Perang Sekuritas: JP Morgan BK vs Stockbit XL
Secara skala, efisiensi, efektivitas, dan profitabilitas, apakah BK memang lebih baik dari XL? Banyak orang terjebak ilusi nama besar, lalu mengira semua metrik otomatis menang di semua lini. Padahal di bisnis sekuritas, yang menentukan itu bukan cuma brand, tapi struktur neraca, kualitas kas, dan siapa yang sebenarnya jadi mesin transaksi. BK itu contoh sekuritas yang kelihatan institusional banget, tapi justru bisa kalah menarik kalau investor cari cerita growth. XL sering diremehkan karena diasosiasikan ritel, padahal ritel itu bisa jadi mesin volume yang gila-gilaan. Masalahnya, mesin volume yang gila-gilaan sering minta bensin kas yang gila-gilaan juga. Jadi pertanyaannya harus dibedah pakai angka, bukan pakai aura. Untuk objektif nya maka cek LK Q3 2025. External Comunity Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community menggunakan kode: A38138 https://stockbit.com/post/13223345
Kalau dipukul rata soal terbesar, klaim BK adalah sekuritas terbesar di Indonesia itu tidak nyambung dengan data yang sudah kita bahas sebelumnya. Dari semua LK sekuritas yang sudah kita bedah sebelumnya, Mansek CC punya total aset Rp 7,364 T, YP Rp 4,709 T, BK Rp 3,35 T, XL Rp 2,508 T, SQ Rp 2,029 T. Jadi kalau definisi terbesar pakai ukuran aset saja, BK bukan nomor 1, bahkan bukan top 2. BK itu besar, tapi bukan paling gede, dan itu penting karena skala biasanya menentukan kemampuan menyerap risiko settlement, kebutuhan modal kerja, dan daya tahan saat pasar lagi seret likuiditas.
Sekarang bedah DNA bisnisnya. BK itu sekuritas yang sangat terfokus, nyaris satu nada, brokerage hampir 100% pendapatan usaha. Tapi yang bikin unik, mesin utamanya bukan ritel, melainkan aliran transaksi pihak berelasi yang super dominan. Angkanya kebaca jelas, komisi pialang dari pihak berelasi Rp 118,67 B, itu 84,87% dari pendapatan usaha. Konsekuensinya, neraca BK juga bercermin ke pihak berelasi, piutang pialang pihak berelasi Rp 1,541 T dan utang pialang pihak berelasi Rp 1,493 T. Model seperti ini biasanya stabil secara operasional karena ekosistemnya tertutup dan settlement-nya rapi, tapi secara bisnis ada satu risiko struktural, kalau flow dari entitas berelasi menurun, top-line ikut mengecil tanpa ampun. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
XL kebalikannya. XL hidup dari pihak ketiga, komisi pialang pihak ketiga Rp 279,17 B atau 98,41% dari total komisi. Ini pola pasar terbuka, jadi growth bisa meledak kalau volume ritel lagi panas. Dan memang meledak, total aset XL melonjak 364% YtD jadi Rp 2,508 T, piutang pialang pihak ketiga naik 497% jadi Rp 2,310 T dan mendominasi 92,11% total aset. Secara bisnis ini kelihatan seperti roket, tapi roket punya biaya, dan biaya utamanya bukan cuma beban operasional, melainkan kebutuhan kas untuk putaran settlement T+2 yang makin besar.
Masuk ke profitabilitas, ini bagian yang sering bikin orang salah fokus. BK laba bersih Rp 79,66 B, turun 33,8% YoY karena pendapatan usaha turun 14,82%. XL laba periode berjalan Rp 141,5 B, naik 447% YoY, dan pendapatan tumbuh 268% YoY. Kalau investor cuma lihat laba dan growth laba, XL terlihat menang telak. Bahkan kalau dihitung margin laba bersih kasar terhadap pendapatan usaha, BK sekitar 56,97% dan XL sekitar 50,69%, keduanya sama-sama tinggi, tapi kisahnya beda, BK margin tinggi karena struktur beban relatif terkendali dan bisnisnya komisi institusional berelasi, sementara XL margin tinggi karena volume naik gila-gilaan walau beban ikut meledak. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Tapi di sekuritas, kualitas laba itu sering lebih jujur dilihat dari cashflow. Dan di sini, BK seperti ngajarin kelas. CFO BK Rp 271,5 B, itu bukan cuma positif, tapi juga lebih besar dari laba bersih Rp 79,66 B. Artinya, laba BK bukan laba akrual yang nyangkut di piutang, tapi benar-benar keangkat jadi kas. Bandingkan dengan XL yang CFO-nya justru negatif Rp 520 B, padahal labanya Rp 141,5 B. Ini gap yang tidak bisa dianggap noise, ini sinyal bahwa pertumbuhan XL menyedot kas besar dari modal kerja settlement. Pola CFO negatif seperti ini juga terlihat di yang lain, CC CFO negatif Rp 200,2 B walau laba Rp 214,38 B, YP CFO negatif Rp 66,6 B walau laba Rp 109,9 B, SQ masih positif Rp 8,27 B tapi kecil banget dibanding laba Rp 121,3 B. Dari sisi kualitas kas, BK yang paling bersih di antara yang sudah kita bahas.
Lanjut ke efisiensi operasional, dua-duanya punya beban raja yang beda. Di BK, beban kepegawaian Rp 55,88 B itu 66,21% dari total beban usaha Rp 84,41 B, jadi ini model yang berat di people, riset, relationship institusional. Di XL, beban data feed dan data center Rp 75,49 B itu 50,23% dari total beban, dan beban kepegawaian Rp 40,5 B melonjak karena karyawan naik dari 90 ke 211. Jadi BK itu mahal karena talent, XL itu mahal karena infrastruktur digital plus talent yang sedang digenjot. Dua-duanya wajar, tapi dampaknya beda, model BK bisa tetap stabil ketika volume pasar ritel melempem, sedangkan model XL cenderung lebih sensitif karena biaya infra dan settlement membesar seiring skala transaksi. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Sekarang sisi leverage dan ketahanan neraca. BK punya ekuitas Rp 1,55 T dengan total liabilitas Rp 1,80 T, rasio liabilitas ke ekuitas sekitar 1,16 kali, relatif sehat untuk perusahaan efek. XL punya ekuitas Rp 297,5 B, sementara total aset Rp 2,508 T, artinya liabilitas kira-kira Rp 2,2105 T dan rasio liabilitas ke ekuitas sekitar 7,43 kali. Ini bukan otomatis jelek karena bisnis sekuritas memang banyak utang pialang yang sifatnya self-liquidating, tapi semakin tinggi leverage, semakin sensitif terhadap gangguan settlement, mismatch kas harian, dan kebutuhan funding darurat. Dan XL memang menunjukkan itu, harus ada suntikan pendanaan berelasi, utang subordinasi Rp 100 B dan utang lain-lain Rp 300 B, lalu total utang lain-lain berelasi naik sampai Rp 448,2 B. Itu artinya pertumbuhan XL bukan cuma ditopang laba, tapi juga ditopang bahan bakar dari grup.
Kalau investor minta pembuktian skala dan siapa paling besar, CC tetap paling berat dari sisi aset di kelompok yang sudah kita bahas, plus piutang pialang pihak ketiga Rp 4,745 T yang menunjukkan volume settlement raksasa, tapi CC juga punya penyakit yang mirip XL, CFO negatif Rp 200,2 B dan lonjakan beban bunga 500% karena pinjaman bank naik 321%. YP itu besar dan tumbuh cepat, aset naik 55,5% YtD dan laba naik 121% YoY, tapi CFO masih negatif Rp 66,6 B, jadi kualitas kasnya belum serapi laba. SQ itu paling bank-backed dan modalnya super aman, laba naik 43,58% YoY, tapi tetap ada mismatch karena CFO cuma Rp 8,27 B. BK berada di kutub yang berbeda, growth laba turun, tapi cash conversion-nya paling kuat dan MKBD-nya sangat tinggi Rp 1,501 T, jadi secara ketahanan operasional dan kenyamanan counterparty, BK terlihat paling dingin dan stabil. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Kalau investor bicara siapa lebih baik, jawabannya tergantung definisi menang. Kalau menang itu growth pendapatan, growth laba, ekspansi basis nasabah, XL jelas lebih menyala karena aset 364% YtD, laba 447% YoY, dan komisi pihak ketiga yang sudah Rp 279,17 B. Kalau menang itu kualitas kas, disiplin likuiditas, dan kemampuan menghasilkan CFO yang lebih besar dari laba, BK yang paling rapi karena CFO Rp 271,5 B saat laba Rp 79,66 B, kas Rp 1,345 T, dan struktur piutang tanpa CKPN karena diklaim belum jatuh tempo. Jadi narasinya bukan BK pasti lebih baik dari XL atau XL pasti lebih hebat dari BK, narasinya adalah BK itu mesin stabil institusional yang cashflow-nya jernih tapi growth-nya bisa datar, sedangkan XL itu mesin growth ritel yang profit-nya meledak tapi kasnya masih ngos-ngosan karena putaran modal kerja settlement.
Dari semua data yang sudah kita bahas sebelumnya, kalau dipakai ke BK vs XL, hasilnya juga konsisten. Perspektif pesimis bakal menyorot risiko konsentrasi BK ke pihak berelasi 84,87% pendapatan usaha, dan menyorot CFO XL yang negatif Rp 520 B sebagai sinyal tekanan likuiditas. Perspektif optimis bakal bilang BK itu counterparty idaman karena MKBD Rp 1,501 T dan CFO kuat, sedangkan XL itu monster pertumbuhan ritel yang sudah terbukti bisa mencetak laba besar dengan cepat. Perspektif realistis biasanya akan mengakui BK unggul di stabilitas kas, lalu menuntut XL membuktikan satu hal, kapan laba akrual itu berubah jadi CFO positif tanpa ketergantungan suntikan dana berelasi.
โ๏ธ BK vs XL
https://stockbit.com/post/24849836
โโ๐ Lebih baik mana secara skala efisiensi efektivitas dan profitabilitas
โโโ ๏ธ Tidak bisa dijawab pakai aura nama besar
๐ Prinsip dasar
โโ๐ Sekuritas itu lomba neraca
โโ๐ง Laba harus diuji dengan kas
โโโ๏ธ Mesin transaksi lebih penting dari branding
๐ฆ Skala Usaha
๐ Total aset per 30 September 2025
โโ๐ CC Rp 7,364 T
โโ๐ YP Rp 4,709 T
โโ๐ฆ BK Rp 3,35 T
โโ๐ XL Rp 2,508 T
โโ๐ฆ SQ Rp 2,029 T
๐ง Kesimpulan skala
โโโ BK bukan terbesar
โโโ BK bukan top 2
โโโ๏ธ BK besar tapi bukan raja neraca
โ๏ธ DNA Bisnis
๐ฆ BK
โโ๐งพ 100% brokerage
โโ๐ Mesin institusional
โโ๐ Sangat bergantung pihak berelasi
๐ฑ XL
โโ๐ผ Brokerage ritel
โโ๐ Mesin volume pihak ketiga
โโ๐ฅ Sensitif ke siklus pasar ritel
๐ฅ Sumber Pendapatan
๐ฆ BK
โโ๐ Komisi pihak berelasi Rp 118,67 B
โโโ ๏ธ 84,87% pendapatan usaha
โโ๐งฒ Konsentrasi ekstrem
๐ฑ XL
โโ๐ Komisi pihak ketiga Rp 279,17 B
โโโ๏ธ 98,41% total komisi
โโ๐ Pasar terbuka
๐ Pertumbuhan Neraca
๐ฆ BK
โโ๐ Piutang pihak berelasi naik 158%
โโ๐ฐ Kas naik 26,38% ke Rp 1,345 T
โโ๐ Pendapatan turun
๐ฑ XL
โโ๐ Aset naik 364% YtD
โโ๐ Piutang pialang naik 497%
โโโ ๏ธ Modal kerja membengkak
๐ฐ Profitabilitas
๐ฆ BK
โโ๐ Laba bersih Rp 79,66 B
โโ๐ Turun 33,8% YoY
โโ๐ Pendapatan turun 14,82%
๐ฑ XL
โโ๐ Laba Rp 141,5 B
โโ๐ฅ Naik 447% YoY
โโ๐ Pendapatan naik 268%
๐ง Catatan margin
โโโ๏ธ BK margin tinggi karena struktur fee
โโโ๏ธ XL margin tinggi karena volume ekstrem
๐ง Kualitas Arus Kas
๐ฆ BK
โโ๐ CFO Rp 271,5 B
โโ๐ข Lebih besar dari laba
โโ๐ง Laba benar-benar cair
๐ฑ XL
โโ๐ฃ CFO negatif Rp 520 B
โโโ ๏ธ Laba nyangkut di modal kerja
โโโฝ๏ธ Mesin settlement makan kas
๐ง Kesimpulan kas
โโ๐ BK paling bersih
โโ๐จ XL paling haus bensin
โ๏ธ Efisiensi Biaya
๐ฆ BK
โโ๐ฅ Beban kepegawaian Rp 55,88 B
โโโ๏ธ 66,21% total beban
โโ๐ง Mahal di talent dan relasi
๐ฑ XL
โโ๐ฅ Data feed dan data center Rp 75,49 B
โโโ๏ธ 50,23% total beban
โโ๐ฅ Beban SDM melonjak
โโ๐ Karyawan 90 ke 211
๐งฑ Struktur Neraca
๐ฆ BK
โโ๐งฑ Ekuitas Rp 1,55 T
โโ๐ฆ Liabilitas Rp 1,80 T
โโโ๏ธ Liabilitas ekuitas ยฑ 1,16x
๐ฑ XL
โโ๐งฑ Ekuitas Rp 297,5 B
โโ๐ฆ Aset Rp 2,508 T
โโโ๏ธ Leverage ยฑ 7,43x
๐ง Implikasi
โโ๐ก BK lebih tahan guncangan
โโโ ๏ธ XL sensitif mismatch harian
๐ฆ Pendanaan Tambahan
๐ฑ XL
โโ๐ Utang subordinasi Rp 100 B
โโ๐ Utang lain-lain Rp 300 B
โโ๐ Utang berelasi total Rp 448,2 B
๐ฆ BK
โโ๐ข Tidak tergantung suntikan agresif
โโ๐ง Likuiditas internal kuat
๐ก Ketahanan Operasional
๐ฆ BK
โโ๐ฐ Kas Rp 1,345 T
โโ๐งพ MKBD Rp 1,501 T
โโ๐ค Counterparty favorit
๐ฑ XL
โโ๐ฅ Growth tinggi
โโโ ๏ธ Butuh pembuktian kas
โโ๐ Bergantung ritme settlement
๐ฏ Kesimpulan Objektif
๐ฆ BK unggul di
โโ๐ง Stabilitas
โโ๐ง Kualitas kas
โโ๐ก Ketahanan neraca
๐ฑ XL unggul di
โโ๐ Growth aset
โโ๐ฅ Growth laba
โโ๐ Ekspansi volume ritel
โ๏ธ Intinya
โโโ BK tidak otomatis menang semua
โโโ XL tidak otomatis lebih lemah
โโ๐ง BK mesin stabil institusional
โโ๐ฅ XL mesin growth ritel
๐ Penentu ke depan
โโ๐ฆ BK tergantung kontinuitas flow berelasi
โโ๐ฑ XL tergantung konversi laba jadi kas
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$BBNI $BBTN $BMRI
1/2

