$WEHA: WHITE HORSE IS DARK HORSE?
PT Weha Transportasi Indonesia Tbk (WEHA) adalah emiten yang utamanya bergerak di bidang jasa transportasi. Perusahaan dikendalikan oleh Panorama Group melalui PT Panorama Sentrawisata Tbk (PANR). Walaupun mempunyai brand White Horse, namun sepertinya sahamnya masih menjadi kuda hitam karena belum terlalu diapresiasi. Padahal kinerja WEHA sudah terkonfirmasi turnaround dari kesulitan pandemi dan bahkan pertumbuhannya cukup pesat dibandingkan dengan tahun 2019 (sebelum pandemi).
Sebelum kalian baca lebih lanjut, silakan kalian like dulu agar artikel ini dapat dilihat lebih banyak orang lagi. Jangan lupa juga untuk follow saya agar tidak ketinggalan analisis-analisis berikutnya đ
Artikel ini terdiri dari 5 bagian:
I. BRANDS / PRODUCTS WHITE HORSE GROUP
II. SIGNIFICANT UNUSUAL RELATED PARTIES TRANSACTIONS
III. FINANCIAL PERFORMANCE & HEALTH
IV. GROWTH & FUTURE PROSPECT
V. VALUATION
NOTE:
1) Angka di artikel ini disajikan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain.
2) Penyajian rasio-rasio tertentu dihitung exclude saldo piutang lain-lain dan uang muka pihak berelasi (alasannya silakan lihat penjelasan bagian II artikel ini).
I. BRANDS / PRODUCTS WHITE HORSE GROUP
WEHA sudah berdiri sejak tahun 2001 dan telah mengalami berbagai macam perubahan brand yang dijual. Namun saya coba rangkum sejak tahun 2013 saja sesuai dengan timeline historical analysis saya yaitu 10 tahun terakhir. Dalam 10 tahun terakhir pun, ternyata banyak copot pasang brand yang terjadi.
Pada tahun 2013, WEHA tercatat memiliki 8 brand yaitu:
1) White Horse Deluxe Coach (WHDC) -> Bus Charter
2) Canary Transport -> Bus Charter (X)
3) White Horse Taxi -> Taxi (X)
4) White Horse Executive Taxi -> Taxi (X)
5) Day Trans -> Intercity Shuttle
6) JogloSemar -> Intercity Shuttle (X)
7) Europcar -> Car Rental (X)
8) Gray Line -> Tour Services (X)
Yang saya tandai (X) adalah brand yang dihentikan dari operasional. Terhitung ada 6 brand yang dihentikan selama 10 tahun terakhir yaitu Canary Transport (stop 2018), White Horse Taxi & Executive Taxi (stop 2016), JogloSemar (stop 2019), Europcar (stop 2016), dan Gray Line (stop 2021).
Penghentian brand-brand tersebut memang sesuai dengan strategi perusahaan dalam memfokuskan diri pada brand yang menguntungkan ketimbang yang tidak menguntungkan. Dari sekian banyak brand yang dihentikan, yang paling berdampak signifikan adalah White Horse Taxi & Executive Taxi pada tahun 2016. Sebetulnya segmen taksi mulanya merupakan segmen yang menguntungkan White Horse. Namun sejak kedatangan Grab dan Gocar, kemudian keduanya mulai bakar uang untuk promosi, tahun 2014 dan 2015 menjadi tahun yang sangat berat bagi industri taksi. Bahkan Blue Bird (BIRD) yang merupakan market leader taksi pun ikut terdampak saat itu. Berbeda dengan BIRD yang masih terus bertahan sampai sekarang, WEHA memilih untuk keluar dari persaingan taksi karena tidak memiliki market yang cukup untuk bisa menghasilkan profit di tengah persaingan ketat saat itu. Operating profit segmen passenger transportation turun terus dari sejak tahun 2013 hingga merugi dan baru profitable lagi pada tahun 2017:
- 2013 = 32.848
- 2014 = 13.841
- 2015 = -23.373
- 2016 = -7.772 (mulai pulih karena keluar dari segmen taksi dan fokus pada bus charter saja)
- 2017 = 5.853
Kemudian brand lain yang menurut saya berdampak juga adalah JogloSemar (shuttle untuk daerah Yogyakarta dan Jawa Tengah). Sebetulnya JogloSemar ini adalah brand bersama milik WEHA dan PT Surya Garuda Utama (SGU) melalui PT Sejahtera AO Kencana Sakti (SAOKS). Namun pada tahun 2019, WEHA melepas seluruh kepemilikannya pada SAOKS ke SGU sehingga operasional JogloSemar sepenuhnya menjadi milik SGU. Padahal kalau dilihat saat ini, JogloSemar lumayan memiliki banyak cabang di Yogyakarta dan Jawa Tengah. Agak disayangkan karena WEHA malah keluar dari JogloSemar. Operating profit dari segmen inter-cities transportation menurun dari tahun 2018 (6.485) ke 2019 (2.376).
Sedangkan Canary Transport (bus charter), Europcar (car rental), dan Gray Line (tour service) tidak begitu berdampak karena memang tidak besar brand dan operating profitnya. Walaupun banyak brand yang gugur selama 10 tahun terakhir, WEHA sebetulnya juga meluncurkan berbagai macam brand dan inovasi baru yaitu:
1) WEHA One & WEHA Premiere -> Bus Charter kelas premium (launching tahun 2014)
2) PT Panorama Mitra Sarana (PMS) -> Sejak Europcar license tidak diperpanjang pada tahun 2016, WEHA tetap menjalankan bisnis sewa mobil tanpa branding khusus melalui anak usahanya yaitu PT Panorama Mitra Sarana (PMS).
3) Explorer -> Application based tour services (launching tahun 2018)
4) Day Mall -> Delivery service untuk oleh-oleh (launching tahun 2020)
5) Day Express -> Delivery service untuk barang dan dokumen (launching tahun 2020)
Day Mall & Day Express merupakan inovasi terbarunya sejak pandemi karena melihat kebutuhan pengiriman barang yang meningkat di saat pandemi.
II. UNUSUAL RELATED PARTIES TRANSACTIONS
WEHA dari dulu cukup terkenal banyak saldo transaksi dengan pihak berelasi. Namun bukan berarti transaksi pihak berelasi tersebut merugikan WEHA. Berikut ini saya rangkum beberapa transaksi signifikan sejak tahun 2013 yang menurut saya agak janggal dan apakah itu menguntungkan atau merugikan WEHA.
1) Pinjam-meminjam uang tanpa bunga
Dari tahun 2015 â 2018, WEHA melakukan pinjam-meminjam uang dari pihak berelasi tanpa bunga. Berikut kronologinya:
2015: mendapatkan pinjaman dari PT Panorama Tours Indonesia (PTI) senilai Rp 23,3 miliar. Pada tahun yang sama, WEHA meminjamkan Rp 27,8 miliar pada PT Andalan Selaras Abadi (ASA).
2016: ASA mengembalikan Rp 27,8 miliar pada WEHA. WEHA juga mengembalikan Rp 23,3 miliar pada PTI. Namun kemudian kembali menerima pinjaman senilai Rp 39,3 miliar dari PT Panorama Land Development (PLD).
2017: WEHA melunasi mengembalikan sebagian pinjaman ke PLD sebesar (Rp 21,7 miliar) sehingga tersisa Rp 17,7 miliar.
2018: WEHA melunasi sisa pinjaman ke PLD sebesar Rp 17,7 miliar.
Transaksi pinjam-meminjam dari tahun 2015 â 2018 sudah settle habis. Namun menurut saya selama periode utang mengutang tersebut, justru ini menguntungkan WEHA karena posisinya WEHA cenderung lebih lama mengutang tanpa bunga ketimbang diutangin tanpa bunga.
2) Keuntungan dari penyertaan dan penjualan saham PJTI
PJTI sebetulnya adalah PTI yang sebelum dimiliki hampir 100% oleh PANR. Namun dalam upayanya bekerja sama dengan Japan Tours Bureau Pte. Ltd. (JTB), maka pada tahun 2017 PANR melepas 30% kepemilikan PTI dan mengubah nama dari PT Panorama Tours Indonesia (PTI) menjadi PT Panorama JTB Tours Indonesia (PJTI). Menariknya, sebelum pelepasan 30% kepemilikan tersebut, pada tahun 2016 WEHA ikut menyertakan 10% kepemilikan saham pada PTI dengan harga Rp 11,8 miliar saja. Pada tahun 2017, PANR menjual 30% kepemilikan PTI dengan harga Rp 155,7 miliar, sedangkan WEHA menjual 10% kepemilikan PTI dengan harga Rp 119,2 miliar. Harga jual per lembar saham PTI oleh WEHA jauh lebih tinggi dibanding harga jual per lembar saham PTI oleh PANR. WEHA dalam hal ini kembali diuntungkan karena meraup keuntungan Rp 107,4 miliar hanya dalam kurun waktu 1 tahun dari transaksi restrukturisasi pihak berelasi ini.
3) Penjualan sisa kendaraan bekas lini bisnis taksi
Pada tahun 2019, sisa kendaraan bekas lini bisnis taksi White Horse yang belum terjual akhirnya dijual ke PT Panorama Investama (PI) dengan harga jual sesuai nilai buku (tidak untung ataupun rugi) yaitu Rp 24,2 miliar. Namun sayangnya penjualan tersebut dilakukan secara kredit dan hingga 31 Maret 2023, masih tersisa saldo terutang dari PI sebesar Rp 16,8 miliar. Jadi baru terbayarkan sekitar Rp 7,4 miliar setelah kurang lebih 4 tahun. Hal ini merugikan WEHA karena saldo piutang yang lambat dibayarkan.
4) Uang muka untuk penyertaan saham ASA
Sejak tahun 2018 hingga 2021, WEHA memberikan pinjaman sebesar Rp 21,4 miliar kepada PANR. Namun alih-alih dibayarkan, pada tahun 2021 pinjaman ini malah dikonversi menjadi uang muka atas pengambilalihan sebagian kepemilikan saham ASA dari PANR. Masih pada tahun 2021, WEHA kembali memberikan uang sebesar Rp 18,9 miliar kepada PANR sebagai tambahan uang muka pada ASA. Sehingga total uang yang diberikan WEHA pada PANR adalah sebesar Rp 40,3 miliar untuk pengambilalihan sebagian saham ASA.
Sayangnya hingga sekarang, informasi terkait ASA ini akan menjadi perusahaan apa ke depannya masih sangat minim. Pada pubex WEHA tanggal 26 Juni 2023, sempat ada yang bertanya terkait uang muka pada saham ASA ini, namun management hanya mengatakan bahwa sampai sekarang ASA belum beroperasi karena masih terkendala dari sisi perizinan dan beberapa aturan. Kemudian saya juga coba cek jejak ASA dari laporan keuangan WEHA terdahulu. Ternyata sebelumnya, ASA bernama PT Andalan Sekawan Transcab (AST). Saya sempat mengira bahwa ASA / AST merupakan entitas anak yang mengoperasikan segmen taksi White Horse sebelum tahun 2016 dihentikan operasinya. Namun saat saya cek bagian daftar entitas anak WEHA hingga tahun 2015, status dari ASA / AST masih pra-operasi (belum beroperasi). Artinya bisnis taksi WEHA sebetulnya bukan under ASA / AST, melainkan dikendalikan langsung oleh WEHA sendiri. Yang menjadi pertanyaan para investor tentunya adalah bagaimana kelanjutan dari ASA ke depannya? Sudah belasan tahun ASA berdiri namun statusnya masih pra-operasi hingga sekarang. Sebetulnya bisnis apakah yang direncanakan oleh management dari ASA? Karena transaksinya agak janggal, maka saya menganggap bahwa uang muka ini sama saja pinjaman ke PANR tanpa bunga yang masih belum bisa dilunasi PANR. Tentunya ini merugikan WEHA.
5) Rights Issue tahun 2022
Pada tahun 2022, WEHA mendapatkan persetujuan rights issue dan menerbitkan sekitar 574,1 juta lembar saham baru. Dari rights issue tersebut, WEHA meraup dana sekitar Rp 71,8 miliar (belum dikurangi biaya penerbitan saham Rp 3,6 miliar). Pada kesempatan rights issue tersebut, PANR memang ikut ambil bagian dan menyetorkan suntikan dana sebesar Rp 50 miliar (sekitar 70% dari total saham baru yang diterbitkan). Seems nice, right? But NO!! Kemungkinan besar dana Rp 50 miliar ini memang didapat dari setoran Rp 40 miliar WEHA pada ASA tersebut. Jadi sebetulnya secara net, PANR hanya menyetor Rp 10 miliar pada rights issue tahun 2022. Sedangkan public investor menyetor uang Rp 21,8 miliar. Karena setoran public lebih besar daripada net setoran PANR, sebetulnya skema ini sedikit merugikan public investor.
Dari 5 skema transaksi pihak berelasi tersebut, sebetulnya secara garis besar WEHA masih lebih diuntungkan karena pernah mendapat keuntungan jumbo dari penjualan saham PTI kepada JTB sebesar Rp 107,4 miliar. Sedangkan transaksi yang merugikan hanya sisa piutang penjualan kendaraan bekas dari PI sebesar Rp 7,4 miliar dan uang muka penyertaan saham ASA yang uangnya ângendokâ di PANR sebesar Rp 40,3 miliar. Secara net, selama 10 tahun terakhir sebetulnya WEHA masih âuntungâ sebesar Rp 59,7 miliar.
Namun karena kompleksnya transaksi pihak berelasi ini, untuk konservatifnya saya melakukan âdiscountâ pada nilai piutang, uang muka, dan ekuitas dari WEHA sepanjang pembahasan artikel ini. Dalam artian, saldo piutang dan uang muka pihak berelasi saya anggap tidak ada saja sekalian karena tidak ada kepastian akan settle kapan.
III. FINANCIAL PERFORMANCE & HEALTH
Sebetulnya recovery dari WEHA sudah mulai berjalan dari tahun 2022. Kinerja tahun 2022 sangat memuaskan bahkan merupakan kinerja terbaiknya selama 10 tahun terakhir (kecuali tahun 2017 bisa lebih tinggi karena ada one time gain yaitu penjualan saham PTI). Pada tahun 2023 ini, WEHA terus membuktikan bahwa recovery setelah pandemi bahkan berlanjut dengan growth berkelanjutan. Growth drivernya akan saya bahas pada bagian IV nanti.
Kinerja selama 3M2023 sebagai berikut:
Sales = 54.998
Gross profit = 21.498
Operating profit = 8.398
Ownersâ net profit = 5.168
EPS = Rp 4 / share
Finance costs = 1.592 (19% dari operating profit)
GPM = 39,1%
OPM = 15,3%
NPM = 9,4%
Current ratio = 1,4X
DER = 0,70X
Interest-bearing DER = 0,45X
Bila sales dan net profit di Q1 2023 disetahunkan, sudah akan melebihi net profit full year 2022. Padahal Q1 2023 adalah low season-nya WEHA karena sedikit libur panjang. Peak season WEHA adalah pada saat libur Lebaran (April 2023), libur anak sekolahan (Juni â Juli 2023), dan libur Nataru (Desember 2023).
Dari sisi kesehatannya, WEHA juga sudah tergolong sehat karena sejak rights issue tahun 2022 kemarin, DER dan interest-bearing DER sudah di bawah 1X. Hal ini berbanding terbalik dengan kondisi terdahulu yang mana DER bisa mencapai 2X lebih. Dengan utang berbunga yang sudah kecil, hal ini juga sangat membantu WEHA di tengah era suku bunga tinggi karena membantu menjaga finance cost jadi tidak terlalu naik.
Berdasarkan pemaparan di public expose tanggal 26 Juni 2023, management sendiri memasang target pendapatan WEHA pada tahun 2023 sebagai berikut:
Konservatif = 239.200 (+30% YoY)
Menengah = 260.000 (+42% YoY)
Optimis = 280.000 (+53% YoY)
Sedangkan untuk laba bersih, target management pada tahun 2023 sebagai berikut:
Konservatif = 26.000 (+30% YoY)
Menengah = 28.000 (+40% YoY)
Optimis = 30.000 (+50% YoY)
Saya sendiri meyakini WEHA akan mencapai target pendapatan MENENGAH (260.000), sedangkan laba bersih bisa slightly below target OPTIMIS (30.000). Alasannya karena management sendiri cukup optimis running days / occupancy rate full year 2023 bisa berada di angka sekitar 80% - 90%. Running days pada Q1 2023 sendiri (low season) sudah di kisaran 70%. Jika dibantu peak season di mana running days bisa mencapai 95% - 98%, saya rasa target running days 80% - 90% itu sangat possible tercapai di tahun 2023 ini.
Berikut proyeksi financial performance full year 2023 yang telah saya buat. Beberapa significant assumption yang digunakan:
1. Sales sesuai target menengah = 260.000
2. GPM sepanjang tahun 2023 tetap (39%)
3. Selling expense sepanjang tahun 2023 tetap (3,5%)
4. GA expense pada Q2 â Q4 turun dari 20,3% (Q1) menjadi 17,5% karena sebagian GA expense bersifat fixed cost seperti gaji karyawan GA.
5. Finance costs disetahunkan
6. Tax rate = 22% (disamakan dengan Q1)
Dengan asumsi tersebut, maka didapatkan hasil berikut:
Sales = 260.000
Gross profit = 101.449
Operating profit = 45.298
Ownersâ net profit = 29.806 (+50% YoY)
EPS = Rp 20 / share
Finance costs = 6.368 (14,1% dari operating profit)
GPM = 39,0%
OPM = 17,4%
NPM = 11,5%
ROA = 12,6%
ROE = 19,6%
Current ratio = 1,4X
DER = 0,45X
Interest-bearing DER = 0,43X
IV. GROWTH & FUTURE PROSPECT
1) Intercity Shuttle Growth
Apa yang membuat WEHA bisa berhasil turnaround dan melanjutkan growth dengan sangat baik pada tahun 2022 dan 2023? Ternyata kalau kita lihat breakdown revenue dan operating profit per segmen, growth driver dari WEHA yang paling signifikan adalah pada segmen intercity shuttle. Pada tahun 2019, WEHA memang menjual kepemilikannya pada shuttle JogloSemar. Namun ternyata itu tidak membuat WEHA berhenti bertumbuh. Justru dengan fokus pada shuttle Day Trans, pertumbuhannya sangat memuaskan.
Revenue shuttle 2019 = 41.101
Revenue shuttle 2022 = 91.317
CAGR 2019 â 2022 = 30%
Operating profit shuttle 2019 = 2.376
Operating profit shuttle 2022 = 15.977
CAGR 2019 â 2022 = 89%
Pertumbuhan dari segmen shuttle sangat di luar dugaan karena tadinya sumber pendapatan utama WEHA adalah dari bus charter (segmen passenger transportation). Bahkan pada tahun 2023, revenue dan operating profit segmen shuttle sudah melebihi segmen bus charter.
Revenue 3M 2023:
Shuttle = 30.216
Bus Charter = 27.284
Operating profit 3M 2023:
Shuttle = 4.625
Bus Charter = 4.023
Growth dari segmen shuttle ini turut didorong oleh kehadiran Day Trans Express dan Day Mall (delivery services dari Day Trans). Di saat pandemi merebak pada tahun 2020, WEHA berinisiatif mengambil peluang kebutuhan masyarakat akan delivery services dengan menambah jasa dari Day Trans tersebut. Hasilnya masyarakat mulai mengenal dan perlahan tapi pasti, pengguna Day Trans Express dan Day Mall terus meningkat.
2) Potensi Pelunasan Saldo Pihak Berelasi
Sebagaimana telah saya jelaskan pada bagian II artikel ini, saldo piutang lain-lain dan uang muka berelasi WEHA nominalnya cukup besar. Bahkan per 31 Maret 2023, terdapat total Rp 59,4 miliar saldo pihak berelasi yang menggantung. Jujur saya agak meragukan PANR dan seluruh entitas anaknya dapat segera melunasinya. Namun ada secercah harapan dari PANR. Berdasarkan keputusan RUPSLB PANR tanggal 21 Maret 2023, PANR sudah mendapat persetujuan pemegang saham untuk melakukan rights issue sebanyak-banyaknya 600 juta lembar saham. Harga saham PANR saat ini sudah di atas Rp 800 per lembar saham seiring dengan kinerja PANR yang juga sudah recover dari pandemi. Apabila rights issue jadi dilaksanakan dan 600 juta lembar saham baru diterbitkan pada harga pelaksanaan misalkan Rp 700, maka PANR akan mendapatkan dana segar sekitar Rp 420 miliar. Saya rasa uang ini bisa digunakan sebagian untuk melunasi utang-utangnya termasuk salah satunya berpotensi melunasi saldo utang kepada WEHA.
Bila saldo pihak berelasi sudah dilunasi oleh PANR, maka bila WEHA mau berekspansi ke depannya bisa lebih sedikit menggunakan utang bank ataupun multifinancing. Tentunya hal ini juga akan menguntungkan karena akan mengurangi beban bunga. Potensi pembagian dividen ke depannya juga akan semakin besar. Terakhir WEHA membagikan dividen adalah untuk tahun buku 2017 saat waktu itu WEHA mendapat untung besar karena ada keuntungan lain-lain dari penjualan saham atas penyertaan pada PTI.
V. VALUATION
Sejujurnya saya sedikit bingung dengan harga saham WEHA selama 10 tahun terakhir. Tidak masuk akal karena kemahalan. Bayangkan saja misalkan pada tahun 2013 PER WEHA bisa mencapai 121X. Tahun 2018 mencapai 124X. Yang paling mending adalah tahun 2017 ketika profit besar akibat one time gain, PER WEHA menjadi hanya 3,5X. Namun karena ada one time gain, jadi tidak bisa dijadikan acuan. Atau tahun 2019 ketika WEHA melepas JogloSemar, PER mencapai 31X, tapi itu pun masih termasuk mahal menurut saya untuk suatu emiten yang kala itu growth prospectnya masih meragukan. Dari sisi PBV pun, secara historis WEHA seperti ada yang âmenahanâ harga agar berada di kisaran PBV 1X walaupun kinerja selama 10 tahun terakhir sebelum pandemi kurang memuaskan.
Harga saham baru mulai menjadi murah saat pandemi harga saham WEHA ambles sampai ke Rp 50. Dengan demikian saat tahun 2022 WEHA berhasil recover dengan sangat kuat dan melebihi kinerja sebelum-sebelumnya, harganya menjadi undervalue. Pada tahun 2022 sendiri, WEHA ditutup pada harga Rp 110 (PBV 1,2X dan PER 8,1X). Nah karena valuasi sebelum pandemi tidak terlalu reliable sebagai acuan, maka saya gunakan saja PBV dan PER wajar yang seringkali dianggap wajar bagi perusahaan pada umumnya. Untuk PBV saya asumsikan tiap 10% ROE layak dihargai PBV 1X. Sedangkan untuk PER saya gunakan PER wajar 15X.
Harga saham WEHA 17 Juli 2023 = Rp 144.
Berikut saya buatkan 3 potensi harga wajar:
CONSERVATIVE (PER sesuai tahun 2022 = 8,1X)
Harga wajar = Rp 165 (potential gain 15%)
PBV = 1,44X
PER = 8,09X
AGGRESSIVE (PBV = 2X karena ROE = 19,6%)
Harga wajar = Rp 228 (potential gain 58%)
PBV = 2X
PER = 11,17X
SUPER AGGRESSIVE (PER = 15X)
Harga wajar = Rp 306 (potential gain 113%)
PBV = 2,68X
PER = 14,99X
Saya sendiri cukup optimis minimal WEHA bisa mencapai harga Rp 228 (AGGRESSIVE VALUATION). Karena ROE WEHA bisa mencapai kurang lebih 20%. PBV 2X bisa menjadi harga wajar WEHA. Book value per lembar saham proyeksi saya pada akhir tahun nanti adalah Rp 114. Jadi PBV 2X = Rp 228. Namun perlu diingat bahwa potensi ini dihitung berdasarkan proyeksi kinerja laba bersih tahun 2023 yang mencapai Rp 29,8 miliar. Pastikan setiap kuartal rilis laporan keuangan dicek lagi apakah masih on track dengan skenario.
CLOSING STATEMENT
As always, ini bukan ajakan buy, sell, hold. Disclaimer on and DYOR.
Any comments, insights, pros, and contras are very welcome because I believe in knowledge.
The more we share, the more we gain.
Thanks to @Stockbit yang menyediakan sarana sharing sehingga bisa menambah teman dan wawasan. Thanks bagi yang meluangkan waktu membaca postingan ini dan memberikan comment serta insight tambahan. Dan tentunya terima kasih bagi kalian yang sudah follow saya dan like artikel ini. Saya akan mencoba membagikan sebanyak mungkin apapun yang muncul di pikiran saya, terutama untuk emiten yang saya pegang atau berencana beli.
Data Source:
Summarized from WEHA financial statements
WEHA Annual Report
WEHA Public Expose
Rencana PANR rights issue: https://cutt.ly/7wo8Iq9v
$IHSG $PANR $BAYU $BIRD
#HitYourTargetPrice
#StockbitChallenge
1/10