Volume
Avg volume
PT Astra Agro Lestari Tbk (Perseroan) adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang pertanian. Berawal dari perkebunan singkong, kemudian berkembang menjadi perkebunan karet dan perkebunan kelapa sawit. Perseroan telah tumbuh menjadi salah satu perkebunan kelapa sawit terbesar dan terkelola terbaik di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi yang mengoperasikan kelapa sawit tertanam dengan total luas 287.604 hektar. Perseroan juga melakukan diversifikasi dengan mengembangkan industri hilir yang relevan dengan mengoperasikan kilang minyak sawit. Produk olahan minyak sawit berupa Olein, Stearin, dan PFAD. Perseroan memfokuskan strategi b... Read More
Astra ($ASII) Usulkan Dividen Final Rp308 dalam RUPS Mei 2025, Laba Rp34,1 Triliun pada 2024 Sumber
Sumber: https://cutt.ly/XrrJSb08 $AALI $AUTO
perasaan kmrin $AALI pun good, tp malah di dump.. suka2 bandar aja..
$INCO yang minus malah di terbangkan🙃
$ASII LK Full Year 2024: EPS Tumbuh Tipis
Astra International (ASII) masih jadi penguasa otomotif, alat berat, dan kredit kendaraan rakyat Indonesia. Laporan keuangan 2024 menunjukkan mereka masih di puncak, meski ada tantangan. Pendapatan naik tipis 4,5% ke Rp330,9 triliun, didorong oleh segmen otomotif dan alat berat yang terus menyedot dompet masyarakat. Tapi, laba tahun berjalan turun -2,4% jadi Rp43,4 triliun. Penyebabnya? Biaya naik, margin menyempit, dan Astra harus keluar duit lebih buat jaga bisnis tetap jalan. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Tapi jangan salah, laba yang diatribusikan ke entitas induk malah naik dari Rp33,8 triliun ke Rp34,1 triliun (+0,6%). Artinya, Astra sebagai holding malah menikmati porsi lebih besar dari keuntungan, sementara bagian yang jatuh ke kepentingan non-pengendali sedikit berkurang. Ini kabar bagus buat pemegang saham Astra langsung.
Bagian paling sadis? Arus kas operasi (CFO) Rp45,0 triliun, naik 33% dari tahun lalu. Duit dari pelanggan mengalir deras sampai Rp398,4 triliun, jauh lebih besar dari revenue mereka sendiri! Astra bukan cuma jualan, tapi juga "dipinjami" duit oleh konsumennya sendiri lewat Astra Finance. Kalau bisnis lain jualan dulu baru dapat duit, Astra dapat duit dulu baru jualan. Skema yang bikin iri!
CFO ini juga lebih gede dari laba bersih. Laba bersih Rp43,4 triliun, tapi duit yang beneran masuk Rp45,0 triliun. Artinya, laba mereka bukan cuma angka di laporan, tapi ada duitnya. Bandingin sama perusahaan lain yang cuma gede di atas kertas tapi kasnya tipis. Yang lebih gila? CFO ini cukup buat bayar semua capex Rp15,7 triliun dan masih ada sisa banyak. Duit dari pelanggan diputer buat beli barang dan investasi, tapi tetep numpuk. Finansialnya kayak tukang parkir, duit masuk terus, hampir nggak ada yang keluar sia-sia.
Utang berbunga Astra naik ke Rp100,7 triliun, naik 7,9% dari tahun lalu. Banyak? Ya, tapi kas mereka juga naik. Dengan CFO Rp45 triliun, mereka bisa lunasin semua utang ini dalam kurang dari 3 tahun kalau mau. Kas mereka Rp48,4 triliun, jadi kalau mau bayar utang bank jangka pendek yang Rp11,8 triliun, bisa kapan aja.
Tapi buat apa buru-buru bayar utang? Ini Astra, mereka tahu cara muterin duit. Utang yang mereka ambil juga bukan utang asal-asalan. Bahkan dengan jumlah utang segini, rasio utang terhadap ekuitas cuma 37%, jauh dari level bahaya. Astra bukan perusahaan yang bakal kepentok utang dalam waktu dekat.
PBV cuma 0,87x, artinya harganya hampir di bawah nilai bukunya. Padahal dulu Astra sering diperdagangkan di PBV 2x-3x. PER? 5,46x, padahal rata-rata historisnya 14x. Saham ini kayak Ferrari dijual harga Avanza. Dan yang lebih bikin geleng-geleng? Asing net buy Rp419 miliar dalam sebulan terakhir! Investor luar udah paham ini barang murah, tapi investor lokal masih sibuk cari alasan. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
EPS Astra naik dari Rp836 per saham di 2023 jadi Rp841 per saham di 2024 (+0,6%). Jadi meskipun laba tahun berjalan turun, laba yang dinikmati pemegang saham induk malah naik. Harga saham saat ini Rp4.590, yang berarti PER cuma 5,46x. Murah banget!
Dividen? Ada! Tahun ini mereka bayar Rp20,99 triliun, salah satu yang terbesar di Indonesia. Astra bukan tipe perusahaan yang suka ganggu pemegang saham dengan rights issue. Mereka lebih suka balikin duit ke investor lewat dividen.
Risiko kurs? Receh. Kerugian kurs cuma Rp532 miliar dari laba Rp43,4 triliun, alias 1,2% doang. Risiko suku bunga? Ada, karena utang berbunga naik, tapi dengan interest coverage tinggi, Astra masih nyaman.
Piutang macet? Cuma 2,8%, jauh di bawah batas bahaya 10%. Piutang relasi juga cuma 9,6%, artinya gak ada yang aneh-aneh. Dan yang paling penting? Beneish M-Score -2,49, jauh dari batas manipulasi. Laporan keuangan bersih, gak ada indikasi dikatrol.
Astra ini ibarat mesin duit yang undervalued. Duit masuk lancar, bisnis jalan terus, dividen gede, utang aman, valuasi murah. Emang ada tantangan kayak margin turun dan biaya naik, tapi dibanding perusahaan lain yang megap-megap, Astra ini masih santai kayak di pantai.
Dengan valuasi PER 5,46x, PBV 0,87x, Net Buy Asing, saham ini kayak bom waktu. Begitu pasar sadar betapa murahnya Astra, harganya bisa naik kapan aja. Jadi kalau masih ada yang bilang Astra udah gak menarik? Mungkin mereka butuh kacamata baru atau butuh bandar baru. Harga saham tergantung bandar. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
ASII itu ibarat perusahaan segala bisa. Dari jualan mobil, alat berat, kredit kendaraan, tambang batu bara, kebun sawit, jalan tol, sampai bisnis rumah sakit, semuanya mereka genggam. Kalau ada yang nyebut konglomerasi sejati di Indonesia, Astra jawabannya. Mau beli mobil? Pakai Toyota atau Daihatsu, dua-duanya punya Astra. Mau gali tambang? Pakai alat berat Komatsu, juga dikuasai Astra. Mau masuk jalan tol? Kemungkinan besar itu jalan punya Astra. Dan kalau akhirnya kecapekan di jalan atau kena serangan jantung karena stress, mereka juga sudah investasi di rumah sakit. Lengkap sudah siklusnya. Tapi, sebesar apapun kerajaan, selalu ada badai yang siap mengguncang.
Otomotif masih jadi mesin uang utama Astra dengan pendapatan Rp133,1 triliun, naik 3,8%. Kecil? Bisa dibilang begitu, mengingat sektor ini yang seharusnya paling dominan. Mobil dan motor masih laris, tapi tantangan baru sudah datang: kendaraan listrik. Selama puluhan tahun, Astra menikmati kejayaan jualan mobil bensin dan diesel lewat Toyota, Daihatsu, dan Honda. Tapi sekarang? Wuling dan BYD dari China mulai bikin pusing. Dengan subsidi pemerintah untuk EV yang makin besar dan harga baterai yang makin murah, ada kemungkinan beberapa tahun ke depan Astra bisa kehilangan dominasi. Memang, mereka punya Toyota bZ4X dan Daihatsu Rocky Hybrid, tapi dibandingkan dengan agresivitas brand China yang lebih murah, Astra terlihat seperti raksasa yang bergerak lamban. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Di sektor alat berat dan tambang, Astra masih berjaya lewat United Tractors (UNTR) dengan pendapatan Rp134,4 triliun, naik 4,5%. Tapi jangan terkecoh, ini sektor yang mulai melemah. Harga batu bara yang sebelumnya bikin tambang dan alat berat panen duit sekarang mulai turun. Pamapersada Nusantara (PAMA), anak usaha Astra yang mengeruk batu bara buat semua orang yang masih ketergantungan energi fosil, mulai harus berpikir panjang. Astra memang coba masuk ke energi terbarukan, tapi porsinya masih kecil, lebih ke formalitas biar nggak dicap sebagai perusahaan yang cuma tahu eksploitasi alam. Kalau harga batu bara terus turun dan kebijakan energi hijau makin ketat, Astra bisa kehilangan salah satu mesin uangnya yang paling stabil.
Bisnis jasa keuangan Astra lewat Astra Credit Companies (ACC) dan Toyota Astra Finance (TAF) mencatat pendapatan Rp33,1 triliun, naik 10,3%. Ini sektor yang selalu jadi andalan, karena selama masih ada orang yang pengen beli kendaraan dengan kredit, Astra tetap cuan. Tapi ada satu masalah besar: risiko kredit macet (NPL). Dengan suku bunga yang masih tinggi dan ekonomi yang belum benar-benar pulih, banyak orang bisa mulai kesulitan bayar cicilan. Sekarang memang masih aman, tapi kalau tren ekonomi makin lemah, bisa jadi bisnis pembiayaan ini malah jadi bumerang.
Di sektor agribisnis, Astra lewat Astra Agro Lestari (AALI) mencetak pendapatan Rp21,8 triliun, naik 5,2%. Tapi jangan terlalu optimis dulu, karena harga minyak sawit mentah (CPO) mulai turun. Sawit ini bisnis yang kejam: kalau harga naik, semua happy. Kalau harga turun? Ya siap-siap kena dampak. Banyak negara mulai membatasi impor produk sawit karena alasan lingkungan, sementara harga CPO yang fluktuatif bikin bisnis ini nggak bisa diprediksi. Astra belum punya strategi yang jelas untuk diversifikasi di sektor agribisnis, jadi kalau harga sawit makin jatuh, mereka bisa kena imbas besar.
Jalan tol juga jadi salah satu lini bisnis Astra lewat Astra Infra, tapi kalau berharap sektor ini bisa menyelamatkan mereka dari potensi penurunan di segmen lain, mending berpikir ulang. Pendapatan tol Astra malah turun -9% jadi Rp8,3 triliun. Bisnis jalan tol memang terdengar enak, tinggal nunggu duit masuk dari kendaraan yang lewat. Tapi ada masalah besar: tarif tol nggak bisa sembarangan dinaikkan, sementara pembangunan tol butuh investasi besar dan biaya bunga naik. Kalau volume kendaraan turun karena ekonomi melambat, bisnis tol juga bisa kena dampaknya.
Yang paling menarik, Astra mulai serius masuk ke bisnis kesehatan. Mereka mengakuisisi Heartology Cardiovascular Hospital dan meningkatkan kepemilikan di Halodoc jadi 31,34%, dengan nilai investasi sekitar Rp0,9 triliun dan sedikit saham HEAL. Jadi sekarang, Astra bukan cuma jualan mobil yang bikin polusi, tapi juga punya fasilitas buat ngobatin orang yang kena dampaknya. Sebuah strategi bisnis yang brilian: bikin masalah, lalu jual solusinya. Tapi apakah Astra bisa sukses di industri rumah sakit? Itu masih tanda tanya. Kompetitor seperti Siloam dan Hermina sudah lebih dulu menguasai pasar, dan Astra masih dalam tahap coba-coba. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Direksi dan komisaris Astra tetap didominasi nama-nama besar. Prijono Sugiarto sebagai Presiden Komisaris, yang dulu lama jadi CEO dan sekarang naik tahta jadi "pengawas". Djony Bunarto Tjondro masih duduk sebagai Presiden Direktur, sementara di jajaran komisaris ada nama seperti Muliaman Hadad, mantan Ketua OJK yang sekarang ikut mengawasi bisnis Astra dan Danantara, serta Bambang Brodjonegoro, mantan Menteri Keuangan. Jadi bisa dibilang, keputusan-keputusan besar di Astra tidak cuma dibuat oleh orang-orang korporasi, tapi juga orang-orang yang paham dunia kebijakan.
Dari sisi gaji? Seperti biasa, yang di atas tetap yang paling untung. Total gaji dan tunjangan direksi serta komisaris naik 3,1% jadi Rp1,7 triliun. Rata-rata, satu orang di jajaran direksi menikmati Rp6 miliar per tahun, atau sekitar Rp500 juta per bulan. Sementara karyawan biasa? Rata-rata Rp15,7 juta per bulan. Memang nggak kecil, tapi kalau dibandingkan dengan para bos, jelas jurangnya masih jauh. Seperti biasa, makin tinggi posisinya, makin banyak keuntungannya. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Jadi, Astra masih raja bisnis di Indonesia, tapi tantangannya makin besar. Kendaraan listrik mulai mengancam dominasi mereka di otomotif, harga batu bara dan sawit yang turun bikin bisnis alat berat dan agribisnis nggak seaman dulu, sementara bisnis jalan tol dan rumah sakit masih belum bisa jadi penyelamat utama. Astra memang punya duit segunung dan jaringan bisnis yang kuat, tapi kalau mereka terlalu nyaman di zona aman, mereka bisa kehilangan momentum.
Sekarang tinggal pertanyaannya: apakah Astra bisa cepat beradaptasi dengan perubahan zaman, atau mereka bakal terus nyaman sampai akhirnya ada pemain lain yang datang dan merebut mahkota mereka?
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138 (caranya cek gambar terakhir)
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Jangan lupa kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://bit.ly/44osZSV
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$UNTR $AALI
1/3
dividen mei 2025 $ASII induk $UNTR dan $AALI yg diusulkan sebesar 308 rupiah per lembar saham jadi total dividennya final termasuk interm 406 rupiah per lembar
sumber LK FY 2024.
sekian dan terima deviden 🙏
@excelpratama Wah belum bisa pastikan pak. Ditunggu saja mungkin beberapa hari lagi, karena untuk group astra yg lain ($AUTO $AALI $ASGR) udah rilis LK nya.
Kalau melihat data yg saya buat di slide ke-2, mungkin buat lebih bagus secara QoQ agak berat ya, kalau YoY nya bisa berharap lah karena penjualan alat berat, emas, dan nikel bagus.
Jadi prediksi saya dibawah Q3 24 dan bisa diatas Q4 23 (note: jika tidak ada hal2 aneh atau biaya2 bengkak tidak seperti biasanya)
silakan kalau ada insight lain pak 👌🏻 atau temen2 yg lain
mari berdiskusi
Laporan Keuangan Full Year 2024: Sebagian Besar Masih Malas Rilis, Apakah Ada yang Lagi Cooking Book?
Per tanggal 26 Februari 2025, dunia persahaman Indonesia masih adem ayem soal laporan keuangan tahunan. Dari 951 saham di IHSG, baru segelintir yang keluarin laporan, sementara mayoritas masih menunggu momen yang pas—atau mungkin lagi sibuk revisi biar angka gak terlalu jelek? Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Sektor kesehatan contohnya, dari 35 saham, belum ada satu pun yang rilis laporan. Mungkin lagi sibuk ngurus pasien atau sekadar cari cara bikin angka tetap sehat di atas kertas. Sektor teknologi dan transportasi juga ikutan puasa laporan. Dari 47 saham teknologi dan 37 saham transportasi, hasilnya nihil. Entah karena datanya belum siap, atau emang gak siap mental menghadapi kenyataan.
Di sektor konsumer primer, baru 3 dari 129 saham yang berani rilis laporan. $AALI masih bisa nyengir dengan laba naik 8%, tapi UCID dan UNVR harus rela lihat laba mereka nyungsep masing-masing 19% dan 29%. Konsumer non-primer lebih "progresif," dengan 4 dari 166 saham udah buka kartu. Yang paling menarik? FUTR dengan laba naik 813%, dan harga sahamnya ikut melesat 180%. Bandingkan dengan $AUTO yang labanya naik 10% tapi harga sahamnya malah turun 15%—kayaknya market lebih tertarik dengan sensasi drama daripada fundamental.
Sektor keuangan? Baru 24 dari 109 saham yang kasih laporan. Sayangnya, sebagian udah nyungsep duluan sebelum ada wacana paksaan mendanai program 3 juta rumah ala Prabowo-Hashim. Kenaikan laba di sektor ini sepertinya diragukan dengan program 3 juta rumah.
Properti juga lesu. Dari 94 saham, baru DMAS yang kasih laporan. Sementara sektor industri, hanya ARNA dan ASGR yang nongol dari total 67 saham. Setidaknya ASGR bisa sedikit bangga karena labanya naik 45%.
Sektor energi lebih parah. Dari 91 saham, cuma DWGL yang udah rilis LK. Bisa jadi karena harga komoditas yang gak bersahabat bikin mayoritas perusahaan energi sibuk cari cara biar angka di laporan gak terlalu horor.
Sektor bahan baku lumayan, dengan 7 dari 112 saham udah rilis laporan. Tapi ya, rata-rata pertumbuhan laba sih biasa aja. Yang bikin sakit kepala? Saham nikel kayak INCO dan IFSH yang labanya nyungsep parah, masing-masing 77% dan 60%. Bisa jadi ini cuma permulaan, nikel lain mungkin bakal ikut-ikutan anjlok.
Sektor infrastruktur juga masih setengah hati, baru 5 dari 69 saham yang laporan. $FREN bikin rekor dengan laba anjlok 1088%—gimana caranya? Sementara LINK juga gak mau ketinggalan, labanya turun 122%. Uniknya, EXCL yang jadi induknya malah naik 43%, seakan-akan sang bapak sukses sementara anaknya keteteran. POWR? Cuma naik 2%, ya lumayan buat bayar listrik kantor. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Jadi, kalau disimpulkan, sektor yang paling malas rilis LK sejauh ini adalah sektor kesehatan, teknologi, dan transportasi. Apakah mereka lagi sibuk cooking book supaya laporan terlihat lebih enak dipandang? Atau memang terlalu takut menghadapi kenyataan? Biarkan waktu yang menjawab.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138 (caranya cek gambar terakhir)
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Jangan lupa kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://bit.ly/44osZSV
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
1/10
Apakah bear $MDKA sudah lelah?
Tanggal 17-Feb, ane predict MDKA bearish ke 1695 dan hit pada H+6 (https://stockbit.com/post/17534524)
Tanggal 24-Jan, ane predict MDKA bullish ke 1725 (https://stockbit.com/post/17269218)
Tanggal 14-Jan, ane predict MDKA bearish ke 1555 (https://stockbit.com/post/17060873)
Tanggal 8-Jan, ane predict MDKA bullish ke 1605 (https://stockbit.com/post/16959744)
Tanggal 2-Jan, ane predict MDKA bullish ke 1795 (https://stockbit.com/post/16895063)
Tanggal 27-Sep-24, ane predict MDKA bearish ke 2490 (https://stockbit.com/post/15894020)
Tanggal 6-Feb-24, ane predict MDKA bearish ke 2200 (https://stockbit.com/post/15894020)
Tanggal 30-Oct-23, ane predict MDKA bearish ke 2190 (https://stockbit.com/post/13869154)
Tanggal 26-Oct-23, ane predict MDKA bearish ke 1990 (https://stockbit.com/post/12714702)
Tanggal 29-Sep-23, ane predict MDKA bearish ke 2735 (https://stockbit.com/post/12435076)
Tanggal 18-Sep-23, ane predict MDKA bearish ke 2940 (https://stockbit.com/post/12337270)
Hari ini, ane predict lg. Btw prediksi ane sering meleset a.k.a missed.
$AALI $PRDA
laba $ASGR $AUTO $AALI naik lumayan lebih bagus dari tahun sebelumnya .
perkiraan laba UNTR udh pasti stabil atau naik dari tahun kemarin .
ASII kira kira laba stagnan sama seperti Q3 atau turun tipis dari Q3 .
Ayo TUKANG FEAR lebih keras lagi kerjanya biar makin rungkad makin nyungsepp..
$UNTR sampai saat ini bergerak cukup positif
Apakah ini pertanda setelah LK $AALI $ASGR yg positif, UNTR akan menyusul?
Emas Bullish, UNTR punya 2 tambang emas yg dua duanya beroperasi. Smga dpt kabar baik
🌱 Program B40 Dimulai! Harga CPO & TBS Terancam?
Pemerintah akan menerapkan B40 pada 2025 dengan alokasi 15,62 juta kiloliter biodiesel 🚛. Kebijakan ini seharusnya menopang harga CPO & TBS, tapi faktanya harga justru turun! 📉 Produsen FAME beralih ke bahan baku lain, mengurangi serapan CPO. Apa dampaknya ke pasar? 📊
🔗 https://cutt.ly/NreFNBGK
$DSNG $SMAR $AALI
Astra Agro Lestari (AALI) 2024: Seperti Petani yang Makin Jago Kelola Kebunnya!
Bayangkan AALI seperti seorang petani sawit besar yang sudah puluhan tahun mengelola kebunnya. Ada masa panen melimpah, ada masa harga jual naik-turun, dan ada saatnya harus pintar menghemat biaya supaya tetap untung. Nah, tahun 2024 ini, petani AALI semakin ahli dalam mengelola kebunnya, sehingga hasil panennya makin cuan!
Mari kita kupas lebih dalam bagaimana AALI mengelola kebunnya tahun ini.
1. Panen Lebih Banyak atau Harga Lebih Mahal?
Tahun ini, pendapatan AALI naik 5,2%, dari Rp20,75 triliun (2023) ke Rp21,81 triliun (2024). Kalau diibaratkan, ini seperti seorang petani yang bisa menjual lebih banyak sawit, atau mendapatkan harga jual yang lebih tinggi per kilogramnya.
Meski laporan tidak merinci berapa banyak yang dijual per produk, kita tahu bahwa CPO (Crude Palm Oil) dan kernel masih menjadi andalan. Jadi, kenaikan pendapatan ini kemungkinan besar terjadi karena:
✅ Panen yang lebih produktif – artinya, AALI berhasil meningkatkan efisiensi produksi di perkebunan.
✅ Harga jual yang lebih baik – bisa jadi karena strategi pemasaran atau kondisi pasar yang mendukung.
✅ Distribusi yang lebih lancar – meminimalkan hambatan dalam pengiriman ke pembeli.
Intinya, AALI seperti petani yang tahu kapan harus panen, kapan harus menahan barang, dan bagaimana mengatur logistik supaya hasil jualannya maksimal.
2. Margin: Makin Hemat, Makin Banyak Tabungan!
Dalam bisnis, bukan hanya soal berapa banyak yang dijual, tapi juga seberapa besar keuntungan dari setiap transaksi. Nah, AALI tampaknya makin jago dalam hal ini.
✅ GPM (Gross Profit Margin): Naik dari 13,4% ke 15,3%. Ini seperti petani yang bisa menekan biaya pupuk dan tenaga kerja, sehingga tiap kilo sawit yang dijual menghasilkan lebih banyak keuntungan.
✅ OPM (Operating Profit Margin): Naik dari 7,23% ke 7,82%. Artinya, setelah dikurangi biaya operasional (misalnya transportasi dan administrasi), margin keuntungan masih lebih baik dari tahun lalu.
✅ NPM (Net Profit Margin): Naik dari 5,25% ke 5,44%. Ini menandakan bahwa setelah semua biaya dan pajak dibayar, AALI tetap membawa pulang keuntungan lebih besar.
Bayangkan seorang petani yang tahun lalu harus beli pupuk mahal dan membayar banyak pekerja, tapi tahun ini dia menemukan cara untuk lebih efisien dalam mengelola kebunnya, sehingga meski harga jual tetap, keuntungan bersihnya naik.
3. Modal dan Utang: Lebih Sehat, Lebih Kuat!
Dalam bisnis, tidak cukup hanya sekadar untung—kesehatan keuangan juga harus prima. AALI menunjukkan kondisi yang lebih stabil dengan:
💡 ROE (Return on Equity): Naik dari 4,83% ke 5,12%. Artinya, setiap modal pemegang saham menghasilkan laba yang lebih besar. Ini seperti petani yang bisa memanfaatkan modalnya lebih baik untuk meningkatkan produksi.
💡 ROA (Return on Assets): Naik dari 3,77% ke 4,12%. AALI lebih efisien dalam memanfaatkan seluruh asetnya untuk menghasilkan keuntungan.
💡 DER (Debt-to-Equity Ratio): Turun dari 27,85% ke 24,1%. Ini menunjukkan bahwa AALI mengurangi ketergantungan pada utang, seperti petani yang mulai bisa membiayai kebunnya sendiri tanpa banyak pinjaman.
Singkatnya, AALI semakin mandiri dan lebih stabil secara finansial.
Astra Agro Lestari (AALI) 2024: Struktur Neraca Makin Sehat, Siap Tumbuh Lebih Kuat!
Seperti bisnis agribisnis yang terus berkembang, Astra Agro Lestari (AALI) tidak hanya fokus pada pendapatan dan laba, tetapi juga bagaimana mengelola aset dan kewajibannya secara efisien. Tahun 2024 membawa pergeseran menarik dalam struktur neraca mereka, yang mencerminkan strategi finansial yang lebih matang.
Setelah sebelumnya membahas pendapatan dan profitabilitas, kali ini kita masuk ke analisa lanjutan yang berfokus pada inventory, aset, dan liabilitas.
1. Inventory: Modal Produksi Makin Besar!
Kalau AALI diibaratkan sebagai seorang petani besar, maka inventory adalah stok pupuk, benih, dan hasil panennya. Tahun ini, terjadi lonjakan nilai persediaan, yang mengindikasikan persiapan untuk produksi lebih besar di masa mendatang.
✅ Persediaan naik 28,7%, dari Rp2,88 triliun (2023) ke Rp3,70 triliun (2024). Ini bisa berarti AALI sedang meningkatkan stok produk atau mempersiapkan ekspansi.
✅ Aset Biologis melonjak 79%, dari Rp145,45 miliar (2023) ke Rp260,94 miliar (2024). Ini seperti seorang petani yang menambah jumlah bibit dan tanaman muda untuk memperbesar produksi di masa depan.
✅ Tanaman Menghasilkan bertambah 2%, dari Rp5,91 triliun ke Rp6,03 triliun. Ini berarti ada peningkatan nilai dari kebun yang sudah bisa dipanen.
✅ Tanaman Belum Menghasilkan turun 4,5%, dari Rp1,50 triliun ke Rp1,43 triliun. Ini bisa menunjukkan bahwa lebih banyak tanaman muda yang mulai berbuah dan berpindah kategori ke “tanaman menghasilkan”.
Intinya, AALI sedang mempersiapkan ekspansi agrikultur dengan meningkatkan modal produksi, yang bisa berdampak positif bagi pertumbuhan jangka panjang.
2. Aset: Lebih Likuid, Lebih Fleksibel!
Dalam bisnis, penting bagi perusahaan untuk memiliki aset yang cukup likuid agar bisa beradaptasi dengan perubahan pasar. Tahun ini, AALI menggeser struktur asetnya ke arah yang lebih fleksibel.
✅ Total Aset stagnan, turun tipis dari Rp28,85 triliun (2023) ke Rp28,79 triliun (2024). Walau tidak berubah banyak, perubahan komposisinya menarik.
✅ Aset Lancar naik 18,5%, dari Rp7,12 triliun ke Rp8,43 triliun. Artinya, AALI kini memiliki lebih banyak aset yang bisa segera digunakan untuk operasional atau investasi.
✅ Aset Tidak Lancar turun 6,3%, dari Rp21,73 triliun ke Rp20,36 triliun. Ini bisa menunjukkan bahwa perusahaan mengalokasikan lebih banyak dana untuk kepentingan jangka pendek, seperti modal kerja.
Kesimpulannya, AALI sekarang lebih likuid dan siap menghadapi tantangan jangka pendek, baik untuk ekspansi maupun manuver bisnis.
3. Liabilitas: Hutang Berkurang, Keuangan Makin Sehat!
Seperti petani yang mengelola pinjamannya agar tidak membebani bisnis, AALI berhasil menekan utangnya, terutama untuk kewajiban jangka pendek.
✅ Total Liabilitas turun 11%, dari Rp6,28 triliun ke Rp5,59 triliun. Ini menunjukkan strategi keuangan yang lebih konservatif dan minim risiko.
✅ Liabilitas Jangka Pendek turun 16,6%, dari Rp3,88 triliun ke Rp3,24 triliun. Ini berarti AALI tidak terlalu terbebani oleh utang yang harus segera dibayar dalam waktu dekat.
✅ Liabilitas Jangka Panjang turun 1,9%, dari Rp2,40 triliun ke Rp2,35 triliun. Ini menunjukkan adanya pengurangan beban finansial secara bertahap.
Dengan lebih sedikit utang jangka pendek, AALI memiliki ruang gerak lebih luas untuk mengembangkan bisnis tanpa tekanan keuangan yang besar.
Astra Agro Lestari (AALI) 2024: Mesin Agribisnis yang Makin Efisien dan Siap Bertumbuh!
PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) menunjukkan performa yang semakin solid di tahun 2024. Dari laporan keuangan terbaru, perusahaan berhasil meningkatkan pendapatan, memperbaiki margin keuntungan, memperkuat neraca, serta mengalokasikan investasi besar di sektor pertanian.
Namun, di balik angka-angka positif ini, ada beberapa risiko operasional yang perlu dikelola agar pertumbuhan tetap berkelanjutan. Mari kita bahas lebih dalam!
1. Pendapatan Naik, Efisiensi Makin Baik!
Tahun ini, pendapatan bersih AALI naik 5,2%, dari Rp20,75 triliun (2023) ke Rp21,81 triliun (2024). Ini bisa disebabkan oleh:
✅ Volume penjualan meningkat seiring dengan perbaikan produktivitas.
✅ Harga jual lebih baik, didukung oleh kondisi pasar yang positif.
✅ Efisiensi distribusi, membuat produk sampai ke pelanggan dengan lebih efektif.
Namun, bukan hanya pendapatan yang bertumbuh. AALI juga berhasil memperbaiki margin keuntungan!
📌 Gross Profit Margin (GPM) naik dari 13,4% ke 15,3% → Artinya, biaya produksi bisa ditekan sehingga laba kotor lebih tinggi.
📌 Operating Profit Margin (OPM) naik dari 7,23% ke 7,82% → Perusahaan lebih efisien dalam mengelola biaya operasional.
📌 Net Profit Margin (NPM) naik dari 5,25% ke 5,44% → Laba bersih lebih tinggi setelah semua beban operasional dan pajak dihitung.
AALI seperti petani yang bukan cuma panennya lebih banyak, tapi juga lebih hemat dalam mengelola kebunnya, sehingga keuntungan semakin maksimal.
2. Struktur Neraca: Likuiditas Lebih Kuat, Beban Berkurang!
📌 Aset lancar naik 18,5%, dari Rp7,12 triliun ke Rp8,43 triliun → Kas dan persediaan meningkat, membuat perusahaan lebih fleksibel dalam menghadapi tantangan bisnis.
📌 Aset tidak lancar turun 6,3%, dari Rp21,73 triliun ke Rp20,36 triliun → Perusahaan mengalokasikan lebih banyak modal ke aset yang bisa langsung digunakan untuk operasional.
📌 Total liabilitas turun 11%, dari Rp6,28 triliun ke Rp5,59 triliun → Beban utang semakin ringan, memperkuat posisi keuangan perusahaan.
📌 Liabilitas jangka pendek turun 16,6%, dari Rp3,88 triliun ke Rp3,24 triliun → Risiko keuangan jangka pendek semakin kecil.
Singkatnya, AALI sekarang punya lebih banyak uang di tangan dan lebih sedikit utang, sehingga operasional bisnis jadi lebih stabil dan minim tekanan finansial.
3. Inventory dan Investasi: Persiapan Panen Besar?
AALI tampaknya sedang mempersiapkan ekspansi besar-besaran di sektor agribisnis:
📌 Persediaan naik 28,7%, dari Rp2,88 triliun ke Rp3,70 triliun → Bisa berarti perusahaan menyiapkan stok lebih banyak untuk mengantisipasi permintaan di masa depan.
📌 Aset biologis meningkat hampir 79%, dari Rp145,45 miliar ke Rp260,94 miliar → Ada peningkatan investasi dalam perkebunan dan produksi pertanian.
📌 Tanaman menghasilkan naik 2%, dari Rp5,91 triliun ke Rp6,03 triliun → Tanaman yang siap panen semakin banyak.
📌 Tanaman belum menghasilkan turun 4,5%, dari Rp1,50 triliun ke Rp1,43 triliun → Menunjukkan bahwa investasi sebelumnya kini sudah mulai produktif.
Namun, ada satu hal yang perlu diperhatikan: jika persediaan tidak dikelola dengan baik, bisa ada risiko overstock atau perputaran barang yang terlalu lama.
4. Efisiensi Operasional: Modal Kerja Makin Kuat!
Dari sisi efisiensi, AALI semakin sehat dalam mengelola modal dan asetnya.
📌 Return on Equity (ROE) naik dari 4,83% ke 5,12% → Perusahaan makin efisien dalam menghasilkan laba dari modal pemegang saham.
📌 Return on Assets (ROA) naik dari 3,77% ke 4,12% → Aset digunakan lebih produktif untuk menghasilkan keuntungan.
📌 Debt-to-Equity Ratio (DER) turun dari 27,85% ke 24,1% → Perusahaan semakin mandiri secara finansial dan mengurangi ketergantungan pada utang.
Ini seperti petani yang semakin cerdas dalam mengelola kebunnya, menekan biaya, dan mengoptimalkan hasil panennya.
Kesimpulan: AALI Makin Siap Bertumbuh, Tapi Harus Waspada!
📌 Pendapatan dan margin keuntungan naik, menunjukkan efisiensi yang lebih baik.
📌 Struktur neraca lebih sehat, dengan lebih banyak aset likuid dan utang lebih rendah.
📌 Investasi di sektor agribisnis meningkat, tapi pengelolaan inventory harus diperhatikan.
📌 Risiko utama: fluktuasi harga komoditas dan potensi overstock inventory.
Jika AALI bisa mengelola inventory dengan baik dan mempertahankan efisiensi operasional, maka perusahaan ini bisa menikmati hasil dari ekspansi besar mereka.
$AALI
LK 24 - $AALI
dengan harga 6.075
EPS : 596,22
PER : 10,19x
---
BVPS : 11.763,94
PVBR : 0,52x
CEPS : 1.681,32
---
estimasi DPR : 45%
estimasi DPS : 268
DPS Interim : 84
estimasi sisa DPS : 184
estimasi DY : 4,41%
estimasi sisa DY : 3,02%
---
entry price: 5.600-5.825
valuasi: fair value
---
PE Band (TTM) - 3 tahun
Mean PE Standart Deviation: 10,1x
Harga Wajar : 6.025
---
PBV Band - 3 tahun
Mean PBV Standart Deviation: 0,71x
Harga Wajar : 8.350
---
AALI - PT. Astra Agro Lestari Tbk Rp 5.900 -50 (-1,00%) Info Selengkapnya! JAKARTA - Emiten sawit milik Grup Astra, PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), mencatat peningkatan kinerja sepanjang 2024. Laba bersihnya di periode ini naik 8,57% menjadi Rp1,14 triliun, dibanding periode yang sama tah...
idnfinancials.com
AALI - PT. Astra Agro Lestari Tbk Rp 5.900 -50 (-1,00%) Info Selengkapnya! JAKARTA - Emiten sawit milik Grup Astra, PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), mencatat peningkatan kinerja sepanjang 2024. Laba bersihnya di periode ini naik 8,57% menjadi Rp1,14 triliun, dibanding periode yang sama tah...
idnfinancials.com
AALI - PT. Astra Agro Lestari Tbk Rp 5.900 -50 (-1,00%) Info Selengkapnya! JAKARTA - Meski saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) terkoreksi 0,84% pada penutupan transaksi saham Jumat (21/2). Namun, harga saham emiten ini tercatat menguat Rp125 atau Rp2,16% dalam sepekan (17-21/2).Data per...
idnfinancials.com
Turnaround $AALI menambah daftar panjang analisa pembalikan kinerja yg sukses. Sebelumnya ada $SRSN , LSIP , PTBA , WINS , ULTJ dll lupa. Yg masih on track $ARCI udah pasti, dan PZZA. Yg sepertinya akan gagal adalah UNVR
Wkwkwk
Yg sempat analisa tapi ragu entri sampai terlewat, PJAA dan ACES 😭😭
Never stop learning!!! 🔥🔥
📈 $AALI Catatkan Laba Bersih Rp1,14 Triliun di 2024!
PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) berhasil meningkatkan laba bersih 8,67% YoY, mencapai Rp1,14 triliun! 🚀 Kenaikan ini didorong oleh pertumbuhan pendapatan bersih menjadi Rp21,81 triliun (+5,15% YoY). Bisakah AALI mempertahankan tren positif ini? 🤔
🔗 https://cutt.ly/TrerE5S3
$SMAR $TAPG
Apakah bear $UNVR sudah lelah mencakar bull?
Setelah Senin lalu tgl 17-Feb, ane predict UNVR bearish ke 1370 dan hit pd H+3 (https://stockbit.com/post/17535835)
Hari ini, ane predict UNVR lg.
Di harga target, dgn anchoring thd dividend 2024 (dividend 2024 adalah dividend yg lbh kecil dibandingkan tahun tahun sebelumnya), maka UNVR masih memberikan yield 8% di harga target 1445.
Buy or Bye? 🤣
Tanggal 13-Feb-25, ane predict UNVR bullish ke 1445 dan hit H+1 pd Jumat 14-Feb (https://stockbit.com/post/17495743)
Tanggal 28-May-24, ane predict UNVR bearish ke 3040 (https://stockbit.com/post/14839628)
Tanggal 27-Mar-24, ane predict UNVR bullish ke 2950 (https://stockbit.com/post/14324415)
$AALI $AMRT