imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Saya Kaget Karena BEI Kaget Sama Margin Sekuritas

Lanjutan dari diskusi hari ini di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345

Saya benar-benar kaget. Tapi bukan kaget karena ada sekuritas yang kasih margin limit sampai 25 kali. Saya kaget karena BEI, lembaga yang seharusnya paling tahu seluk-beluk semua aktivitas anggotanya, ternyata ikut kaget. Serius? Direktur BEI bisa bilang, masa sih segitu margin nya?

Direktur BEI kayak orang baru dengar gosip aja. Padahal ini fitur margin sekuritas kan bukan rumor dari grup Telegram, tapi fitur resmi yang ditawarkan ke publik. Kalau bursa aja baru tahu, lalu siapa yang sebenarnya mengawasi pasar ini? Ini bukan masalah teknis kecil, ini soal sistem pengawasan pasar modal nasional. Apakah jangan - jangan selama ini memang market ndak pernah diawasi? Apakah itu fitur FCA UMA suspend hanya dibuat biar keliatannya kerja? Hanya sekedar bertanya 馃檹. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Sebelumnya saya sudah pernah bahas tentang UI/UX atau tampilan margin sekuritas yang terkesan menjebak dan cenderung Predatory di link ini https://stockbit.com/post/19088872

Dan perbandingannya dengan UI/UX di @Stockbit di link ini https://stockbit.com/post/19089765

Tapi sejujurnya, saya tidak merasa margin dan trading limit itu sendiri yang jadi biang masalahnya. Dalam konteks yang tepat, margin itu wajar-wajar saja. Bahkan di banyak negara maju, margin sudah jadi bagian dari strategi portofolio. Investor yang sudah paham risikonya, tahu kapan masuk, tahu kapan keluar, ya silakan. Masalahnya di Indonesia, margin bukan sekadar ditawarkan, tapi didesain untuk dipaksakan. Dan paksaan itu bukan datang dalam bentuk verbal, tapi lewat sesuatu yang jauh lebih licik, yaitu UI/UX atau tampilan antarmuka sekuritas di aplikasi.

Banyak sekuritas di Indonesia, yang bahkan sering disebut user-friendly, justru menjebak lewat desainnya. Bayangkan kamu, investor pemula, baru buka akun, baru setor dana, dan hari itu juga langsung beli saham pertama. Tapi tanpa sadar, kamu sudah pakai margin. Uang yang kamu pakai bukan cuma dana sendiri, tapi ditambahin dengan limit pinjaman. Kok bisa? Karena dari awal, transaksi-nya sudah otomatis margin, bukan cash. Dan kamu nggak pernah dikasih tahu secara eksplisit. Nggak ada konfirmasi, nggak ada pop-up edukatif, nggak ada simulasi risiko. Hanya tombol beli dan euforia ingin cuan.

Ini bukan sekadar keteledoran. Ini desain sistematis yang menjebak. Dan kalau kita bicara soal etika, ini jauh lebih serius dibanding sekadar overlimit margin. Karena margin 25 kali itu hanya angka. Tapi ketika nasabah masuk ke sistem yang diam-diam memaksa dia pakai margin tanpa sadar, itu sudah bentuk manipulasi struktural. Bahkan dalam dunia kripto yang sering disebut liar pun, cara kerja margin jauh lebih transparan. Lihat Binance. Mau pakai margin? Harus aktifkan dulu. Harus baca warning. Harus ngerti dulu konsep likuidasi dan bunga harian. Aksesnya butuh konfirmasi manual. Jelas, terbuka, sadar. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Bandingkan dengan sekuritas yang bahkan tidak memberimu pilihan. Mau beli saham? Ya sudah otomatis pakai limit. Bahkan untuk day trading, kamu bisa pakai limit yang lebih besar, dan semua dikemas seolah-olah itu fitur keren. Dikasih nama yang modern, dikombinasikan dengan animasi, warna-warna segar, dan kata-kata promosi seperti 'trading lebih leluasa' atau 'kesempatan lebih besar'. Tapi tidak satu pun menyebutkan bahwa ini utang. Kalau salah langkah, kamu bisa bangkrut.

Dan siapa yang diincar? Investor pemula. Anak muda. Mahasiswa. Fresh graduate. Mereka ini target utama karena mereka belum punya pengalaman, belum banyak tahu, dan ironisnya percaya pada aplikasi yang tampilannya keren. Mereka pikir kalau aplikasinya modern, pasti aman. Padahal bisa jadi justru itulah jebakannya. Ketika transaksi sudah dijalankan dan harga saham bergerak salah arah, mereka baru sadar bahwa saldo tinggal separuh, bahkan minus. Lalu ada notifikasi bahwa akun telah di-force sell otomatis.

Apa yang terjadi setelah itu? Mereka trauma. Mereka keluar dari pasar modal. Mereka cerita ke teman-temannya bahwa main saham itu serem. Dan akhirnya, bukan cuma satu dua yang kabur. Gelombang kapok ini menyebar. Karena nasabah ritel bukan hanya korban, tapi juga penyebar cerita buruk tentang pasar modal. Dan ini sangat merusak dari sisi trust. Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx

Kita harus ingat, pasar modal itu hidup dari kepercayaan. Sekali kepercayaan itu hilang, semua angka, grafik, dan regulasi nggak ada gunanya. Kalau BEI sebagai SRO dan OJK sebagai regulator membiarkan ini terus terjadi, jangan heran kalau bursa kita makin sunyi. Sekarang aja likuiditas ritel udah seret, investor asing juga nggak terlalu aktif, dan di saat yang sama, makin banyak orang mulai pindah ke kripto atau ke bursa luar negeri. Karena ternyata di luar sana, meskipun regulasinya lebih longgar, sistem perlindungannya lebih manusiawi.

Ironis memang, bursa yang katanya resmi dan diawasi malah lebih menyesatkan daripada platform kripto yang sering dicap scam. Tapi faktanya, kripto punya UI/UX yang lebih fair. Margin bukan jebakan, tapi opsi sadar. Setiap langkah selalu disertai konfirmasi. Risiko dijelaskan. Sementara di sekuritas yang katanya ramah investor, justru bahaya itu tersembunyi dalam desain.

Dan ini semua bukan kesalahan satu pihak saja. Kalau BEI baru tahu dan bilang nanti akan dicek ke sekuritasnya, itu menunjukkan sistem pengawasan yang reaktif, bukan preventif. Ini bukan masalah satu fitur, tapi masalah struktur, sistem, dan filosofi. Regulator yang ideal itu tidak menunggu masalah muncul di media, tapi justru mendeteksi sejak dini, bahkan sebelum fitur diluncurkan ke publik.

Lalu bagaimana dengan sekuritasnya? Mungkin mereka akan bilang bahwa ini bagian dari inovasi, semua sudah ada disclaimer, semua ada di syarat dan ketentuan. Tapi pertanyaannya bukan soal legalitas, tapi soal moralitas. Kalau kamu tahu mayoritas pengguna belum paham margin, dan kamu tetap paksa pakai itu sejak awal, apa bedanya dengan menjebak? Dan kalau kamu dapat cuan dari situ, lalu nasabahmu rugi, apa kamu benar-benar merasa itu bisnis yang fair? Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Saya percaya bahwa bisnis yang baik itu bukan cuma soal angka di laporan keuangan. Tapi soal bagaimana kita memperlakukan orang. Kalau kamu percaya karma, maka menjerumuskan orang lewat desain adalah utang moral yang suatu saat akan ditagih. Kalau kamu percaya akhirat, maka mengumpulkan cuan dari kebodohan orang lain juga nggak akan lulus di penghakiman nanti. Dan kalau kamu nggak percaya apa-apa dan tidak percaya Tuhan itu ada maka setidaknya percayalah bahwa nasabah yang kecewa tidak akan kembali.

Akhirnya, ini bukan lagi sekadar cerita tentang limit margin 25 kali. Ini tentang ke mana arah bursa kita dibawa. Apakah jadi pasar modal yang sehat, transparan, dan berpihak pada investor ritel? Atau sekadar mesin keuntungan jangka pendek, yang pelan-pelan memakan trust, lalu runtuh sendiri karena ditinggal semua orang? Pilihannya ada di tangan regulator, sekuritas, dan kita semua yang masih peduli pasar modal Indonesia tetap hidup. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.

Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345

Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm

Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx

Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW

Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$ADRO $BBRI $CDIA

Read more...

1/9

testestestestestestestestes
2013-2025 Stockbit 路AboutContactHelpHouse RulesTermsPrivacy