"You're not alone.."
$IHSG kembali melanjutkan koreksinya pada perdagangan 5 Januari 2023 dan ditutup di level 6653. Jika diukur sejak hari pertama pembukaan perdagangan, indeks kita telah terkoreksi sebesar 2,87%.
Tercatat investor asing melakukan net sell sebesar ~800 miliar pada hari ini dan selama sebulan terakhir (1M) juga masih konsisten dengan aksi jualnya sebesar Rp 12,36T (All Market -> Regular + Nego). Mengutip data statistik BEI hari ini, jika diamati 3 saham teratas sebagai leader yaitu $AMRT, $CPIN dan MIKA dengan kenaikan 2,6% ; 3,1% ; 5,3%. Sedangkan 3 saham teratas laggards yakni $BYAN $BBRI dan ASII dengan koreksi -5,4% ; -2,7% ; -5,3%.
Sementara itu, jika dilihat dari angka turnover hari ini tercatat sebesar Rp 14,2T (vs rata-rata tgl 2 sd 4 Jan yang hanya sebesar Rp 7,7T). Keringnya nilai rata-rata transaksi harian tersebut menunjukkan bahwa appetite investor (khususnya domestik - ritel) juga menurun, baik karena rasa enggan melihat pasar yang lesu ataupun menghindar karena takut atau juga malah berdiam diri sembari mempersiapkan 2 senjata : amunisi (dana dingin) dan strategi (saham incaran).
Bersamaan dengan kondisi tersebut, rekan sekaligus mentor saya tadi mengirimkan sebuah artikel yang mungkin teman-teman sudah baca juga (lihat gambar I).
Isi utamanya tentang peralihan dana dari pasar saham Indonesia serta Singapura dan beralih ke Taiwan dan HK. Akhirnya saya pun mencoba membandingkan dari segi valuasi atas indeks yang ada di Asia Pacific dari segi Price to Earning (PE) dengan hasil yang tercantum di gambar II. (PS : Data diambil per 5 Jan'23 dan bersumber dari Bloomberg).
JCI (IHSG) tercatat diperdagangkan di PE 13,3x (sedikit di bawah avg PE : 14,2x) dengan mean 5Y sebesar 14,7x. Sementara itu, dari segi Price to Book Value (PB), IHSG diperdagangkan di level 1,9x dan berada di atas rerata 1,6x (lihat Gambar III).
Menurut saya, valuasi IHSG yang memang tak murah ini diikuti pula dengan kinerja pertumbuhan EPS yang memuaskan pula, utamanya ditopang dari sektor siklikal (Komoditas). Dan begitulah rasionalitasnya..
Melanjutkan isi artikel di atas, ketika investor asing memutuskan untuk melakukan aksi jual di pasar saham Indonesia, tak serta merta kualitas fundamental ekonomi Indonesia menjadi jelek hanya dalam sekejap. Namun tak bisa dipungkiri bahwa Investor adalah seseorang yang oportunis, bukan? Coba kita lihat dari 2 kejadian ini :
→ Ekonomi China yang sebelumnya rontok akibat kebijakan Zero Covid selama 2 tahun lebih, kini berpotensi mulai sembuh seiring dengan reopening yang dilakukan
→ Inflasi global yang diekspektasikan telah mencapai puncak dan rencana pivot yang walaupun belum dinyatakan secara resmi sudah di-priced-in investor sehingga peralihan dana ke obligasi mulai terjadi
Jadi rebalancing, shifting, dan berbagai strategi lainnya yang dilakukan investor global untuk memaksimalkan keuntungan dengan risiko yang tetap terukur menjadi hal yang wajar untuk dilakukan.
Atau juga aksi wait and see dilakukan investor global dengan alasan
→ Kekhawatiran atas efek lanjutan dari kebijakan moneter ketat terhadap perlambatan ekonomi, termasuk juga risiko debt crisis
Hal tersebut juga tak salah.. So, kalaupun memang terjadi perpindahan dana investor asing ke negara lain, maka tugas kita sebagai investor ritel tak berubah.
Memilih mana bisnis yang tetap resilient dan mampu bertumbuh wajar di tengah risiko perlambatan ekonomi (khususnya global) ataupun normalisasi (bagi ekonomi tanah air). Pilihan memang lebih sedikit, namun jangan sampai pikiran jadi ikut sempit. Hal inilah yang ingin saya sampaikan untuk teman-teman sekalian (lihat Gambar IV).
Koreksi pasar dapat dimaknai dengan sudut pandang yang amat berbeda bagi orang yang berbeda pula..
Either we survive or leave..
Either we keep learning or running away..
Dan saya berharap kita semua berada pada keputusan terbijak (alias keputusan pertama).. Teman-teman tidak sendiri kok.. Mari kita belajar dan berjuang bersama dan semoga apa yang ditabur di kondisi saat ini dapat menuai buah manis di tahun mendatang..
Jangan lupa kulik kembali beberapa Unboxing ataupun video Stockbit Academy yang telah tersedia di aplikasi dan Website ya!
Stay calm and Happy Investing :)
1/4