


Volume
Avg volume
PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (ADMF) atau Adira Finance didirikan pada tahun 1990 dan mulai beroperasi pada tahun 1991. Sejak awal, Adira Finance berkomitmen untuk menjadi perusahaan pembiayaan terbaik dan terkemuka di Indonesia. Adira Finance hadir untuk melayani beragam pembiayaan seperti kendaraan bermotor baik baru ataupun bekas. Melihat adanya potensi ini, Adira Finance mulai melakukan penawaran umum melalui sahamnya pada tahun 2004 dan Bank Danamon menjadi pemegang saham mayoritas sebesar 75%. Melalui beberapa tindakan korporasi, saat ini Bank Danamon memiliki kepemilikan saham sebesar 92,07% atas Adira Finance. Seba... Read More
Drpd di donasikan odd lot $ADMF ny
Mending saya bantu angkut dgn penawaran & persyaratan yg akan saya berikan via chat jika berkenan
$CFIN LK Q3 2025: Apakah Susah Cari Nasabah?
Cukup mengherankan melihat laba CFIN yang anjlok. Hal ini menjadi bahan diskusi di External Comunity Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community menggunakan kode: A38138 https://stockbit.com/post/13223345
Kalau lihat LK Q3 2025 CFIN, maka terlihat jelas kalau mereka lagi susah cari nasabah. Apakah karena makin banyak saingan pinjol? Dulu masyarakat kalau mau beli motor cicilan pasti larinya ke multifinance. Sekarang aplikasi HP tinggal klik langsung cair. Agresivitas pinjol mungkin bikin CFIN harus berebut kue pembiayaan yang makin tipis. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Bisnis inti CFIN adalah menyalurkan pembiayaan dan dari situlah mereka hidup. Mayoritas aset adalah piutang. Sampai akhir September 2025 total piutang bruto CFIN sekitar 10,96 Triliun Rupiah. Dari angka ini 91% adalah pembiayaan konsumen. Artinya ketergantungan CFIN pada segmen ini sangat besar seperti rumah yang hanya punya satu tiang utama untuk menopang atap. Masalahnya tiang utama itu justru lagi rapuh. Piutang pembiayaan konsumen turun hampir 7% dari posisi akhir tahun lalu yang masih 10,74 Triliun Rupiah. Dampaknya total aset juga ikut turun dari 10,12 Triliun Rupiah menjadi 9,75 Triliun Rupiah.
Yang menarik segmen lain sebenarnya tumbuh. Sewa pembiayaan naik sekitar 15% dan jual sewa balik naik sekitar 8%. Ini sinyal bahwa sektor pembiayaan alat berat atau investment goods sedikit menggeliat. Tapi kontribusinya kecil. Jadi meski naik tidak akan mampu mendorong pertumbuhan keseluruhan. Analoginya toko yang andalkan penjualan nasi goreng tetap tidak bisa selamat kalau yang terjual justru es teh manis saja. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Penurunan portofolio ini desain atau karena kalah saing? Bisa jadi keduanya. Karena kalau permintaan tinggi dan risiko bisa dikontrol perusahaan pasti pilih tumbuh. Fakta bahwa CFIN justru mengecilkan portofolio konsumen mengisyaratkan kehati-hatian atau ketidakmampuan menyalurkan kredit berkualitas. Dan ini nyambung langsung ke masalah kualitas kredit.
Kualitas kredit terlihat lebih memprihatinkan daripada sekadar kontraksi portofolio. Selama sembilan bulan pertama 2025 CFIN terpaksa menghapus piutang bermasalah di segmen konsumen sebesar 421,48 miliar Rupiah. Ini angka besar yang menunjukkan nasabah gagal bayar tidak sedikit. Karena itu walaupun cadangan kerugian kredit di neraca turun menjadi 182,73 miliar Rupiah dari 215,89 miliar Rupiah penurunan itu bukan karena kredit membaik tapi karena kredit buruk sudah dibersihkan lewat write off.
Secara rasio NPF membaik dari 1,87% menjadi 1,40%. Di atas kertas terlihat keren. Tapi ini bisa menipu. NPF itu seperti menurunkan angka pasien di ruang rawat inap dengan memulangkan pasien yang sudah kritis. Kredit yang benar-benar parah dikeluarkan dari kamar hitung sehingga rasio kelihatan sehat. Namun masalah justru memukul laba lewat beban impairment yang naik menjadi 403,91 miliar Rupiah atau meningkat 8,68%. Inilah biaya masa depan yang semakin berat. Apalagi piutang restrukturisasi masih 157,44 miliar Rupiah yang berarti potensi gagal bayar lanjutan masih menunggu giliran. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Laba bersih ikut kena getahnya. CFIN hanya menghasilkan 135,66 miliar Rupiah dalam sembilan bulan atau turun 15,56% dari tahun sebelumnya yang 160,66 miliar Rupiah. Padahal perusahaan sudah memangkas habis biaya operasional bahkan jumlah karyawan juga menyusut. Jadi jelas akar masalah bukan efisiensi tetapi melemahnya mesin pendapatan dan risiko kredit yang makin kusut.
Yang membuat menarik adalah arus kas operasi justru kuat. Ini semacam cerita dua wajah. Secara laba mencemaskan tapi secara kas meyakinkan. Mungkin karena banyak pelunasan dan penagihan berjalan baik. Likuiditas aman. Pembayaran utang bank juga tertib. Bahkan Dividen masih dibagikan. Ini menunjukkan CFIN belum sekarat. Mereka masih bisa bernapas panjang sambil menata ulang strategi.
Sekarang kita lihat valuasinya. Harga saham sekitar 310 Rupiah per lembar dengan nilai buku 1.431 Rupiah per lembar berarti PBV hanya 0,22 kali. Bayangkan membeli rumah senilai 1 Miliar tapi cukup bayar 220 juta. Secara angka sangat menggiurkan. PER juga cuma sekitar 6,83 kali. Di atas kertas ini seperti hidden gem yang terabaikan. Tapi pasar pintar. Mereka tidak mau membayar mahal kalau modal 5,70 Triliun Rupiah yang dimiliki perusahaan hanya menghasilkan ROE sekitar 3,16%. Investor berpikir kenapa harus beli perusahaan yang profitabilitasnya lemah serta risikonya tinggi. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Penjelasan yang paling logis saat ini CFIN sedang menjalani fase defensif. Mereka mengecilkan portofolio demi menjaga kualitas. Namun kualitas itu sendiri belum betul-betul pulih karena impairment masih naik. Laba turun karena bisnis inti tidak lagi sekuat dulu. Valuasi sangat rendah karena pasar ragu apakah piutang yang tercatat benar-benar bernilai atau malah berpotensi menjadi sumber kerugian tambahan.
Titik terang masih ada. Arus kas operasi kuat. Utang bank menurun. Biaya operasional ramping. Jika ekonomi membaik dan pembiayaan konsumen kembali bergairah CFIN punya leverage untuk pulih cepat karena fondasi likuiditasnya masih aman. Namun selama persaingan dengan pinjol makin sengit dan manajemen belum menemukan formula pertumbuhan yang sehat saham ini masih akan diperdagangkan murahan. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
CFIN bukan tanpa harapan tapi butuh katalis nyata. Pasar tidak mau lagi memberi nilai pada masa lalu. Yang ditunggu sekarang hanya satu pertanyaan besar yang harus terjawab Apakah bisnis pembiayaan konsumen CFIN bisa kembali kencang atau justru disalip permanen oleh kompetitor digital. Jika jawabannya positif saham dengan PBV 0,22 kali ini bisa jadi salah satu re rating terbesar di sektor pembiayaan. Jika tidak diskon besar ini bisa menjadi jebakan nilai atau value trap yang sempurna.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$BFIN $ADMF
1/2


IDXChannel – Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat dua obligasi dan satu sukuk baru sepanjang pekan ini. Total nilainya mencapai Rp3,4 triliun pada periode perdagangan 20–24 Oktober 2025.
Pencatatan pertama berlangsung pada Rabu (22/10/2025), datang dari PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (ADMF)....

www.idxchannel.com

$ADMF $MFIN
siapa tahu ada teman yg cocok
sya ingin menawarkan pembelian (hanya untuk hari ini closing hingga jam 5 sore)
2 lot dan 49 odd, yang mana = 2.49
dengan harga
2 lot x 8900 (per saat ini saya tawarkan 8750)
untung 2*100*150 = 30,000
49 * 4450 (setengah harga karena odd lot tidak liquid dan perdangannya tidak flexible)
= 218,050
total 1,998,050, saya buletin jadi 2jt.
dijamin untung Bpk/Ibu sekalian
jika ad penawaran yg lebih baik hari ini, siap kbarkan saya
salam cuan
terimakasih
JAKARTA – PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (ADMF) telah menerbitkan Obligasi Berkelanjutan VII Adira Finance Tahap II Tahun 2025 dan Sukuk Mudharabah Berkelanjutan VI Adira Finance Tahap II Tahun 2025 senilai total Rp2,35 triliun.
Obligasi tersebut, senilai total Rp1,65 triliun ditawarkan dalam...

www.idnfinancials.com

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Hari ini, Rabu 22 Oktober 2025, surat utang PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (ADMF) senilai total Rp2,35 triliun dicatatkan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Surat utang tersebut meliputi Obligasi Berkelanjutan VII ADMF Tahap II Tahun 2025 senilai Rp1,65 triliun, dan Suku...

stockwatch.id
$IMJS terpantau sedang konsolidasi, menarik kalau bisa BO > R 256 untuk BoB.
Area BoW di R-S1, SL < S2.
TP1 di 288
TP2 di 312
Note : Gunakan price alert untuk mendeteksi Breakout
Disclaimer On
Bukan ajakan jual/beli
DYOR
Random Tag : $ADMF $CFIN

Bisnis Multifinance $BBCA Bunga Lebih Gede?
Lanjutan dari postingan sebelumnya di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
Selain punya bisnis syariah, BBCA juga punya bisnis multifinance. Memang sih skalanya belum sebesar $BFIN, WOMF, atau $ADMF, tapi setidaknya BBCA sudah berjuang di sektor ini. Bunga kredit multifinance biasanya lebih tinggi dibanding bunga kredit bank konvensional karena risikonya juga lebih besar. Logikanya sederhana, makin besar risiko gagal bayar, makin tinggi bunga yang dipatok untuk menutup potensi kerugian. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Bisnis multifinance BBCA dijalankan lewat PT BCA Finance yang fokus di pembiayaan investasi, modal kerja, multiguna, dan sewa operasi. Total aset BCA Finance per September 2025 mencapai Rp10,59 triliun, sedikit menurun dibanding akhir 2024 yang sempat Rp10,99 triliun. Dari sisi aset inti, yaitu piutang pembiayaan konsumen dan piutang sewa pembiayaan, nilainya sekitar Rp9,38 triliun bersih, turun tipis dari Rp9,48 triliun tahun sebelumnya. Angka ini menunjukkan bisnis pembiayaan konsumennya masih stabil di tengah ketatnya persaingan industri.
Pendapatan utama dari bisnis multifinance ini berasal dari bunga pembiayaan konsumen dan sewa pembiayaan. Dalam sembilan bulan pertama 2025, BCA Finance mencatat pendapatan Rp2,59 triliun, sedikit menurun dari Rp2,67 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Penurunan ini bisa jadi akibat perlambatan permintaan kredit konsumtif, terutama kendaraan bermotor, yang biasanya menjadi tulang punggung bisnis pembiayaan.
Sementara itu, bisnis syariah BBCA dikelola lewat PT Bank BCA Syariah yang beroperasi dengan prinsip syariah. Total aset anak usaha ini mencapai Rp18,15 triliun per September 2025, naik dari Rp16,64 triliun di akhir 2024. Pertumbuhan aset sebesar 9% ini menunjukkan ekspansi yang cukup sehat, apalagi di tengah ketatnya pasar perbankan syariah nasional.Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Kalau dilihat dari aset inti, BCA Syariah memiliki aset dari transaksi syariah bersih sebesar Rp11,74 triliun, naik dari Rp10,21 triliun di akhir 2024. Aset tersebut terdiri dari piutang murabahah, pinjaman qardh, pembiayaan mudharabah dan musyarakah, serta aset ijarah. Artinya, portofolio syariah BCA tumbuh konsisten dan semakin beragam, menandakan pengelolaan yang terarah dan hati-hati.
Dari sisi pendapatan, BCA Syariah membukukan pendapatan syariah Rp689,67 miliar selama sembilan bulan pertama 2025, naik sekitar 15% dari Rp596,79 miliar tahun sebelumnya. Namun, beban syariah juga naik signifikan, dari Rp286,47 miliar menjadi Rp387,52 miliar. Kenaikan beban ini wajar karena porsi bagi hasil kepada nasabah meningkat seiring naiknya dana syirkah temporer yang dikumpulkan.
Kalau dibandingkan langsung, secara aset anak usaha syariah masih unggul jauh di atas multifinance. Aset BCA Syariah Rp18,15 triliun, sementara BCA Finance Rp10,59 triliun. Aset inti bersih syariah juga lebih tinggi, Rp11,74 triliun dibanding multifinance Rp9,38 triliun. Tapi dari sisi pendapatan, multifinance masih jauh lebih besar. Pendapatan bunga dari pembiayaan konsumen mencapai Rp2,59 triliun, sedangkan pendapatan syariah baru sekitar Rp690 miliar.
Artinya, bisnis syariah BBCA unggul di skala dan pertumbuhan, sedangkan multifinance unggul di profitabilitas dan yield. Bisnis syariah tumbuh cepat dan berisiko rendah, sementara multifinance menghasilkan margin tinggi tapi risikonya lebih besar. Kombinasi keduanya membuat BBCA punya portofolio yang seimbang antara stabilitas dan potensi keuntungan.Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Dengan dua mesin ini berjalan beriringan, BBCA punya pondasi diversifikasi yang kuat. Di satu sisi, BCA Syariah memperluas jangkauan pasar dan memperkuat citra keberlanjutan. Di sisi lain, BCA Finance menjaga pertumbuhan laba dari sisi margin tinggi. Kalau dikelola dengan disiplin, dua sektor ini bisa jadi tandem sempurna yang memperkuat kinerja grup di masa depan.
💸 1. BBCA Punya Dua Sayap Bisnis Non-Bank Konvensional
🏢 PT BCA Finance → fokus ke pembiayaan konsumen (multifinance)
🕌 PT Bank BCA Syariah → fokus ke pembiayaan berbasis prinsip syariah
Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
📊 2. Total Aset Entitas Anak
💼 BCA Finance → Rp10,59 T (turun dari Rp10,99 T di 2024)
🕌 BCA Syariah → Rp18,15 T (naik dari Rp16,64 T di 2024)
✅ Syariah unggul dari sisi skala aset
💰 3. Aset Inti (Portofolio Pembiayaan)
Multifinance: Rp9,38 T (piutang pembiayaan & sewa)
Syariah: Rp11,74 T (murabahah, mudharabah, musyarakah, ijarah)
📈 Portofolio syariah tumbuh pesat dan lebih besar secara nominal
📈 4. Pertumbuhan Aset
🔺 Syariah naik 15% yoy
🔻 Multifinance stagnan cenderung turun 1%
💬 Bisnis syariah jadi mesin pertumbuhan baru
Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
💵 5. Pendapatan 9 Bulan Pertama 2025
Multifinance: Rp2,59 T
Syariah: Rp0,69 T
⚡ Multifinance masih jauh lebih produktif dari sisi pendapatan
📉 6. Beban & Efisiensi
BCA Finance: margin tinggi, risiko juga tinggi
BCA Syariah: beban bagi hasil naik 35% jadi Rp387 M, tapi tetap efisien
💬 Syariah punya risiko lebih rendah dengan margin stabil
📊 7. Kualitas Aset
Multifinance: CKPN naik ke Rp512 M (risiko kredit konsumtif tinggi)
Syariah: CKPN justru turun ke Rp484 M (risiko macet rendah)
✅ Pembiayaan syariah jauh lebih sehat
🧾 8. Profitabilitas
Multifinance: unggul di yield bunga
Syariah: unggul di stabilitas dan kualitas aset
⚖️ Kombinasi keduanya bikin portofolio BBCA seimbang antara margin & risiko
🚀 9. Strategi Pertumbuhan
BCA Finance: dorong pembiayaan mobil & multiguna
BCA Syariah: fokus ekspansi dana syirkah & pembiayaan murabahah
💡 Dua lini tumbuh dengan karakter berbeda tapi saling melengkapi
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
1/9









STOCKWATCH.ID (JAKARTA)- Obligasi Berkelanjutan VI Adira Dinamika Multi Finance (ADMF) Tahap IV Tahun 2024 Seri A senilai Rp785 miliar akan jatuh tempo pada tanggal 20 Oktober 2025. Demikian disampaikan oleh Vera Florida, Kepala Divisi Penilaian Perusahaan I BEI dalam pengumuman tertulis, Ju...

stockwatch.id
