imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Survive Part 2

Di postingan sebelumnya saya sempat bahas tentang metode survival di saham dengan modal awal 100 juta rupiah. https://stockbit.com/post/18131650

Ada yang nanya, “Strategi bangun mesin kas pasif dari reksa dana, deposito, lalu digulung ke saham dividen itu bagus sih... tapi kalau saya nggak punya 100 juta gimana? Saya gaji UMR, nabung aja susah.” Nah, ini justru poin pentingnya. Strategi itu bukan cuma buat yang udah punya duit gede di awal. Justru strategi ini lebih cocok buat yang gaji pas-pasan, mulai dari nol, tapi konsisten dan sabar. Karena intinya bukan soal seberapa besar kamu mulai, tapi seberapa lama kamu tahan. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Bayangin kamu gajian Rp5 juta per bulan. Nggak usah all-in, cukup sisihin 20% aja buat investasi—itu Rp1 juta per bulan. Kelihatannya kecil, tapi ini modal bangun fondasi keuangan yang kuat banget. Duit Rp1 juta ini kita pecah jadi tiga kantong. Pertama, Rp400 ribu ke reksa dana obligasi berbasis SBN. Bisa dibeli mulai dari Rp10 ribu/unit lewat aplikasi kayak Bibit atau Bareksa. Return-nya sekitar 6,5–7% per tahun dan bebas pajak. Artinya, dari Rp400 ribu, kamu bisa dapat imbal hasil sekitar Rp26.000 per tahun.

Kantong kedua, Rp300 ribu kita masukin ke reksa dana pasar uang, yang return-nya sekitar 4,5–5% per tahun. Dari sini, kamu bisa dapat sekitar Rp13.500 per tahun. Kantong terakhir, Rp300 ribu ke deposito bunga 4,25%, yang setelah pajak jadi sekitar 3,4%, hasilnya sekitar Rp10.200 per tahun. Jadi total passive income kamu dari instrumen aman itu sekitar Rp49.700 setahun atau Rp4.100 per bulan. Memang nggak gede, tapi ingat, ini dari modal kecil dan aman—dan uang ini yang jadi mesin kamu buat mulai belanja saham dividen.

Kamu pakai duit hasil bunga itu buat beli saham harga di bawah Rp1.000 per lembar, dividend yield di atas 6,5%, utangnya kecil, dan kas-nya tebal. Banyak kok yang begitu di pasar, tinggal pakai screener. Dengan harga segitu, 1 lot cuma Rp50.000–Rp80.000. Jadi tiap bulan, bahkan dari hasil investasi aja, kamu bisa beli 1–2 lot. Tahun pertama kamu mulai dari bunga. Tahun kedua, kamu mulai terima dividen dari saham itu. Tahun ketiga, snowball-nya mulai jalan—bunga + dividen kamu gabung lagi buat beli saham. Reinvest terus. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Kita bikin simulasinya biar kelihatan:

Tahun pertama kamu nabung Rp12 juta (Rp1 juta per bulan). Karena dividen dibayar akhir tahun, kamu belum dapet apa-apa di awal. Tapi masuk tahun kedua, kamu mulai dapet dividen 7% dari Rp12 juta, yaitu Rp840 ribu, yang langsung kamu belanjakan lagi. Total belanja saham kamu jadi Rp12,84 juta. Masuk tahun ketiga, kamu dapet dividen 7% dari Rp24,84 juta = Rp1,739 juta, dan kamu tambahin lagi dengan Rp12 juta nabung baru. Akumulasi jadi Rp38,58 juta. Tahun keempat, kamu dapet dividen Rp2,700 juta. Tahun kelima, kamu dapet Rp3,729 juta. Total portofolio kamu setelah lima tahun bisa tembus Rp69 juta. Dan ini tanpa modal 100 juta di awal. Cuma dari gaji UMR, disiplin nabung Rp1 juta sebulan.

Jadi, strategi ini bukan cuma bisa untuk karyawan gaji UMR—tapi justru cocok banget buat kamu yang mulai dari bawah, nggak punya privilege modal gede, tapi punya satu hal yang jauh lebih penting: konsistensi dan kesabaran. Kamu bangun mesin uang pelan-pelan, dari return kecil yang terus digulung, dari dividen yang ditanam ulang, dari modal kecil yang kamu jaga rapi. Nggak butuh drama market, nggak perlu ngejar cuan kilat. Yang penting: kamu terus bergerak, terus nabung, dan biarin snowball-nya muter sendiri.

Dan lima tahun dari sekarang? Kamu akan punya portofolio saham dividen yang rajin nyetor uang ke rekening kamu, sementara orang lain masih nungguin gaji naik.

Tapi strategi ini memang membosankan. Nggak ada greget auto reject atas, nggak ada euforia bandarmology, dan nggak bisa dipamerin di grup saham dengan caption “+30% dalam 3 hari”. Yang ada malah kamu cuma beli 1–2 lot tiap bulan, nunggu dividen setahun sekali, terus reinvest lagi. Rasanya kayak jalan di tempat. Tapi justru di situlah kekuatannya. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Buat yang terbiasa lihat portofolio ijo royo-royo tiap hari, strategi ini memang nggak asyik. Apalagi kalau saham yang dibeli malah anjlok. Beli di Rp800, tahu-tahu nyentuh Rp620. Panik? Wajar. Tapi kalau kamu pegang saham dengan laba konsisten, fundamental kuat, rutin bagi dividen, justru itu momen emas. Karena saat harga saham turun, harga belinya makin murah, dan otomatis dividend yield-nya makin tinggi. Kamu beli Rp800 dapat yield 7%. Ketika harga turun ke Rp600 dan kamu beli lagi, yield kamu naik ke 9,3%—tanpa perlu tunggu dividen naik.

Itu kenapa kuncinya bukan cuma disiplin, tapi juga tenang dan rasional. Kalau kamu udah riset, tahu perusahaan tetap untung, arus kas aman, dividen tetap dibagi, maka penurunan harga bukan sinyal bahaya, tapi diskon. Saat orang panik jualan, kamu belanja. Saat mereka cut loss, kamu nyicil. Nggak seru, tapi efektif. Karena yang kamu kumpulkan bukan “harga naik”, tapi jumlah lot dan yield makin tebal.

Strategi ini emang nggak cocok buat yang haus sensasi. Tapi buat kamu yang sadar: “gue nggak butuh kaya minggu depan, yang penting gue punya sumber income yang terus tumbuh,” maka strategi ini bisa jadi fondasi yang kokoh banget. Karena di dunia investasi, kemenangan jarang datang dari satu lompatan besar. Tapi dari ribuan langkah kecil yang konsisten dan nggak menyerah walau kelihatan biasa-biasa aja. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.

Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345

Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm

Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx

Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW

Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$PRDA $RALS $BTPS

Read more...

1/2

testes
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy