$BUMI - Masih boleh masuk?
Sy ingin memulai tulisan ini dr satu kutipan Warren Buffett yg mungkin teman-teman @stockbit pernah dengar tapi lumayan jarang dibahas:
“Most people get interested in stocks when everyone else is. The time to get interested is when no one else is. You can't buy what is popular and do well.”
Kalimat ini menurut sy bukan slogan motivasi, tapi ringkasan behavior market yg terjadi berulang kali. Minat kebanyakan orang hampir selalu muncul setelah harga bergerak, setelah cerita menjadi ramai, setelah rasa aman terbentuk. Di titik itu, keputusan investasi memang terasa nyaman, tapi justru di situlah sebenarnya ruang $CUAN mulai menyempit.
Nah sebaliknya, fase ketika tidak ada siapapun yg tertarik hampir selalu identik dgn ketidaknyamanan. Harga stagnan atau tertekan, narasi negatif mendominasi, dan reputasi masa lalu menutup mata orang terhadap perubahan yg sedang berjalan.
Inilah fase yg dimaksud Buffett, bukan sekadar sepi volume, tapi sepi keyakinan. Tidak ada validasi sosial, tidak ada pembenaran kolektif, hanya data, asumsi, dan keberanian utk berdiri sendirian. Secara psikologis ini sulit, tapi secara probabilitas seringkali justru paling rasional.
Kerangka berpikir inilah yg menurut sy relevan ketika membaca kembali cerita tentang BUMI (artikel: https://stockbit.com/post/20314237). Saat sy menulis catatan tentang BUMI pd Agustus 2025 di harga sekitar 110, respons market masih didominasi keraguan.
Stigma saham gorengan belum hilang, sejarah utang dan drama masa lalu masih membayangi, dan nama BUMI masih lebih sering dikaitkan dgn spekulasi daripada bisnis. Banyak investor ritel tidak menolak karena tidak tahu, tapi karena tidak mau lagi terlibat. Menurut sy Ini bukan lagi fase tidak populer, tapi fase dihindari.
Padahal jika dibedah lebih dalam, perubahan fundamental sudah berjalan cukup jauh. Restrukturisasi utang benar benar mengubah neraca, beban bunga yg dulu menyedot laba telah lenyap, ekuitas membaik, dan struktur kepemilikan bergeser.
Masuknya Grup Salim melalui Mach Energy dan TGIL membawa dana segar dalam jumlah besar dan mengakhiri ketergantungan pada kreditor lama. Produksi batubara dr KPC dan Arutmin tetap stabil di level puluhan juta ton per tahun. Mesin operasionalnya tidak mati, hanya tertutup oleh persepsi lama.
Di fase itu, pasar belum memberi kredit pd masa depan. Harga masih mencerminkan BUMI versi lama, bukan BUMI pasca restrukturisasi. Bagi yg bersedia melihat perbedaan antara persepsi dan realitas, di situlah sebenarnya ada peluang yg terbentuk. Bukan karena masa depan sudah pasti cerah ya, tapi karena ekspektasi market yg sudah terlalu rendah.
Nah, Ini persis seperti konteks ketika Buffett mengatakan waktu terbaik utk tertarik adalah saat hampir tidak ada yg tertarik.
Kemudian, memasuki Desember 2025, situasinya mulai berubah. Harga bergerak signifikan hingga menyentuh Rp400 per lembar. Diskusi tentang BUMI makin sering muncul, dan narasi turnaround mulai diterima lebih luas.
BUMI tidak lagi semata dibahas sebagai saham penuh stigma, tapi sebagai raksasa batubara yg berhasil merapikan neraca dan mulai membangun visi jangka panjang. Isu diversifikasi ke mineral kritis, gasifikasi batubara, dan akuisisi aset produktif di luar negeri mulai dilihat sebagai strategi, bukan sekadar wacana.
Di titik ini, kita masuk fase kedua dr kutipan Buffett, yaitu saham mulai populer. Popularitas ini bukan berarti bisnisnya tiba tiba berubah, tapi karena market mulai menyepakati story yg sama. Risikonya pun bergeser. Jika dulu risikonya adalah salah membaca turnaround, kini risikonya adalah membayar harga yg sudah memuat terlalu banyak harapan. Return ke depan tidak lagi bergantung pada koreksi persepsi, tapi pada konsistensi eksekusi dan realisasi strategi.
Ke depan, jika terealisasi semua storynya, BUMI bisa saja masuk ke indeks global dan menarik aliran dana institusional, besar kemungkinan keramaian akan bertambah. Dan untuk ritel yg ikut gerombolan bersama para fund manager, menurut sy itu belum tentu keliru jg. Tapi penting utk sadar di fase mana kita berdiri. Apakah kita masuk saat market masih ragu, atau saat market sudah percaya.
Buffett tidak mengatakan bahwa saham populer pasti buruk, tapi ia mengingatkan bahwa popularitas biasanya datang bersama harga yg lebih mahal dan margin of safety yg lebih tipis.
Bagi sy, story BUMI adalah contoh nyata bagaimana peluang sering lahir di fase sunyi, tumbuh di fase pengakuan, dan diuji di fase keramaian. Artikel yg dulu ditulis saat market masih penuh keraguan kini bisa dibaca ulang sebagai dokumentasi momen ketika persepsi belum menyusul realitas. Market pd akhirnya selalu bergerak, tapi tidak selalu tepat waktu.
Sebagi penutup, sy ingin menggarisbawahi bahwa Buffett selalu mengingatkan tentang keuntungan yg terbesar justru seringnya datang dr tempat yg sedang ditinggalkan, selama kita tahu apa yg sedang kita beli dan kenapa kita membelinya.
Disclaimer: Catatan ini adalah refleksi pengetahuan penulis tentang kerabat dr $ENRG yg diperoleh dr berbagai sumber umum. Bukan info A1. Dan catatan ini jg bukan ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Segala kerugian sebagai akibat penggunaan informasi pada tulisan ini bukan menjadi tanggung jawab penulis. Do your own research.
