-January Effect will dis(appear)?-
Tampaknya aksi jual oleh investor asing terhadap pasar saham Indonesia masih terus menjadi salah satu topik hangat yang diperbincangkan.. Dan ujungnya bisa ditebak yakni muncul pertanyaan seperti yang tertera di judul..
Dalam tulisan kali ini, saya tidak bertindak sebagai ‘cenayang’ yang akan meramalkan January Effect akan terjadi atau tidak serta meramalkan seberapa besar kenaikan IHSG jika memang terjadi fenomena tersebut.. Hal yang lebih penting adalah bagaimana tetap survive dengan saham pilihan yang ada sambil menangkap peluang lain yang sayang untuk dilewatkan.
============= EXPLORING THE FACTS ==============
Pertama,
Ayo kita bicara tentang rekam jejak performa IHSG! Kali ini saya ambil data 10 tahun terakhir (menggunakan fitur Seasonality Stockbit) dan hasilnya menunjukkan bahwa Up Probability sebesar 60%. Artinya 6 dari 10 tahun terakhir, IHSG berhasil finish di zona hijau dengan kenaikan tertinggi sebesar 5,46% (2019) dan terendah 0,48% (2016). - Gambar 1
Kedua,
Menilik kinerja IHSG dibandingkan dengan Indeks ASEAN lainnya (YTD), kini indeks kita menjadi yang paling buncit yakni koreksi -3,33%. Sementara itu, Vietnam menjadi pemimpin dengan kinerja indeks naik +4,59%. Kondisi awal tahun ini berbanding terbalik dengan capaian IHSG di 2022 yang menjadi 2 tertinggi di ASEAN (bersama dengan Singapura). - Gambar 2
Ketiga,
Terjadi peralihan dana investor asing ke aset yang lebih low risk, salah satunya yakni obligasi.. This time, fixed income really shows its ‘income’. Jika diamati, yield untuk obligasi Pemerintah tenor 10Y terus melandai ke 6,8% (per 10 Jan 2023) setelah sempat mencapai 7,6% pada Okt 2022. Di sisi lain, tercatat outflow konsisten dari pasar saham. - Gambar 3
============= ON TOP OF MIND ==============
Berbekal beberapa fakta tersebut, beberapa pertanyaan yang muncul tak lepas dari :
1. Apakah January Effect bisa terulang tahun ini? Bukankah 60% bukan angka kecil?
No one knows. Satu hal yang kita bisa simpulkan adalah January umumnya masih menjadi bulan yang bersahabat bagi indeks, selama tidak ada kejadian luar biasa.
2. Apakah nantinya IHSG juga tertinggal di 2023?
Too early to talk about it. Satu hal yang saya pahami adalah kinerja pasar saham dipengaruhi oleh dua hal utama yakni fundamental ekonomi negara tersebut (hal ini mencakup bagaimana pertumbuhan bisnis yang ada di dalamnya) serta aliran dana (fund flow).
Pada kondisi kali ini, ekonomi Indonesia memang terbukti solid namun secara valuasi sudah tergolong cukup mahal seperti yang sempat saya ulas di post https://stockbit.com/post/10512080
Oh ya, teman2 sekarang udah bisa cek valuasi IHSG lho di apps Stockbit :)
Thus, tak heran jika terjadi aliran dana keluar, utamanya dari investor asing yang membuat IHSG kurang bergairah. Belum lagi, partisipasi investor domestik tak seaktif biasanya. Hal ini terlihat dari rerata nilai transaksi harian (YTD) yang hanya mencapai Rp 9,8T. Angka tersebut jauh di bawah rerata pada 2022 sebesar Rp 14,7T dan 2021 sebesar Rp 13,4T. - Gambar 2
3. Apakah artinya risky asset dihindari pada 2023?
Berdasarkan data yang ada, iya. Pasalnya, reli juga terjadi di Gold kala USD (yang sebenarnya juga dianggap sebagai safe haven) melemah. - Gambar 4
Salah satu kekhawatiran utama tetap berasal dari ancaman perlambatan global. Kini investor tak lagi memperdebatkan terjadi resesi atau tidak, namun lebih pada seberapa besar dan seberapa signifikan ekonomi global melemah? Seberapa cepat laju inflasi global bisa turun? Seberapa jauh lagi pengetatan kebijakan moneter dilakukan oleh banyak negara? Dan harapan yang tak berubah yakni aksi nyata Pivot yang dilakukan oleh The Fed dan bank sentral besar lainnya.
============= LOVE AND HATE RELATIONSHIP ==============
Koreksi yang terjadi di aset keuangan dalam hal ini saham tak dipungkiri menjadi hal yang kurang menyenangkan (secara umum). Namun, respon dan reaksi berikutnya bisa berbeda-beda bagi tiap orang.
Ada yang menjadi semakin semangat untuk mengakumulasi aset tersebut di harga terdiskon dan ada pula yang merasa bahwa investasi bukan ‘kendaraan’ yang tepat bagi dirinya dan ada pula yang pada akhirnya mundur. Love and hate relationship ternyata bisa juga terjadi di sini :) dan tentu saja saya pernah mengalaminya.
Namun, terlepas dari itu semua yg perlu diingat adalah :
1. Saham tersebut tak memiliki perasaan love and hate karena pada dasarnya bisnis akan terus berjalan sebagai mestinya. Kita yang harus tetap objektif.
2. Saya tetap yakin bahwa senjata utama investor adalah psikologi yang waras, strategi dan dana dingin. Jadi koreksi merupakan salah satu waktu terbaik untuk akumulasi beli.
3. Bisnis yang kuat dan solid tak bisa tergambar dalam gerak harian harga saham. Sehingga time horizon dan ekspektasi sudah harus ditata sedari awal. Saham unggulan perbankan layaknya $BBCA ataupun IKNB seperti $BFIN lalu consumer seperti $ICBP atau defensif layaknya $EXCL begitu pula fast grower layaknya $ARNA juga tak bisa dihindarkan dari koreksi harian/mingguan/bulanan. Tugas kita memastikan apakah penurunan akibat faktor internal atau eksternal.
4. Baik kita sebagai seorang yang pro growth atau pro value atau mau mengkombinasikan keduanya, selalu lakukan analisis buat saham yang akan dibeli.
5. Last, kehidupan portofolio tak hanya ditentukan dari adanya January Effect atau tidak. Selama kita melakukan tugas sebagai investor, maka bulan apapun tetap bisa membawa Effect pada portfolio kok :)
Stay wise and have a good day :)