De-dollarization
Kita mesti hati2 kalau baca berita ekonomi karena ekonomi itu tidak bisa dipisahkan dari politik. Karena tool paling utama untuk menstabilkan ekonomi adalah dengan mengkomunikasikan-nya ke publik. Kalau sudah mengkomunikasikan ke publik ya itu politik.
Dan unsur politik ini adalah hal yang sangat fundamental yang bahkan dalam equation yang digunakan oleh Friedman, yg earn him his Nobel prize, memasuk-kan parameter psikologis publik sebagai koreksi terhadap Keynes economic dan memberikan hasil yang lebih sesuai dengan data.
Kalau mau lihat bagaimana politik in-play dengan jelas itu adalah waktu The Fed dan ECB mulai menaik-kan rate -- selama setahun itu statement2 pingpong dari The Fed dan ECB kalau di-kronologis-kan akan terlihat bagaimana mereka berkoordinasi nge-"test" market untuk maintain inflation stabil. Note: ini BUKAN bad thing -- but good thing.
Context yang harus dimengerti adalah: jangan pernah telan statement2 pejabat publik dan authoritative figures mentah2 --> karena you akan masuk ke "trap" efficient market hypothesis. It's okayh, karena you akan membantu menstabilkan ekonomi --> tetapi JANGAN berharap bisa cuan besar dengan melakukan itu wkkssssss! Thus the "trap".
Dengan mengerti context itu, sekarang lihat data, cerita politk-nya dan underlying-nya.
Data menunjukkan penurunan USD sebagai currency reserve mencapai titik terendah selama 25 tahun terakhir --> something is definitely happening -- TETAPI kita tidak (dan mungkin tidak akan pernah) tahu pasti apa penyebab-nya. Dan menarik melihat bahwa penurunan terdalam dalam 10 tahun terakhir, terjadi dalam beberapa bulan terakhir -- WALAUPUN hampir belum ada kesimpulan apapun yang bisa ditarik dari sini (data is too short and too much factors in-play).
Publik, seperti biasa, selain short memory, mereka juga short in concluding. So bahasa politik-nya akan selalu begini. Publik: de-dollarization is happening! Authoritative: dollar is not going to lose it domination!
Cukup seperti itu karena memang de-dollarization dalam context sebagai fasilitator transaksi tidak berarti banyak. Seperti English, tetapi waktu orang2 mulai belajar Mandarin -- story apa yang terjadi?? Bahasa apa saja tidak masalah, tetapi waktu sebuah bahasa semakin sering digunakan -- the story behind-nya adalah the real story-nya.
Economic cycle itu impossible to avoid (karena information tidak pernah betul2 efficient dan merata: https://stockbit.com/post/11135059) -- dan salah satu the main goal dari whole economic theories, termasuk bermain2 dengan psikologis-nya, pada hakikat-nya bisa dikatakan berusaha men-taming supaya cycle ini tidak terlalu destructive -- dan lumayan berhasil karena setidak2-nya kita akan memiliki periode 5 sd 10 tahun yang baik -- sampai terjadi corrective besar2an yg super destructive (but yg kaya tambah super kaya, yg miskin terima nasib).
Ridiculous kalau figur seperti Larry Summers tidak mengetahui bahwa data 25 tahun mengatakan de-dollarization sudah terjadi dan masih terjadi. Tetapi mereka tahu tidak ada guna-nya membakar publik dengan api. Damn, BAHKAN China dan Russia-pun tidak mau de-dollarization terjadi terlalu cepat. Ingat, China itu masih memegang USD 3 trillion in currency reserve dan export-nya sangat tergantung dengan USD yang tinggi.
US sendiri ironis-nya diuntungkan dengan pelemahan USD karena berarti export yg lebih tinggi dan menurun-nya real value dari hutang mereka. Pem-balance-nya adalah inflasi yang tinggi dan interest rate yang lebih tinggi. Mana yang lebih menguntungkan selalu menjadi perdebatan -- dan selalu menjadi argument utama bahwa memiliki posisi sebagai world currency reserve tidak menguntungkan -- walaupun mereka selalu bisa mencetak USD sesuka mereka yang artinya taxing seluruh dunia atas cowboy2-nya mereka sendiri.
Pada waktu opsi ini mulai di-exercise, pertanyaan yang bisa kita jawab hanyalah: apakah story the behind-nya? Bukan meramal2 apakah de-dollarization akan terjadi seberapa besar -- karena tidak akan ada jawaban-nya. Siapa yang mau hold currency lain kalau hold USD adalah safe heaven. USD berarti akses ke minyak -- mungkin tidak lagi. Ekonomi terbesar di dunia adalah US, yes, tetapi mungkin ekonomi regional sekeliling kita sudah tidak seburuk dulu lagi. Military US adalah yang terkuat, tetapi mungkin tidak semudah dulu lagi main sikat -- disamping ada bonex yang mungkin sudah tunggu2 kapan kesempatan datang.
Hal ini super-bad utk US dan bad utk seluruh dunia. Worry not too much karena at the end akan menuju ke ekonomi dunia yang lebih baik dan berimbang. Pasti -- karena koreksi market yang sehat adalah mesin ekonomi in working yang didasari keinginan abadi setiap orang untuk hidup lebih baik. Good will triumph over evil.
Jadi, lagi2 publik benar (de-dollarization is dangerous) untuk alasan yang salah :D)
Teori currency rate yang paling diterima oleh majority ekonom adalah currency rate akan ditentukan sedemikian sehingga harga barang di seluruh negara akan mencapai kestabilan setelah memperhitungkan segala macam faktor termasuk supply-chain dunia. Kalau 1 USD = 15000 IDR, dan harga cheese-burger 1 USD di US, tetapi 7500 IDR di Indo, maka either export cheese-burger akan mengalir ke US atau 1 USD akan menjadi 7500 IDR.
De-dollarization yang majority-nya saat ini didominasi oleh bilateral and regional trade, masih terlalu jauh untuk menumbangkan hegemony USD -- tetapi memang: TIDAK ADA KEBUTUHAN UNTUK ITU! Dan sebalik-nya untuk memfasilitasi trade2 bilateral dan regional tersebut -- SANGAT MEMBUTUHKAN USD sebagai settlement index!
Bayangkan USD lenyap -- terus boro2 mau dagang -- bisa bertahun2 semua negara2 itu hanya akan sibuk menentukan currency rate yang berlaku. Mata uang A dan B ditentukan mempunyai rate X, tetapi C dan D ditentukan mempunyai rate Y, terus kalau A ketemu C berapa rate-nya, dan kemudian impact-nya ke B dan D bagaimana yang selanjutnya X dan Y akan di-adjust menjadi berapa?? See, majority publik tidak paham ini tetapi Larry Summers paham.
Bukan itu alasan kenapa de-dollarization menjadi aspirasi dunia saat ini.
Fundamental currency rate (berdasarkan teori di atas) adalah ditentukan oleh trade antar negara dan GDP masing2 negara. Lupakan fluktuasi currency rate -- at the end of the day kenapa seseorang atau sebuah negara mau memegang currency negara lain -- adalah karena mereka yakin bahwa negara tersebut menjamin bahwa currency itu bisa ditukar dengan kenikmatan duniawi nyata yang at least bisa dihasilkan oleh negara tersebut -- yang dalam hal US -- berarti US menjamin USD itu berlaku di seluruh dunia. Demikian juga kenapa kita mau holding EUD, Yen, RMB dan whatever currency rate yang lain.
Kritik terhadap USD sebagai world currency reserve bukan hanya terjadi saat ini, tetapi dengan kuat-nya dan bagus-nya US, UK, EU dan Jepang kritik itu tidak berarti apa2 dibandingkan kemajuan ekonomi dunia dimana USD hanyalah tool-nya BUKAN underlying-nya.
Underlying-nya adalah, the-rest-of-the-world bisa export raw material ke mereka karena mesin industry mereka sanggup memproduksi raw material tersebut menjadi barang2 akhir yang memberikan kenikmatan hidup dunia paling ultimate. Export earn mereka currency yang bisa digunakan membeli barang2 akhir tersebut. Cycle ekonomi berjalan baik dan seluruh dunia menjadi lebih baik. US, UK, EU dan Jepang menjadi super kaya, sisa dunia cukup menjadi lebih kaya saja.
Seperti halnya semua cycle, cycle ini akhir-nya memasuki masa2 kebablasan. Yang super kaya ini semakin ceroboh dan terlena, ceroboh di spending dan terlena terhadap kemajuan sisa dunia. Porsi government spending yang semakin besar terhadap GDP, government yang semakin gendut, mengambil role2 pekerjaan yang paling nyaman tetapi tidak fundamental terhadap produksi, sedangkan sisa dunia pelan2 eating their lunch. Semakin mirip dengan negara yang menganut ekonomi sosialis (yg definitely bukan China saat ini).
Mesin produksi raw material dan barang2 akhir bergeser ke sisa dunia, sementara kecerobohan dalam spending tidak berubah. Besar pasak daripada tiang. Sementara itu egoisme, tuntutan politik, woke movement yang counter-productive, cancelled culture dan polarisasi karena semakin tidak berkualitas-nya politician2 mereka, membuat mereka menubruk solusi2 yang semakin tidak fair ke sisa dunia. Dunia memberikan respon.
( Note: organisasi yang sukses akan bisa berjalan dan grow sendiri, bahkan jika monyet2 menjadi leader-nya. Thus orang2 yang skill-nya hanya berkata2 dan pandai kiss-ass akan naik ke atas karena sementara waktu organisasi tidak butuh orang2 yang pandai. Kalau mereka ini monyet -- aman -- tetapi orang2 ini membuat decision2 yang destructive. Thus kita selalu disuguhi oleh hancur-nya kingdom dan giant corporate yang selalu membuat kita melongo2 kok bisa ya. Cycle ini sudah seperti hukum alam. Thus Warren Buffet loves monkey CEO. )
Sisa dunia paralel dengan eating their lunch, mulai membatasi tool2 negara2 super kaya yang digunakan secara tidak fair. Welcome de-dollarization. Ini hanya satu isu dari banyak hal lain yang akan muncul sebagai akibat dari shifting yang sedang terjadi.
Apakah itu artinya USD akan turun terus? Tidak ada yang bisa menjawab. Shifting memang sedang terjadi -- tetapi ini masih berpijak kepada shaky root. Satu hal kritikal, China pun belum ada tanda2 berani mencabut batasan capital outflow mereka (artinya belum compatible dengan requirement menjadi alt-currency).
*Kalau mereka melihat bahwa perkembangan ini belum alarming enough -- itulah mungkin kita akan melihat bagaimana kingdom terbesar dalam sejarah manusia runtuh dalam masa hidup kita.*
Otherwise, mereka akan tetap menjadi negara kaya -- tetapi bukan lagi yang terkaya. Dan ini bukan problem besar -- in fact is no problem at all -- selain ego yang terluka saja.
De-dollarization by itself adalah indikator yang sangat terbatas dan sempit -- definitely not a means to an end. Look beyond. All eyes are on Asia. Hidup Indonesia-ku jaya raya!
$IHSG $ITMG $SMDR