SAHAM "SAMPAH" HARGANYA TERBANG LEBIH CEPAT DARI SAHAM "BAGUS" JUSTRU BUKTI FUNDAMENTAL / VALUE INVESTING ITU NYATA, BUKAN SEBALIKNYA
Banyak orang yang bilang fundamental gak real di pasar saham cuma karena seringkali saham jelek naik lebih besar daripada saham bagus. Menurut saya justru kebalikannya.
Saham "sampah" yang kinerjanya suka rugi, utang nya besar, dll itu adalah saham yang sangat sensitif terhadap hal-hal eksternal.
Saham sampah, mirip kayak sampah, gaada isinya atau "dikit" isinya. Gampang kebawa angin, gampang juga terpuruk.
Kenapa?
Soalnya bayangin aja. Misalkan satu perusahaan yang defensive dan "bagus" dia punya laba segitu2 aja. Walau misal dia kena COVID, dia misal laba cm turun 20%. Alhasil ya harga saham turun nya dikit (misal cm 20%an). Nah ntr pas orang2 udh ngeliat adanya recovery, saham itu kan naik nya ga bakal terlalu banyak lg kalo mau ke level semula.
Tapi kalo perusahaan misal nya sensitif bgt dan performa kurang bagus. Biasanya pas misal ada COVID kmrn jd rugi banget itu harga saham nya turun nya jauh lebih banyak. Kenapa? karena lbh berisiko dan terdampak. Cuma kalo emang ternyata udh pas fase pembaikan atau recovery, dia jdnya naik nya jauh lbh banyak gitu. Yang punya utang gede juga sama, kalo revenue naik, net income nya bakal naik lebih gede karena persentase finance cost (biaya bayar bunga utang) nya secara persentase terhadap revenue bakal lebih kecil, jadi margin naik. Secara teori juga karena efek DFL (degree of financial leverage) nya dan mungkin DOL (degree of operating leverage) nya lbh besar, jadi sensitif.
Kalo diliat dari ukuran perusahaan jg sama. Perusahaan yang gede udh susah buat tumbuh. Misalkan dia udh punya 100 jt konsumen di Indonesia. Kalo mau tumbuh 100% jd 200 jt pasti kan susah banget. Beda sama perusahaan kecil yang baru 5000 konsumen, mau tumbuh jadi 100.000 pun jg mungkin msh bisa selama dia emg produk nya bagus dan digemari sama target market nya.
Cuma bukan berarti kita perlu hindarin sepenuhnya saham big cap juga. Kadang ada opportunity dimana sentimen shift dan harganya big cap terdepresi banget, juga bisa bikin kita dapet opportunity yang bagus. Seperti yang saya udah tulis di refleksi investasi 1H23 saya kemarin di https://stockbit.com/post/11660132
Terus kenapa beberapa orang fundamentalis beli yang bagus?
Ya karena susah market timing. Coba kita bandingin beli Apple di US sama beli Carvana (mirip Carsome dan $ASLC atau Mobbi nya $ASII yang dibilang mau bangkrut dan masih rugi terus) di US. Performa harga saham secara YTD Apple naik 50% sedangkan Carvana 640%. Tapi masalahnya apakah km bakal yakin bisa masuk Carvana di bottom? Harga nya turun dari 300 ke 4 dolar, sebelum sekarang ke 30an dolar. Bisa aja masuk di 100 toh udh turun 70%? Atau 50? Dan akhirnya ngikut ke downtrend nya dan bakal susah dapet barang dengan average di bottom. Di sisi lain, perusahaan bagus value nya lbh gampang diestimasi. Dan lebih gampang punya conviction tinggi. Jadi bisa aja dengan average nya, lebih gedean untung di Apple dari Carvana walau harga dari bottom to top nya beda. Selain itu, gak semua tentang cuan. Risk management juga penting. Kadang orang lbh suka 99% kemungkinan untung 100%, daripada 10% kemungkinan untung 1000%.
Oiya, tapi ga semua orang fundamentalis bakal beli yang kayak Apple. Fundamental itu luas. Ada yang beli juga perusahaan sampah yang murah banget dengan gaya asset play atau net-net nya Benjamin Graham, ada juga yang suka ikutin aksi korporasi ala ala special situations seperti yang pernah saya tulis di https://stockbit.com/post/11628084, ada juga yang suka beli high growth companies.
Tapi in this case mungkin kalo gaya Benjamin Graham bakal perlu lebih diversified dan gak all in, karena kemungkinan win rate nya yang ga terlalu besar itu jadi secara agregat bisa aja jadi sangat profitable.
Contohnya juga yang dilakuin oleh Sir John Templeton dulu pas World War 2.
"When war began in Europe in 1939, he borrowed money to buy 100 shares each in 104 companies selling at one dollar per share or less, including 34 companies that were in bankruptcy. Only four turned out to be worthless, and he turned large profits on the others."
Sir John Templeton itu salah satu investor favorit saya yang juga salah satu pionir investasi secara global (gak cuma di negaranya), dan "celebrity investor" pertama sebelum Warren Buffett dimana di waktu itu banyak jg investor tiap tahun ke RUPS dia, mirip kayak Berkshire sekarang. Dia juga billionaire (dalam USD) dan aktif di philantrophy dan hal-hal spiritual.
Jadi jangan bilang fundamentalis itu cuma beli blue chip kayak $BBCA $SIDO $BBRI , fundamentalis dan value investing itu luas om.. Saham nyaris bangkrut juga bisa, intinya satu "Intrinsic value nya di bawah harga pasar saham" dan ada "margin of safety".
Sekian dari saya.
Peace out,
Calvin