Bulan December ini The Fed akan kembali mengumumkan kenaikan interest rate. Bagi yang masih bingung2 apa significant-nya, saya ceritakan dulu secara singkat supaya sama2 bisa memahami cerita selanjut-nya.
Kalau interest rate naik, jumlah uang beredar (uang yg ada di dompet dan semua uang di bank yang digunakan untuk spending) akan turun, sehingga harga dan overall demand akan turun. Logika nya simple, kalau di depan rumah ada yang jualan bakso harga-nya 15 ribu, sedangkan uang yang ada hanya 13 ribu, ya mau gak mau bakso hanya bisa dijual dengan harga 13 ribu, karena si penjual bakso kan perlu uang-nya untuk kebutuhan dia sendiri.
Jumlah uang bisa turun karena yang punya uang tergiur dengan interest rate yang lebih tinggi. Sehingga tadinya biasa spending 15 ribu untuk beli bakso, dia mulai menambahkan porsi uang yang ditabung, sehingga uang untuk beli bakso tinggal 13 ribu.
Kalau uang yang ada turun terus sampai tidak mungkin lagi bisa untung, ya penjual bakso akan berhenti jualan, dan mungkin berpikir lebih baik uang-nya disimpan saja di bank. Yang tadinya berpikir mau buka bakso saingan, akan berpikir ulang pula karena harga bakso sudah turun, dan interest rate yang lebih tinggi menjadi lebih menarik. Jadi dengan demand yang menurun dan hilang, akhirnya supply juga menurun dan bahkan menghilang.
Dan ingat supply dari penjual bakso berasal dari penjual daging, sehingga kalau penjual bakso mengurangi supply-nya atau bahkan berhenti jualan, demand terhadap penjual daging akan berkurang dan sama bisa menghilang juga. Demikianlah seterus-nya, sehingga dikatakan overall demand akan menurun.
Sudah bisa ditebak, artinya penjual bakso, penjual daging, dan seluruh rantai supply-chain yang di dalam-nya termasuk company2 yang ada di bursa saham, akan menurun penjualan-nya. Hal ini akan menyebabkan apa? Yes, harga2 saham akan turun berjemaah.
Itulah cerita dari interest rate sampai ke turun-nya harga saham.
Tetapi kenapa The Fed mau menaik-kan interest rate yang efek-nya menghancurkan ekonomi? Karena inflasi yang dibiarkan tetap tinggi akan lebih menghancurkan ekonomi dalam waktu yang lebih lama, dan dalam proses-nya, yang kurang beruntung secara ekonomi -- yang merupakan majority dari populasi -- akan menderita lebih lama. Melanjutkan cerita jualan bakso, yang sanggup membeli bakso dengan harga 15 ribu adalah kaum yang beruntung, tetapi lebih banyak lagi yang tidak sanggup membeli-nya.
Mungkin ada yang berpikir bahwa kalau harga2 naik, produsen kan akan menaikkan produksi-nya. Betul, dan AWAL-nya malah dengan semakin tinggi-nya harga jual, produsen akan meng-hire employee lebih banyak lagi. Jadi yang tadinya tidak sanggup beli bakso seharga 15 ribu, malah akan mendapatkan pekerjaan dengan gaji lebih tinggi, sehingga sanggup membeli.
Masalah-nya ada sebuah faktor yang namanya expectation terhadap tinggi-nya inflasi di masa depan. Semakin lama inflasi dibiarkan tinggi, semakin tinggi pula expectation terhadap tinggi-nya inflasi di masa depan, LEBIH TINGGI dari inflasi aktual.
Pada waktu inflasi mulai terjadi atau harga2 mulai lebih tinggi, gaji secara umum TELAT menyesuaikan, sehingga profit produsen akan menjadi lebih besar, dan inilah insentif kenapa mereka menaik-kan produksi-nya. Tetapi dengan semakin tinggi-nya expectation terhadap semakin tinggi-nya inflasi, employee akan mengharapkan gaji lebih besar, dan produsen juga akan memperhitungkan gaji yang lebih besar, yang lebih besar dari inflasi aktual, sehingga pada waktu harga jual naik tetapi tidak setinggi expectation terhadap inflasi, projeksi profit akan kembali turun, sehinga produsen akan kembali mengurangi produksi-nya.
Wahasil jumlah employee yang di-hire kembali turun menjadi sama seperti sebelum inflasi tidak terjadi -- TETAPI inflasi tetap tinggi dan expectation terhadap inflasi yang tinggi terus terjadi. Dan bahkan lebih parah, karena expectation yang tinggi, membuat gaji semakin naik, dan produsen akan semakin menurunkan produksi-nya karena profit yang semakin turun. Jumlah employee yang di-hire menjadi semakin turun lagi. Kita akan end-up dengan inflasi yang terus tinggi dan semakin banyak orang tidak sanggup beli bakso (yang ntah sudah berapa harga-nya).
Jadi yang terjadi adalah harga membumbung tinggi, tetapi produksi terus menurun dan angka pengangguran semakin tinggi, sebuah kondisi yang disebut stagflation. Yang tidak lain adalah salah satu bentuk resesi juga tetapi jauh lebih buruk, karena proses-nya lebih lama dan harga2 yang terus membumbung tinggi.
Oleh karena itu pilihan terbaik dari dua kondisi yang sama2 tidak baik, yaitu antara stagflation (yg juga merupakan salah satu bentuk resesi) dan hanya resesi saja, jelas resesi lebih baik. Jadi jelas kenapa THE FED HARUS MENURUNKAN RESESI AT ALL COST! Pengertian ini penting untuk memahami cerita selanjut-nya.
Dalam 1 bulan terakhir ini, kita sering mendengar istilah pivot. Yang dimaksud pivot ini adalah The Fed KONON akan melakukan pivot, dari tadinya kenaikan interest rate yang setiap kali 0.75% menjadi setidak2nya hanya 0.5%.
Kalau betul di December ini The Fed hanya menaik-kan interest rate hanya sebesar 0.5% -- tanda2 tidak akan terjadi resesi. Bursa saham akan terbang ke langit. Bahkan pada saat sehari sebelum pengunguman unemployement rate di US -- yang merupakan indikator terakhir apakah The Fed akan pivot atau tidak -- bursa saham di seluruh dunia sudah terbang. Karena inflasi sudah turun, dan banyak-nya berita PHK terutama di tech companies, membuat market yakin unemployement rate akan naik -- sebagai tanda market sudah mulai cool down -- dan "konfirmasi" The Fed tidak akan pivot.
Ternyata seperti biasa SEMUA SALAH! Unemployment rate malah tidak bergerak! Wahasil bursa saham kembali berjatuhan. Dan spekulasi terhadap pivot-nya The Fed kembali semakin tidak menentu.
Kalau yang mengeluarkan pendapat The Fed akan pivot ini adalah para trader dan investor, kita harus berhati2. Mereka semua punya kepentingan menyebarkan berita bahwa pivot akan terjadi -- ya samalah kayak di forum Stockbit ini -- mereka juga suka pompom2 saham. Mereka berharap market akan merespon positif, tidak hanya di bursa saham, termasuk aset2 spekulasi seperti crypto.
Tetapi The Fed bukanlah trader dan investor, mereka adalah ekonom. Cara berpikir ekonom adalah seperti yang saya ceritakan di atas. Inflasi di US memang sudah turun dari rekor-nya yang sebesar 8.2%, tetapi angka-nya masih 7.7%. Ada kesepakatan tidak tertulis di antara para ekonom seluruh dunia bahwa angka inflasi yang sehat adalah sekitar 2% (antara 1% dan 3%) -- walaupun tidak ada yg bisa menjelaskan darimana angka ini -- tetapi so far 2% adalah angka yang memang baik utk perekonomian. Nah... 7.7% ITU SIMPLY MASIH TERLALU TINGGI UNTUK MEREKA!
Ini bukan game seperti pompom2 saham... ohh ya harga sudah mulai naik... stop akumulasi... sekarang saat-nya DISTRIBUSIIIIII haha gak seperti itu kawan! Pertaruhan-nya kalau kenaikan interest rate dibuat melambat, sehingga inflasi tetap tinggi, adalah sangat tinggi.
Ditambah angka unemployement yang belum bergerak, menurut saya sudah habis peluang The Fed akan melakukan pivot. Jadi most likely interest rate akan tetap diset di 0.75% kembali -- dan ada possibility bahkan mencapai 1%. Dan ada possibility kuat -- resesi akan terjadi secara akut -- alias hard lending untuk perekonomian.
Sudah bisa ditebak, bursa saham akan kembali rontok.
Pasti nggak Pak??? ***JELAS TIDAK!*** Oleh karena itu, kalau mau baca ulang tulisan ini, perhatikan cara berpikir-nya, jangan tebakan-nya. Kalau saya jago sekali sehingga bisa menebak dengan ketepatan 70% saja -- saya sudah lebih kaya daripada Elon Musk pada hari ini hehe
Ada banyak faktor lain, yang bisa membuat ramalan bursa rontok tidak terjadi. Selain daripada The Fed yang memang somehow betul akan melakukan pivot -- untuk sebuah alasan yang kita tidak mengerti, ada juga faktor regional masing2 yang berbeda.
China hampir dipastikan akan buka lock-down-nya dan juga China tidak akan jatuh ke dalam resesi sedalam US, walaupun kalau US batuk seluruh dunia akan batuk -- tetapi batuk-nya dunia tidak sekencang seperti masa2 yang dulu. Saat ini ada tiga poros besar dunia, US yang merupakan keajaiban ekonomi dan preman tersakti, Russia yang merupakan preman saingan US dan China yang juga merupakan keajaiban ekonomi saingan US. Mereka semakin menjauh (US vs Russia + China), alias de-globalization betul mulai terjadi dan most likely akan semakin besar skala-nya. Cerita kali ini akan berbeda.
Indo juga bagus sekali ekonomi-nya, kalau US resesi, ya sudah pasti kita juga akan terkena imbas-nya. Tetapi ekonomi kita betul bagus dan hebatnya lagi spending government juga relatif kecil sekitar 10%-an saja. Kalau US batuk, masih ada China yang batuk2 kecil.
Hanya mengingatkan juga, betul pengaruh US sudah menurun, tetapi mereka tetap negara yang masih sangat super-power, masih jauh lebih kuat dari China. Ingat baru satu nenek sihir mendarat di Taiwan, satu China sudah kalang-kabut dan basically tidak bisa berbuat apa2 selain merajuk saja. De-globalization mulai terjadi, tetapi jangan berharap USD akan ditinggalkan. Masih kategori fantasi ini. Perjalanan ke sana masih luar biasa jauh-nya -- itupun kalau betul akan kejadian.
Rumit mendekati impossible-lah kalau mau dapat conclusion yang pasti.
Anw karena ini forum saham, apa yang harus dilakukan? Convert saham jadi kas untuk bersiap2 haka? Ya kalau beneran bursa saham rontok gila2an. Tidak setiap kali resesi, bursa saham akan rontok begitu saja. Saya pernah menulis di sini https://stockbit.com/post/9836486, bahwa saham yang terbaik pada saat resesi terjadi, adalah juga saham yang saham terbaik dalam kondisi market apapun. Jadi tidak terlalu perlu juga men-treat kejadian atau kemungkinan terjadi resesi secara khusus.
Tetap fokus kepada company2 dengan fundamental baik dan valuation yang baik -- bukan soal mau beli murah ya -- tetapi kalau bisa semakin murah ya jelas semakin bagus. Company bagus mempunyai aset produktif yang kebal terhadap penurunan harga -- memang waktu resesi semua harga barang, energi, dan raw material akan turun -- tetapi lambat laun harga-nya akan kembali lagi. Company2 yang business-nya lebih tahan resesi tentu lebih baik. Kalau resesi terjadi, orang tetap pergi ke kantor thus tetap spend untuk beli bensin, tetapi beli snack mungkin akan dikurangi. Kalau tidak resesi ya lebih baik lagi, karena untuk membuat snack perlu batubara yang setali-tiga-uang dengan bensin.
Tidak perlu serakah mau maksimalkan profit dengan menebak2 ekonomi -- karena apapun conclusion-nya -- nilai kebenaran-nya tetap hanya 50:50 -- kadang2 profit lebih besar -- kadang2 profit lebih kecil -- alias sama saja.
$IHSG