Bagaimana Mencari Perusahaan Yang Bertumbuh?
Tulisan ini adalah bagian lanjutan dari topik sebelumnya terkait Investasi Saham Untuk Seorang Pegawai - Bagaimana Baiknya? https://stockbit.com/post/8010063
Sebelumnya kita telah menyinggung bahwa ada 4 parameter yang harus dimiliki perusahaan layak invest.
1. Growth Bagus
2. Cash Flow Terbukti
3. GCG Baik
4. Valuasi
Untuk topik kali ini, kita akan spesifik membahas tentang bagaimana kita tahu suatu perusahaan itu growth beneran, atau bohong-bohoingan?
Syarat-nya sederhana, kita harus sama-sama bisa baca Laporan Keuangan terlebih dahulu.
Ketika kuliah dulu, muak sekali rasanya ketika harus berhadapan dengan mata kuliah akuntansi (juga management keuangan). Tetapi, dosen selalu mengingatkan bahwa kemampuan membaca Laporan Keuangan adalah hal mutlak yang dibutuhkan oleh CEO. Bagaimana mungkin dia bisa memimpin perusahaan jika dia tidak paham atas kesehatan perusahaannya sendiri? Tidak mungkin suatu perusahaan bisa melaju, kalau CEO-nya tidak tahu di mana posisi dia berpijak saat ini.
Yang terpenting sebenarnya bukan kita dituntut untuk bisa mendapatkan sertifikasi akuntansi, tapi setidaknya kita bisa membaca hal dasar saja.
Disclaimer:
Sebelum kita mulai, sangat perlu untuk saya ingatkan bahwa hal yang akan disampaikan di bawah ini tidak berlaku untuk banking, perusahaan multifinance (ADMF, WOMF), ataupun perusahaan investment (SRTG, EMTK). Cara mereka menjalankan bisnis, juga laporan keuangannya berbeda dengan perusahaan normal.
Let’s get start with simple questions: bagaimana kita tahu bahwa suatu perusahaan itu memang bertumbuh? Bahwa dia tidak jalan di tempat?
GROWTH
1) Apakah revenue/penjualan/top-line bertumbuh?
Ini yang paling penting untuk melihat ekspansi suatu perusahaan. Saham high growth adalah saham yang bisa meningkatkan revenue-nya sebanyak CAGR +20% dalam 5 tahun. Biasanya saham seperti ini akan dihargai premium oleh market, dan tidak jarang market berani beli di PE melebihi average index (PE IHSG ada di kisaran 17x). Akan tetapi, sebenarnya kita cukup cari saham dengan CAGR +15% saja cukup kok, karena itu artinya perusahaan akan tumbuh 2x lebih besar hanya dalam tempo 5 tahun (berdasarkan rule 72).
Kita ambil contoh ASGR yang baru release laporan keuangannya.
Revenue: 3,299,105 (2021) vs 3,348,871 (2020). Turun -1.49%
Laba: 87,311 (2021) vs 47,783 (2020). Meningkat +82.72%
Secara tidak langsung kita bisa melihat bahwa ASGR secara bisnis tidak bisa tumbuh selama pandemic. Tentunya kita juga bisa melihat lebih jauh, kenaikan (atau penurunan) selama 2021 dan 2020 itu terjadi disumbangkan oleh lini bisnis yang mana? Coba perhatikan, di Laporan Keuangan itu selalu ada notes, yang artinya kita bisa melihat breakdown detail dari revenue tersebut sesuai dengan angka yang dimaksud. Pada ASGR, kita bisa loncat ke point 19 untuk melihat breakdown dari revenue tersebut.
2) Melihat kenaikan Assets.
Sebuah perusahaan yang bertumbuh akan sangat aggressive dalam belanja modal atau capital expenditure (capex). Yang paling terlihat dan mencolok adalah perkembangan asset yang konsisten. Nah, pertanyaannya, asset apa sih yang perlu kita lihat?
Asset yang paling berharga tentu saja yang sifatnya liquid, yaitu asset lancar. Jika mau lebih specific lagi, lihat saja posisi ‘Kas dan Setara Kas’. Ketika suatu perusahaan cuan besar di tahun sebelumnya, tidak serta merta duit itu bisa habis mereka belanjakan sebagai capex. Terutama di awal tahun, ketika ‘capex belum diserap/dibelanjakan’ (saya yakin kita semua sering mendengar istilah ini).
Tetapi, perlu diingat bahwa ketika perusahaan mengambil utang, posisi ‘kas dan setara kas’ juga pastinya akan meningkat. Point penting di sini adalah, perusahaan sedang menyiapkan cash untuk melakukan ekspansi di tahun berikutnya (terlepas itu dari hutang atau keuntungan tahun sebelumnya).
Asset berikutnya yang perlu kita lihat ada di bagian 'Asset Tidak Lancar'. Tidak semua hal perlu dilihat, cukup loncat ke bagian ‘Aset Tetap’. Yang termasuk di dalam 'Aset Tetap' ini terutamanya adalah mesin dan peralatan produksi. Logikanya, jika suatu perusahaan masih terus tumbuh, maka dia akan sangat aggresif terus meningkatkan kapasitas produksinya. Jika demand sedang tinggi, perusahaan akan selalu berusaha menaikan kapasitas produksinya, missal seperti MYOR butuh untuk terus memperluas, dan bahkan membuat pabrik baru.
Kita bisa juga melihat kenaikan ‘Investasi pada Entitas Asosiasi’, ataupun pada ‘Investasi Pada Ventura Bersama’. Tetapi saya pribadi tidak suka melihat kedua hal ini. Jika suatu perusahaan lebih focus meningkatkan asset di ‘mainan baru’ nya tersebut, kita wajib check apakah ‘Asset Tetap’ masih bertumbuh. Jangan sampai ternyata Asset Tetap sudah tidak tumbuh lagi, sehingga perusahaan perlu untuk mencari ‘mainan baru’ sebagai mesin growth yang baru.
3) ROIC harus lebih tinggi dari WACC.
Yang ini agak advance, jadi saya hanya jelaskan konsep sederhananya.
Secara mudahnya, WACC (Weighted Average Cost of Capital) adalah posisi ROI average (saya lebih suka melihatnya sebagai minimum, karena jika lebih rendah, artinya perusahaan mencederai potensi-nya untuk terus tumbuh). WACC sebenarnya tidak sesederhana ROI average, tapi untuk saat ini, anggap saja seperti itu.
Bahasa lain dari WACC adalah ‘required rate of return’. Konsepnya sebagai berikut:
Misalkan, jika return yang dihasilkan oleh SBN adalah 10%/tahun, sangat tidak masuk akal kita sebagai investor berinvest ke perusahaan yang memberikan return di bawah itu. Dari perspektif perusahaan, jika missal posisi ROI mereka saat ini adalah 15%, maka tidak masuk akal jika mereka memilih sumber growth/project yang hanya memberikan keuntungan di bawah itu. Jika suatu project hanya memiliki kontribusi growth ROI di bawah 15%, maka nilai WACC berikutnya akan menjadi lebih kecil, dan makin lama akan makin terlihat mediocre.
Sedangkan ROIC sendiri memiliki arti sama seperti namanya ‘Return of Invested Capital’. Kembali ke logika di atas, jika perusahaan memilih untuk menginvestasikan modalnya ke sumber growth/project yang return-nya hanya 10%, maka 10% tersebut adalah apa yang kita sebut dengan ROIC.
Hubungan dari keduanya adalah, jika perusahaan tidak mampu menjaga ROIC lebih tinggi dari WACC, maka sebenarnya saat ini perusahaan sudah memasuki phase mature, atau ketidakmampuan untuk tumbuh lebih jauh.
4) EVA harus terus bertumbuh
Ini lebih advance lagi, karena butuh angka WACC dan ROIC.
Secara konsep, EVA (Economic Value Added) dapat diartikan sebagai kemampuan perusahaan untuk meningkatkan perceived value dari product-nya, sehingga konsumen berani untuk membayar lebih mahal. Pada kenyataannya, price/harga adalah hal yang abstract. Setiap orang memiliki pandangan berbeda terhadap ap aitu murah/mahal.
Misal, bagi saya pribadi, setiap kali liburan keluar kota, saya cenderung untuk pilih hotel yang mahal, dan justru berhemat untuk ongkos transportasi (lebih memilih mempelajari rute bus/transportasi umum terlebih dahulu, dibandingkan sewa mobil). Karena bagi saya, menginap adalah bagian dari experience. Ketika liburan, saya beli experience. Tiap orang punya pendapat berbeda, tapi intinya bagi saya hotel di harga 1jt itu murah, tapi sewa mobil bahkan 400rb pun tidak akan saya lakukan kalau tidak terpaksa. Bus + gojek sudah cukup buat saya, dan itu hanya butuh sekitar 200rb biasanya.
Nah, kembali ke konsep EVA… Rumus EVA adalah sebagai berikut
EVA = NOPAT - (Invested Capital * WACC)
NOPAT = Net operating profit after taxes… Singkatnya ini adalah laba bersih
Invested capital = Debt + capital leases + shareholders' equity
WACC = Weighted average cost of capital
Jika melihat dari rumus tersebut, ada beberapa hal yang bisa kita simpulkan bahwa:
1. Perusahaan dituntut untuk bisa mendapatkan laba bersih/return yang lebih tinggi daripada modal yang dia investasikan. Jika kita banyak menganggarkan capex untuk investasi, tetapi justru membuat laba bersih tertekan, maka kita perlu mempertanyakan apakah investasi yang dilakukan itu betul-betul berguna? Mungkin kita perlu tinjau lagi apakah investasi tersebut kita butuhkan. Atau jangan-jangan ada yang salah dalah proses-nya itu sendiri sehingga investasi tidak berjalan dengan semestinya.
2. Jika EVA bisa terus-menerus bertumbuh positive (tidak harus lebih tinggi dari tahun sebelumnya), dalam periode yang lebih lama, ini seakan-akan membuat MOAT dengan competitor. EVA yang bertumbuh akan terbaca di dalam market share, di mana growth perusahaan akan lebih cepat dari category. Ketika growth perusahaan lebih besar dari category, itu artinya Sebagian dari growth tersebut didapatkan dengan memakan potensi growth dari competitor. Satu hal yang banyak tidak dipahami orang, perusahaan bisa tetap bertumbuh walaupun secara market share terus turun (tetap terlihat peningkatkan revenue, tapi secara competitiveness, dia sedang kalah saing.). Problem is, jika mereka growth lebih rendah dari competitor yang lain. ADES adalah salah satu contohnya. Kebetulan saya dari marketing, jadi saya punya beberapa data market share untuk FMCG. ADES itu beruntung karena bermain di category yang masih tumbuh lumayan cepat.
Terus, hubungannya apa dengan konsep liburan sebelumnya?
MOAT tidak terbaca di Laporan Keuangan, padahal ini bagian vital dari bisnis. Sama-sama jualan nasi goreng, pasti masing-masing dari kita punya langganan masing-masing. Itulah EVA. Perusahaan mampu tumbuh lebih cepat dari category hanya mungkin jika secara perceived value dia sudah lebih kuat dari category itu sendiri, bahkan menjadi mesin growth dari category itu. Contohnya? Pocari Sweat, Aqua (yang sedang dichallenge Le Minerale), Indomie, CMRY untuk Yoghurt. Khusus untuk Aqua, coba kalian berkaca ke diri sendiri, kenapa kalian beli Aqua/Le Mineralle, padahal ada banyak jenis air putih lainnya. Karena kalian percaya merek tersebut lebih bagus. Contoh lain adalah APPLE vs Samsung. Walaupun secara komponen Samsung lebih mahal, orang selalu berpikir Apple lebih mahal, dan bahkan berani bayar diharga yang lebih premium (tidak ada yang peduli bahwa secara komponen dan teknologi Samsung menawarkan value yang lebih menarik).
Okay, cukup sampai di sini untuk growth ya. Ini sifatnya masih pengenalan saja. Dan kita akan lanjutkan dengan 3 parameter lain yang harus dimiliki perusahaan layak invest (Cashflow terbukti, GCG baik, Valuasi wajar)
Ngomong-ngomong, saya juga masih belajar. Jadi sebenarnya kita sama-sama belajar di sini. Jika misal ada yang mau memberikan masukan, sangat ditunggu sekali loh :slightly_smiling_face:
Who am I? Just an office worker kok dengan latar belakang marketing :grin:
Tag Random:
$IHSG, $ITMG, $BBRI, $MYOR, $BUKA