imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$ADES - CAGR, PEG, dan MOS: Tiga Angka Penting Sebelum Membeli Fast Grower

Peter Lynch selalu menekankan pentingnya mencari perusahaan yg dpt tumbuh dgn cepat tp belum dihargai mahal. Ia menyebutnya fast grower, jenis bisnis yg bisa meningkatkan valuenya melalui kenaikan laba tahunan yg stabil. Pola pikir itu bisa kita terapkan di BEI, salah satunya lewat studi kasus PT Akasha Wira International Tbk atau ADES.

ADES dulu dikenal dr bisnis air minum, tapi kini portofolionya makin luas setelah menggarap segmen kosmetik. Transformasi itu tercermin jelas dlm angka-angka keuangannya. Revenue yg tahun 2020 masih 673 miliar, kini naik menjadi 2,47 triliun secara TTM. EPS jg melonjak dr 230 menjadi 1.129, sementara free cash flow hanya naik tipis dr 226 menjadi 239 miliar.

Pertumbuhan ini kalau dihitung dgn metode CAGR menunjukkan cerita menarik. Revenue tumbuh sekitar 31% per tahun, EPS naik 37,8% per tahun, sedangkan free cash flow hampir stagnan di 1,2%. Menurut sy pola ini menggambarkan perusahaan yg sedang tumbuh cepat tp masih menyerap banyak kas utk ekspansinya.

Dlm pendekatan Lynch, valuasi saham kategori fast grower dihitung lewat PEG ratio, yaitu perbandingan antara PER dan laju pertumbuhan EPS. Dengan harga saham Rp14.975 dan EPS TTM Rp1.128,56, PER ADES sekitar 13,27x. Kalau dibandingkan dgn growth 37,8%, maka PEG-nya 0,35. Nilai ini masih di bawah 1 yg berarti pertumbuhan laba lebih cepat dibanding harga sahamnya.

Untuk melihat seberapa aman valuasinya, sy coba buat jd dua skenario. Skenario optimis memakai growth aktual 37,8%, sedangkan pesimis memakai angka bulat yg hampir setengahnya yaitu 15%. Hasilnya, PEG pesimis 0,88 dan optimis 0,35, keduanya masih di bawah 1. Hal Ini menunjukkan bahwa valuasi ADES masih di wilayah undervalued menurut kacamata Lynch.

Dari skenario pesimis, harga wajar dihitung lewat PER wajar 15x. Dgn EPS 1.128,56, nilai wajarnya sekitar Rp16.900. Jika nyubi impostor seperti sy ingin margin of safety 30%, maka harga maksimal beli sekitar Rp11.850. Sementara skenario optimis menghasilkan PER wajar 37,8x, setara harga Rp42.700. Dgn MOS 30%, harga maksimal beli naik jd sekitar Rp29.900.

Namun penting untuk diperhatikan bahwa valuasi tadi perlu dikonfirmasi lewat kualitas arus kas. Meski laba naik lima kali lipat, free cash flow hanya tumbuh sedikit. Ini menunjukkan kas perusahaan belum berlari secepat labanya.

Penyebabnya tentu karena kenaikan persediaan, piutang, dan capex besar utk menopang ekspansi produk baru. Menurut sy, selama kenaikan ini memang menciptakan kapasitas produksi dan margin masa depan, maka kondisi ini masih sehat.

Kemudian dr sisi struktur modal, ADES tergolong konservatif. Liabilitas terhadap aset sekitar 20%, dan perusahaan memegang posisi kas bersih. Artinya ekspansi dilakukan dgn dana internal, bukan lewat utang. Ini membuat pertumbuhan lebih aman walau cash flow masih ketat.

Jika disimpulkan, ADES ini termasuk fast grower yg sedang bertransisi. Laba naik cepat, kas belum sepenuhnya mengikuti, tapi neracanya kuat. Selama pertumbuhan tiap segmennya tetap berlanjut dan OCF mulai mendekati laba bersih, valuasi sekarang masih bisa jd titik masuk yg rasional. Tapi tentu sy jg tidak akan menolak bila diberikan MOS lebih besar. 馃檲

Oya sebelumnya sy jg pernah menulis perhitungan valuasi ADES berdasarkan proyeksi laba full yearnya. Teman-teman bisa membacanya pd link berikut:
https://stockbit.com/post/21460711

Disclaimer:
Catatan ini adalah refleksi pengetahuan penulis tentang metode valuasi ala Lynch dan catatan ini jg bukan ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Segala kerugian sebagai akibat penggunaan informasi pada tulisan ini bukan menjadi tanggung jawab penulis. Do your own research.

Random Tag $CLEO $MYOR

Read more...
2013-2025 Stockbit 路AboutContactHelpHouse RulesTermsPrivacy