TENNIS DAN INVESTASI - PENTINGNYA KONSISTENSI, MENIMALISASI EROR, ASPEK PSIKOLOGIS DAN MEMO HOWARD MARKS TERBARU
Akhir-akhir ini, era baru tennis baru saja dimulai. Dominasi Big Three (Federer, Djokovic, Nadal) sudah mulai memasuki era pergantian. Carlos Alcaraz, pemain asal Spanyol yang masih berumur 20, mencetak rekor sebagai pemenang Wimbledon pertama yang bukan merupakan bagian dari Big 4 (yang isinya ada Big 3 dan juga Andy Murray) sejak 2002, satu tahun sebelum Alcaraz lahir. Sebelumnya, ia juga sudah menang grand slaim lain yaitu US Open 2022, dan di tahun yang sama menjadi teenager (orang di bawah umur 20) pertama yang jadi no 1 di dunia.
Kini, ia justru berival ketat dengan Djokovic. Ia menang Wimbledon di match yang sangat ketat dengan Djokovic, dan kemarin baru saja juga kalah di final Cincinnati Open bersama Djokovic di match yang sangat seru dan ketat.
Bahkan, Djokovic mengiyakan beberapa komentar kritik bahwa Alcaraz adalah seperti gabungan dan memiliki "best of all three worlds" dari Djokovic, Nadal (yang juga dari Spanyol) dan Federer.
Namun di US Open 2023 yang baru saja selesai, Alcaraz (yang kemarin saya jagokan) kalah di semifinal lawan Medvedev (nomor 3 dunia). Di final, Djokovic jadi juara, yang berarti ia menang 24 grand slams secara total, terbanyak di sejarah.
Bagi saya, tennis adalah hal yang menarik, dan ada beberapa hal yang sama dengan investasi saham. Saya mau coba bahas kesamaan nya, sekaligus tipis-tipis bahas memo baru Howard Marks yang baru rilis tadi juga ternyata membahas soal tenis ini, jadi yang relevan sekalian saya include.
1. Kesalahan Adalah Bagian Dari Permainan - Bahkan yang Terbaik di Dunia Juga Sering Salah
Win rate investor terbaik sekitar 60-70%, which means tetap sering kalah juga.
Sama juga seperti di tennis, di mana pemain sering membuat kesalahan (error) saat bermain. Bayangin aja, untuk menang 1 pertandingan, harus menang 2-3 set, 1 set harus menang 6-7 games, dan untuk menang 1 game harus minimal 4 poin (kalau ada deuce bisa jauh lebih banyak). Kalau itu minimal yang harus dimenangin, tentunya kalau ketat bisa aja yang dimainin sekitar 2x dari minimal itu. Juara dunia pun sering kalah poin, game, maupun set.
Itu baru satu pertandingan. Kalau mau menang sampe final, butuh banyak kali menang beruntun, dan pastinya melewati banyak kekalahan poin, game maupun set. Makanya sangat penting untuk menimalisasi eror. Apalagi kalau mau menang banyak trophy kayak Djokovic dll. Di investasi juga sama, seperti kata Charlie Munger "It's remarkable how much long-term advantage people like us have gotten by trying to be consistently not stupid, instead of trying to be very intelligent." Bahkan beberapa berpendapatan mengelola downside risk bisa jadi lebih penting daripada keuntungan.
Dan untuk menjadi hebat, tentunya sama dengan investor juga sama-sama butuh disiplin yang kuat.
Di memo Howard Marks, ia cerita bahwa ada fund manager bernama Dave yang performa di tiap tahun nya hanya di kisaran 27 dan 47 persentil outperform 53%-73% fund lain), tapi secara overall dalam 14 tahun, performa nya di 4 persentil (outperform 96% fund lainnya).
Kata Howard Marks soal itu "I feel strongly that attempting to achieve a superior long-term record by stringing together a run of top-decile years is unlikely to succeed. Rather, striving to do a little better than average every year – and through discipline to have highly superior relative results in bad times – is: less likely to produce extreme volatility, less likely to produce huge losses which can’t be recouped and, most importantly, more likely to work (given the fact that all of us are only human).
Menurut guru tenis Marks, “Alcaraz memainkan permainan yang lebih agresif. Mengingat bakatnya yang tinggi, seperti yang ia tunjukkan di Wimbledon, jika ia menjalani hari yang baik, ia bisa mengalahkan Djokovic (atau lawan lainnya). Jika dia keluar, dia mungkin kalah.” Dengan kata lain, probability distribution game Alcaraz lebih lebar dari Djokovic. Mirip dengan probability distribution saham lebih lebar dari obligasi, dan mungkin probability distribution lending nya $BTPS dengan big 4 bank 😄
2. Pentingnya Strategi dan Aspek Psikologis
Seperti dalam permainan tennis yang melibatkan strategi yang baik, sama dengan investasi. Di tennis, ada drop shots, lobs, slices, topspin, dll. Sedangkan di investing, juga ada beda-beda, misal asset play, turnaround, cari perusahaan compounder, dividend investing, dll.
Dalam tennis, pemain harus tetap fokus dan tenang di tengah tekanan pertandingan. Dalam investasi saham, investor harus mengendalikan emosi mereka, seperti ketakutan dan keserakahan, yang dapat mempengaruhi keputusan investasi. Menang 1 poin, game atau set tidak akan berarti kalau habis itu lengah dan akhirnya kalah.
Karena dalam tenis dan investasi, juga penting untuk menjaga mental bukan hanya untuk mengatasi lawan, tapi juga untuk bisa melawan diri sendiri.
“Investing isn't about beating others at their game. It's about controlling yourself at your own game.” – Benjamin Graham.
Yang saya suka juga dengan tenis, selalu ada refleksi akan pertandingan di press conference setelah pertandingan selesai. Hal yang juga menurut saya sangat penting di saham, yaitu evaluasi / post-mortem portofolio.
3. Ada Winner Stocks
Seperti dominasi Big 4 yang terjadi sangat lama di tennis ataupun kalau di bola karir nya Ronaldo dan Messi, di saham luar "outlier" seperti ini juga ada, seperti big tech Apple, Microsoft, Meta (Facebook), Alphabet (Google), Nvidia, Tesla. Mungkin di sini seperti $BBCA $MYOR
Tapi, tentu aspek psikologis sangat penting untuk membuat kita bisa tetap hold on ke stock itu.
Dari tulisan Howard Marks "Sebagian besar investor menganut kebijakan konvensional yaitu “mengambil keuntungan”, “mengambil sejumlah uang”, atau “menumbangkan pohon”. Lagi pula, seperti kata pepatah lama, “Tidak ada seorang pun yang bangkrut karena mengambil untung.” Investor sering kali menjual beberapa pemenangnya karena alasan sederhana yaitu mereka takut melihat mereka menyerahkan keuntungannya, yang dapat menyebabkan penyesalan, kritik dari klien, dan/atau kehilangan akun.
Kebanyakan orang akan menjual sebagian atau seluruh kepemilikan Apple mereka pada saat harganya mencapai $15 pada musim panas 2013. Apa yang akan Anda lakukan ketika harganya mencapai 40 kali lipat dari harga aslinya setelah 10 tahun? Saat ini, 10 tahun kemudian, harga Apple berada di kisaran $1.801 – naik 12x sejak tahun 2013 dan naik hampir 500x sejak tahun 2003. Intinya adalah, dengan adanya keuntungan ini, sangat sedikit investor yang masih mempertahankan semua yang telah mereka beli sebelumnya. Namun jika mereka menjual saham Apple ketika pembuat indeks tidak menjualnya, mereka mungkin gagal mengikuti indeks tersebut."
Mirip dengan yang dibahas pak @rajopangulu di tulisan yang sangat bagus baru-baru ini, "Membatalkan Keuntungan Besar" https://stockbit.com/post/12171335
4. Selalu ada "Reset Button" dan "Kesempatan Kedua"
Seperti dalam pertandingan tennis di mana pemain memiliki kesempatan kedua untuk memenangkan game atau set berikutnya, investor juga memiliki kesempatan untuk memulihkan kerugian dan meraih keuntungan di masa depan. Your past performance is not your future performance. Kita bisa improve proses investasi kita, sehingga outcome pun juga bisa improve.
Perusahaan pun sama, winning stocks yang tidak bisa memenuhi ekspektasi pasar, atau losing stocks yang bisa outperform juga bisa menyebabkan reversion to the mean. Cycle selalu ada.
Selain di atas, pastinya banyak kesamaan lain antara kedua bidang itu, seperti penting untuk belajar / latihan terus, past champions bisa saja tergantikan, dll.
----
Tagging sport related stocks $SCMA $MNCN
Link to the full memo https://cutt.ly/Wwxt5sOf
On sports related investing post, saya kemarin baru tulis panjang soal Vidio dan SCMA di https://stockbit.com/post/12257461
Btw bisa nonton pertandingannya di YouTube - final Wimbledon 2023 dan Cincinatti antara Alcaraz dan Djokovic saya rekomen untuk ditonton. Sangat seru. Secara full, US open kemarin ditayangkan di SPOTV Now (yang ke integrate sama Vision+ nya MNC juga tapi lebih lag 😄).
1/3