi 10,94x. Rasio EV EBITDA turun dari 12,60x menjadi 7,64x. Rasio Price to Sales turun dari 3,42x menjadi 2,27x. Rasio Price to Free Cash Flow turun dari 24,15x menjadi 15,49x. Artinya harga saham yang tadinya terlihat premium bisa berubah menjadi terlihat murah jika laba meningkat sesuai simulasi kapasitas penuh. Di titik ini pasar biasanya akan memutuskan apakah akan mererating harga ke atas atau membiarkan harga tetap di level sekarang sambil menunggu realisasi operasional. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Simulasi kapasitas penuh itu berguna untuk memahami ruang pertumbuhan tapi bukan representasi realisasi tahun pertama pabrik beroperasi. Namun simulasi ini memperjelas bahwa pabrik Cirebon adalah komponen yang sangat besar dalam cerita valuasi AVIA karena bisa mengubah fundamental dari perusahaan dengan pertumbuhan rendah menjadi perusahaan dengan potensi percepatan laba lebih dari 50%. Ini juga menjelaskan kenapa harga saham terlihat sudah optimistis bahkan sebelum pabriknya rampung.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$CLEO $PEVE
1/10










kalau tidak salah baca pabrik $AVIA di cirebon akan menggantikan pabrik yang ada di Sidoarjo karena akan diremajakan dan target 2027 rampung
$AVIA LK Q3 2025: Potensi Laba dari Pabrik Baru?
Request member External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
AVIA sedang membangun pabrik baru di Cirebon dan ini bikin member External Community Pintar Nyangkut gelisah penasaran. Bukan gelisah karena takut bangkrut, tapi karena proyek ini bisa jadi kunci apakah valuasi mahal AVIA sekarang layak dipertahankan atau malah harus disesuaikan. Di harga saham 454, pasar seolah sudah memberi nilai sekelas emiten yang siap naik kelas, bukan sekadar pabrik cat biasa. Supaya tidak jadi korban narasi semata, investor perlu melihat pabrik Cirebon ini sebagai mesin laba tambahan yang terukur. Berapa besar kapasitas yang sedang dibangun, berapa besar potensi revenue dan laba yang bisa dihasilkan, dan apakah semua itu cukup untuk menurunkan PER efektif AVIA ke level yang lebih nyaman tanpa harga saham harus turun. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Secara fisik, AVIA bukan cuma nama merek di kaleng cat. Grup ini punya basis produksi nyata yang tersebar di beberapa kota. Kantor pusat berada di Sidoarjo dan di sana juga berdiri pabrik utama dengan luas sekitar 105.121 meter persegi. Pabrik kedua ada di Serang dengan luas sekitar 36.880 meter persegi. Di Medan, perusahaan punya lahan pabrik sekitar 22.652 meter persegi dan di Bekasi sekitar 2.992 meter persegi. Kalau ditotal, kapasitas operasional lama ini berdiri di atas lahan sekitar 167.645 meter persegi. Di atas pondasi inilah AVIA menjalankan bisnisnya sejak mulai operasi komersial pada awal delapan puluhan dan melahirkan posisi market leader di segmen cat rumah tangga.
Di luar pabrik lama, ada satu proyek yang sekarang jadi pusat perhatian, yaitu pabrik baru di Cirebon. Lahan yang disiapkan tidak main main, sekitar 110.211 meter persegi. Statusnya masih tercatat sebagai aset tetap dalam pembangunan, dengan target penyelesaian sekitar tahun 2025 sampai 2026. Per 30 September 2025, nilai aset tetap dalam pembangunan mencapai sekitar 609,55 miliar Rupiah. Di luar itu, ada komitmen pengeluaran modal yang sudah dikontrak tetapi belum diakui sebagai kewajiban senilai sekitar 271,19 miliar Rupiah. Sebagian penempatan dana di Surat Utang Negara juga dinyatakan akan dipakai untuk keperluan modal kerja dan pembiayaan pabrik Cirebon. Artinya, ekspansi ini bukan gimmick, tetapi proyek strategis yang dibiayai dengan kas dan instrumen keuangan yang relatif aman.
Kalau luas lahan pabrik lama yang menjadi basis kapasitas sekarang sekitar 167.645 meter persegi, maka penambahan Cirebon yang 110.211 meter persegi berarti kenaikan kapasitas fisik sekitar 65,74%. Dengan kata lain, AVIA sedang mencoba menambah mesin produksi setara lebih dari setengah skala yang sudah ada, bukan hanya bangun gudang sampingan. Dalam konteks strategi, sangat wajar kalau fokus pabrik baru ini diarahkan ke segmen Solusi Arsitektur, yaitu bisnis cat inti yang menjadi penyumbang utama revenue. Segmen ini pada 9 bulan 2025 mencetak penjualan sekitar 4,61 triliun Rupiah dan laba bruto sekitar 2,31 triliun Rupiah, dengan margin laba bruto sekitar 50,01%. Porsi segmen ini terhadap total penjualan Grup sekitar 77,8%, jadi setiap kenaikan kapasitas di sini sangat cepat terasa di angka konsolidasi. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Untuk memahami potensi pabrik Cirebon, langkah paling logis adalah menghitung efisiensi penggunaan lahan pada pabrik lama, lalu mengaplikasikan efisiensi itu ke luas pabrik baru dengan asumsi ceteris paribus, yaitu faktor lain seperti margin dan efisiensi operasional kurang lebih sama. Dari data 9 bulan 2025, total lahan pabrik lama 167.645 meter persegi mampu menghasilkan penjualan segmen Solusi Arsitektur sekitar 4,61 triliun Rupiah. Ini berarti efisiensi penjualan sekitar 27,49 juta Rupiah per meter persegi per 9 bulan. Laba bruto segmen yang sama sekitar 2,31 triliun Rupiah memberi efisiensi laba bruto sekitar 13,76 juta Rupiah per meter persegi per 9 bulan. Untuk ukuran pabrik manufaktur cat dengan jaringan distribusi sendiri, angka ini cukup mencerminkan sistem produksi yang matang.
Kalau efisiensi ini ditembakkan ke lahan pabrik Cirebon yang luasnya 110.211 meter persegi, simulasi kasarnya jadi menarik. Dengan asumsi efisiensi penjualan 27,49 juta Rupiah per meter persegi, pabrik Cirebon berpotensi menambah penjualan sekitar 3,03 triliun Rupiah per 9 bulan. Dengan efisiensi laba bruto 13,76 juta Rupiah per meter persegi, potensi laba bruto sekitar 1,52 triliun Rupiah per 9 bulan. Ketika angka ini dianualisasi secara sederhana dengan faktor empat per tiga, penjualan tahunan dari pabrik Cirebon berpotensi sekitar 4,04 triliun Rupiah dan laba bruto tahunan sekitar 2,02 triliun Rupiah. Ini bukan angka kecil, karena mendekati setengah skala bisnis Solusi Arsitektur yang sudah ada.
Jika penjualan segmen dari pabrik lama yang sekitar 4,61 triliun Rupiah per 9 bulan juga dianualisasi, proyeksinya sekitar 6,15 triliun Rupiah per tahun. Digabung dengan potensi 4,04 triliun Rupiah dari Cirebon, total penjualan segmen Solusi Arsitektur bisa tembus sekitar 10,19 triliun Rupiah per tahun. Secara struktur, pabrik baru ini berpotensi mengangkat kapasitas penjualan segmen inti lebih dari 60%. Inilah yang sering tidak terlihat ketika orang hanya memandangi angka laba sekarang tanpa memikirkan kapasitas produksi yang sedang dibangun.
Simulasi yang lebih agresif untuk kapasitas penuh di level Grup memperlihatkan gambaran yang makin tajam. Penjualan konsolidasi AVIA selama 9 bulan 2025 berada di sekitar 5,93 triliun Rupiah, laba kotor sekitar 2,54 triliun Rupiah, laba bersih sekitar 1,19 triliun Rupiah, EBITDA sekitar 1,98 triliun Rupiah, dan free cash flow sekitar 0,84 triliun Rupiah. Jika angka ini dianualisasi, penjualan tahunan sekarang berada di kisaran 7,90 triliun Rupiah, laba kotor sekitar 3,39 triliun Rupiah, laba bersih sekitar 1,59 triliun Rupiah, EBITDA sekitar 1,98 triliun Rupiah, dan free cash flow sekitar 1,12 triliun Rupiah. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Lalu skenario kapasitas penuh dengan kenaikan 65,74% diaplikasikan ke basis tersebut. Penjualan tahunan berpotensi naik menjadi sekitar 11,94 triliun Rupiah. Laba kotor naik menjadi sekitar 5,42 triliun Rupiah. Laba bersih bisa terdongkrak ke sekitar 2,47 triliun Rupiah. EBITDA melonjak ke sekitar 3,27 triliun Rupiah dan free cash flow ke sekitar 1,75 triliun Rupiah. Simulasi ini masih mengasumsikan beban penjualan bergerak relatif linear dengan penjualan dan beban umum administrasi tidak membengkak secara tidak rasional, sementara tarif pajak efektif bertahan di sekitar 20,1%. Secara garis besar, laba bersih berpotensi naik lebih dari 55% kalau kapasitas tambahan benar benar terpakai secara produktif.
Dari sisi valuasi, angka ini memberi efek dramatis ke rasio rasio utama. Dengan kapitalisasi pasar sekitar 27,06 triliun Rupiah di harga 454 dan posisi net cash sekitar 2,09 triliun Rupiah, nilai perusahaan atau enterprise value berada di sekitar 24,96 triliun Rupiah. Dalam kondisi sekarang, dengan laba bersih tahunan sekitar 1,59 triliun Rupiah, PER berada di kisaran 17,24 kali. EV terhadap EBITDA sekitar 12,60 kali, dan harga terhadap free cash flow sekitar 24,15 kali. Ini yang membuat banyak investor merasa AVIA sudah cukup mahal jika hanya melihat pertumbuhan laba sekarang yang sekitar 2,53%. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Namun bila pabrik Cirebon benar-benar membawa kinerja ke skala kapasitas penuh yang disimulasikan tadi, laba bersih tahunan di sekitar 2,47 triliun Rupiah akan menurunkan PER efektif ke kisaran 10,94 kali di harga yang sama. EV terhadap EBITDA akan turun menjadi sekitar 7,64 kali dan rasio harga terhadap free cash flow menjadi sekitar 15,49 kali. Jadi tanpa harga saham bergerak satu Rupiah pun, AVIA tiba tiba berubah dari perusahaan dengan PER 17 kali menjadi emiten dengan PER sekitar 11 kali hanya karena mesin produksinya sudah dipakai penuh. Inilah inti argumen bahwa ada muatan pertumbuhan tersembunyi di balik valuasi premium.
Kalau skenario kapasitas penuh ini terealisasi, efek ke estimasi harga wajar juga cukup menarik. Dengan laba bersih sekitar 2,47 triliun Rupiah dan jumlah saham sekitar 59,62 miliar lembar, laba per saham penuh bisa naik ke kisaran 41,49 Rupiah. Jika pasar tetap bersedia memberikan kelipatan PER sekitar 17,24 kali kepada AVIA di fase tersebut, maka harga teoritis bisa bergerak ke sekitar 715 Rupiah per saham. Dari harga 454, ini menggambarkan potensi kenaikan sekitar 57,5% murni dari pertumbuhan fundamental tanpa perlu ekspansi gila gilaan ke bisnis baru di luar inti.
Simulasi ini tentu bergantung pada beberapa asumsi berani, terutama bahwa pabrik Cirebon bisa mencapai efisiensi yang sebanding dengan pabrik lama dan permintaan pasar cukup kuat untuk menyerap kapasitas tambahan itu. Tetapi dari kacamata data, jelas bahwa pabrik Cirebon bukan sekadar proyek kosmetik. Luas lahannya menambah kapasitas fisik sekitar 65,74%. Investasi yang sudah dicatat dan komitmen Capex yang belum terealisasi menembus ratusan miliar Rupiah. Segmen yang disasar adalah Solusi Arsitektur yang sudah menyumbang lebih dari tiga per empat penjualan Grup, dengan margin kotor sekitar 50%. Kalau kapasitas ini terisi, pabrik Cirebon dapat menambah penjualan tahunan lebih dari 4 triliun Rupiah dan laba bruto lebih dari 2 triliun Rupiah. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Pada titik ini, posisi investor di komunitas Pintar Nyangkut menjadi lebih jelas. Kalau percaya bahwa manajemen mampu menyalakan pabrik Cirebon di level efisiensi yang mirip pabrik lama dan pasar sanggup menyerap volume tambahan, maka harga 454 tidak lagi terlihat terlalu mahal. PER 17,24 kali hari ini bisa berubah menjadi sekitar 10,94 kali secara alami beberapa tahun ke depan. Tetapi kalau ternyata pabrik baru ini lambat terisi, atau margin turun karena perang harga, maka simulasi di atas akan runtuh dan valuasi saat ini kembali terlihat menuntut. Jadi, untuk menilai AVIA hari ini, pertanyaannya tidak berhenti di seberapa kuat neraca dan kasnya, tetapi seberapa jauh investor percaya bahwa pabrik Cirebon akan benar benar bertransformasi menjadi mesin laba baru, bukan sekadar bangunan besar yang butuh waktu lama untuk terisi penuh.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$RISE $CLEO
1/10










@skydrugz27 udah 2 th pegang avia rutin deviden 2x setahun, untuk harga segitu2 aja, enak jangka panjang buat ngejar deviden, sekarang kluar dulu, terimakasih $AVIA
$AVIA LK Q3 2025: Growth Belum Bisa Mengejar Valuasi?
Request member External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
AVIA adalah mahkota grup Tanoko yang lagi dipajang di etalase paling terang di bursa. Bisnisnya nyaris tanpa cacat kalau dilihat dari neraca dan arus kas, seperti mesin kasir besar yang terus berputar dan jarang ngadat. Kas melimpah, utang finansial hampir tidak terasa, konversi laba ke kas sangat bersih. Masalahnya, harga saham 454 itu bukan harga untuk perusahaan yang tumbuh pelan, tetapi harga untuk emiten yang seolah siap tancap gas. Investor yang beli AVIA di level sekarang secara tidak langsung sedang bilang bahwa pertumbuhan laba ke depan akan jauh lebih tinggi daripada 2,53% yang tercatat di 9 bulan 2025. Jadi sebelum ikut antri beli mahkota ini, investor perlu jujur bertanya, ini beli karena kualitas emasnya yang aman atau karena yakin mahkota ini sebentar lagi berkilau lebih terang dari sisi pertumbuhan laba dan dividen. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Dari sisi neraca, struktur aset AVIA sangat konservatif dan nyaman. Aset lancar sekitar 8,06 triliun Rupiah atau sekitar 72,36% dari total aset. Artinya, sebagian besar aset perusahaan ada di kas, setara kas, piutang, persediaan, dan instrumen keuangan yang relatif likuid, bukan di aset tetap yang besar besar dan sulit dicairkan. Di dalam aset lancar ini, pos investasi menjadi salah satu tulang punggung penting, sekitar 2,60 triliun Rupiah yang ditempatkan di Surat Utang Negara, investasi jangka pendek, dan reksa dana. Ini sinyal jelas bahwa laba yang dikumpulkan selama bertahun tahun tidak dihambur hamburkan, tetapi diparkir rapi di instrumen yang aman dan menghasilkan.
Di sisi kewajiban, cerita AVIA bahkan lebih menenangkan. Liabilitas jangka pendek hanya sekitar 1,25 triliun Rupiah dan hampir menjadi seluruh liabilitas perusahaan. Utang usaha sekitar 667,29 miliar Rupiah, terdiri dari sekitar 293,98 miliar Rupiah ke pihak berelasi dan sekitar 373,30 miliar Rupiah ke pihak ketiga. Tidak ada tumpukan utang bank yang mengkhawatirkan. Dari sisi kinerja operasional, penjualan neto 9 bulan sekitar 5,93 triliun Rupiah dengan laba yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk sekitar 1,19 triliun Rupiah. Penerimaan kas dari pelanggan sekitar 5,97 triliun Rupiah, sedangkan kas bersih dari aktivitas operasi sekitar 1,19 triliun Rupiah. Mayoritas omzet mengalir lewat distributor milik sendiri dengan nilai sekitar 5,34 triliun Rupiah. Posisi ini membuat AVIA tidak hanya kuat di sisi produk, tetapi juga sangat mengontrol kanal distribusi dan arus kasnya sendiri.
Kalau angka angka itu diubah menjadi rasio, kualitas mesin kas AVIA terlihat sangat meyakinkan. Dengan penjualan sekitar 5,93 triliun Rupiah dan kas dari aktivitas operasi sekitar 1,19 triliun Rupiah, CFO margin berada di kisaran 20,10%. Jadi dari setiap 1 Rupiah penjualan, sekitar 20,10% berubah menjadi kas operasional. Capex selama 9 bulan hanya sekitar 351,35 miliar Rupiah. Kalau CFO dikurangi Capex, free cash flow sekitar 840,53 miliar Rupiah. FCF margin sekitar 14,18%. Capex ini hanya sekitar 29,53% dari laba bersih, sekitar 29,48% dari CFO, dan sekitar 5,93% dari penjualan. Polanya jelas, ini tipe perusahaan yang sudah matang, tidak perlu bakar triliunan setiap tahun untuk menjaga bisnis tetap hidup. Pabrik dan jaringan sudah terbangun, sehingga kas yang dihasilkan relatif bebas digunakan untuk dividen, buyback, atau investasi lain yang sifatnya lebih strategis. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Begitu pindah ke sisi utang, AVIA terlihat seperti perusahaan yang hampir alergi terhadap leverage. Total utang finansial hanya sekitar 22,32 miliar Rupiah, kombinasi dari pinjaman bank jangka pendek sekitar 8,41 miliar Rupiah dan liabilitas sewa jangka panjang sekitar 13,90 miliar Rupiah. Dibandingkan laba sekitar 1,19 triliun Rupiah, rasio utang terhadap laba hanya sekitar 0,02 kali. Dibandingkan CFO sekitar 1,19 triliun Rupiah, rasionya juga sekitar 0,02 kali. Bahkan kalau memakai FCF sekitar 840,53 miliar Rupiah, rasio utang terhadap FCF hanya sekitar 0,03 kali. Secara praktis, utang finansial ini bisa dilunasi hanya dengan sebagian kecil kas operasi dalam satu tahun. Rasio CFO terhadap laba sekitar 1,002 kali, yang artinya laba akrual hampir seluruhnya didukung kas nyata. Sekitar 70,6% laba bersih berubah menjadi free cash flow yang benar benar bisa dipakai manajemen secara fleksibel.
Produktivitas per karyawan juga menggambarkan efisiensi operasional yang tinggi. Dengan sekitar 1.342 karyawan tetap, penerimaan kas dari pelanggan per karyawan sekitar 4,45 miliar Rupiah. Penjualan per karyawan sekitar 4,42 miliar Rupiah, laba bersih per karyawan sekitar 886,6 juta Rupiah, dan CFO per karyawan sekitar 888,1 juta Rupiah. Di antara semua angka itu, CFO per karyawan adalah indikator paling tajam, karena langsung menunjukkan berapa banyak kas riil yang dihasilkan setiap karyawan dari bisnis inti. Revenue per karyawan belum memperhitungkan biaya. Laba per karyawan masih bisa dipengaruhi faktor non kas seperti penyusutan dan kebijakan akuntansi. CFO per karyawan langsung berbicara soal likuiditas murni yang bisa dipakai untuk membayar gaji, dividen, dan ekspansi.
Kalau semua metrik kunci itu digabung, sinkronisasi antara laba, CFO, FCF, dan struktur modal AVIA memang tampak sangat bagus. Aset lancar sekitar 8,06 triliun Rupiah jauh di atas liabilitas jangka pendek sekitar 1,25 triliun Rupiah. Perusahaan berada dalam posisi net cash sekitar 2,09 triliun Rupiah, bukan net debt. Modal kerja berlimpah, tekanan likuiditas hampir tidak terasa, dan ruang manuver manajemen sangat lebar. Namun di tengah semua kenyamanan ini, ada satu titik lemah yang penting. Pertumbuhan penjualan sekitar 9,68% secara tahunan di 9 bulan 2025, sementara pertumbuhan laba bersih hanya sekitar 2,53%. Beban pokok penjualan naik sekitar 12,78%, lebih cepat dari pertumbuhan penjualan. Ini berarti margin sedang ditekan. Bisa karena kenaikan harga bahan baku, persaingan harga, promosi agresif, atau kombinasi semuanya. Intinya, mesin pertumbuhan laba tidak secepat yang diasumsikan oleh valuasi. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Begitu berpindah ke ranah valuasi, kontras antara kualitas neraca dan harga saham mulai terasa tajam. Dengan harga 454 per saham dan jumlah saham beredar sekitar 59,62 miliar lembar, kapitalisasi pasar AVIA sekitar 27,06 triliun Rupiah. Laba per saham yang sudah dianualisasi sekitar 26,33 Rupiah. Hasilnya, rasio price earnings berada di kisaran 17,24 kali. Untuk bisnis yang laba bersihnya hanya tumbuh sekitar 2,53%, angka ini jelas bukan kategori murah. Kalau PER 17,24 kali dibagi pertumbuhan laba 2,53%, rasio PEG sekitar 6,81 kali. Jauh di atas angka 1 yang biasanya dianggap wajar. Nilai buku per saham sekitar 164,38 Rupiah sehingga price to book value sekitar 2,76 kali. Karena aset tak berwujud hanya sekitar 30,08 miliar Rupiah, rasio terhadap tangible book kurang lebih sama. Rasio price to cash flow dari CFO sekitar 17,03 kali. Price to FCF sekitar 24,15 kali. Price to sales sekitar 3,42 kali berdasarkan penjualan tahunan yang dianualisasi sekitar 7,90 triliun Rupiah.
Kalau dilihat dari perspektif enterprise value, karena AVIA memiliki net cash sekitar 2,09 triliun Rupiah, EV berada di kisaran 24,96 triliun Rupiah. EV terhadap penjualan sekitar 3,16 kali. EV terhadap EBITDA sekitar 12,60 kali dan EV terhadap EBIT sekitar 14,59 kali. EV terhadap CFO sekitar 15,71 kali dan EV terhadap FCF sekitar 22,28 kali. Gambarnya konsisten, pasar memberikan premi yang cukup besar kepada AVIA, bukan hanya karena perusahaannya menjual cat, tetapi karena neracanya bersih, kasnya tebal, dan kualitas laba plus konversi kasnya di atas rata rata.
Dari sisi dividen, AVIA juga tampil sebagai emiten yang cukup royal. Dividen per saham sekitar 22 Rupiah menghasilkan dividend yield sekitar 4,85% di harga 454. Dividend payout ratio diperkirakan sekitar 86,46% terhadap laba. Jadi mayoritas laba dibagikan kembali ke pemegang saham. Ini kabar baik untuk investor yang mencari cashflow rutin. Tapi di sisi lain, payout setinggi ini juga menunjukkan bahwa ruang ekspansi organik lewat Capex internal memang tidak terlalu agresif. Perusahaan lebih mirip mesin kas matang yang mengalirkan laba ke pemegang saham dan sesekali melakukan buyback, bukan tipe emiten yang kejar pertumbuhan dua digit lewat ekspansi besar besaran.
Kalau memakai patokan konservatif misalnya PER layak 10 kali untuk bisnis stabil dan PBV sekitar 1 kali, gambarnya menjadi lebih keras. Dengan EPS sekitar 26,33 Rupiah, PER 10 kali berarti harga wajar sekitar 263,3 Rupiah. Jadi, di harga 454 sekarang, investor sedang membayar hampir setara skenario di mana laba per saham naik ke sekitar 45,4 Rupiah dan PER turun ke 10 kali, tetapi harga tidak bergerak. Untuk mewujudkan itu, laba tahunan harus naik ke sekitar 2,71 triliun Rupiah. Kenaikannya sekitar 70,6% dibanding proyeksi laba dari kinerja 9 bulan 2025. Logikanya, kenaikan ini harus didukung oleh pertumbuhan penjualan yang jauh lebih tinggi dari 9,68% saat ini dan pemulihan margin yang cukup besar. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Kalau dividend payout ratio tetap tinggi di kisaran 86%, laba setinggi itu akan memaksa perusahaan membayar dividen sekitar 2,33 triliun Rupiah per tahun, dengan DPS sekitar 39,14 Rupiah. Dividend yield di harga sekarang akan melonjak ke sekitar 8,6%. Di atas kertas, ini skenario yang sangat menarik. Namun untuk sampai ke titik itu, AVIA harus meng-upgrade mesin pertumbuhan laba dengan cukup signifikan. Itu bukan perkara mudah di industri cat dan bahan bangunan yang persaingannya ketat dan tidak selalu punya ruang pricing power lebar.
Kalau target investor adalah break even dalam 10 tahun hanya dari dividen, kebutuhan angkanya makin jelas. Untuk menutup harga beli 454 dengan dividen selama 10 tahun, investor butuh rata rata DPS sekitar 45,4 Rupiah per tahun. Dengan payout ratio sekitar 86,46%, laba per saham yang dibutuhkan sekitar 52,51 Rupiah. Dikalikan sekitar 59,62 miliar lembar saham, laba tahunan yang dibutuhkan sekitar 3,13 triliun Rupiah. Dividen kas yang harus keluar tiap tahun sekitar 2,71 triliun Rupiah. Dibandingkan proyeksi laba dan CFO sekarang yang berada di kisaran 1,5 sampai 1,6 triliun Rupiah, perusahaan harus hampir menggandakan kapasitas cetak laba dan kas agar skenario BEP 10 tahun dari dividen benar benar aman. Tanpa lonjakan fundamental seperti itu, BEP 10 tahun hanya dari dividen adalah harapan yang cukup agresif.
Di titik ini, wajar kalau interpretasi investor pecah menjadi beberapa kubu. Investor yang optimis akan bilang harga 454 masih wajar karena yang dibeli bukan hanya laba tahun ini, tetapi reputasi grup Tanoko, kualitas neraca, posisi net cash sekitar 2,09 triliun Rupiah, dan disiplin manajemen dalam membagikan dividen serta melakukan buyback. Mereka percaya pertumbuhan akan akselerasi begitu proyek proyek dan inisiatif yang dibiayai kas mulai matang. Investor yang pesimis akan menunjuk rasio PEG 6,81 kali, PBV 2,76 kali, dan pertumbuhan laba 2,53% sebagai kombinasi yang terlalu mahal. Menurut sudut pandang ini, tanpa lonjakan pertumbuhan yang nyata, harga saham berpotensi kembali turun ke kisaran yang lebih dekat ke PER 10 kali dan PBV yang lebih bersahabat. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Investor yang realistis cenderung menilai AVIA sebagai saham yang sedikit mahal tetapi sangat stabil. Cocok untuk profil yang mengutamakan keamanan kas dan dividen, bukan mengejar multibagger. Dari sudut pandang shortseller, saham seperti ini menarik ketika narasi kas melimpah dan buyback sudah priced in, sementara data pertumbuhan laba tetap lemah. Kalau suatu saat pasar berhenti memaklumi selisih antara pertumbuhan laba dan valuasi premium, ruang koreksi teknikal dan fundamental terbuka cukup lebar. Bagi bandar atau market maker, profil AVIA justru ideal. Kas perusahaan kuat, buyback berjalan, likuiditas terjaga, dan risiko kejutan negatif terkait utang sangat kecil, sehingga harga relatif mudah dikelola dalam koridor tertentu.
Pada akhirnya, AVIA memang pantas disebut mahkota grup Tanoko. Logamnya kokoh, permatanya asli, dan kilau kualitas neracanya sulit dibantah. Tetapi label harga di bawah mahkota ini sudah disetel seolah mahkota tersebut bukan hanya aman, melainkan juga akan membawa pemakainya berjalan jauh lebih cepat dari rata rata emiten konsumsi lain dari sisi pertumbuhan laba. Investor yang masuk di harga sekarang harus menentukan sendiri, apakah sedang membayar premi untuk ketenangan pikiran karena neraca super kuat dan dividen lumayan, atau sedang bertaruh bahwa dalam beberapa tahun ke depan, mesin laba AVIA benar benar sanggup berlari secepat yang diasumsikan oleh valuasi premium hari ini.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$CLEO $CAKK
1/10










$AVIA Saya tadi barusan mendapatkan dividen sebesar 2000 rupiah karena memiliki 2 lot dan saya invest lagi sekarang dengan membeli 3 lot
semoga besok dapat Dividen lagi pada bulan April 2026
$AVIA running wave 3 ??
diliaht dari risk reward juga menarik
Duduk manis aja biar kami yang screening saham dan buatkan tradingplan.
Rekan2 yang gak mau ketinggalan momentum,
bisa join grup Borneo Trader
External Community Borneo Trader dengan kode R41778
cara masuk External Community :
1. Masuk menu Profile
2. Pilih External Community
3. Masukkan kode R41778
$UNVR $JPFA
