Volume
Avg volume
PT Chandra Asri Petrochemical Tbk merupakan perusahaan petrokimia terbesar dan terintegrasi di Indonesia serta satu-satunya yang mengoperasikan Naphtha Cracker. Komplek petrokimia Perseroan terletak di Banten, merupakan pabrik petrokimia utama yang memanfaatkan teknologi dan fasilitas pendukung canggih berkelas dunia yang memproduksi Olefins (Ethylene, Propylene dan produk turunan seperti Py-Gas dan Mixed C4). Segmen bisnis Perusahaan termasuk Olefin (etilen, propilen, bensin pirolisis, C4 campuran) Poliolefin (polietilen dan polipropilen), monomer Stirena, Butadiena, dan penyewaan Tangki dan dermaga. Produknya termasuk produk-p... Read More
$CUAN kenapa ya PT Intam gak dimasukin ke PT PMI biar terfokus di mineral, terus PT PMI nya di-IPO-kan š¤
$CDIA $TPIA
Analisa Saham $CUAN , $TPIA , $ANTM DAN PGAS Untuk Tanggal 30 Juni - 4 Juli 2025 @AnTekSaham. Cek analisa lainnya di profil https://stockbit.com/#/AnTekSaham?source=8
https://cutt.ly/yrRAfscc
ada 8 saham IPO baru bulan juli ini, gak harus ambil semua, cari aja yang terbaik dari sektor usaha, fundamental dan Under writer nya. bisa lihat disini ringkasannya: https://cutt.ly/zrRPNF7k
$CDIA $TPIA $CUAN
1/2
udh ya main tebak tebakan nya, karna yg nentuin itu psikologis mental kalian buat kuat nge hold pas naik/turunš, klo dibawa turun/naik dkit takut & jual percuma tau emiten nya kanš
.
$CDIA $CUAN $TPIA
CDIA mau IPO,
$TPIA enak2nya senin depan dijual engga suhu?
Asing masuk banyak bikin optimis, tp takut kena guyuran Taking Profit gara2 pada momentum IPOnya CDIA.
Butuh masukan lg bingung š
MONEY MANAGEMENT
Hal ini penting tapi sering diabaikan orang.
Dalam perjalanan menuju momentum yang diharapkan, pasti ada sesuatu hal yang terjadi yang tidak kita pikirkan.
Kalau kalian dalam money management parah atau tidak bisa membagi keuangan kalian atau sederhananya kalian full beli semua di satu saham atau bahkan full cash plus hutang.
Maka saya jamin kalian tidak akan sampai pada momentum yang diharapkan sudah tumbang atau bahkan cut loss ketika dalam perjalanan menghadapi hambatan sementara yang terjadi.
Contoh
$TPIA
Dalam perjalanan waktu saya beli di febuary untuk momentum IPO anak usahanya.
Harga awal beli di 7000an,
Tiba-tiba terjadi hal yaitu Keputusan MSCI fidak akan memasukan saham PP PTRO, CUAN, BREN
Efeknya TPIA ikut turun dalam sampai dibawah 6000.
Seandainya saya full cash saat itu, saya pasti cut loss ketika hal itu terjadi karena mental dan beban lebih besar. Apalagi jika saya pakai hutang, ketakutannya bisa double.
Saat ini saja mendekati IPo yang kelihatan jelas jadwalnya, banyak orang yang tidak kuat bersabar terutama orang yang tidak bisa atur money management karena harganya stagnan atau sideway.
Orang type beli sukanya full cash itu orang penjudi yang berharap setiap beli harus naik.
Jadi mereka sukanya beli ketika TPIA naik tinggi dan aktif meski saat itu story sudah jadi berita yang semenstinya saat itu waktunya profit taking.
Mereka type seperti begini, mengejar untung kecil tapi rugi banyak ketika terjadi sedikit hambatan.
Contoh lagi yang sekarang terjadi.
$ANTM atau saham sektor emas.
Saat ini harga emas turun kebawah 3300
Secara teknikal harusnya harga emas itu masih sideway di range 3150 - 3450.
Tapi karena full hutang, maka hambatan kecil ini akan buat mereka cut loss sebelum momentum Q2 terjadi.
Hambatan kecil ini bisa buat mereka panik dan ketakutan.
Seperti teman baik saya, liburan ini malah bingung sama harga emas yang turun hanya 1% tapi dia sudah panik karena salah dalam money management.
Cari tahu apa yang terjadi dan akan terjadi akan buat kalian bisa menjadi layaknya Market Mover dan untung rutin.
Tapi kalau tidak bisa atur money management maka peluang itu bisa jadi bencana dan rugi ketika menghadapi sedikit hambatan.
Beda cerita kalau kamu mengharapkan sesuatu yang belum tentu terjadi atau bermimpi dan malah melawan kenyataan yang terjadi ditambah full cash yah gagal total jadinya.
Contoh :
$GOTO
Kalau kalian beli hanya karena saran dari Ferry Latuhihin tanpa mau cari tahu apa yang terjadi plus money management parah atau full cash. Yah habis kalian.
GOTO itu bisa naik seperti Ferry bilang, KALAU Merger dengan Grab jadi dan Pemerintah tidak buat aturan yang beratkan GOTO.
Kalau tidak terjadi merger plus Pemerintah buat aturan yang beratkan mereka yah bukan naik tapi seperti saya bilang di sb sebelumnya bisa ke 50.
Kenapa demikian ?
GOTO itu secara bisnis saingannya banyak terutama GRAB sendiri.
Saat ini mereka masih rugi, jika pemerintah ikut campur dengan menentukan biaya perusahaan yah malah makin berat prospek GOTO.
Masalah GOTO juga pada banyak pemilik sebelum IPO yang punya harga murah. itu yang buat setelah IPO GOTO turun terus karena mereka pada jualan dan manfaatkan listing bursa untuk take profit.
Sekarang mayoritas sudah masyarakat. Meskipun ada buy back 3 T, tapi bagi saya berat buat saham GOTO terbang keatas 100 seperti kata Ferry kalau tidak jadi merger karena alasan diatas.
Jadi banyak faktor yang harus terpenuhi jika berharap GOTO naik diatas 100.
Bahkan realitanya saat ini mergernya ditentang, pemerintah mengatur dan membatasi biaya yang dikenakan perusahaan.
Kalau rumor Danantara mau masuk. Kalau ini terjadi efek sementara saja, malah jelek buat Danantara dan terutama saham BUMN sebagai jamian asset Danantara.
Kenapa demikian ?
Karena jika terjadi menunjukan Danantara tidak fokus utama mencari untung tapi malah dimanfaatkan untuk menguntungkan pemilik yang mau keluar.
Sama saja dengan kasus TLKM dijadikan tumbal masuk ke GOTO.
Sama saja dengan kasus BT di asuransi jiwasraya.
Jadi saya malah berharap tidak terjadi Danantara masuk ke GOTO.
Masuk dan injek GIAA saja bagi saya itu kekeliruan besar.
Ketika Infrastruktur Menjadi Simulakra
Dari kejauhan, PT Chandra Daya Investasi Tbk alias $CDIA tampak seperti permata baru dalam mahkota kekuasaan Prajogo Pangestu: posisinya strategis, asetnya terlihat kokoh, dan labanya melonjak lebih dari seribu persen hanya dalam satu tahun. Namun saat kita mulai menguliti laporan keuangannya dengan saksama, yang muncul justru bukan kisah sukses operasional, melainkan parade angka yang dirias agar tampak menarik di mata publik.
CDIA, anak dari PT Chandra Asri Pacific Tbk alias $TPIA dan EGCO Group, sebenarnya baru berdiri pada 2023. Tapi hanya dalam waktu setahun, ia sudah memamerkan laba bersih senilai Rp530 miliar. Masalahnya, lebih dari 80 persen angka itu tidak berasal dari bisnis pelabuhan, kelistrikan, atau logistik, melainkan dari tiga sumber yang sulit disebut andal: bunga dari pinjaman kepada entitas dalam satu grup, keuntungan dari perusahaan asosiasi, dan selisih penilaian instrumen investasi. Sementara itu, margin laba dari kegiatan utamanya hanya 2,2 persen, nyaris tak cukup untuk menyebut ini perusahaan infrastruktur yang efisien.
Kondisi keuangan pun menimbulkan tanda tanya. CDIA memiliki kas lebih dari Rp9 triliun, tetapi tetap mengincar dana publik sebesar Rp2,37 triliun lewat IPO. Alasannya disebut untuk ekspansi, namun lebih masuk akal jika ini dibaca sebagai bagian dari manuver grup induk untuk memoles neraca atau menyalurkan dana segar ke unit lain yang sedang kesulitan. TPIA sebagai induk justru melaporkan rugi bersih dan arus kas operasional negatif tahun lalu. Sulit untuk tidak mengaitkan kedua peristiwa ini.
Tak berhenti di situ, CDIA juga sempat membagikan dividen tunai sebesar Rp326 miliar sebelum IPO, kepada pemegang saham yang lama. Jadi di saat publik diajak ikut menaruh dana untuk ekspansi, kelompok lama justru sudah lebih dulu menarik uang keluar. Bukankah ini seperti menjual rumah dengan pondasi belum jelas, lalu meminta pembeli membayar renovasinya, sementara pemilik lama buru-buru pergi membawa isi lemari?
Sebagai pembanding, PT Nusantara Infrastructure Tbk alias $META bisa dijadikan contoh. Meski tumbuh pelan, setidaknya mereka menjalani proses pembangunan aset infrastruktur dengan konsisten dan berbasis arus kas yang nyata.
CDIA justru tampak mengambil jalan pintas: mengumpulkan aset dari grup, mencetak angka yang enak dibaca, lalu membuka pintu ke publik lewat IPO. Ini bukan kisah perusahaan yang sedang tumbuh dari bawah, melainkan kendaraan yang sengaja disiapkan untuk masuk ke bursa. Dan seperti banyak kendaraan cepat lainnya, pertanyaannya bukan apakah ia bisa melaju, tetapi seberapa tahan banting saat jalan mulai bergelombang.
Investor yang lebih mementingkan arus kas dan ketangguhan bisnis sebaiknya bertanya pada diri sendiri: apakah mereka membeli perusahaan dengan fondasi operasional yang kuat, atau hanya ikut serta dalam pertunjukan keuangan yang dikemas apik? Karena dalam pesta seperti ini, yang paling untung biasanya bukan yang baru masuk, tapi mereka yang keluar sebelum musik berhenti.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
$CDIA: Kas Melimpah, Ekspansi Anorganik Sangat Masuk Akal
āSiapa orang yang peduli bisnis CDIA? Mayoritas orang ikut hanya karena Pak PP, yang investor fundamental sudah bilang valuasinya tidak masuk akal.ā
Perkataan seorang kawan kepada saya mungkin ada benarnya, tapi apakah tidak ada hal menarik mengenai bisnis dari perusahaan yang IPO-nya paling dinanti pada 1H25 (atau mungkin 2025)?
Saya coba bahas beberapa hal yang saya temukan menarik di dalam prospektus CDIA.
Disclaimer: Tulisan ini murni merupakan opini dan hasil analisis penulis pribadi tanpa mewakili pihak/institusi manapun. Konten ini dibuat untuk tujuan edukasi dan bukan merupakan rekomendasi untuk membeli/menjual saham tertentu.
Saya akan coba membagi tulisan ini menjadi 4 bagian:
1. CDIA 101: Pertanyaan yang Sering Ditanyakan
2. Kinerja Keuangan: Banyak Pos-Pos Menarik
3. Neraca Keuangan: Kas-nya Banyak Sekali, Buat Apa?
4. Catatan Penutup: Ekspansi, Ekspansi, Ekspansi
1. CDIA 101: Pertanyaan yang Sering Ditanyakan
a. Perusahaannya baru dari tahun 2023, apakah bisnis-nya beneran ada?
Jawaban: perusahaannya adalah holding yang baru dibentuk tahun 2023, berisikan perusahaan-perusahaan yang sudah ada yang beroperasi sejak 1986. Jadi, hanya baru secara struktur namun mayoritas isinya adalah aset-aset lama yang sudah beroperasi.
b. Bisnis utama perusahaannya seperti apa, kok sulit dimengerti?
Jawaban: Namanya saja Chandra Daya Investasi, bisnisnya tentu tidak berfokus pada satu hal melainkan terus berinvestasi pada peluang-peluang bisnis yang ada.
Sederhananya, bisnis CDIA akan berfokus untuk membantu kegiatan operasional pabrik-pabrik milik $TPIA. Terlebih, TPIA sekarang memiliki 2 aset kilang Petrokimia yang berada di Indonesia (Cilegon) dan Singapura (Pulau Jurong dan Pulau Bukom). Bisnis tersebut utamanya mencakup energi listrik, air, kepelabuhan dan penyimpanan, serta logistik.
c. Bagaimana kinerja perusahaan keuangan, apakah cukup murah? Bagaimana prospek ke depannya?
Jawaban: Mungkin sudah umum diketahui bahwa perusahaan Grup Barito milik Prajogo Pangestu dihargai premium, kecuali IPO CUAN dengan P/E ~6x. Kali ini, CDIA ditawarkan dengan valuasi P/E 42,5-47,5x dengan P/BV 1,7-1,8x. Valuasi ini jelas tergolong premium untuk perusahaan infrastruktur.
Namun, saya menemukan banyak hal menarik ketika membaca laporan keuangan CDIA. Hal-hal menarik ini dapat menjadi petunjuk prospek perusahaan ke depannya. Jika prospek ini terealisasi, laba perseroan berpotensi naik signifikan sehingga valuasinya tampak lebih wajar.
2. Kinerja Keuangan: Banyak Pos-Pos Menarik
Ketika saya membaca dan mencoba menghitung laporan kinerja keuangan CDIA, saya cukup terkejut ketika melihat margin laba usaha perseroan sangat tipis (2,2% OPM per FY24). Namun, saya menemukan beberapa pos-pos yang membuat saya untuk mengulik lebih lanjut. Setidaknya ada 3 pos yang menurut saya menarik:
a. Laba dari pendapatan dari aset keuangan senilai US$11,3 juta (~37% laba bersih untuk entitas induk)
Laba ini berasal dari instrumen equity linked bonds. Sederhananya, CDIA memberikan pinjaman senilai US$326,4 juta kepada PT Chandra Pelabuhan Nusantara (CPN) dengan bunga 6,8% per tahun pada Juli 2024. Karena pinjaman hanya berlaku setengah tahun, bunga pinjaman adalah: 0,5*6,8%*326,4 = US$11,1 juta.
Pinjaman ini memiliki opsi untuk membeli 51% saham CPN selama exercise period dalam 2 tahun. Dengan demikian, saya tidak terkejut apabila CDIA akan memiliki 51% saham CPN setelah perusahaan menggunakan opsi tersebut.
Apabila opsi ini dilaksanakan, CDIA akan menjadi pemilik mayoritas CPN sehingga pendapatan dan laba CPN akan dikonsolidasikan sepenuhnya ke dalam LK CDIA. Hal ini tentu berpotensi meningkatkan pendapatan dan laba CDIA di kemudian hari.
b. Bagian laba entitas asosiasi senilai US$11 juta (~36% laba bersih untuk entitas induk)
Laba ini berasal dari joint venture (JV) yang dimiliki CDIA yaitu:
- 49% PT Krakatau Tirta Industri (KTI): bisnis pengolahan air
- 45% PT Krakatau Posco Energy (KPE) : bisnis pembangkit listrik 200 MW dengan PT Krakatau Posco
Apakah proporsi laba dari JV terhadap laba bersih yang besar buruk? Jelas tidak. Sederhananya, proses akuisisi dengan kepemilikan mayoritas (>50%) tentu tidak mudah pada aset-aset tertentu yang berkualitas baik.
Dalam kasus-kasus ini, perusahaan rela menjadi investor minoritas selama perusahaan yang diakuisisi memberikan return optimal dari total investasi yang diberikan ā baik dari sisi sinergi operasional maupun prospek pengembangan usaha ke depannya.
c. Laba keuntungan lain-lain bersih senilai US$4,7 juta (~15% laba bersih untuk entitas induk)
Sekilas, apa menariknya pos keuntungan lain-lain? Saya juga berpikir demikian.
Sampai saya menemukan bahwa pos ini dirinci melalui āKeuntungan atas perubahan nilai wajar instrumen keuangan, diklasifikasikan menurut FVTPLā
Ketika ditelusuri lebih lanjut, aset ini merinci laba atas beberapa aset keuangan lainnya, termasuk 4,99% saham Raharja Energi Cepu ($RATU) senilai US$9,6 juta. Dengan asumsi kurs USD/IDR 16.162, nilai ini mengimplikasikan harga Rp1.150/saham atau setara dengan harga IPO RATU.
Karena diukur menggunakan metode Fair Value Through Profit or Loss (FVTPL) atau pengukuran aset keuangan menggunakan nilai wajar melalui laba rugi, kenaikan/penurunan harga saham RATU di pasar reguler akan berdampak pada kenaikan laba CDIA di masa mendatang.
Setelah membaca kinerja keuangan CDIA, saya jadi semakin penasaran untuk mengulik neraca keuangan CDIA. Apakah masih terdapat banyak kejutan dalam neraca keuangannya?
3. Neraca Keuangan: Kas-nya Banyak Sekali, Buat Apa?
Setidaknya ada 2 poin menarik dalam aset CDIA yaitu pos "Investasi pada aset keuangan lainnya" dan "Aset tidak lancar yang dimiliki untuk dijual".
a. Investasi pada aset keuangan lainnya
Aset ini mencakup US$326,4 juta equity linked bonds yang memiliki opsi untuk membeli 51% saham CPN dan obligasi US$110,4 juta yang sebagian besar diinvestasikan ke Bayfront Infrastructure Capital (Efek Beragun Aset/EBA Infrastruktur), obligasi perusahaan geothermal (Sorik Marapi dan Star Energy), dan obligasi Cikarang Listrindo Tbk (POWR).
Secara peraturan, aset ini jelas tidak dapat digolongkan sebagai kas dan setara kas. Namun, aset ini jelas dapat menjadi kas apabila dibutuhkan di kemudian hari.
b. Aset tidak lancar yang dimiliki untuk dijual
Aset senilai US$26,2 juta ini merupakan tanah yang akan dijual kepada PT Chandra Asri Alkali (CAA) dan PT Chandra Cilegon Port (CCP). Tanah ini sudah terjual pada 23 Januari 2025 sehingga akan menjadi kas di kemudian hari.
Temuan ini mendorong saya untuk mengestimasi berapa besaran kas yang dimiliki CDIA setelah IPO. Saya mencoba merinci beberapa aset finansial yang cenderung mudah untuk dijual serta dana perolehan hasil IPO.
Ketika saya sedang mencoba merinci, saya menemukan fakta bahwa CDIA pernah mendapat suntikan modal dari TPIA + EGCO senilai Rp2,96 T pada April 2025 dan pinjaman dari Bank Danamon senilai 2 triliun rupiah pada Februari 2025.
Dengan sedikit hitung-hitungan kasar dan memasukkan pengeluaran CDIA untuk pembayaran dividen tahun buku 2024 (US$20 juta), pembelian kapal (US$89 juta), pembangunan pelabuhan (US$91 juta), dan nilai akuisisi perusahaan yang telah diketahui (US$5,3 juta), CDIA berpotensi masih memiliki kas setelah IPO senilai ~US$556,3 juta atau setara ~Rp9,2 T dengan asumsi kurs USD/IDR 16.500.
Nilai ini jelas tergolong besar mengingat utang berbunga CDIA yang saya perkirakan sebesar US$414 juta (utang berbunga di neraca keuangan FY24 + utang Bank Danamon). Hal ini menjadikan neraca keuangan CDIA net cash karena kas (US$556,3 juta) lebih besar dari utang berbunga (US$414 juta), sebuah fenomena yang aneh untuk perusahaan yang mau IPO dan berekspansi.
4. Catatan Penutup: Ekspansi, Ekspansi, Ekspansi
Posisi kas CDIA yang sangat besar jelas menandakan bahwa CDIA memiliki struktur keuangan yang siap untuk banyak berekspansi ke depannya.
Selain ekspansi pembelian kapal dan pembangunan pelabuhan dengan dana IPO, CDIA juga sudah menandatangani perjanjian pembelian 50,99% saham di PT Chandra Shipping International (CSI) dan PT Marina Indah Maritim (MIM) ā perusahaan yang memiliki kapal-kapal CDIA ā pada April 2025. Setelah transaksi ini, PT Chandra Daya Investasi memiliki 99,9% saham CSI & MIM. Hal ini tentu berdampak pada peningkatan pendapatan dan laba perseroan, terlebih setelah kapal-kapal baru datang.
Coba saja bayangkan laba bersih CDIA setelah 4 kejadian ini terlaksana:
1) Laba dari perusahaan kapal (CSI & MIM) meningkat karena kepemilikannya naik dari 49% menjadi 99% ditambah jumlah armada meningkat.
2) Pendapatan dan laba meningkat karena perusahaan melaksanakan opsi untuk memiliki 51% CPN sehingga memiliki perusahaan baru yang sudah beroperasi (pelabuhan pabrik Chandra Asri di Cilegon saat ini dan tangki penyimpanan 518 ribu meter kubik).
3) Pelabuhan baru (CCP) yang berlokasi lebih dekat ke pabrik baru (PT Chandra Asri Alkali) dan pembangkit listrik (PT Krakatau Chandra Energi) yang didanai dari IPO sudah beroperasi.
4) Keuntungan atas perubahan nilai wajar instrumen keuangan meningkat karena harga saham RATU di pasar reguler di atas harga pembelian perusahaan (Rp1.150/saham).
Itulah sebagian story CDIA yang sudah tersebar melalui informasi di prospektus dan berita, namun belum dirangkai oleh banyak pihak.
Apakah berhenti sampai di situ? Saya rasa tidak. Terdapat beberapa peluang ekspansi lainnya yang meliputi:
1) Salah satu PLTGU perseroan (KCE) memiliki tingkat utilisasi sangat rendah (15,4%) karena keterbatasan pasokan gas, memungkinkan untuk CDIA membangun LNG port di Cilegon untuk membantu tambahan suplai pasokan gas.
2) Ekspansi ke pembangunan proyek infrastruktur di beberapa lokasi aset Grup Barito lainnya seperti infrastruktur untuk kilang Aster di Singapura dan kawasan industri Patimban di mana Griya Idola memiliki tanah di sekitar daerah tersebut.
Namun, saya juga melihat bahwa ekspansi anorganik dalam waktu dekat sangat masuk akal didasarkan oleh beberapa fakta berikut:
1) Proyek infrastruktur umumnya didanai menggunakan 70% utang + 30% ekuitas atau 80% utang + 20% ekuitas, tidak akan dibiayai dengan 100% kas. Grup Barito juga tergolong berani untuk memiliki rasio gearing yang tinggi ketika sedang dalam mode ekspansi.
2) Kas 9,2 triliun rupiah jelas cukup untuk mengakuisisi dan menjadi pengendali beberapa perusahaan terbuka, apalagi ditambah dengan bantuan fasilitas pendanaan lainnya.
3) 2 perusahaan terakhir Prajogo Pangestu (CUAN & BREN) mengakuisisi perusahaan setelah IPO, yaitu CUAN mengakuisisi Petrosea (PTRO) dan BREN mengakuisisi Barito Wind Energy.
Story-nya jelas banyak dan perusahaan memiliki kas untuk berekspansi ke berbagai proyek. Tantangan selanjutnya ada pada manajemen untuk menetapkan proyek mana yang akan dieksekusi terlebih dahulu sembari terus melihat peluang investasi lainnya, sesuai nama perusahaan-nya: Chandra Daya Investasi.
Ah sudahlah, saya juga sadar secara penuh bahwa cerita fundamental sebanyak ini tidak banyak memengaruhi conviction orang-orang terhadap IPO CDIA yaitu: 1) ikut karena nama besar Grup Barito dan Prajogo Pangestu atau 2) tidak ikut karena valuasi-nya terlalu mahal.
Mungkin hanya sedikit yang terpengaruh karena valuasinya dapat menjadi sedikit masuk akal dengan rencana ekspansi yang ada. Namun, investor IPO-nya juga mungkin sudah cabut duluan karena tidak sabar menunggu ketika perusahaannya sedang bertumbuh dengan cerita yang ada.
Toh memang strategi cepat ambil untung dari IPO lebih menggoda, asal cukup buat senang-senang akhir pekan hahaha.
1/4
$BREN $TPIA $BRPT 2 Minggu ke depan saham Barito Group dikerek naik semua menjelang IPO CDIA catat šš
Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat pada 1Q25 terkontraksi 0,5%. Ini merupakan kontraksi ekonomi pertama AS sejak tahun 2022. The Fed nampaknya akan cut rate di Juli 2025. Influencer investasi di muka bumi juga sepertinya akan umumkan trade deal di Juli. Ada juga IPO sama Papi $CDIA dan calon saham fenomenal lainnya. Mudah-mudahan Juli terus melanjutkan tren positifnya. $TPIA $BRPT.
"$TLKM $TOTL $TPIA
Senin, 30 Juni 2025
#Disclaimer On & Do Your Own Research
#Sebaiknya Jangan Gegabah
Lot.Beli = -(MauLossRp)/[(SL - E) * 100]"
1/3
belum juga listing udh tebar fear!!!š„±š„±š„±.... kenapa pas muncul IPO $COIN baru keluar beritanya.... sengaja bgt biar orang takut dan gk beli ipo coinš„“š„“
$CDIA $TPIA
Saham fundamental mana bisa narik jarum sampe panjang di penutupan, $TPIA mRktcap 800T itu,š¤£
Papi gitu loh
4 bigbank sama spikenya di menjelang closing, sepertinya karna Rupiah menguat
$BMRI BBRI $BBCA BBNI
tapi kok $TPIA ikutan? wkwk
mantaapp IHSG kita lompat indah closingan hari ini, tepat pas hari terakhir sebelum libur panjang bursa.
happy long weekend guys, selamat beristirahat n berlibur
moga2 minggu depan marketnya jauh lebih baik dari minggu ini.
$BBRI $BMRI $TPIA
$TPIA Terserah Yang Maha Esa dan Yang Maha Bandar aja lah yaa
uang kecil mah ibarat debu jalanan..
cuma bisa bikin gatel mata doang š
FIXED CLOSING
---------------
[WATCHLIST ONLY : 153 EMITEN]
Kamis, 26 June 2025 15:59
Saham potensial gap-up/down di CLOSING market, diurut berdasarkan nilai persentase:
(cukup pantau baris paling atas dan paling bawah untuk cek gap terbesar):
GAP UP:
š¼ $TPIA gap up ke 9675 (+175 atau +1.84%) dari 9500
š¼ $MTEL gap up ke 555 (+10 atau +1.83%) dari 545
š¼ $CPIN gap up ke 4650 (+80 atau +1.75%) dari 4570
š¼ BMRI gap up ke 5025 (+65 atau +1.31%) dari 4960
š¼ BFIN gap up ke 805 (+10 atau +1.26%) dari 795
š¼ IPCC gap up ke 1000 (+10 atau +1.01%) dari 990
š¼ INDF gap up ke 8050 (+75 atau +0.94%) dari 7975
š¼ BBCA gap up ke 8650 (+75 atau +0.87%) dari 8575
š¼ AALI gap up ke 5875 (+50 atau +0.86%) dari 5825
š¼ BDMN gap up ke 2440 (+20 atau +0.83%) dari 2420
š¼ TOWR gap up ke 496 (+4 atau +0.81%) dari 492
š¼ BBRI gap up ke 3830 (+30 atau +0.79%) dari 3800
š¼ TLKM gap up ke 2710 (+20 atau +0.74%) dari 2690
š¼ UNVR gap up ke 1460 (+10 atau +0.69%) dari 1450
š¼ ANTM gap up ke 2940 (+20 atau +0.68%) dari 2920
š¼ ANJT gap up ke 1730 (+10 atau +0.58%) dari 1720
š¼ BBNI gap up ke 4120 (+20 atau +0.49%) dari 4100
š¼ ASII gap up ke 4450 (+20 atau +0.45%) dari 4430
š¼ UNTR gap up ke 21100 (+50 atau +0.24%) dari 21050
GAP DOWN:
š½ CUAN gap down ke 11925 (-50 atau -0.42%) dari 11975
š½ PANI gap down ke 11600 (-50 atau -0.43%) dari 11650
š½ ICBP gap down ke 10150 (-50 atau -0.49%) dari 10200
š½ BNGA gap down ke 1670 (-10 atau -0.6%) dari 1680
š½ INDY gap down ke 1315 (-10 atau -0.75%) dari 1325
š½ BRIS gap down ke 2580 (-20 atau -0.77%) dari 2600
š½ RATU gap down ke 6600 (-75 atau -1.12%) dari 6675
Cek ulang semuanya dan IEP bisa berubah smp menit terakhir. Salam Cuan.