NILAI BUKU, LABA/RUGI, dan DIVIDEN
Tulisan naratif ini hal basic (silakan skip), tapi kadang sering terlupakan, bahkan sengaja dibiaskan saat perang di stream.
Kalau perusahaan berhasil mendapatkan laba bersih di suatu periode, maka nilai laba itu akan menambahkan akun Laba Ditahan, yang artinya akan menambah Ekuitas atau Nilai Buku (Book Value).
Jika perusahaan mengalami rugi bersih, maka akun Laba Ditahan ini juga berkurang, Ekuitas atau Nilai Buku pun berkurang juga.
Dividen yang dibagikan perusahaan, juga akan mengurangi saldo dari akun Laba Ditahan ini.
Jadi, dalam kondisi perusahaan terus mencetak laba bersih, tapi tidak bagi dividen, atau bagi dividen namun tidak sampai 100% dari laba bersih, maka Laba Ditahan termasuk Ekuitas atau Nilai Buku akan terus naik, menggulung (compounding).
Sebenarnya bagus juga kalau Ekuitas naik terus, perusahaan akan semakin menumpuk kekayaan.
Akan tetapi namanya juga laba ditahan, artinya ada value yang harusnya jadi hak milik pemegang saham yang disalurkan lewat Dividen, namun hak itu ditunda dinikmati untuk mendahulukan kepentingan perusahaan dulu.
Sementara, pembagian Dividen membuat pemegang saham bisa langsung menikmati hasil dari usaha (laba bersih).
Karena dividen itu dari laba bersih (laba ditahan), secara teori harusnya tidaklah mengganggu kelangsungan perusahaan.
Misal, sebuah usaha dimodali Rp 100 juta, dan dari Rp 100 juta itu menghasilkan laba bersih Rp 10 juta yang langsung dibagikan jadi dividen.
Maka Rp 10 juta yang dibagikan itu harusnya tidak memberi efek negatif apapun bagi perusahaan, karena dengan modal Rp 100 juta saja perusahaan sudah cukup bagi perusahaan untuk menghasilkan laba. Rp 100 juta itu masih terus dapat dimanfaatkan perusahaan untuk melangsungkan operasionalnya.
Sebagai konsekuensi memang kekayaan perusahaan tidak bertambah, tapi laba bersih tiap periode tetap terus bisa dinikmati pemegang saham lewat dividen. Idealnya begitu.
Lalu, jika perusahaan memilih untuk menahan laba, menambah Ekuitas, dengan tidak membagikan 100% laba jadi dividen, maka perusahaan akan tambah kaya.
Tapi apakah sepenuhnya bagus?
Karena hak pemegang saham untuk menikmati hasil usaha itu ditunda, maka selayaknya perusahaan bisa membayarkan hak yang tertunda itu di kemudian hari.
Ditambah lagi, karena hak yang ditunda itu dijadikan penambah modal, maka seharusnya perusahaan bisa memberi hasil lebih (laba yang bertumbuh) dari pemanfaatan modal (kekayaan) yang sudah bertambah itu.
Misal, modal Rp 100 juta, dapat laba bersih Rp 10 juta di periode ini, maka return on equity (ROE) 10%.
Jika Rp 10 juta itu dibagikan jadi dividen, maka modal tetap Rp 100 juta.
Periode selanjutnya misal perusahaan masih dapat laba Rp 10 juta (laba tidak tumbuh), maka ROE pun tetap 10%.
Namun, jika laba bersih Rp 10 juta itu ditahan, maka modal (Ekuitas/Nilai Buku) akan naik jadi Rp 110 juta.
Maka periode selanjutnya perusahaan sepatutnya bisa mendapat laba yang tumbuh ke Rp 11 juta, untuk tetap bisa mempertahankan ROE 10%.
Jadi mau perusahaan bagi dividen (nilai buku tidak bertambah), maupun menahan laba (nilai buku bertambah), selama keduanya berlangsung dalam contoh "ideal" seperti di atas, ya bagus-bagus saja.
Percuma juga terus menahan laba tapi tidak berujung ke tercapainya pertumbuhan laba saat ini atau minimal potensi growth di masa mendatang.
Percuma juga perusahaan royal bagi dividen terus, pemegang saham dimanjakan dengan nilai riil yang bisa langsung dinikmati, namun profitabilitas menurun dan kelangsungan usaha tidak terjamin, karena manajemen modal yang kurang baik.
Yang mau saya tekankan di tulisan kali ini.
Dalam kondisi "ideal", perusahaan bagi dividen jumbo belum tentu berarti perusahaan jadi tidak sustain, dan perusahaan yang tidak bagi dividen bukan berarti pelit jika bisa membuktikan dengan kinerja pertumbuhan laba yang baik.
Oleh karena itu, kebijakan dividen yang seimbang adalah hal penting.
Sembari harus dipastikan Ekuitas (Nilai Buku) perusahaan yang diperoleh dari setoran modal investor dan akumulasi laba ditahan, memang tersimpan dalam aset-aset yang produktif, bukan ke aset tidur bahkan aset mati.
Next mungkin saya akan menulis soal kaitan antara Nilai Buku dengan Kualitas Aset.
Tag yang dibilang royal
$MPMX $DMAS
Tag yang dibilang pelit
$NISP $PNBN
Bonus yang royal tapi rungkad $UNVR