Volume
Avg volume
Sebelumnya dikenal sebagai PT Bank Artos Indonesia Tbk (ARTO), kami memasuki era baru di 2019 dengan adanya perubahan pemegang saham pengendali. Di 2020, kami berganti nama menjadi PT Bank Jago Tbk. Selanjutnya di tahun yang sama, Gojek, melalui bisnis layanan keuangan dan pembayaran digital Gopay, masuk menjadi pemegang saham. Pada 2021, GIC Private Limited memberikan komitmen dengan menyuntikkan dana untuk memperkuat Jago dalam berinovasi memberikan solusi keuangan digital terbaik. Dengan total modal Rp8 triliun, Jago kini masuk kategori bank dengan peluang tumbuh dan inovasi yang besar dan kuat. Jago adalah aplikasi finansi... Read More
BUY LOW => SELL HIGH
$PACK
🔴 Harga (4,040) < MA5 (4,686) | > MA50 (2,976)
🔴 Volume (7.6M) > Volume MA20 (346k)
🟢 Relative Strength Rating: 100%
Entry 1: 3,800
Entry 2: 3,500
Take Profit 1: 4,500 (+18.4%)
Take Profit 2: 5,000 (+23.8%)
Stop Loss 1: 3,200 (-15.8%)
Stop Loss 2: 3,000 (-25.7%)
Kesimpulan:
RSR sempurna (100%) dan uptrend kuat (harga > MA50), tapi koreksi dari MA5 perlu diwaspadai. Volume spike bisa jadi sinyal continuation.
📌 Disclaimer:
Likuiditas terbatas. Risk management ketat diperlukan.
Random TAG: $ARTO, $ASII
CUAN AWAL BULAN
MUDA2AN BISA LEBIH BAIK LG CUANNYA DARI BLN SEBELUMNYA
HAPPY CUAN $IHSG
TAG $ITMA $ARTO
Apa Kabur Aja Dari IHSG Ya?
Diskusi hari ini di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
Jadi sudah ada banyak investor yang kapok investasi di IHSG karena beli saham Bluechip malah rungkad. Beli saham fundamental hancur malah terbang. Mereka kapok, ada yang pindah ke bursa Amerika, ada yang pindah ke kripto. Sampai ada juga influencer saham juga kapok sama saham, pindah ke kripto all in. Apakah itu salah? Ndak salah sih. Wong itu duit masing-masing, ya suka - suka masing-masing mau diapakan duitnya. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Selama 10 tahun terakhir, banyak investor lokal yang berpikir kalau cukup beli indeks IHSG atau saham-saham LQ45, duduk manis, dan tunggu kekayaan bertumbuh. Tapi kenyataan di lapangan ternyata nggak seindah teori. Dari akhir 2014 ke akhir 2024, IHSG hanya naik dari 5.226,95 ke 7.079,90. Secara angka mentah, memang ada kenaikan sekitar 35%, tapi dalam bahasa investasi, yang kita butuh adalah Compound Annual Growth Rate (CAGR).
Dan dari angka itu, CAGR IHSG selama 2014 sampai 2024 cuma 3,08% per tahun. Artinya, kalau kita tanam Rp100 juta ke IHSG pada 2014, maka 10 tahun kemudian uang kita cuma jadi Rp135 juta. Ini bahkan belum dihitung inflasi, pajak, dan opportunity cost. Bahkan setelah ditambahkan dividen yield rata-rata 2%–3% per tahun, total return tahunan maksimal cuma sekitar 5%–6%, angka yang cukup rendah untuk indeks dari negara berkembang yang katanya punya potensi besar. Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx
Sekarang bandingkan dengan emas. Di akhir 2014, harga emas sekitar USD 1.200 per troy ounce, dan pada akhir 2024 naik ke sekitar USD 2.050. Dalam dolar saja emas tumbuh sekitar 5,6% per tahun. Tapi yang lebih menarik, dalam rupiah, emas naik dari sekitar Rp500.000 per gram jadi Rp1.050.000 per gram, naik lebih dari dua kali lipat. CAGR-nya sekitar 7,7% per tahun, jauh mengungguli IHSG. Kombinasi kenaikan harga emas global dan pelemahan rupiah membuat emas menjadi aset yang tidak hanya bertahan, tapi juga mengalahkan pasar saham lokal. Dalam 10 tahun terakhir, emas terbukti jadi store of value yang bukan cuma tahan banting, tapi juga nyatanya lebih cuan daripada IHSG.
Sekarang mari kita angkat kepala dan lihat global. Di luar sana, ada S&P 500 dan Dow Jones Industrial Average (DJI) dari Amerika Serikat, serta Hang Seng Index (HSI) dari Hong Kong. Ketiganya adalah benchmark pasar ekuitas yang jauh lebih besar dan likuid daripada IHSG. S&P 500 dan DJI secara historis mencetak CAGR sekitar 8,9% per tahun sejak 1980-an. Bahkan saat pandemi COVID-19 mengguncang dunia, S&P 500 berhasil rebound sangat cepat, berkat dominasi perusahaan teknologi besar seperti Apple, Microsoft, Amazon, dan NVIDIA. DJI memang lebih konservatif karena berisi perusahaan blue-chip seperti Coca-Cola dan Johnson & Johnson, tapi secara jangka panjang tetap mampu bersaing dalam hal pertumbuhan sambil memberi stabilitas dan dividen. Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx
Hang Seng beda cerita. Secara historis, CAGR-nya sekitar 5%–7%, tapi jauh lebih volatile karena sensitif terhadap kebijakan pemerintah China. Dari 2019 sampai 2023, indeks ini sempat turun hampir 50% akibat demo besar-besaran di Hong Kong, intervensi Beijing terhadap sektor teknologi, dan kebijakan Zero-COVID. Tapi justru karena kejatuhan ini, HSI sekarang dipandang sebagai indeks yang undervalued dan bisa jadi peluang buat investor yang siap menanggung risiko tinggi demi potensi rebound tajam.
Pertanyaan besar muncul. Apakah investor Indonesia sebaiknya hanya invest di IHSG? Kalau objektif, jawabannya tentu tidak. IHSG memang cocok untuk investor yang ingin eksposur ke ekonomi domestik, apalagi kalau fokusnya di saham dividen seperti BBRI, TLKM, atau UNTR. Tapi kalau tujuannya adalah wealth creation alias membangun kekayaan dengan return yang maksimal dan konsisten dalam jangka panjang, maka investor Indonesia wajib membuka diri ke pasar global. Kenapa? Karena selama 10 tahun terakhir, IHSG gagal memenuhi ekspektasi sebagai indeks negara berkembang. Ketika negara maju seperti Amerika justru berhasil mencetak cuan dua hingga tiga kali lipat lebih tinggi, itu sinyal bahwa kita perlu strategi yang lebih cerdas dan terbuka. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
IHSG selama 2014 sampai 2024 juga bukan tanpa beban. Ada empat tahun krusial yang menghantam kinerjanya, yaitu 2015, 2018, 2020, dan 2024. Semua disebabkan oleh faktor eksternal seperti perlambatan China, perang dagang, pandemi, dan kenaikan suku bunga global. Artinya, meskipun kita investasi di saham lokal, tetap saja kita terdampak sentimen global. Jadi kenapa nggak sekalian ikut main di panggung global yang potensi return-nya lebih menarik?
Kalau portofolio kita 100% di IHSG, kita sebenarnya melewatkan banyak peluang besar. Bahkan Hang Seng, yang sering disebut penuh risiko geopolitik, masih mencetak return lebih baik dari IHSG. Kalau kita punya eksposur ke S&P 500, kita bisa ikut naik saat AI, chip semikonduktor, dan cloud computing meledak. Kalau kita punya posisi di DJI, kita dapat dividen yang stabil dari perusahaan dunia. Dan kalau kita punya sebagian di Hang Seng, kita siap menyambut rebound pasar China. Sementara IHSG sendiri selama ini cenderung sideways dengan sektor yang itu-itu saja dominannya, yaitu perbankan dan komoditas. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Buat yang mau praktis, strategi 25% S&P 500 dan 25% emas, 25% obligasi, 15% IHSG, 10% kripto bisa jadi solusi seimbang. Kita dapat pertumbuhan stabil dari AS dan punya peluang bonus cuan dari potensi pemulihan emas, obligasi, dan kripto. Ditambah sebagian kecil di emas sebagai proteksi inflasi dan pelemahan rupiah, itu sudah cukup membentuk portofolio global yang kokoh. Lalu tetap sisakan porsi kecil di saham lokal, terutama yang beri dividen tinggi, supaya tetap ada unsur rasa Indonesia-nya.
Apakah cukup berinvestasi di IHSG saja kalau mau cuan lebar? Jawaban jujurnya tidak. IHSG memang penting, tapi tidak cukup. Diversifikasi lintas negara dan aset adalah keniscayaan di era pasar global. Kalau kita ingin portofolio tumbuh sehat dalam jangka panjang, saatnya mulai berpikir global. Jangan cuma bangga jadi investor lokal, tapi jadilah investor global yang tetap bangun dari Indonesia.
Kalau di Indonesia itu paling penting kenal bandar. Kalau bandar lagi ada proyek goreng, dapat informasi, langsung cuss all in. Kaya mendadak. Bisa lihat di $ARTO $PANI $PACK itu gorengan bandarnya mantap. Kalau dapat info orang dalam mau digoreng, bisa langsung kaya mendadak.
Mau hitung pakai fundamental seperti apapun, ndak masuk akal saham LK rugi bisa terbang. Tapi kalau bandarnya sudah bersabda, terbang, maka terbang.
Jangan putus asa sama IHSG. Diversifikasi. Selot selot.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
1/10
alhamdulillah $ARTO TP 3 yaa seperti yang sudah saya analisa tadi malam happy cuan kawann🙌🏻🙌🏻
$CDIA $MBMA
BISMILLAH
ANALISA REKOMENDASI SAHAM UNTUK TANGGAL (01/07/25)
NOTE: MASUK KETIKA MARKET BELUM BUKA JAM 08.50
SCALPING (JANGKA PENDEK):
$ARTO
1775-1760
SL 1730
TP 1790,1800,1820,1865>
$JPFA
1515-1500
SL 1465
TP 1530,1540,1550,1600>
$PTPP
438-436
SL 432
TP 440,444,448,454>
DISCLAIMER ON INI HANYA SEBUAH REKOMENDASI BUKAN AJAKAN JUAL/BELI
RESIKO INVESTASI TANGGUNG JAWAB MASING-MASING
HIGH RISK
LOT KECIL
1/2
Selama perang fisik Israel, US vs Iran, kita fokus ke saham komoditas. Di sisi lain, saham bank mulai pada diskon. Tapi, saham bank masih layak jadi pilihan?
Saham bank sangat menarik dengan korelasi momentum terkait rencana penurunan suku bunga The Fed di September - Desember 2025. Dengan penurunan suku bunga The Fed, BI juga punya ruang untuk turun.
Dari konsensus paling optimistis ada potensi penurunan suku bunga sekitar maksimal 3 kali di September-Desember, tapi secara moderat mungkin cuma 2 kali dengan masing2 sebesar 25 bps.
Dengan harga saham banking yang sudah murah saat ini bisa banget jadi momentum untuk masuk. Meski, banyak sentimen negatif dari risiko GDP Q2 Indonesia melambat dan drama bank BUMN dengan koperasi merah putih.
Untuk itu, kami coba menakar potensi saham-saham banking yang sudah rilis laporan bulanan per Mei 2025, total ada 12 saham banking. Kamu bisa baca selengkapnya di sini: https://cutt.ly/OrTypDD2
$BBRI $BBCA $ARTO
$ARTO: High-Risk Strategy Terbayar Lunas
Fun fact: ARTO booking laba Rp104 miliar di 5 bulan pertama 2025.
Naik 163% year-on-year.
Gila, kan?
May saja performanya tetap solid.
Laba bersih Rp22 miliar (+130% yoy).
Momentum yang konsisten.
Tapi ada yang menarik di balik angka ini.
Strategi high-risk mereka working.
NIM naik jadi 9,5% (+142bps yoy).
Tapi cost of credit juga melompat ke 4,3%.
Trade-off yang calculated.
Yang bikin deg-degan?
Loan terus ekspansi 40% yoy.
Agresif banget pertumbuhannya.
Tekanan likuiditas juga mulai terasa.
Tapi ada kabar baik.
Efisiensi operasional membaik.
Deposito nasabah naik ke Rp22 triliun.
Growth 52% yoy, lumayan untuk stabilitas.
Credit cost yang sempat bikin khawatir?
Mulai normal lagi setelah spike di Mar-Apr.
Sesuai prediksi manajemen.
Apakah calculated risk ARTO bisa sustainable?
____
$BREN $INKP
____
Follow & Like biar yang lain bisa dapat manfaat juga ^^
Cek link bio untuk join VIP Membership Saham Bagger.
Kamu bisa dapetin akses analisa saham mingguan, dashboard data 800+ saham, Watchlist Momentum investing terbaik saat ini: https://cutt.ly/EetQOBGO
Kalo mau ebook gratis, klik link nya diatas, join newsletter analisa saham bareng ribuan subscriber lain☝🏻
___
Stockbit External Community
Saya seorang Momentum Investor yang fokus di Fundamental first lalu technical analysis secara quantitative.
Mau ikutan perjalanan investasi saya?
❤️ Join External Community, masukkan kode: A39716
https://stockbit.com/community
1/2
📍Mindset Investor: Jurus CEO Hebat yang Bisa Kamu Tiru Saat Milih Saham!
Pernah kepikiran kenapa ada CEO yang bisa bikin perusahaannya makin cuan jangka panjang, sementara yang lain cuma sibuk ngejar target kuartalan? Rahasianya: mereka mikir kayak investor strategis. Dan kabar baiknya, mindset ini juga bisa banget dipakai oleh investor ritel kayak kita!
🧩 Bedanya CEO Operasional vs. CEO Investor
CEO yang mikirnya operasional biasanya fokus ke target jangka pendek: omzet, efisiensi biaya, atau market share. Nggak salah sih, tapi kadang jadi lupa sama misi utamanya: value creation jangka panjang.
Sebaliknya, CEO dengan investor mindset bakal nanya hal kayak:
✓ “Apa alokasi modal terbaik sekarang?”
✓ “Inisiatif mana yang kasih keunggulan kompetitif berkelanjutan?”
✓ “Perlu lanjut atau stop proyek ini, kalau ternyata nggak sesuai ekspektasi awal?”
📊 Contoh Nyata di Dunia Saham
✓ Unilever Indonesia ($UNVR) pernah dianggap saham andalan karena brand kuat. Tapi saat growth stagnan dan alokasi modal stagnan, banyak investor mulai pertanyakan arah strategi jangka panjangnya.
✓ Bank Jago ($ARTO) awalnya dibangun dengan visi digitalisasi perbankan. Tapi valuasi sempat drop ketika pertumbuhan nggak secepat ekspektasi. Investor strategis nanya: apakah tesis investasinya masih valid?
✓ Astra International ($ASII) dikenal lihai mengelola portofolio bisnis: otomotif, finansial, tambang. Mereka alokasikan modal ke sektor yang sedang optimal. Ini contoh nyata portfolio thinking kayak investor!
💡 Tips Aplikatif Buat Investor Ritel
Mau jadi kayak CEO strategis? Coba cara ini saat analisa saham:
✓ Fokus ke return on capital dan efisiensi alokasi dana
✓ Evaluasi ulang tesis investasimu tiap kuartal: “Masih make sense nggak?”
✓ Jangan ragu cut loss kalau faktanya berubah
✓ Lihat bagaimana manajemen mengalokasikan modal: ekspansi, akuisisi, atau dividen?
❓Gimana Menurut Kamu?
Pola pikir mana yang lebih kamu pakai selama ini—operasional atau strategis?
Atau kamu punya contoh lain CEO yang investor-minded?
Share dong, biar makin banyak yang makin paham cara kerja pemimpin hebat!
------------
Belajar makin dalam bareng komunitas investor strategis:
👉 https://cutt.ly/grRMzvbg
---------------
Disclaimer:
Tulisan ini bukan ajakan membeli atau menjual saham tertentu. Lakukan riset mandiri sebelum mengambil keputusan investasi.
Apakah Analisis Kenal Bandar Lebih Penting dari Pada Analisis Fundamental?
Dalam dunia saham, ada dua pendekatan utama yang sering diperdebatkan, yaitu analisis fundamental versus analisis kenal bandar. Yang satu berbasis data, laporan keuangan, dan rasio-rasio seperti ROE, NPM, DER, dan kawan-kawan. Satunya lagi berbasis jaringan, kedekatan, dan informasi dari dalam. Sayangnya, di bursa Indonesia yang penuh aroma gorengan, pendekatan kedua sering kali lebih menentukan nasib portofolio. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Analisis fundamental itu cocok untuk investor yang memang rela nyangkut jangka panjang. Tipe yang kalau harga saham turun malah beli lagi karena percaya pada nilai intrinsik. Mereka ini biasanya tidak peduli siapa yang sedang megang saham itu, tidak kenal siapa bandarnya, dan tidak tahu kapan saham bakal digoreng. Yang mereka pegang cuma keyakinan bahwa kalau laporan keuangannya bagus dan valuasinya murah, maka harga akan naik suatu saat nanti, entah minggu depan, tahun depan, atau tidak sama sekali.
Masalahnya, pasar nggak selalu logis. Contoh paling brutal adalah saham-saham seperti BBHI, BBYB, dan $ARTO di era 2021–2022. Saham itu bisa naik ribuan persen, padahal kalau dibedah pakai metode fundamental sampai mata melotot berdarah-darah, nggak ada justifikasi kenapa saham bank digital bisa terbang dan valuasinya bisa segila itu. ROE jeblok, NPL seram, efisiensi amburadul, bahkan kadang belum untung. Tapi tetap saja terbang. Kenapa? Karena ada bandar yang sedang main. Kalau kamu kenal bandarnya, misalnya ternyata bapakmu pemilik bank yang lagi mau dijual ke grup konglomerat, atau kamu nongkrong di circle yang tahu siapa yang akan goreng sahamnya, maka kamu bisa ikut nikmatin cuan besar tanpa perlu hitung-hitungan laba rugi, tidak usah baca laporan keuangan.
Contoh lain, $PANI. Dulu ini perusahaan pengalengan ikan. Tidak ada yang spesial. Secara fundamental, tidak masuk akal kalau saham seperti ini bisa naik puluhan ribu %. Tapi ternyata, PANI jadi proyek backdoor listing untuk megaproyek properti milik grup besar. Apakah analis-analis fundamental bisa tahu itu dari laporan keuangan? Tidak. Tapi kalau kamu kenal bandar yang dulu pernah goreng saham bank digital, dan ternyata mereka juga yang lagi pegang PANI, kamu tinggal ikut naik sebelum retail lain sadar. Selesai. Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx
Bahkan kalau pakai analisis RNAV properti, PANI masih kalah jauh dibanding BSDE, CTRA, atau PWON yang punya cadangan lahan besar dan proyek yang jelas. Tapi kenapa yang terbang justru PANI? Jawabannya sederhana, karena yang satu punya bandar dan yang lain tidak.
Jadi, kenalan sama bandar itu penting. Bukan buat ikut manipulasi ya, tapi minimal supaya ngerti siapa yang pegang kendali. Kalau tidak punya kenalan circle bandar, ya sudah, jangan iri. Belajar saja analisis fundamental. Meskipun tetap ada risiko laporan keuangan dimanipulasi seperti kasus GIAA, SRIL, dan AISA dulu, tapi setidaknya masih ada harapan dapat dividen atau jadi saham takeover.
Karena fakta sederhananya adalah bahwa yang menggerakkan harga saham adalah bandar, bukan fundamental. Bandar kaya = saham terbang. Bandar kere = saham nyungsep. Sesimpel itu.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$PACK
$ARTO ada yg tau alamat kantor cabang Bank Jago di Surabaya.?
saya cari gak ketemu di maps padahal alamatnya langsung dari website resmi bank jago.
Untuk @YudhaBranding2003
(( Link debat gw dengan teman Andry, bro @dglsgh
https://stockbit.com/post/9572160 ))
Kmu adalah aku di tahun 2022 , kesalahan bro lu nyerang @andryhakim , gw dulu itu ya kayak elu sekarang, sok tau.
Banyak banyak belajar lagi bro YudhaBranding2003
Lihat postingan yang elu buat, saya jadi kasian sama elu, kayak TONG KOSONG MELOMPONG NYARING BUNYINYA
andryhakim multibeggar bukan cuma dari $PANI doang , sebelum nya di $ARTO $BBHI dia juga berhasil multibegger begger begger
Gw yakin performa investasi elu gak bakal lebih baik dari dia
Klo elu bilang dia berhasil multibegger di PANI karena memanfaatkan keterkenalan dia sekarang untuk pom pom ya elu salah, dia dulu di ARTO sebelum seterkenal ini juga udah berhasil multibegger begger begger
Jadi buat elu YudhaBranding2003 , KALAU KOSONG JANGAN BRISIK, GANGGU BRO
Pelajaran:
Pertumbuhan/perkembangan di saham/crypto adalah 11,25% /tahun
Jadi hitung, saat awal IPO sampai sekarang apakah saham/crypto-mu tumbuh wajar??!
Misal mulai IPO tahun 2000, maka 25thn dikalikan 11,25% sama dengan 281,25% seharusnya pertumbuhan wajarnya.
JIKA masih minus, maka "potensi" naik (cara carinya kapan ini naik bisa pakai analisa teknikal yg sudah pro).
JIKA surplus dan apalagi kebanyakan, maka itu kemahalan/potensi turun/sideways (harga tidak kemana2).
Random tag: $INPC $ARTO $BBYB
Alasan Harus Menjauhi Saham Hype Dengan Valuasi Super Mahal!!!
Ada yang pernah nyangkut di pucuk karena FOMO beli saham yang lagi hype, pastinya bikin pusing ya?
Saham hype ketika pandemi kemarin ada saham INAF, harga sahamnya pada awal tahun 2021 pernah menyentuh level Rp7.350 (PBV sekitar 50x), dan saat ini harga sahamnya udah turun signifikan sebesar 98% menjadi Rp126.
Kalau kita lihat saat itu kinerja laba bersih secara tahunan juga tidak bagus, bahkan terus merugi sejak tahun 2021 hingga saat ini. Hype saham INAF saat itu karena adanya vaksin yang diproyeksi bisa menguntungkan saham INAF.
Saham hype lainnya ada ARTO, yang harga sahamnya pernah menyentuh Rp19.500 pada bulan Januari 2022, namun harga sahamnya udah turun 90% menjadi Rp1.960.
Kita lihat dari sisi laba bersihnya sendiri memang pernah mencapai Rp86 miliar pada tahun 2021, namun setelah itu jatuh dan berangsur-angsur membaik. Namun yang menjadi perhatian sebenarnya pada sisi valuasi harga saham ARTO, yang saat itu untuk PBV-nya pernah menyentuh sekitar 30x, sedangkan PER mencapai ribuan kali.
Terakhir ada saham milik Prajogo Pangestu yaitu BREN yang harga saham tertingginya mencapai Rp12.200. Saat ini harga sahamnya udah turun banyak menjadi Rp6.575. Meskipun harga saham udah turun 46%, tapi valuasi PBV dengan harga saham saat ini masih tinggi mencapai 90x dan PER 365x.
Dari case diatas kita jadi tahu, ketika saham hype hilang, maka harga saham tersebut akan kembali ke fundamental aslinya, karena saham bubble itu pasti akan pecah juga pada akhirnya. Sehingga bagi kita yang tidak punya waktu untuk memantau market dan tidak tahu mana saham yang akan hype, kita fokus saja ke fundamental perusahaan.
Kamu ada yang pernah cuan atau masih nyangkut di emiten-emiten tersebut?
$INAF $ARTO $BREN
1/5