LIQUIDITY: DOES IT MATTER?
Seringkali likuiditas saham menjadi salah satu pertimbangan para investor dan trader sebelum mengambil keputusan apakah mau buy atau tidak saham tersebut. Dan oleh karena itu juga, makanya ada index LQ45 untuk mempermudah investor dan trader dan tidak perlu cari-cari saham yang likuid. Tapi sayangnya LQ45 tidak menjamin berisikan emiten berfundamental baik. Main indicator yang paling utama digunakan untuk menentukan emiten masuk dan keluar LQ45 adalah market cap dan nilai transaksi harian di pasar reguler selama 12 bulan terakhir.
Apakah kita harus menghindari saham-saham yang tidak likuid? Bagi saya, pertanyaan ini sebetulnya tergantung situasinya:
1. Apakah kalian trader atau investor?
2. Berapa modal yang biasa kalian gunakan untuk buy 1 saham?
1. TRADER & INVESTOR
Kalau kalian seorang trader, tentunya kalian butuh beli dan jual cepat. Kalau sahamnya tidak likuid, tentunya kalian akan kesulitan beli dan kesulitan jual juga. Tapi kalau kalian seorang investor, kalian akan punya timeframe lebih panjang. Waktu untuk akumulasi juga bisa jadi tidak hanya 1x buy saja dalam 1 hari, tapi mungkin beberapa hari. Dan timing untuk sell juga tentunya bisa berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun setelahnya baru sell. Namun bila sahamnya memang tidak likuid, tentunya saat waktu sell pun tiba, harus pelan-pelan juga agar tidak membanting harga secara dadakan. Ini yang seringkali dikhawatirkan, yaitu karena akan susah jual.
2. MODAL YANG DIGUNAKAN
Tapi menurut saya jangan kita telan mentah-mentah mengenai saham A likuid, saham B tidak likuid, dst. Sebetulnya modal yang digunakan akan menentukan apakah suatu saham itu likuid atau tidak bagi kalian. Kali ini saya akan ambil contoh emiten yang sedang saya hold saat ini, yaitu WEHA.
Saya membeli WEHA sekitar bulan Mei 2023. Yang mana saat itu nilai transaksi harian WEHA seringkali hanya di bawah Rp 1 miliar. Bahkan kalau kita melihat bulan Februari – Maret 2023, seringkali transaksinya di bawah Rp 500 juta. Bagi mereka yang modalnya besar (sekali beli saham nilainya bisa Rp 500 juta, Rp 1 miliar, Rp 5 miliar, Rp10 miliar dst), pasti WEHA tidak akan menarik karena belinya saja harus nyicil pelan-pelan. Gimana jualnya nanti. Tapi kenapa saya mau beli WEHA walaupun saat itu transaksinya kecil-kecil? Ya karena modal saya juga belum besar. Jadi hanya dalam 1 – 2 hari itu sudah cukup buat saya akumulasi WEHA.
Nyatanya harga sahamnya tetap diapresiasi dan perlahan-lahan naik hingga saat artikel ini ditulis (14 Agustus 2023) berada di angka 166. Kenapa sahamnya bisa tetap naik? Tentunya karena banyak yang tetap expect kinerja WEHA pada tahun ini akan sangat cemerlang dan bahkan mencapai ATH-nya. Bagi kalian yang ingin membaca analisis saya terkait fundamental WEHA, bisa baca artikel https://stockbit.com/post/11773330.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah berapa total free-float market cap suatu emiten. Dalam hal WEHA, saat saya beli di harga 120, market cap-nya sekitar Rp 175 miliar. Sedangkan kepemilikan public sekitar 30%. Jadi free-float market cap WEHA saat itu sekitar Rp 52 miliar. Lagi-lagi ini tidak akan menarik bila modal seorang investor ritel untuk beli 1 saham saja bisa mencapai Rp 1 miliar atau Rp 5 miliar sendiri. Bisa-bisa dia yang menggerakkan harga sahamnya. Tapi untuk yang modal kecil, angka Rp 52 miliar masih sangat menarik. Apalagi saya mentargetkan minimal harga sahamnya nanti bisa mencapai 228. Artinya free-float market cap nanti bisa mencapai sekitar Rp 100 miliar.
Prinsipnya yang saya ingin sampaikan pada artikel ini adalah jangan terlalu ikuti apa kata orang mengenai tidak likuid. Karena saham tidak likuid itu tergantung modal kita masing-masing. Kalau kita mentah-mentah mengikuti apa kata orang, yang ada malah kita melewatkan kesempatan dapat saham di harga murah.
KELEBIHAN & KEKURANGAN SAHAM TIDAK LIKUID
Saham tidak likuid cenderung stabil karena tidak ada penggerak harga yang bermain di dalamnya. Tapi sahamnya mudah naik sekalinya ada “pemain besar” yang berani masuk, namun tentunya mudah turun juga begitu “pemain besar” tersebut exit. Bagi investor yang ingin entry, menurut saya sangat disarankan menunggu harganya stabil dulu baru entry. Jangan entry di saat harganya sedang naik-naiknya atau turun-turunnya. Karena walaupun investor seharusnya senang saat melihat harga saham bagus turun, tapi nyatanya belum tentu semua investor bisa tahan melihat floating loss jika yang terjadi adalah saat buy malah langsung diguyur sell turun harganya.
Menariknya dari saham tidak likuid, biasanya saat sentimennya muncul dan mulai dibicarakan banyak orang, harganya lebih mudah naik dan cenderung makin likuid. Jadi bagi investor yang punya di harga bawah, sabar menunggu hingga sentimen datang dan banyak dibicarakan, sudah tinggal santai-santai saja hingga tercapai harga wajarnya. Bahkan dalam short term bisa jadi tercapai melebihi target harga wajar karena ada efek “tergoreng” sementara.
CLOSING STATEMENT
Anyways, disclaimer untuk WEHA yang saya jadikan contoh. Akhir-akhir ini memang sedang bullish. Silakan dianalisa kembali.
Thanks bagi yang meluangkan waktu membaca postingan ini dan memberikan comment serta insight tambahan. Dan tentunya terima kasih bagi kalian yang sudah follow saya dan like artikel ini. Saya akan mencoba membagikan sebanyak mungkin apapun yang muncul di pikiran saya, terutama untuk emiten yang saya pegang atau berencana beli.
$IHSG $LQ45 $WEHA $PANR $BAYU