Volume
Avg volume
Sebelumnya dikenal sebagai PT Bank Artos Indonesia Tbk (ARTO), kami memasuki era baru di 2019 dengan adanya perubahan pemegang saham pengendali. Di 2020, kami berganti nama menjadi PT Bank Jago Tbk. Selanjutnya di tahun yang sama, Gojek, melalui bisnis layanan keuangan dan pembayaran digital Gopay, masuk menjadi pemegang saham. Pada 2021, GIC Private Limited memberikan komitmen dengan menyuntikkan dana untuk memperkuat Jago dalam berinovasi memberikan solusi keuangan digital terbaik. Dengan total modal Rp8 triliun, Jago kini masuk kategori bank dengan peluang tumbuh dan inovasi yang besar dan kuat. Jago adalah aplikasi finansi... Read More
Update $AGRO per 23 Juli 2025
https://stockbit.com/post/19149125
Harga saat ini : 206 (+3.5% dari entry)
Entry (8 Juli 2025) : 199
TP 1 : 222 ✅ hit pada 11 Juli 2025, +11.6% dari entry
TP 2 : 238
TP 3 : 268
Stop Loss: 183
Random Tag $ARTO $BBNI
IHSG terus menguat selama seminggu terakhir ini. Beberapa nilai saham di prediksi bakal rebound baik di sektor otomotif, fmcg, sampai perbankan. Menarik di lirik dan di lihat pergerakannya hingga akhir Juli mendatang
$ARTO $MYOR $MMIX
ingat banget dulu abg ini promosi $ARTO skrg apa kabar itu saham nyungsep 😂, skrg udh ganti ikut promosi saham pak pp lg.
ayo bang bahas itu saham andalanmu dulu $ARTO sipaling digital
$BBYB $ARTO $NISP
Membedah secara singkat laporan keuangan bulanan Bank, fokus pada pendapatan usaha, dengan membandingkan 2 tahun berbeda pada periode yang sama.
Analisis:
* Pendapatan dan Beban Bunga:
* Penurunan Pendapatan Bunga: Pendapatan bunga turun signifikan dari Rp 1,668,385 juta pada Mei 2024 menjadi Rp 1,341,040 juta pada Mei 2025 (penurunan 19.62%). Hal ini bisa disebabkan oleh penurunan suku bunga pinjaman atau penurunan volume pemberian kredit.
* Penurunan Beban Bunga: Sejalan dengan pendapatan bunga, beban bunga juga mengalami penurunan dari Rp 368,429 juta menjadi Rp 324,756 juta (penurunan 11.85%). Ini menunjukkan bahwa biaya dana bank juga menurun, kemungkinan karena penurunan suku bunga deposito.
* Pendapatan Bunga Bersih: Meskipun beban bunga menurun, penurunan pendapatan bunga yang lebih besar menyebabkan Pendapatan Bunga Bersih turun tajam sebesar 21.82%, dari Rp 1,299,956 juta menjadi Rp 1,016,284 juta. Ini adalah area yang perlu diperhatikan karena ini adalah inti bisnis bank.
* Pendapatan (Beban) Operasional Lainnya:
* Ada peningkatan signifikan pada pos ini, dari beban sebesar (Rp 1,308,579 juta) menjadi (Rp 797,512 juta). Ini berarti beban operasional lainnya berkurang secara substansial, atau ada peningkatan pendapatan operasional lainnya. Penurunan beban ini adalah faktor kunci yang memperbaiki kinerja operasional bank.
* Laba (Rugi) Operasional:
* Ini adalah perubahan paling dramatis. Bank berhasil membalikkan kerugian operasional yang besar sebesar (Rp 8,623 juta) pada Mei 2024 menjadi laba operasional sebesar Rp 218,772 juta pada Mei 2025. Perbaikan ini sebagian besar didorong oleh penurunan drastis dalam "Pendapatan (Beban) Operasional Lainnya."
* Pendapatan (Beban) Non Operasional:
* Pos ini juga menunjukkan perbaikan yang signifikan, beralih dari kerugian (Rp 221 juta) menjadi laba Rp 1,331 juta.
* Laba (Rugi) Tahun Berjalan Sebelum Pajak:
* Konsisten dengan peningkatan laba operasional, bank berhasil membalikkan kerugian sebelum pajak sebesar (Rp 8,844 juta) menjadi laba sebelum pajak sebesar Rp 220,103 juta. Ini menunjukkan pemulihan yang sangat kuat dalam profitabilitas inti bank.
* Pajak Penghasilan:
* Pajak penghasilan meningkat secara substansial dari Rp 221 juta menjadi Rp 930 juta, yang wajar mengingat adanya laba.
* Laba (Rugi) Bersih Tahun Berjalan:
* Bank berhasil berbalik dari kerugian bersih sebesar (Rp 8,623 juta) pada Mei 2024 menjadi laba bersih sebesar Rp 221,033 juta pada Mei 2025. Ini adalah indikator kinerja keuangan yang sangat positif.
* Penghasilan Komprehensif Lain:
* Penghasilan komprehensif lain juga menunjukkan perbaikan yang signifikan, beralih dari kerugian (Rp 39,661 juta) menjadi laba Rp 44,396 juta. Ini berkontribusi positif terhadap total laba komprehensif.
* Total Laba (Rugi) Komprehensif Tahun Berjalan:
* Secara keseluruhan, Total Laba (Rugi) Komprehensif Tahun Berjalan menunjukkan perputaran yang luar biasa, dari kerugian (Rp 48,284 juta) menjadi laba Rp 265,429 juta. Ini menunjukkan bahwa bank tidak hanya mencapai profitabilitas dari operasi inti, tetapi juga dari elemen penghasilan komprehensif lainnya.
* Transfer Laba (Rugi) ke Kantor Pusat:
* Sejalan dengan total laba (rugi) komprehensif, transfer ke kantor pusat juga berbalik dari kerugian menjadi laba, mengindikasikan kemampuan bank untuk menyumbang profit kepada kantor pusat.
Faktor-faktor Kunci Perbaikan Kinerja (Mei 2024 vs. Mei 2025):
* Pengelolaan Beban Operasional Lainnya: Penurunan beban yang signifikan pada pos "Pendapatan (Beban) Operasional Lainnya" adalah pendorong utama perubahan dari rugi ke laba. Ini bisa mencakup efisiensi biaya, restrukturisasi, atau perubahan dalam strategi operasional.
* Peningkatan Pendapatan Non Operasional: Perbaikan pada pos non-operasional juga berkontribusi pada peningkatan laba.
* Pemulihan Profitabilitas Inti: Meskipun pendapatan bunga bersih menurun, keberhasilan mengelola beban operasional dan non-operasional telah memungkinkan bank untuk mencapai profitabilitas yang kuat.
Kesimpulan:
PT BANK NEO COMMERCE menunjukkan peningkatan kinerja keuangan yang sangat dramatis dan positif antara Mei 2024 dan Mei 2025. Bank berhasil berbalik dari posisi rugi yang signifikan menjadi sangat profitabel. Meskipun ada penurunan dalam pendapatan bunga bersih, hal ini lebih dari diimbangi oleh manajemen beban operasional yang sangat efektif dan perbaikan pada pos pendapatan non-operasional. Ini menunjukkan bahwa bank telah mengambil langkah-langkah signifikan untuk meningkatkan efisiensi dan profitabilitasnya.
Untuk analisis yang lebih mendalam, akan bermanfaat untuk mengetahui rincian lebih lanjut mengenai komponen "Pendapatan (Beban) Operasional Lainnya" dan alasan di balik penurunan pendapatan bunga.
Semoga bermanfaat!
1/2
$ARTO saham induk $ARTO-R saham right issue lagian udah gak bisa dibeli karena masa trading udah habis.
Update $AGRO per 22 Juli 2025
https://stockbit.com/post/19149125
Harga saat ini : 204 (+2.5% dari entry)
Entry (8 Juli 2025) : 199
TP 1 : 222 ✅ hit pada 11 Juli 2025, +11.6% dari entry
TP 2 : 238
TP 3 : 268
Stop Loss: 183
Random Tag $ARTO $BMRI
Update $AGRO per 21 Juli 2025
https://stockbit.com/post/19149125
Harga saat ini : 208 (+4.5% dari entry)
Entry (8 Juli 2025) : 199
TP 1 : 222 ✅ hit pada 11 Juli 2025, +11.6% dari entry
TP 2 : 238
TP 3 : 268
Stop Loss: 183
Random Tag $ARTO $BMRI
‼️JAS MERAH (Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah) 📝📈📊📉⚠️
Tahun 2008 Saham $BUMI Rp 8000an, sekarang Rp 120,-
Tahun 2017 Saham TAMU Rp 4000an, sekarang Rp 15,-
Tahun 2019 Saham $FIRE Rp 11000an, sekarang Rp 78,-
Tahun 2022 Saham $ARTO Rp 19000an, sekarang Rp 1760,-
Tahun 2023 Saham SMKM Rp 1000an, sekarang Rp 70,-
Dalam jangka panjang saham akan kembali ke harga fundamental nya. Sejarah akan selalu berulang, namun dengan pelaku yang berbeda. ✔️✅
@wahyuhidayat93 wkwkw. $ARTO yg konsisten om .. turun pasti naik lagi .,, $PYFA .. juga mulai stabil ga naik turun kyk ga jelas
Beberapa bulan terakhir, pergerakan $AGRO menunjukkan penurunan harga secara bertahap, namun di balik koreksi ini, garis reverse (abu-abu) justru terus menanjak. Ini mengindikasikan bahwa ritel sedang keluar, menjual kepemilikannya, sementara pelaku besar secara perlahan menyerap barang di harga bawah.
Fenomena ini bukan hal baru. Dalam fase seperti ini, penurunan harga bukan selalu pertanda distribusi, melainkan bagian dari skenario akumulasi senyap. Harga diturunkan secara bertahap untuk menciptakan tekanan dan memaksa ritel keluar dari pasar, sebuah taktik klasik dalam skema pembalikan tren jangka menengah.
Menariknya, saat terjadi sedikit rebound pertengahan Juli, garis reverse justru mulai turun kembali, tanda bahwa ritel kembali masuk, berharap tren balik telah dimulai. Tapi seperti yang sering terjadi, euforia ritel sering dimanfaatkan untuk distribusi singkat, sebelum harga kembali ditekan ke bawah.
Selama tren ini berlanjut, di mana harga terkoreksi, tapi garis reverse naik, maka sinyal akumulasi tetap kuat. Dan seperti biasa, ketika akhirnya harga benar-benar bergerak naik, mayoritas ritel sudah keburu kehabisan barang.
Random Tag $ARTO $BMRI