imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

DI SAAT SEGMEN BISNIS KECIL MENJADI RAKSASA

Tahun 2009, kontribusi Makarizo (segmen kosmetik) ke $ADES masih 0, tahun lalu revenue udah lebih tinggi dari segmen F&B / air minum dalam kemasan nya. Kontribusi ke profit lebih gede lagi.

Kejadian segmen / produk / layanan kecil menjadi raksasa juga saya lihat terjadi di perusahaan lain.

Contoh: segmen distribusi dan logistik nya $ELSA yang jadi paling dominan sejak 2017, segmen herbal (Tolak Angin dll) nya $SIDO sejak 2015 (melewati penjualan segmen F&B seperti Kuku Bima), Diplomat Evo nya $WIIM yang baru rilis di 2019, pendapatan data di TLKM EXCL sampai dengan contoh klasik di luar negeri, Amazon Web Services (AWS) nya Amazon yang berkontribusi jauh lebih banyak ke profit dari segmen retail / ecommerce nya saat ini.

Kadang, segmen kecil itu bisa jadi raksasa didorong oleh tren, seperti downtrading konsumen, secular trend seperti peningkatan penggunaan data, dll

Jadi menurut kalian, apa kira-kira segmen bisnis / geografis emiten yang sekarang masih minim kontribusinya, tapi bakal bisa jadi masif kontribusinya kedepannya? Dan apa yang jadi tren pendorongnya? Any idea?

Saya jadi kepikiran hal ini setelah baca tulisan mas @Alfisyahrin beberapa saat yang lalu soal clear 10 year outlook, yang didalamnya termasuk arah perusahaan dalam 10 tahun kedepan, termasuk dari lini bisnis dan produk eksisting (gede, kecil) maupun baru.

Ini menarik karena mungkin seringkali, segmen bisnis yang ga dominan skrg bisa jadi growth driver yg sering terlupakan, karena mungkin memang sulit ditafsir.

Cuma saya jadi keinget juga sama konsep yang saya dengar dari Mohnish Pabrai beberapa tahun silam, yaitu soal DNA spawner - istilah yang dipakainya untuk menggambarkan perusahaan yang terus mengembakbiakan bisnis baru yang besar, baik di industri yang related atau enggak. Yang bisa jadi salah satu sumber dari compounding growth.

Menurutnya, ada 4 macem spawner, yaitu dari ekspansi ke bisnis yang berhubungan sama bisnis sekarang (adjacent spawners), ada juga yang dari akuisisi bisnis kecil dan menumbuhkannya (embrionic spawners), lewat nge-copy apa yang bekerja (cloner spawners), dan juga beli atau buat bisnis yang ga berhubungan (non-adjacent spawners), ataupun kombinasi antaranya. Bisa baca soal ini lebih di https://cutt.ly/qwawvNta

Dari karakter di atas, saya jadi kepikiran beberapa contoh di Indonesia. Misalnya TOWR yang akuisisi bisnis fiber, iForte. Ini menurut saya termasuk gabungan antara akuisisi bisnis yang berhubungan, dari kecil dan menumbuhkannya. Atau gimana BIRD melebar ke advertising dan pengiriman barang, dll dan $UNTR yang masuk ke bisnis komoditas lain seperti nikel, emas, dll dan juga SCMA yang melebar ke OTT, talent management, content production, etc.

Holding company juga mungkin banyak melakukan yang sama, contoh EMTK ke tech dan healthcare, ASII ke hotel, RS, tambang lain, dll.

Menurut saya, potensi perusahaan menjadi spawner ini adalah hal yang exciting. Tapi bukan berarti selalu positif. Tergantung eksekusi, bisa juga justru jadi diworsification seperti kata Peter Lynch.

Seringkali, kadang effort masuk ke segmen baru memakan biaya dan menggerus profit sementara. Tapi saya juga sering kurang setuju kalau kadang liat orang yang suruh abandon effort nya, seperti yang terjadi pada tuntutan salah satu fund supaya Google tutup inisiatif self driving vehicle nya, Waymo.

Yes, masuk ke segmen baru emang memakan biaya. Tapi kalau gak masuk, juga bisa aja opportunity cost nya lebih besar.

Apalagi di industri dimana first mover advantage / keunggulan pemain pertama itu sangat penting. Banyak cerita soal seberapa banyak "opportunity cost" yang tercipta dari perusahaan tech yang ngeremehin transisi dari desktop ke smartphone pada tahun sekitar 2008-2012. Seperti Baidu yang akhirnya services nya kalah sama big tech di China lainnya seperti Alibaba Tencent dan bahkan Meituan, sampai juga Intel yang menolak nyuplai chip iPhone, yang sekarang jadi jatah pemain semiconductor lain, seperti TSMC (secara produksi) dan Arm (secara platform design).

Apa alasan Intel? Karena CEO nya waktu itu khawatir sama implikasi profit sementara dan kena "margin hit". Sesuatu yang akhirnya setelah sempat mau di fix beberapa tahun kemudian pun gak bisa.

Kadang, perusahaan juga mungkin enggan inovasi karena merasa gaada ancaman karena saingan nya masih kecil. Tapi kadang justru perusahaan besar terbangun dari perusahaan kecil di niche tertentu. Inget, Facebook aja scale dari satu kampus ke kampus lain. Amazon dari buku ke banyak kategori lain.

Selain itu, mungkin juga beberapa perusahaan terlalu mendengar feedback customer. Memang, ini bisa jadi bagus. Cuma di produk yang bersifat groundbreaking, bisa kali tidak terlalu tepat.

Steve Jobs terkenal ngikutin gaya Sony dalam tidak mendengar feedback user / customer. Seperti kata Henry Ford, kalau pas pertama dia mau bikin mobil nanya customer, mereka bakal maunya kuda yang larinya lebih kenceng. Dan mobil ga bakal tercipta.

Cuma sepertinya seberapa sukses nya pemenang perusahaan di era smartphone baik hardware/OS seperti Apple dan Google maupun apps seperti Google (lagi), Tencent, Alibaba, Meta juga membuat beberapa perusahaan gamau kecolongan wave computing platform berikutnya.

Makanya, saya paham kenapa Apple, Meta, Bytedance, Sony, dll dan kabarnya Samsung berlomba-lomba investasi jor-joran ke virtual reality / metaverse, yang kata banyak orang "gaada customer yang mau". Karena itu berpotensi jadi the next computing platform, seperti yang sudah saya bahas sebelumnya https://stockbit.com/post/11577184.

Menurut saya soal ga langsung take off, belum tentu complete failure. Sebelum iPhone, smartphone pertama dirilis IBM tahun 1994. HP touchscreen pertama juga dirilis IBM di tahun yang sama.

Sebelum Tik Tok, ada Vines nya Twitter yang akhirnya tutup.

Kadang, right timing ga kalah penting. Bukan berarti kalau kategori itu ga gitu laku beberapa tahun, udah pasti doomed selamanya. Evolusi sosial media berangkat dari teks ala FB dan Twitter yang lebih bisa di load dengan cepat dengan speed internet waktu itu, baru ke gambar ala IG, dan akhirnya short video ala Tik Tok.

Mungkin, butuh waktu supaya itu semua terjadi, di saat product market fit akhirnya terjadi.

Apakah ada yang menurut kamu segmen atau produk maupun layanan emiten yang udah ada dari dulu, cuma timing momentum nya baru akan terjadi dari sekarang?

Tebakan saya: Segmen solusi dan konsultasi nya MTDL. Karena tumbuh lebih cepat dari bisnis distribusi hardware nya, dengan margin yang lebih besar juga.

What do you guys think?

Read more...
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy