Sumber Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (2)
* Menurut Pengeluaran *
Bahasan ini sekaligus perkiraan besaran pertumbuhan ekonomi (PDB) Q1 dan proyeksi untuk Q2 dst.
Rumus PDB = C + I + G + (X - M)
Berdasarkan rilis pertumbuhan ekonomi Indonesia Q4 2024 oleh BPS, berikut ini besaran pengaruh tiap komponen pengeluaran :
1. Konsumsi Rumah Tangga (C) = 54,04%
2. Pembentukan Modal Tetap Bruto / Investasi (I) = 29,15%
3. Ekspor Barang dan Jasa (X) = 22,18%
4. Impor Barang dan Jasa 'Pengurang' (M) = -20,39%
5. Konsumsi Pemerintah (G) = 7,73%
6. Perubahan Inventori = 2,25%
7. Konsumsi Lembaga Non Profit yang Melayani Rumah Tangga / LNPRT = 1,36%
8. Diskrepansi Statistik / Selisih PDB Lapangan Usaha dengan PDB Pengeluaran = 3,68%
TOTAL = 100%
Dari pertumbuhan ekonomi Indonesia setahun penuh 2024 yang sebesar 5,03% yoy, tiap komponen pengeluaran berkontribusi sebesar :
1. Konsumsi Rumah Tangga (C) = 2,60 persen poin
2. Impor Barang dan Jasa 'Pengurang' (M) = -1,54 persen poin
3. Ekspor Barang dan Jasa (X) = 1,53 persen poin
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto / Investasi (I) = 1,43 persen poin
5. Konsumsi Pemerintah (G) = 0,48 persen poin
6. Konsumsi Lembaga Non Profit yang Melayani Rumah Tangga / LNPRT = 0,16 persen poin
Melalui penjabaran di atas, jelas bahwa konsumsi rumah tangga adalah kontributor utama PDB Indonesia. Lebih dari setengah total PDB.
Disusul oleh investasi, ekspor-impor, baru kemudian belanja negara.
Kalau dihitung net ekspor-impor (X-M), memang kontribusinya cuma 1,79% atau -0,01 persen poin.
Tapi masing-masing komponen X maupun M mencakup porsi lebih dari 20% PDB, tentu ini berpengaruh signifikan.
..................................
Dari dasar hitungan PDB di atas, saya akan coba perkirakan angka pertumbuhan Q1 2025 berdasarkan data terkait yang bisa menjadi indikasi performa tiap komponen.
1. Konsumsi Rumah Tangga (C)
Terindikasi dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang masih cukup optimis, walaupun ada pelemahan di Maret.
Kemudian, Penjualan Eceran masih tumbuh positif secara tahunan selama bulan demi bulan di Q1, walaupun belum begitu kuat.
Ramadan, Lebaran, Tahun Baru Imlek, dan panen raya juga terjadi selama Q1.
Kemudian ada diskon tarif listrik PLN, diskon tiket pesawat, diskon pulsa.
Ini bisa menopang konsumsi.
Walaupun minusnya adalah di Q1 tahun lalu ada Pemilu, sedangkan tahun ini tidak ada.
Sehingga diperkirakan Konsumsi Rumah Tangga cenderung tumbuh stagnan di kisaran 5% yoy ke bawah.
Komponen C saya perkirakan netral ➖
2. Pembentukan Modal Tetap Bruto (I)
Terindikasi dari Realisasi Investasi Q1 yang naik +15,9% yoy.
Komponen I saya perkirakan positif ✔️
3. Ekspor - Impor (X-M)
Terindikasi dari rilis data neraca perdagangan Indonesia, yang mana secara kumulatif Jan-Mar ekspor tumbuh +6,93% yoy, sedangkan impor hanya tumbuh +1,47% yoy.
Komponen X-M saya perkiraan positif ✔️
4. Belanja Negara (G)
Selama periode Jan-Feb 2025, dalam rilis APBN KiTA, realisasi belanja negara turun -7,00% yoy.
Walaupun ada potensi penambahan belanja di Maret dst, namun kebijakan efisiensi yang dilakukan pemerintah mungkin akan berdampak ke belanja yang ditahan-tahan menunggu pos realokasi.
Komponen G saya perkirakan negatif ❌
Q1 2024 lalu pertumbuhan ekonomi mencapai 5,11% yoy.
Target pertumbuhan ekonomi 2025 yang diestimasikan oleh BI juga turun ke kisaran 4,7% sampai 5,5% yoy, dengan target realistis sedikit di bawah nilai tengah 5,1% yoy.
Sementara target pertumbuhan ekonomi menurut APBN 2025 yaitu 5,2% yoy.
Dengan demikian, Q1 2025 diharapkan pertumbuhan ekonomi bisa menyamai bahkan di atas pencapaian tahun lalu (5,11%), dan di atas nilai tengah target BI (5,1%), syukur-syukur bisa lewati target APBN 5,2% yoy.
Prediksi kisaran 5,1% - 5,25%.
Semoga bisa capai 5,18% yoy 👍
Jika bisa terwujud, maka hal ini jadi bekal yang baik untuk mengarungi waktu-waktu ke depan Q2 dst yang penuh tantangan berat di kancah global.
..........................................
Lalu Q2 bagaimana ?
Tantangan berat bakal membebani.
Konsumsi diperkirakan menurun karena normalisasi permintaan pasca lebaran. Plus daya beli dan sentimen konsumen yang masih belum benar-benar kuat.
Dari sisi ekspor-impor, dihadapkan dengan kebijakan tarif resiprokal US dan perang dagang yang baru mulai di Q2.
Seperti sudah dijelaskan di atas, walaupun kontribusi net ekspor-impor kelihatan kecil terhadap PDB, tapi masing-masing komponen ekspor dan impor itu signifikan pengaruhnya (di atas 20% terhadap PDB).
Jadi dampak langsung dan tidak langsung dari kebijakan tarif, bakal pengaruh ke kinerja neraca dagang, yang akhirnya berdampak ke penurunan pertumbuhan ekonomi.
Sesuai keterangan yang disampaikan Menkeu Sri Mulyani di konferensi pers lalu, pengusaha sudah melaporkan adanya penurunan ekspor yang cukup terasa, utamanya ke US.
Selain itu, masing-masing komponen pengeluaran pembentuk PDB (C,I,G,X,M), tentunya bukan hanya pengaruh ke PDB, tapi juga antar komponen punya korelasi yang saling mempengaruhi satu sama lain.
Contoh alurnya :
Ketika situasi global tidak menentu, ekspor terancam turun, maka minat investasi juga dikhawatirkan menurun.
Jika investasi turun, lapangan kerja jadi sulit, maka daya beli masyarakat turun, konsumsi turun.
Geliat ekonomi lesu bikin pendapatan negara pun ikut turun, sehingga belanja negara turun.
Tapi ya setidaknya batas bawah kisaran target yaitu 4,7% yoy diharapkan tidaklah sampai ditembus. Ekonomi Indonesia masih cukup kuat.
Berharap saja delegasi Indonesia yang sedang nego di US bisa dapat hasil positif, syukur-syukur malah dapat advantage dalam kurun waktu 60 hari ke depan.
Berharap pula hubungan Indonesia dengan negara selain US juga makin erat, peluang ekspor jadi makin luas dan meningkat.
Sembari berharap juga ada perkembangan positif dari perang dagang dan perang fisik yang saat ini sedang berlangsung. Setidaknya eskalasi tidak makin memburuk. Growth global tidak terlalu jeblok.
Dengan demikian rencana-rencana penanaman investasi di Indonesia bisa terlaksana kalau kondisi sudah lebih positif. Lapangan kerja terjaga. Konsumsi terjaga.
Kalau kondisi buruk Q2 mengharuskan growth melemah ke bawah 5%, setidaknya bisa stay kisaran 4,9% aja ya, gak perlu sampai sentuh batas bawah 4,7% 🙏
Karena fear mungkin bakal merebak di market kalau growth jeblok ke bawah 4,9%.
Perkembangan kondisi saat ini penting untuk diamati.
........................
Satu capaian Indonesia yang penting tahun 2025 ini, tapi sering kali dianggap sepele dan malah buat bahan nyinyir.
"Pangan aman"
Padahal ini yang bikin pertumbuhan ekonomi bisa stay di atas 5% pada akhir tahun 2025 (Q4) nanti menjadi keniscayaan.
Hal yang akan membuat posisi Indonesia makin penting sebagai tujuan investasi global.
Pangan aman, populasi besar, stabilitas ekonomi politik, natural resources melimpah, inflasi rendah, growth terjaga dan potensi meningkat, GDP PPP yang tinggi, proses deregulasi, iklim investasi yang makin baik.
Janganlah terlalu pesimis sama negara sendiri👍
Postingan ini lanjutan dari bahasan Sumber Pertumbuhan Ekonomi Indonesia menurut lapangan usaha dan pulau
https://stockbit.com/post/17806314
$IHSG $BMRI $BBCA
1/10