Estimasi Meleset?

Peluang untuk membeli saham perusahaan berkualitas dengan harga yang menarik sering muncul ketika perusahaan gagal memenuhi ekspektasi pasar atau para analis. Misalnya ketika perusahaan mengalami penurunan kinerja secara kuartalan, maka biasanya harganya akan turun bahkan sampai ARB berhari-hari. Apalagi Jika valuasi sahamnya sudah tergolong mahal, maka market akan menghukum dengan lebih keras. Hal ini tampaknya menjadi lebih umum akhir-akhir ini di mana kebanyakan pelaku pasar dan analis yang semakin fokus pada periode waktu yang pendek, yang menyebabkan reaksi berlebihan pada kinerja kuartalan dan pergerakan harga saham.

Ketika perusahaan yang sahamnya Anda miliki mengalami penurunan EPS atau tidak sesuai ekspektasi lalu harga sahamnya turun, maka ada 3 keputusan yang bisa diambil yakni tambah posisi, hold, dan jual. Jika kita memiliki pemahaman yang baik terhadap bisnis perusahaan dan lanskap industrinya, maka akan memudahkan kita untuk mengevaluasi faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab penurunan kinerja, dan apakah alasan-alasannya bisa diterima. Jika kita paham tindakan yang diambil manajemen dengan strategi yang mereka siapkan serta track record dan rencana capital allocation mereka, maka kita akan memiliki gambaran yang lebih jelas mengenai prospek perusahaan ke depan atau growth drivers-nya.

Seorang investor yang bijak harus menjaga emosinya dan menganalisis situasi dengan cara yang tenang dan rasional untuk membentuk pandangan apakah penurunan kinerja hanyalah permasalahan sementara dalam bisnis, atau merupakan gejala yang secara signifikan merusak nilai intrinsik bisnis.

Coba simak pendapat dari beberapa investor hebat berikut:

“I am particularly interested in buying companies when their long term prospects are intact but they are cheap because they face short term issues.” Robert Vinall

"Companies that "miss" the analysts' consensus estimates can see their stock price decimated. Is the quarter-to-quarter earnings target really more important than a company's ability to increase shareholder value long term.” Christopher Browne

“If you are selling because of a missed earnings report or the trend of the market or something, you’ve stopped looking at the rate of return the company can achieve over time.” Chuck Akre

“You rarely get to purchase high quality businesses at cheap prices unless there is a ‘glitch’ which provides an opportunity to do so.” Terry Smith

“Usually company specific issues provide opportunities.” Chris Bloomstran

Ada beberapa faktor yang menyebabkan penurunan kinerja bagi perusahaan, diantaranya: gejolak perekonomian, kenaikan biaya-biaya seperti bahan baku, mengalami kendala dalam mendistribusikan produk, bauran produk yang buruk, adanya kontrak yang hilang, terjadinya perubahan selera konsumen, perubahan consumer spending, investasi dalam bisnis baru yang kurang prospektif, dan tingkat persaiangan yang semakin ketat.

Jika Anda berniat untuk menjadi seorang investor jangka panjang, maka Anda harus bisa membayangkan bagaimana prospek perusahaan dalam 5 atau bahkan 10 tahun ke depan. Laba yang dihasilkan perusahaan dalam satu kuartal atau bahkan satu tahun belum tentu berdampak signifikan pada nilai intrinsik jangka panjang perusahaan. Turunnya kinerja perusahaan dalam satu kuartal, atau bahkan satu tahun tentu merupakan hal yang lumrah dalam dinamika bisnis. Sungguh aneh jika ada yang menilai perusahaan yang sudah berumur dan berkembang selama puluhan tahun hanya berdasarkan kinerja kuartalan, atau bahkan satu tahun.

“A couple of bad years of earnings shouldn’t determine the intrinsic value of those companies.” Matthew McLennan

“It seems to us that one quarter’s missed earnings target rarely has a significant impact on the intrinsic value of companies. Warren Buffett makes no comment on the quarterly earnings of Berkshire Hathaway because he finds it ‘difficult to say anything new or meaningful each quarter about events of long-term significance.’” Marathon Asset Management

“The value of a business is determined by the present value of the cash it generates over its lifetime, not based on what next year’s earnings are going to be. While the first year’s cashflows in a discounted cash flow valuation carry the most weight in the calculation, years two through 20 and thereafter contribute many multiples of year one’s value in determining the present value.” Bill Ackman

“We are usually asking much longer term questions as we want to understand long term strategy. We don’t care about this quarter or next quarters earnings. We care about where the company is going over the long term.” Jeff Mueller

Ketika semakin banyak ditemui para analis ‘andal’ atau para influencer yang cuap-cuap tentang beberapa hal seperti: ‘sales dan profit perusahaan turun dari kuartal sebelumnya karena growth-nya sudah melambat, market share tergerus, valuasinya sudah kemahalan dan perusahaan layak dihukum market’, dan kemudian dalam beberapa hari harga sahamnya mengalami penurunan, ini bisa menjadi peluang bagi investor jangka panjang untuk membeli saham perusahaan bagus di harga wajar atau bahkan murah. Pemikiran yang independen dan kemauan untuk menganalisis secara mandiri sangat diperlukan untuk memastikan bahwa isu yang dialami perusahaan benar-benar bersifat temporer dengan kualitas bisnis dan manajemen yang masih bagus. Jika penurunan harga yang terjadi menjadikan valuasi sahamnya menjadi semakin murah, maka kesempatan untuk menambah posisi semakin menggiurkan.

Banyak investment master menghabiskan waktu mereka untuk memikirkan nilai bisnis dalam jangka panjang. Ingat, saham adalah bagian dari kepemilikan bisnis. Akankah pemilik bisnis menjual perusahaannya berdasarkan kinerja kuartal yang buruk? Sungguh aneh.

“In a time when financial television keeps score of quarterly “beats” (meaning a company beats estimates) we ignore financial models and are oblivious to consensus estimates. We don’t think quarterly “beats” are germane to intrinsic value. We prefer betting on company fundamentals, not investor psychology.” Allan Mecham

Manfaatkanlah time arbitrage dengan sebaik-baiknya, yang mengacu pada proses pemanfaatan peluang dengan membeli saham yang harganya sudah jatuh dan berada di bawah intrinsic value diakibatkan adanya permasalahan temporer atau sentimen negatif jangka pendek yang dihadapi perusahaan, atau diakibatkan oleh kinerja perusahaan gagal memenuhi ekspektasi para analis atau smart money.

Para investor yang memanfaatkan time arbitrage ini meyakini bahwa permasalahan jangka pendek yang dialami perusahaan tidak akan berdampak pada nilai intrinsik jangka panjangnya. Nanti pada waktunya, harga saham diperkirakan akan kembali mengikuti kemana arah nilai intrinsik perusahaan. Perusahaan yang berkualitas dengan moat yang lebar dan manajemen yang andal cenderung mengalami pertumbuhan intrinsic value dari tahun ke tahun, yang diikuti dengan kenaikan harga sahamnya dalam time frame yang panjang.

Contoh kasus seperti $SIDO yang di tahun 2022 melaporkan penurun kinerja secara kuartalan yang diikuti oleh ARB harga saham secara berhari-hari. Banyak yang semakin panik sehingga saham SIDO sempat menyentuh harga Rp630 (turun dari harga Rp1000an). Bagi investor yang sudah memiliki sahamnya di harga bawah sejak lama (seperti saya sejak 2015) merasa santai saja dengan kejadian itu. Dan sekarang harga saham SIDO kembali naik di area Rp850an dan saya cukup sedih sebetulnya. Saya sempat ingin nambah posisi jika harganya menyentuh Rp555.

Ingat selalu, kita tidak bisa dengan pasti menebak kemana arah harga saham akan bergerak. Memang sangat menguntungkan jika saya sempat jual dulu saham SIDO sebelum ia ARB berhari-hari begitu tahu bahwa kinerjanya mengalami penurunan secara kuartalan, dan nanti saya beli lagi sahamnya di harga bawah atau saat mulai pull back. Tapi siapa yang bisa menjamin saat itu bahwa harga saham SIDO betul-betul akan terjun dalam sampai terdiskon sebesar 20% dari intrinsic value-nya (menyentuh harga Rp555)? Lalu bagaimana jika ARB yang terjadi hanya 3 hari lalu harga sahamnya malah naik lagi melewati harga take profit saya?

Suasana hati market tidak bisa saya kendalikan, saya lebih memilih fokus untuk mengevaluasi bagaimana kinerja SIDO akan membaik. Saya selalu teringat pesan para mentor, bahwa salah satu kesalahan terbesar seorang long-term investor adalah menjual saham pemenang terlalu dini, apalagi dengan alasan EPS nya menurun secara kuartalan. Bahkan kesalahan ini bisa lebih menyakitkan dibandingkan membeli saham yang salah.

Oke, mau contoh lainnya? Misalnya saham $EKAD. Selama saya hold saham ini sejak 2015, perusahaan mengalami penurun laba sebanyak 2 kali yaitu di tahun 2017 dan 2018. Sales mereka pun sejak 2020 ke 2021 mengalami penurunan. Di tahun 2022 laba bersihnya juga kemungkinan akan lebih rendah dari tahun sebelumnya. Tapi tidak ada kepanikan yang menyelimuti saya untuk menjual sahamnya karena saya paham mengapa kinerjanya menurun dan masih yakin dengan prospek perusahaan ini dalam jangka panjang, apalagi valuasinya saat ini pun masih murah. Jika saya buru-buru menjual EKAD di tahun 2017 atau 2018 karena muak dengan penurunan EPS nya, maka saat ini saya tidak bisa menikmati floating gain sebesar 250an persen dan dividend yield sebesar 2 digit.

Contoh lainnya adalah $ULTJ. Bagi investor yang sudah memegang saham ini sejak 10 tahun lalu, maka mereka merasakan perusahaan mengalami penurunan laba sebanyak 3 kali secara tahunan, yakni di tahun 2013, 2014, dan 2018. Jika mereka sebal saat itu lalu menjual sahamnya, maka mereka melewati kesempatan merasakan floating gain sekitar 260an persen saat ini. Mereka juga melewati nikmatnya dividend yield sebesar 21% di tahun 2021 (asumsikan harga belinya Rp400). Pada tahun 2021, CAGR EPS ULTJ dalam 10 tahun sebesar 30%, dan ini membuktikan bahwa penurunan laba di tahun-tahun yang saya sebutkan tadi tidak berarti apa-apa terhadap kinerja perusahaan dalam jangka panjang.

Saudara-saudara, membeli perusahaan berkualitas tinggi di harga yang wajar dan berniat untuk hold dalam jangka panjang lalu diimbangi dengan ‘capacity to suffer’ betul-betul memberikan return yang memuaskan dengan risiko yang rendah. Ini bukan sekedar teori, saya pun sudah merasakannya dan saya harap Anda pun turut merasakannya. Memang ini lebih mudah untuk diucapkan daripada dilakukan. Maka milikilah sifat rendah hati, pikiran yang rasional, dan kesabaran. Salah satu organ tubuh yang sangat dibutuhkan untuk sukses berinvestasi saham adalah perut yang kuat untuk menahan gejolak yang terjadi dalam jangka pendek.

Sekali lagi, pemanfaatan time arbitrage perlu didukung oleh keberanian, keterbukaan pikiran dan keyakinan bahwa harga saham di pasar dalam jangka pendek memang bergerak sesuka hatinya. Harga saham perusahaan berkualitas tinggi yang mengalami kejatuhan karena isu temporer seiring waktu akan pulih untuk mencerminkan nilai intrinsik jangka panjang perusahaan. Hanya saja waktu pemulihannya tidak dapat diketahui secara pasti. Remember it's just an estimate. And estimates miss earnings - not vice versa.

“We think short-term earnings should be treated like appetizers at dinner: avoid overindulging or you’ll miss the main course.” Allan Mecham

Semoga bermanfaat, jangan lupa bahagia dan selalu bersyukur.


Further reading:
Penerapan Time Arbitrage: https://stockbit.com/post/8321263

Read more...
2013-2024 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy