$IHSG - Bukan Asal Murah, Tapi Punya Nilai
Ini artikel bagian kedua dr hal-hal yg sy pelajari dr seorang investor bernama Mr. Pi. Bagian pertama dapat anda baca pada post: https://stockbit.com/post/19739916
Selanjutnya setelah mindset terbangun dgn kokoh, pertanyaan berikutnya adalah bagaimana menentukan apakah sebuah saham layak dibeli? Atau lebih tepatnya, bagaimana Mr. Pi menilai apakah suatu perusahaan itu benar-benar baik dan harganya masih masuk akal?
Mr. Pi selalu memulai segalanya dr prinsip yg sederhana, yaitu jangan membeli jika belum memahami bisnisnya. Sebab apabila kita sendiri belum paham bagaimana perusahaan memperoleh pendapatan, siapa pesaingnya, di mana letak keunggulannya, dan apa risiko terbesarnya, maka sejatinya kita hanya membeli simbol harga, bukan kepemilikan bisnis. Dan saat kita hanya memiliki simbol, fluktuasi harga akan mudah menggoyahkan psikologis kita.
Karena itu, Mr. Pi selalu menyarankan agar investor pemula memulai dr hal-hal yg sudah akrab. Contohnya seperti industri tempat bekerja, produk yg sering digunakan, atau brand yg dikenal luas.
Namun pemahaman tidak boleh berhenti di sana. Menyukai produk belum tentu berarti bisnisnya sehat. Banyak perusahaan terlihat menarik di hadapan konsumen, namun secara struktur bisnis sesungguhnya rapuh. Maka langkah berikutnya adalah mempelajari laporan keuangan, memahami model bisnis, serta menelusuri apa keunggulan kompetitifnya.
Mr. Pi menyebut proses ini sebagai membangun pemahaman terhadap business model. Konsepnya sederhana: apa yang dijual, siapa yang membeli, bagaimana perusahaan menciptakan laba, dan bagaimana mereka bisa bertahan dlm kompetisi.
Salah satu ciri penting yang selalu dicari Mr. Pi adalah kemampuan perusahaan untuk mencetak laba secara konsisten. Artinya bukan hanya untung pada satu kuartal, tetapi memiliki jejak kinerja yang stabil bahkan terus bertumbuh.
Arus kas jg tak kalah penting. Bila perusahaan rutin mencetak laba namun arus kas operasionalnya lemah, maka hal itu perlu diwaspadai. Apalagi jika perusahaan memiliki utang besar. Menurut Mr. Pi, perusahaan dgn rasio utang tinggi seperti mengendarai kendaraan sambil membawa bom waktu. Kita tidak pernah tahu kapan ledakannya terjadi.
Oleh sebab itu, ia lebih menyukai perusahaan yg memiliki struktur permodalan konservatif, bahkan kalau bisa, memiliki posisi kas bersih (net cash). Alias jumlah cash lebih besar daripada jumlah utangnya.
Lalu bagaimana menilai apakah harga saham murah? Mr. Pi justru menjawab dengan pendekatan yg sederhana namun kuat, yaitu akal sehat. Ia tidak selalu menggunakan model valuasi rumit seperti DCF. Sering kali cukup membandingkan harga sekarang dengan rasio PER historis.
Misalnya, suatu perusahaan dlm lima tahun terakhir diperdagangkan pd kisaran PER 10–15x. Kemudian terjadi gejolak pasar, dan saham tersebut jatuh ke PER 5x padahal kinerja bisnis tdk banyak berubah. Situasi semacam ini menurutnya layak diperiksa lebih lanjut.
Ia jg membandingkan dgn pesaing sejenis. Jika kompetitor diperdagangkan di PER 12x, sementara perusahaan tersebut hanya 6x, padahal fundamentalnya sama atau lebih baik, maka bisa jd pasar sedang tdk memperhatikan nilai sebenarnya.
Namun demikian, Mr. Pi tdk serta-merta menganggap semua saham ber-PER rendah sebagai peluang. Ia menyadari, dlm banyak kasus, harga rendah bisa mencerminkan adanya masalah tersembunyi. Karena itu, ia selalu melakukan pemeriksaan menyeluruh.
Ia menggali lebih dalam apakah penurunan harga disebabkan oleh kekhawatiran pasar yg berlebihan, atau karena ada kerusakan fundamental yg belum sepenuhnya tercermin di laporan keuangan.
Di sinilah naluri value hunter bekerja. Mr. Pi gemar mencari saham lapis dua atau tiga yg secara fundamental kuat, tetapi blm banyak dikenal investor. Biasanya perusahaan seperti ini memiliki kapitalisasi pasar kecil, tidak banyak dibahas analis, namun performa keuangannya rapi. Ia menyebut ini sebagai "saham-saham yg diam-diam menarik."
Untuk proses penyaringan awal, Mr. Pi terkadang menggunakan fitur pencarian saham yg menyortir berdasarkan kapitalisasi kecil, pertumbuhan laba baik, dan rasio utang rendah.
Jika muncul nama yg belum ia kenal, justru itu menjadi bahan eksplorasi. Karena saham yg belum banyak dilirik sering kali menyimpan potensi tersembunyi. Tentu saja, setelah itu ia tetap memverifikasi satu per satu. Membaca laporan keuangan, menelusuri berita terbaru, dan menganalisis posisi industrinya.
Dalam menilai kinerja, Mr. Pi lebih memilih menggunakan data TTM (trailing twelve months) daripada sekadar mengalikan angka kuartalan. Ia memahami bahwa banyak perusahaan mengalami pola musiman.
Misalnya, beberapa sektor akan mencatat lonjakan penjualan pada kuartal ketiga atau keempat karena momentum Lebaran atau Natal. Jika kita sekadar mengalikan angka kuartal satu dengan empat alias disetahunkan, hasilnya bisa menyesatkan. Maka itu, memakai data 12 bulan terakhir lebih mewakili kenyataan bisnis.
Dari semua pendekatan tersebut, pelajaran terbesarnya adalah bahwa menemukan saham berkualitas tidak harus menjadi investor paling pintar atau paling canggih secara teknis. Justru yg lebih penting adalah kedisiplinan dan kesabaran.
Disiplin agar tidak tergoda ikut-ikutan, dan sabar dlm menunggu saham dengan kriteria bisnis sehat, struktur keuangan kuat, serta valuasi wajar.
Menurut Mr. Pi, saham yg layak dibeli harus mampu menjawab tiga pertanyaan:
Apakah bisnisnya sehat?
Apakah harganya masuk akal?
Dan apakah kita memahami dgn jelas mengapa kita membeli?
Jika ketiganya terjawab dgn yakin, maka kita tidak memerlukan pembenaran dr market. Karena waktu dan kinerja bisnis akan membuktikan sendiri nilai sejatinya.
Disclaimer: Catatan ini adalah refleksi pengetahuan penulis tentang Mr. Pi yg diperoleh dr berbagai sumber seperti: https://cutt.ly/ErS3QL3q, dan catatan ini bukan ajakan untuk membeli atau menjual saham. Segala kerugian sebagai akibat penggunaan informasi pada tulisan ini bukan menjadi tanggung jawab penulis. Do your own research.
$KMDS
$ARNA