LABA, NILAI BUKU, KUALITAS ASET

Melanjutkan postingan di link berikut
https://stockbit.com/post/14635002
Tulisan ini bakal panjang, saya bahas dari hal basic accounting, skip saja kalau tidak lagi merasa penting.

Mari saya mulai.

Laba bersih yang didapatkan perusahaan setiap periode (bisa dilihat di Laporan Laba Rugi), akan menambah Nilai Buku (Ekuitas) khususnya di bagian Laba Ditahan (Saldo Laba).

Nah, Saldo Laba (Ekuitas) yang bertambah harus berpasangan (balance) dengan bertambahnya Aset, atau berkurangnya Liabilitas, atau berkurangnya bagian Ekuitas lainnya.

Dalam akuntansi dasar, dikenal istilah Aktiva (Aset) dan Pasiva (Liabilitas dan Ekuitas). Hal ini akan dijabarkan di Laporan Posisi Keuangan (Neraca).
Aset Perusahaan disebut aktiva karena merupakan bentuk kekayaan riil yang "aktif" dikelola perusahaan untuk bisa menghasilkan pendapatan.
Sementara Liabilitas (Utang Kreditur) dan Ekuitas (Modal Investor) disebut pasiva karena merupakan sumber pendanaan yang diperoleh perusahaan untuk bisa mendapatkan seluruh aktiva (aset) yang bekerja aktif tadi, maka Liabilitas dan Ekuitas ini sifatnya "pasif" yang jadi pendukung Aset saja.
Aktiva yang di depan, sementara pasiva yang di belakang menjadi sumber energi aktiva. Maka keduanya harus balance (jumlahnya sama, tidak boleh ada selisih).

Karena laporan keuangan itu rilisnya tiap periode, bukan real time, maka yang bisa dilihat pembaca itu hanya ujungnya saja atau akumulasinya saja dari seluruh transaksi selama periode tersebut.

Misal, perusahaan dapat laba, artinya ekuitasnya tambah, otomatis bertambah pula di aset dalam bentuk kas misal, lalu dipakailah seluruh 100% laba itu buat cicil utang bank, yang mana akan mengurangi kembali aset kas.
Maka di akhir periode akan terlihat sisi Aktiva (Aset) itu nilainya tetap. Sementara di sisi Pasiva, Ekuitas bertambah yang diiringi Liabilitas yang berkurang, maka plus minus secara total pun Pasiva-nya juga tetap. Balance.

Lalu contoh berikutnya, perusahaan dapat laba, ekuitas tambah, aktiva tambah. Lalu diputuskan oleh perusahaan bagi 100% laba jadi dividen.
Maka kalau begini, Aktiva (Aset) sudah bertambah lalu ditarik lagi jadi dividen maka nilainya tetap. Di sisi Pasiva (Ekuitas) pun sama, sudah bertambah lalu berkurang lagi karena pembagian dividen, sementara sisi Pasiva lainnya yaitu Liabilitas tidak ada pergerakan. Balance.

Nah jadi bisa disimpulkan, kalau perusahaan tidak membagikan 100% laba jadi dividen, maka ada bagian laba yang ditahan (Saldo Laba) yang menjadi penambah Ekuitas.
Konsekuensinya harus ada penambahan aset (aktiva), pengurangan liabilitas (pasiva), atau pengurangan bagian ekuitas lainnya (pasiva). Supaya bisa balance.
Maka jika tidak ada pengurangan di sisi Pasiva (gak bayar utang, gak beli saham treasury, gak ada penarikan modal, dll), maka sudah tidak mungkin lari lagi, Aktiva (Aset) lah yang pasti bertambah.

Karena aset adalah yang "aktif" menghasilkan pendapatan bagi perusahaan, maka penting untuk mengetahui apakah kumpulan modal dan laba ditahan (Ekuitas/Nilai Buku) benar-benar ditumpuk ke Aset yang punya KUALITAS bagus untuk menghasilkan laba lagi di kemudian hari.
Jangan sampai Laba Ditahan dan Nilai Buku (Ekuitas) ini lari ke aset yang berkualitas buruk, akhirnya ya sia-sia, rugi, bahkan "lenyap".

Dan patut diingat, Aktiva (Aset) ini tidak hanya dibiayai oleh Pasiva (Ekuitas), ada pula Pasiva (Liabilitas). Jadi tidak semua Aset ini merupakan "hak" dari Ekuitas, ada pula yang jadi "hak" dari Liabilitas. Maka penting untuk mengetahui KUALITAS dari Aset yang kira-kira menjadi hak investor (Ekuitas).

Berikut ini coba saya urutkan jenis ASET apa yang punya KUALITAS bagus, dari yang tertinggi ke yang terendah.
Ini pandangan pribadi secara umum, dan setiap kasus emiten juga kasus tiap bidang industri bisa berbeda.

1. KAS
Aset yang paling nyata dan sulit untuk dibohongi. Mudah dihitung dan divaluasi secara fisik, bisa dilihat, mudah diolah, mudah dicairkan, mudah pula dinikmati.
Saya taruh di kualitas tertinggi.

2. TANAH dan BANGUNAN (Termasuk Lahan Garapan)
Aset ini secara umum berharga dan bernilai tinggi. Tahan lama secara umur pakai (umur ekonomis). Walaupun lebih sulit dicairkan dan berisiko divaluasi terlalu tinggi.

3. MESIN, KENDARAAN, PERALATAN, ASET TETAP BERGERAK LAINNYA
Aset ini secara umum juga bernilai tinggi. Umur ekonomisnya lama, namun rata-rata di bawah masa pakai tanah dan bangunan. Nilai jualnya lebih cepat turun (penyusutan).
Dan juga nilai tinggi dari aset ini tidak "universal" bagi bagi banyak pihak di bidang industri yang berbeda.

4. PERSEDIAAN
Loh ini kan "aset lancar", kok ditaruh nomor empat?
Iya betul dalam kasus normal, persediaan ini memang harusnya mudah jadi duit (Kas), tinggal jual produk lalu dapat uang.
Namun, persediaan ini umur ekonomisnya tidak lama dibanding nomor 2 dan 3, lebih cepat usang. Selain itu, persediaan ini penerimaannya lebih tidak universal lagi dibanding nomor 3, sulit menjual stok produk apalagi ke bidang industri yang berbeda, obral jual murah belum tentu juga laku.

5. PIUTANG
Dalam kasus normal, ini juga termasuk aset lancar, tinggal ditagih sudah jadi duit.
Tapi risikonya lebih tinggi lagi dibanding nomor 4. Piutang yang tidak bisa ditagih ini sering jadi penyebab kegagalan usaha. Bahkan harus sampai ke pengadilan, itupun belum tentu dapat kembali.

6. INVESTASI, ASET KEUANGAN
Termasuk di dalamnya Investasi di Surat Berharga (Saham, Kepemilikan Minoritas di Perusahaan Lain, Obligasi, dll), Investasi di Entitas Asosiasi dan Ventura Bersama (Joint Venture/JV), Kontrak Lindung Nilai (Hedging/Options), dll.
Walaupun berharga, namun aset ini bukanlah yang berkaitan dengan usaha utama sumber pendapatan perusahaan. Selain itu Investasi memiliki risiko yang rentan mengganggu usaha utama.
Di dalam Entitas Asosiasi dan JV, perusahaan juga tidak memiliki pengendalian penuh pada anak usaha, jadi risiko kehilangan investasi juga ada.

7. UANG MUKA PEMBELIAN, BEBAN DIBAYAR DI MUKA
Sebenarnya aset ini adalah beban usaha, kas sudah mengalir keluar. Tapi pengakuan beban untuk memotong laba perusahaan belum dilakukan karena masih ada manfaat atau janji dari pihak lain yang belum diperoleh perusahaan.
Kalau pihak lain tersebut misalnya supplier lambat atau bahkan tidak mengirim produk ke perusahaan, maka uang yang sudah dibayar jadi "uang mati".
Dalam kasus normal ini adalah aset lancar, tapi secara nilai ini sebenarnya hanyalah Beban yang belum diakui.

8. ASET TAK BERWUJUD, GOODWILL
Dari namanya saja sudah tak berwujud. Walaupun terkadang nilainya amat berharga melebihi 7 kelompok aset sebelumnya (misal Hak Cipta, Paten, Merek Dagang, Rahasia Dagang, Lisensi, dll).
Tapi kelompok ini pula yang nilainya paling bisa "suka-suka", dan sangat rentan "kosong" karena over valuation.

Jadi, cukup penting untuk mengetahui, kemanakah laba usaha yang ditahan, book value (ekuitas) yang ditumpuk, itu berlabuh ke jenis aset yang mana.
Apalagi kalau porsi dan besaran Liabilitas terutama utang berbunga juga tidak dikurangi, padahal perusahaan cetak laba terus yang berarti Ekuitas naik. Maka wajib hukumnya Aset yang ditumpuk adalah aset yang berkualitas.

Bukan cuma sekedar untung, laba, ekuitas tumbuh, pasti bagus, tapi ternyata asetnya kosong.
Bukan cuma sekedar book value tinggi, PBV rendah, saham terlihat murah, tapi asetnya ternyata gak bernilai tinggi.

Urutan kualitas 8 jenis aset memang bukan pasti begitu, itu hanya secara umum.
Siapa tau ada perusahaan yang Kas nya banyak, yang notabene adalah kualitas aset tertinggi pada daftar di atas, tapi kas nya dianggurin, gak dipakai-pakai karena bingung mau bagaimana mengembangkannya lagi.
Ada perusahaan yang punya banyak tanah dan bangunan, tapi kebanyakan tidak produktif, dibeli terlalu tinggi nilainya dengan harga jual kembali yang rendah, atau bahkan dinikmati oleh pribadi manajemen yang tidak berkaitan dengan keuntungan perusahaan.

Tapi ada perusahaan yang punya merek dagang (aset tak berwujud) yang kuat, jadi dari jualan lisensi saja sudah dapat banyak penghasilan royalti.
Atau perusahaan yang punya banyak investasi menguntungkan di JV sehingga bisa menghasilkan pendapatan besar di luar operasional utama.
Atau perusahaan yang produknya sangat laku di pasaran, sehingga persediaan yang besar justru adalah sumber pendapatan yang tinggi dengan risiko usang (bad stock) yang rendah, menumpuk persediaan justru menguntungkan.

Sehingga faktor PROFITABILITAS atau kemampuan perusahaan mengelola asetnya untuk menghasilkan laba juga jadi hal penting. Aset apapun yang mampu menghasilkan pendapatan dan laba tinggi buat perusahaan juga dapat diartikan memiliki kualitas bagus.

Selain itu, perlu dicermati pula porsi Liabilitas (Debt to Equity Ratio), khususnya porsi utang berbunga.
Investor (porsi Ekuitas) ini kebagian jenis aset yang kualitasnya seperti apa.
Misal saja semua tanah dan bangunan sudah dijaminkan untuk memperoleh utang bank, artinya tanah dan bangunan itu adalah hak dari porsi Liabilitas.
Persediaan juga lebih banyak diperoleh dari porsi utang usaha supplier, jadi hak porsi Liabilitas lagi, belum lagi kalau perputaran persediaannya lambat dan margin (profitabilitas) nya rendah.
Akhirnya, sisa aset untuk porsi Ekuitas tinggal remah-remahan yang kurang berharga. Janganlah sampai seperti ini.

Karena perusahaan seperti ini rentan bermasalah. Yang mana kalau sampai pailit, aset-aset itu akan dibagikan untuk hak negara (pajak tertunggak), karyawan, porsi Liabilitas (utang dengan jaminan, utang berbunga, utang usaha), baru kemudian porsi Ekuitas paling terakhir.
Dan parahnya, investor di bursa ini adalah investor minoritas, porsinya pun harus berbagi dengan investor pengendali terlebih dahulu. Jadi habislah tak bersisa aset untuk ritel teri plankton.

Laba akan jadi hanya sekedar laba, book value tinggi akan jadi hanya sekedar book value.
Tanpa KUALITAS ASET yang mumpuni untuk tempat memupuk ekuitas, yang bisa menghasilkan laba yang bertumbuh lebih besar di kemudian hari dengan sustain, maka laba besar yang ditahan saat ini dan ekuitas besar yang ditumpuk hanyalah sia-sia.

$IHSG $BBRI $ASII $INDF $ADRO

Read more...
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy