$IHSG - Mindset Dulu, Cuan Belakangan

Banyak orang mulai kenal saham bukan dr logika, tapi dr rasa. Ada yg tertarik karena temennya cuan cepat. Ada yg ikut seminar, lihat influencer, lalu tergoda mimpi pensiun dini. Ada juga yg awalnya cuma coba-coba, eh… malah nyangkut dan akhirnya belajar beneran.

Tapi buat Mr. Pi, seorang investor kawakan yg sudah lebih dr 20 tahun di market, titik balik itu bukan soal teknikal, bukan soal tren, apalagi bisikan saham. Titik baliknya justru datang dr satu kesadaran yaitu dibalik saham bukan soal angka saja, tapi ada bisnis yg mendasarinya.

Waktu mulai di 2004, Mr. Pi jg mengalami fase serba campur. Trading, coba bandarmologi, baca indikator, sampai ikut hype. Tapi semua berubah drastis pas krisis 2008. Saat itu market rontok, harga-harga saham anjlok, dan semua terlihat menakutkan. Tapi justru di titik itulah ia melihat peluang.

Perusahaan bagus dijual murah-murah. Ada yg PER-nya tinggal satu digit, ada yg harganya seakan-akan bakal bangkrut, padahal fundamentalnya masih sehat. Dari situ, ia beralih haluan total. Ia sadar bahwa kalau kita bisa membaca perusahaan seperti membaca masa depan bisnisnya, bukan grafiknya, maka kita bisa tetap waras meskipun market jungkir balik.

Buat Mr. Pi investasi itu simpel tp tidak mudah. Simpel karena dasarnya cuma satu, yaitu kita beli bisnis, bukan kertas. Tapi tidak mudah karena dibutuhkan mindset yg kuat utk nahan godaan jangka pendek.

Ia bahkan sering mengandaikan begini: bagaimana kalau bursa cuma bisa utk beli, tp tidak bisa jual? Cuma bisa terima dividen. Kalau kita tetap mau beli saham itu dlm kondisi seperti itu, berarti kita betul-betul percaya pd bisnisnya. Kalau tdk, berarti kita cuma spekulan yg menyamar jd investor.

Makanya, buat dia, mindset itu selalu jadi urutan pertama sebelum bahas valuasi, PER, atau ROE. Mindset bahwa saat kita klik tombol “beli”, kita sebenarnya membeli sepotong perusahaan. Kita jd pemilik, meskipun kecil.

Dan sebagai pemilik, tugas kita bukan cuma berharap harga naik. Tapi mengerti bisnisnya jalan atau tdk. Prospeknya masih masuk akal atau sudah mulai ngaco. Ini beda jauh dgn orang yg beli karena ramai, atau beli karena “katanya bakal naik.”

Menariknya, Mr. Pi juga menyadari bahwa banyak investor pemula, bahkan yg sudah beberapa tahun di market, jatuh ke satu perangkap yg sama, yaitu nyangkut trus jd investasi.

Maksudnya begini. Awalnya beli karena trading, mau swing atau scalping, terus ternyata harganya turun. Tidak rela cut loss, lalu menghibur diri: “udah, jadiin aja investasi.” Ini bahaya. Karena alasan belinya beda dgn alasan menahannya. Dan itu sering membuat kita jd tak objektif lagi. Alih-alih mengevaluasi secara rasional, kita malah terjebak harapan kosong.

Mr. Pi pernah mengalami hal serupa. Ia cerita soal masa awal-awal dulu, portofolionya pernah “berantakan” karena terlalu banyak beli saham yg ternyata tak sejalan dgn filosofi dia sendiri. Akhirnya dia bersihkan semua, cut rugi, dan reset ulang.

Sakit? Iya. Tapi lebih sakit kalau nahan saham yg sudah jelas fundamentalnya memburuk hanya karena gengsi atau harapan palsu. Buat dia, investasi itu soal conviction. Kalau asumsi awalnya berubah, jgn ragu buat ganti arah.

Apa ini berarti semua orang harus langsung jd value investor serius? Tidak juga. Bahkan ia sendiri mengatakan bahwa menemukan gaya yg cocok itu butuh waktu. Mirip seperti olahraga. Ada yg cocoknya lari, ada yg lebih nyaman gowes, ada juga yg hobinya berenang. Yang penting, tahu batasan diri, tahu kekuatan sendiri, dan jangan maksa ikut orang.

Banyak orang yg ngotot jd trader padahal tdk tahan utk memantau market tiap hari. Sebaliknya, ada yg cocoknya investasi jangka panjang tp malah ikut-ikutan swing tiap 3 hari. Hasilnya? Capek sendiri.

Kalau kita kerja kantoran, sibuk, dan tdk bisa full time pantau layar, ya jangan paksa trading. Mr. Pi sendiri dulu kerja kantoran. Dan itu jd salah satu alasan kenapa ia lebih pilih investasi. Karena investing bisa dilakukan tanpa harus mantengin tiap menit. Yang penting tahu bisnisnya, punya ekspektasi yg rasional, dan review berkala.

Jadi kalau sekarang kita baru mulai belajar investasi, saran paling jujur dr Mr. Pi adalah jangan buru-buru cari saham. Cari dulu cara berpikir. Karena masalah terbesar pemula bukan di valuasi, bukan di laporan keuangan, tapi di cara pandang.

Banyak yg bertanya: “PER segini bagus nggak? EV/EBITDA segini murah nggak?” Tapi lupa tanya: “Aku beli saham ini buat apa, dan karena apa?”

Karena kalau alasannya lemah, maka ketika harga turun, biasanya kita bingung harus apa. Tapi kalau kita tahu betul apa yg kita beli, maka kita bisa tetap tenang bahkan saat market merah.

Dan dari sanalah, investasi bukan lagi soal harga naik besok atau minggu depan. Tapi soal membangun aset yg bertumbuh dlm jangka panjang. Seperti Mr. Pi pernah katakan kalau saham itu bisnis, maka kita harus memperlakukannya seperti bisnis. Dan bisnis yg baik, tidak dibangun dalam semalam.

Disclaimer: Catatan ini adalah refleksi pengetahuan penulis tentang Mr. Pi yg diperoleh dr berbagai sumber seperti: https://cutt.ly/5rS3Q8ZQ, dan catatan ini bukan ajakan untuk membeli atau menjual saham. Segala kerugian sebagai akibat penggunaan informasi pada tulisan ini bukan menjadi tanggung jawab penulis. Do your own research.


$COAL-NEWCASTLE
$OIL

Read more...
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy