CONCENTRATED VS DIVERSIFIED PORTFOLIO
Salah satu aspek investasi yang harus dipilih seorang investor adalah terkait besarnya alokasi dana pada saham-saham yang dimiliki dalam portofolio. Tentunya kita sudah sering mendengar concentrated dan diversified portfolio. Sesuai namanya masing-masing, concentrated artinya kita fokus membeli sedikit saham saja dalam portofolio kita (bahkan ada yang hanya hold 1 saham saja), sedangkan diversified artinya kita membeli banyak saham dalam portofolio.
Dari sekian banyak influencer saham yang menganut aliran fundamental, seringkali saya melihat mereka menyarankan agar kita concentrated. Alasannya karena semakin banyak saham yang kita pegang, return portofolio kita akan semakin terdilusi dan dianggap sulit memberikan return yang tinggi. So, is concentrated portfolio the best for investors? Jawaban dari pertanyaan ini menurut saya tergantung dari masing-masing orang. Menurut saya, ada 4 faktor yang harus kita pertimbangkan. Apa saja itu?
1. BESARAN DANA INVESTASI
Faktor yang seringkali dipertimbangkan oleh influencer adalah besaran dana investasi. Bila dana investasi kita kecil, semakin concentrated semakin bagus. Pernyataan ini menurut saya kurang tepat. Seberapapun dana investasi kita, sebetulnya tidak ada bedanya bila kita concentrated maupun diversified. Bila dana kita Rp 10 juta, apakah kita harus pegang hanya 1 atau 2 saham saja? Kemudian bila dana kita Rp 100 juta, kita pegang 5 saham? Lalu bila dana kita Rp 1 miliar, kita pegang Rp 10 saham?
Biasanya influencer akan menyarankan kita yang punya dana kecil beli sedikit saham saja. Namun saran berikutnya dari influencer adalah “yang penting kita sudah analisis mendalam dan yakin terhadap saham tersebut”. This is the problem.. Most likely, mereka yang memiliki dana kecil, biasanya baru terjun ke dunia saham dan baru belajar. Seringkali yang terjadi adalah FOMO, buy di puncak, buy overvalued stocks, dll. Jadi bukannya untung, malah buntung. Beli 1 atau 2 saham saja tetap saja tidak menjamin kita untung besar bukan?
Nah tapi saran dari para influencer juga ada benarnya. Benar jika kita punya dana besar. Jika kita punya dana besar, sangat tidak disarankan jika kita hanya punya 1 atau 2 saham. Kita pakai saja lagi contoh investor legendaris kita, LKH. Dulu ketika tahun 1998 beliau all in di UNTR. Tapi apakah sekarang beliau hanya pegang 1 saham saja? Tidak kan? Dari info yang pernah disebutkan sahabatnya (Lukas Setia Atmaja), LKH memiliki 20 lebih saham di tahun 2023 ini. Alasannya karena uangnya sudah kebanyakan. Jadi saat mau beli saham bagus di harga murah, tidak bisa dapat banyak barangnya.
Besaran dana investasi sebaiknya kita gunakan dalam menentukan saham-saham mana yang cocok untuk kita buy. Sebelumnya saya pernah membahas terkait likuiditas suatu saham (https://stockbit.com/post/12012067). Prinsipnya, semakin kecil dana kita, justru semakin banyak saham yang bisa kita pilih untuk kita buy. Mereka yang punya dana Rp 10 juta bisa memilih saham-saham yang transaksi hariannya hanya kisaran puluhan atau ratusan juta Rupiah. Sedangkan mereka yang dananya miliaran, tentunya harus memilih minimal yang transaksi hariannya juga miliaran Rupiah.
2. KNOWLEDGE AND EXPERIENCE
Bagi mereka yang sudah lebih lama di pasar modal dan sudah paham bagaimana menganalisis saham-saham berfundamental baik, cenderung lebih pede untuk concentrated. Dengan pengalaman dan pengetahuan yang lebih dalam di dunia pasar modal, kita akan semakin memahami mana saham bagus yang memang murah, mana saham bagus tapi sudah mahal, mana saham jelek tapi mahal, mana saham murah tapi memang jelek.
Seperti yang saya jelaskan pada point 1, jika kita baru masuk ke dunia saham, diversifikasi akan lebih baik. Tidak perlu malu pegang 10 – 20 saham. Anggap saja itu buat belajar. Nanti begitu kita sudah jauh lebih berpengalaman, bisa mengetahui mana bagian-bagian penting laporan keuangan, mana bagian annual report yang penting, dsb. kita akan bisa menentukan mana saham2 yang ada di portofolio yang betul-betul undervalue, mana yang fair priced, mana yang overvalue. Setelah kita jauh lebih pede dan bisa menentukan yang betul-betul layak dihold, barulah kita bisa mengurangi jumlah saham pegangan kita.
3. RISIKO SAHAM YANG DIBELI
Mengutip Warren Buffett, “Risk comes from not knowing what you’re doing. So wide diversification is only required when investors are ignorant. You only have to do a very few things in your life so long as you don’t do too many things wrong.” True.. Tapi jangan salah paham. Sebagus apapun emiten yang kita beli, tetap saja selalu ada risikonya. Bayangkan suatu emiten punya pabrik besar dan laba besar, produknya selalu dicari masyarakat, market leader, tahan terhadap resesi dan suku bunga tinggi, dsb. Namun tiba-tiba terjadi gempa bumi di daerah lokasi pabrik, hingga menyebabkan kerusakan parah, dan ternyata akibat gempa tersebut, saluran pipa gas bocor dan bahkan sampai terjadi kebakaran. Seluruh pabriknya hancur dalam 1 hari. Walaupun biasanya perusahaan memiliki asuransi, namun membangun pabrik baru juga tidak cepat bukan? Akan butuh waktu. BIsa 1 tahun, 2 tahun, 3 tahun, tergantung pabriknya seberapa besar dan seberapa cepat kontraktor yang mengerjakan.
Poin yang ingin saya sampaikan adalah selalu ada risiko yang tidak dapat kita kendalikan hanya dengan knowledge. Risiko saham pada dasarnya terbagi 2:
- Risiko ketidakpahaman
- Risiko ketidakpastian
Yang bisa kita kendalikan adalah risiko ketidakpahaman. Kita bisa mempelajari suatu emiten, bagaimana business modelnya, seberapa profitable businessnya, bagaimana proyeksi kinerjanya, secepat apa pertumbuhannya, dsb. Semakin kita pelajari, semakin rendah risikonya karena ketidaktahuan kita terhadap emiten tersebut. Inilah yang sebetulnya Warren Buffett tekankan pada quote di atas.
Sedangkan risiko ketidakpastian tidak bisa kita kendalikan. Kejadian-kejadian force major seperti gempa bumi, kebakaran, pandemi Covid-19 merupakan kejadian yang tidak pernah kita duga akan terjadi. Selain itu, risiko kondisi makro dan kebijakan dari pemerintah juga sulit untuk kita kendalikan. Kapan The Fed dan BI akan menurunkan suku bunga tentunya tidak bisa kita pastikan. Mungkin kita bisa berharap, tapi tidak ada yang tahu pastinya kapan.
Dalam menganalisis suatu emiten, kita harus mengurangi risiko ketidakpahaman hingga sekecil dengan mempelajari sedalam mungkin emiten tersebut. Sedangkan untuk risiko ketidakpastian, walaupun tidak dapat kita kendalikan, tapi dapat kita analisis seberapa besar risikonya. Misalkan emiten yang rentan terhadap suku bunga, kurs USD, daya beli masyarakat, dsb. Emiten yang rentan dengan kondisi makro dan ekonomi dapat kita berikan bobot risiko lebih tinggi. Sedangkan emiten yang tidak terpengaruh dengan kondisi makro dan ekonomi bisa kita berikan bobot risiko lebih rendah.
Semakin besar risiko yang kita ambil dari saham yang kita beli, sebaiknya semakin banyak juga diversifikasi dalam portofolio kita. Tapi semakin kecil risikonya, maka sebaiknya kita semakin concentrated.
4. TIMEFRAME
Timeframe investasi kita juga menjadi satu hal yang harus dipertimbangkan. Misalkan saja, kita sudah menganalisis harga wajar emiten MAPA (saham growth), PTBA (saham siklikal), GJTL (saham turnaround). Potential upside masing-masing saham:
- MAPA 100%
- ITMG 150%
- GJTL 200%
Biasanya saham growth akan lebih cepat diapresiasi market karena momentum kinerjanya yang terus bertumbuh. Sehingga untuk saham MAPA mencapai potential upside 100% itu lebih cepat. Sedangkan walaupun saham siklikal ITMG mempunyai potential upside 150%, tapi biasanya butuh sentimen positif dulu yang tentunya berupa harga batubara naik agar bisa mencapai harga saham puncaknya. Dan terakhir saham turnaround, walaupun biasanya punya potential upside yang sangat tinggi, tapi butuh perbaikan kinerja dulu. Selama kinerja belum turnaround, harganya cenderung tidak ke mana-mana dan terus di bottom.
Nah saham-saham growth tentunya bisa dijadikan pilihan bila kita tipe investor yang timeframenya di bawah 1 tahun tapi maunya portofolio kita konsisten cuan tiap tahun. Sedangkan saham-saham siklikal dan turnaround, bisa dijadikan pilihan bila kita mau lebih sabar bertahun-bertahun. Sekarang bayangkan bila kita hanya hold 1 saham siklikal dan 1 saham turnaround dan selama 1 tahun kedua saham tersebut harganya tidak ke mana-mana dan bahkan cenderung turun. Portofolio kita juga tidak akan bertumbuh. Tapi misalkan di tahun ke-2, saham turnaroundnya berhasil turnaround dan memberikan return sesuai ekspektasi yaitu 200%. Maka portofolio di tahun ke-2 juga akan melesat. Dan di tahun ke-3, gantian saham siklikal yang gerak memberikan return 150%. Portofolio kita bisa tumbuh pesat juga di tahun ke-3. Jadi di tahun pertama, portofolio kita tidak gerak, tapi di tahun ke-2 dan ke-3 bertumbuh pesat.
Dari contoh di atas, bila kita mau bersabar bertahun-tahun, kita bisa concentrated saja di saham-saham yang punya potential return tinggi tapi mungkin baru dihargai market 2 atau 3 tahun lagi. Tapi jika kita tidak sabar menunggu 2 atau 3 tahun, kita bisa sisipkan juga beberapa saham growth dalam portofolio kita agar tetap menjamin return portofolio kita selalu positif tiap tahunnya. Namun dengan kita sisipkan growth stocks dalam portofolio, artinya kita semakin diversified.
Btw itu contoh saja loh ya. Bukan artinya growth stocks pasti memberikan return lebih kecil dibanding cyclical dan turnaround stocks. Ada juga kok saham-saham growth yang malah memberikan return lebih tinggi.
KEY SUMMARY
In summary, faktor yang harus dipertimbangkan saat menentukan apakah kita lebih cocok concentrated dan diversified menurut saya adalah:
1. Besaran dana investasi: semakin besar dana kita, sebaiknya semakin diversified
2. Pengetahuan dan pengalaman investasi: semakin besar pengetahuan dan pengalaman kita, sebaiknya semakin concentrated
3. Risiko saham-saham yang dibeli: semakin besar risiko saham yang kita beli, sebaiknya semakin diversified
4. Jangka waktu investasi: semakin sabar kita menunggu, sebaiknya semakin concentrated
CLOSING STATEMENT
Emiten-emiten yang disebutkan dalam artikel ini bukan merupakan ajakan jual atau beli, melainkan hanyalah contoh saja. Silakan kalian analisis kembali saat akan buy, sell, hold suatu emiten.
Thanks bagi yang meluangkan waktu membaca postingan ini. Silakan kalian comment, like, dan follow. Saya akan coba membagikan sebanyak mungkin apapun yang muncul di pikiran saya, terutama untuk emiten yang saya pegang atau berencana beli.
Random tag $IHSG $MAPA $ITMG $GJTL $INKP