Head to Head $ULTJ vs $CMRY (2/2)
__________________________________
Part 1 bisa di baca di https://stockbit.com/post/17160680
Profile
Ultrajaya bermula dari sebuah usaha keluarga yang dirintis sejak tahun 1960an oleh Bapak Achmad Prawirawidjaja. Pada mulanya ULTJ hanya memproduksi produk susu yang pengolahannya dilakukan secara sederhana. Perseroan menjadi pioneer dalam teknologi UHT (Ultra High Temperature) dengan dikemas dalam karton aseptik yang di kenalkan pada tahun 1970an. Perseroan terus bertumbuh dari waktu ke waktu sehingga sekarang menjadi produsen terbesar sekaligus market leader pada Segmen UHT dan Minuman Teh Ready to drink. Perseroan memiliki kantor dan pabrik di daerah Cimareme Kab. Bandung Barat yang dekat dengan koperasi perah susu sehingga memudahkan perseroan untuk memperoleh bahan baku.
Cisarua Mountain Dairy merupakan sebuah produsen produk susu premium dan makanan konsumen premium yang berdiri dari tahun 2005. Cimory merupakan market leader di bidang segmen Yogurt dengan pangsa pasar lebih dari 50%. Berbeda dengan Ultrajaya yang fokus pada segmen minuman, Cimory mulai mengembangkan bisnisnya pada segmen makanan premium dengan merk Kanzler nya. Invoasi yang berkelanjutan membuat Cimory menjadi salah satu the fastest moving company di dalam industri Susu. Perseroan memiliki 3 Fasilitas Susu di sentul, semarang, dan pasuruan serta 3 fasilitas makanan di cikupa dan semarang
Asset
CMRY dan ULTJ memiliki Jumlah Aset yang tak jauh berbeda. Per data LK Full Year 2024 CMRY memiliki IDR 8.1 Triliun sedangkan ULTJ memilki 8.4T. Perbedaan alokasi aset keduanya berada di komposisi Kas dan Aset Tetap. ULTJ memiliki Komposisi 28% Aset Tetap dan 28% Kas, sedangkan CMRY memiliki 22% Aset tetap dan 16% Kas. CMRY memiliki preferensi dengan meletakkan mayoritas asetnya sebesar IDR 2.7 Triliun di Investasi Surat Berharga di Obligasi dengan return 3.85%-5.5%. Angka ini pun sudah mengalami peningkatan dari 2023 yang berada di angka IDR 1.2 T. Peletakan aset berupa surat berharga apakah menjadi sinyal dari manajemen terkait pengembangan bisnis yang sudah terbatas atau demi mengantisipasi ketidakpastian di masa mendatang?
Debt
Struktur Liabilitas dari kedua perusahaan ini terbilang cukup sehat, dengan DER CMRY sebesar 22% dan 14% untuk ULTJ. meskipun secara DER CMRY lebih tinggi dibanding ULTJ. Kesehatan ini juga ditunjukkan dalam jumlah hutang berbunga yang sangat kecil, bahkan CMRY tidak memiliki hutang berbunga sama sekali.
Revenue
Dengan asset yang dimiliki CMRY berhasil membukukan Revenue IDR 9 Triliun yang menunjuukan Asset Turnover 110%, sedangkan ULTJ berhasil membukukan sedikit dibawah dengan IDR 8.8 Triliun yang menunjukkan Asset Turnover 105%. Meskipun Revenue konsolidasi ULTJ dibawah CMRY tetapi jika hanya melihat dari segmen susu, maka ULTJ tetap merajai pangsa pasar susu dengan mayoritas penjualan nya berupa Susu sedangkan CMRY hanya berkisar IDR 3.8 T. Alokasi dan pertumbuhan Revenue CMRY jauh lebih banyak ditopang oleh segmen makanannya.
Cost Structure
Dari segi cost structure, ULTJ jauh lebih memerlukan banyak biaya bahan baku dibanding CMRY, Cost to Revenue dari ULTJ sebesar 58% dan CMRY 42%. Perbedaan ini dapat dipahami dari komposisi kandungan susu dari produk-produknya. ULTJ relatif lebih banyak menggunakan susu murni sebagai bahannya sedangkan CMRY lebih mengandalkan bahan komplementer dan mengurangi penggunaan susu murni. Perbedaan komposisi produk ini menjadikan CMRY mengerluarkan biaya lebih sedikit untuk bahan baku. Sementara ULTJ memenangkan preferensi konsumen yang concern terhadap kandungan gizi dalam produk susu kemasan.
Namun kondisi justru berbalik di beban Iklan dan Promosi. ULTJ yang merupakan market leader di industri susu tentu sudah mendapat brand recognition dari konsumen sehingga manajemen tidak perlu terlalu jor-joran dalam iklan dan promosi. Sedangkan CMRY sebagai pemain baru masih perlu banyak investasi pada iklan guna meraih hati para konsumen yang nantinya dapat merebut pangsa pasar kompetitor.
Net Profit
Pada Bottom Line, CMRY kembali mengungguli ULTJ dalam perolehan laba bersih. CMRY berhasil mendapatkan laba bersih sebesar IDR 1.5 T sedangkan ULTJ memperoleh IDR 1.1 T. NPM margin CMRY pun juga lebih tinggi diangka 16% dibanding ULTJ yang berada di 12%. Dari segi ROE, ROA dan ROIC pun CMRY juga jauh lebih unggul dari ULTJ. hal ini mengindikasikan bahwa langkah manajemen untuk meletakkan mayoritas aset pada obligasi bukanlah suatu keputusan yang salah dan masih dapat diterima oleh para investor.
Cash Flow
Dari segi arus kas, keduanya juga menunjukkan proses bisnis yang sehat dengan OCF yang selalu positif. CMRY dan ULTJ berhasil mencatatkan OCF yang lebih besar dibanding Net Profit Owner. CMRY memperoleh OCF sebesar IDR 1.7T dan FCF IDR 1.3 T yang menunjukkan FCF/Share 170, sedangkan ULTJ memperoleh IDR 1.2 T dan FCF IDR 0.6 T yang menunjukkan FCF/Share 65.
Prospect
Keduanya berbagi kue dalam industri Susu yang masih sangat undepenetrated di Indonesia. Sehingga secara makro dan industri keduanya masih memiliki room to growth yang sangat luas. Terlebih CMRY yang sudah melebarkan sayapnya menyasar market premium food yang masih tergolong blue ocean.
Risk
Resiko yang paling terlihat jelas didepan mata bagi keduanya adalah penerapan cukai untuk makanan berpemanis yang tengah di godog oleh pemerintah. Jika aturan ini resmi diterapkan maka berpotensi untuk menggerus laba dari perseroan.
Secara market keduanya juga menghadapi kondisi supply bahan baku. Mengingat industri susu dalam negeri yang jauh dari kata mapan membuat kedua perseroan harus memutar otak untuk memenuhi produksi internalnya. Salah satu langkah yang diambil adalah dengan mengimpor susu skim yang memiliki kualitas tak sebaik susu segar dan juga resiko kurs.
Valuation
Jika dilihat dari relative valuation, ULTJ terlihat lebih menarik dengan PE 12.9X, PBV 2X dan PFCF 21.5X. Berbanding dengan CMRY yang 23.1X, PBV 5.2X dan PFCF 26X. Namun tak serta merta membuat ULTJ menjadi tempat investasi yang lebih baik dibanding CMRY. valuasi sebagai sebuah seni memberikan kebebasan interpretasi dan batas toleransi kepada investor. Bisa saja bagi sebagian orang CMRY lebih masuk akal dengan prospek dan faktor growthnya, namun juga tak memungkiri banyak orang yang memilih ULTJ dikarenakan harga yang ditawarkan berada dibawah value sejatinya.
Conclusion
ULTJ dan CMRY merupakan perusahaan yang bergerak di sektor consumer good dan menghadapi persaingan secara langsung. ULTJ masih memimpin dari segi pangsa pasar minuman susu, jauh diatas CMRY. namun CMRY juga unggul dalam pasar yogurt dengan prosentase lebih dari 60%.
Keduanya menawarkan growth yang menjanjikan dimasa depan dengan masih rendahnya konsumsi dan kesadaran akan kesehatan di Indonesia. Namun kondisi di hulu membawa tantangan tersendiri bagi keduanya.
Bukan Rekomendasi Jual dan Beli
Always DYOR