


Volume
Avg volume
PT Jasa Marga (Persero) Tbk didirikan pada tahun 1978 dan merupakan perusahaan infrastruktur jalan tol terbesar di Indonesia. Sebagai perusahaan publik sejak IPO pada 2007, Jasa Marga berfokus pada pengelolaan, pembangunan, dan pemeliharaan jaringan jalan tol yang mendukung mobilitas serta pertumbuhan ekonomi Indonesia. Perseroan mengoperasikan berbagai ruas jalan tol di seluruh Indonesia, menggunakan teknologi canggih seperti Intelligent Transport System (ITS) dan Integrated Tollroad Maintenance System (ITMS) untuk meningkatkan layanan. Jasa Marga juga memiliki 17 entitas anak dan berencana untuk mengembangkan lebih lanjut infr... Read More
$ASII
Cuma 24 jam sebelum ASII bikin pengumuman buyback saham, dua "biang kerok" makro global yang bikin pasar pusing tujuh keliling, mendadak tobat.
Pertama, Om Powell (The Fed) akhirnya luluh, memangkas suku bunga 25 bps lagi dan berjanji akan menghentikan pesta sedot likuiditas (Quantitative Tightening) mulai 1 Desember. Ini ibarat melepas rem tangan pada Rupiah yang masih nangkring di 16.640.
Kedua, di belahan dunia lain, Om Trump dan Koko Xi yang lagi ketemuan di APEC, tiba-tiba salaman dan setuju damai dagang, bahkan Trump sampai nurunin tarif.
Bagi Astra, dua kabar ini ibarat dapat durian runtuh. Bunga turun, Rupiah berpotensi menguat, artinya beban impor dan utang USD jadi lebih enteng. Damai dagang bikin rantai pasok otomotif dan alat berat yang krusial bagi ASII jadi aman sentosa. Yang paling penting, Bank Indonesia jadi punya alesan kuat buat ikut potong bunga, dan kita semua tahu apa artinya itu buat kredit mobil dan motor di dalam negeri. Menariknya, rilis kinerja emiten lain menunjukkan bukan cuma ASII yang lagi "lesu". Raksasa lain macam $BBRI labanya dilaporkan turun -10% YoY dan $JSMR juga turun -17% YoY. Ini membuktikan ASII dihukum pasar karena masalah makro yang dialami semua, bukan karena masalah internal perusahaannya.
Jadi menurut saya sih rencana buyback saham di harga sekarang (6ribuan) masih wajar karena manajemen yakin dan optimis diharga sekarang ASII itu murah. (Pbv 1.1)
1/3



SAHAM $JSMR
1. Gambaran Umum
🔹 Lini Usaha Utama JSMR
1️⃣ Pengusahaan Jalan Tol (Core Business)
Ini merupakan sumber utama pendapatan Jasa Marga, mencakup kegiatan:
Perencanaan, pembangunan, pengoperasian, dan pemeliharaan jalan tol beserta fasilitas pendukungnya (seperti gerbang tol, rest area, sistem transaksi, dan pemantauan lalu lintas).
Bisnis ini dijalankan berdasarkan hak konsesi yang diberikan oleh pemerintah melalui Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT).
🧭 Apa itu hak konsesi dan mengapa penting bagi JSMR
Hak konsesi adalah izin eksklusif dari pemerintah kepada Jasa Marga untuk mengelola suatu ruas tol dalam jangka waktu tertentu (biasanya 30–50 tahun).
Selama masa tersebut:
JSMR berhak memungut tarif tol dari pengguna jalan sebagai sumber pendapatan.
JSMR bertanggung jawab penuh atas pembangunan, perawatan, dan pelayanan di ruas tersebut.
Setelah masa konsesi berakhir, jalan tol dikembalikan ke pemerintah, kecuali jika JSMR mendapat perpanjangan kontrak.
🟩 Argumen bisnisnya:
Kepemilikan hak konsesi ini memberi keuntungan jangka panjang yang stabil karena:
Arus kas pendapatan dari tarif tol terprediksi dan berulang setiap tahun.
Proyek-proyek tol bersifat monopoli geografis (tidak ada pesaing di ruas yang sama).
Nilai ekonominya meningkat seiring pertumbuhan lalu lintas dan ekonomi wilayah.
Namun, karena sifatnya terbatas waktu, JSMR harus terus mengembangkan proyek tol baru agar sumber pendapatannya tidak berkurang ketika masa konsesi ruas lama berakhir.
Dengan kata lain, hak konsesi adalah aset bernilai tinggi tapi bersifat sementara.
2️⃣ Usaha Non-Tol (Pendukung dan Diversifikasi)
Selain bisnis tol, JSMR juga mengembangkan lini usaha pendukung untuk memperkuat kinerja perusahaan, antara lain:
Pengelolaan Tempat Istirahat dan Pelayanan (TIP/Rest Area) – penyewaan lahan dan fasilitas komersial di sepanjang jalan tol.
Properti dan pengembangan lahan di sekitar area tol (transit-oriented development, kawasan komersial, dan perumahan).
Jasa operasi & pemeliharaan jalan tol untuk pihak ketiga.
Teknologi transaksi dan lalu lintas seperti sistem e-toll, CCTV, dan manajemen lalu lintas digital.
🟨 Argumen bisnisnya:
Lini ini menjadi pendorong diversifikasi pendapatan agar JSMR tidak terlalu tergantung pada tarif tol. Walau kontribusinya masih kecil (sekitar <10% dari total pendapatan), potensinya terus berkembang seiring meningkatnya mobilitas dan kebutuhan layanan di sepanjang jalan tol.
2. Apa yang bisa menjadi ancaman
🧨 1️⃣ Fluktuasi Volume Lalu Lintas (Traffic)
Bisnis utama JSMR bergantung pada pendapatan dari tarif tol, sehingga jumlah kendaraan yang melintas di jalan tol menjadi faktor utama bagi kinerjanya. Ketika volume lalu lintas menurun—misalnya karena perlambatan ekonomi, kenaikan harga bahan bakar, atau pembatasan mobilitas—pendapatan JSMR juga ikut menurun, sementara biaya operasional seperti pemeliharaan dan pengelolaan tetap tinggi.
Contohnya, pada masa pandemi COVID-19, pendapatan tol JSMR turun drastis akibat pembatasan perjalanan antarkota. Kondisi ini menunjukkan bahwa kinerja keuangan JSMR sangat sensitif terhadap aktivitas ekonomi dan mobilitas masyarakat.
🧨 2️⃣ Beban Investasi dan Utang yang Tinggi
Sebagai pengelola utama jaringan jalan tol nasional, JSMR membutuhkan investasi besar untuk pembangunan dan ekspansi ruas tol baru. Proyek-proyek tersebut umumnya dibiayai melalui pinjaman bank, penerbitan obligasi, atau kerja sama pendanaan proyek, sehingga struktur keuangannya memiliki tingkat utang yang tinggi.
Kondisi ini dapat menimbulkan risiko beban bunga yang besar dan tekanan terhadap arus kas, terutama jika pendapatan dari tarif tol tidak sesuai dengan proyeksi. Selain itu, risiko refinancing juga dapat muncul jika JSMR kesulitan memperpanjang tenor utang atau mencari pendanaan baru di tengah kondisi suku bunga yang tinggi.
🧨 3️⃣ Regulasi dan Kebijakan Pemerintah
Kegiatan usaha JSMR sangat bergantung pada izin dan kebijakan pemerintah, khususnya yang berkaitan dengan tarif tol, masa konsesi, dan penugasan proyek baru. Pemerintah melalui Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) memiliki kewenangan untuk menyetujui atau menolak kenaikan tarif tol.
Jika kenaikan tarif ditunda, maka pendapatan JSMR tidak meningkat seiring dengan inflasi, padahal biaya operasional terus naik. Selain itu, kebijakan pemerintah seperti integrasi tarif antarruas atau program subsidi tol juga dapat memengaruhi margin keuntungan. Sebagai BUMN, JSMR kadang mendapatkan penugasan proyek strategis yang bernilai sosial tinggi, namun tidak selalu memberikan keuntungan finansial maksimal.
🧨 4️⃣ Risiko Masa Konsesi dan Pengembalian Aset
Setiap ruas tol yang dikelola JSMR memiliki masa konsesi tertentu, biasanya 35 hingga 50 tahun. Setelah masa konsesi berakhir, hak pengelolaan dan pendapatan dari ruas tol tersebut dikembalikan kepada pemerintah melalui BPJT.
Hal ini berarti setelah masa konsesi habis, JSMR tidak lagi memperoleh pendapatan dari ruas tersebut kecuali mendapat perpanjangan atau memenangkan tender baru. Jika beberapa ruas tol habis masa konsesinya secara bersamaan tanpa adanya pengganti, pendapatan perusahaan bisa menurun signifikan. Karena itu, JSMR harus terus menambah proyek baru dan memperluas lini usaha agar dapat menjaga arus kas dan pendapatan jangka panjang.
3. Saham Pesaing
PT Nusantara Infrastruktur $META
Beberapa proyek utama yang dikelola META antara lain:
Tol Makassar Seksi IV (Ujung Pandang–Pelabuhan)
Panjang sekitar 6 km, bagian dari jaringan tol pertama di luar Pulau Jawa.
Dikelola oleh PT Bosowa Marga Nusantara (BMN), anak perusahaan META.
Tol Makassar Seksi I–III (Tol Reformasi)
Dikelola oleh PT Jalan Tol Seksi Empat (JTSE) dan PT Jalan Tol Seksi Tiga (JTST) — juga di bawah grup META.
Ruas ini penting karena menghubungkan kawasan industri dan pelabuhan di Sulawesi Selatan.
Jakarta Outer Ring Road (JORR) Elevated – Ruas Ulujami–Jati Asih (dalam pengembangan)
Salah satu proyek besar META yang menargetkan pembangunan jalan tol layang (elevated toll road) di sekitar Jakarta.
Jika terealisasi, proyek ini akan langsung bersaing dengan tol JSMR di wilayah Jabotabek, seperti JORR dan Jakarta–Cikampek Elevated II.
Rencana akuisisi ruas Trans Jawa
Pada 2024–2025, META diberitakan mengakuisisi sebagian kepemilikan pada ruas tol Trans Jawa untuk memperluas portofolionya.
Langkah ini menandai strategi agresif META untuk memperluas jangkauan dari regional menjadi nasional, mendekati skala JSMR.
1/2


PT Jasa Marga Tbk (JSMR) kembali mencatat penurunan laba bersih pada periode yang berakhir 30 September 2025. Emiten jalan tol milik negara ini membukukan laba bersih sebesar Rp2,72 triliun, turun 17,34% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp3,30 triliun. Penurunan ini disebabkan oleh turunnya total pendapatan sebesar 6,10% menjadi Rp21 triliun dan meningkatnya beban pajak penghasilan hingga Rp1,21 triliun. Sementara itu, beban pokok pendapatan justru menurun menjadi Rp12,50 triliun dari Rp14,32 triliun pada tahun sebelumnya.
Meskipun terjadi efisiensi di beban pokok pendapatan, laba periode berjalan JSMR tetap tertekan, hanya mencapai Rp3,56 triliun dibandingkan Rp3,96 triliun pada 2024. Laba per saham dasar juga menurun dari Rp454,74 menjadi Rp375,95 per saham. Kondisi keuangan yang melemah turut berdampak pada kinerja saham JSMR di bursa, yang terkoreksi 4,49% ke level Rp3.620 pada perdagangan Kamis (30/10/2025). Penurunan laba dan tekanan pasar menunjukkan tantangan berat bagi Jasa Marga dalam menjaga profitabilitas di tengah kondisi ekonomi yang belum stabil.
Meski demikian, manajemen JSMR tetap berkomitmen menjaga keberlanjutan pembagian dividen kepada pemegang saham. Direktur Utama Rivan Achmad Purwantono menyampaikan bahwa manajemen telah mengusulkan rasio pembayaran dividen sebesar 25% dari laba inti (core profit) untuk tahun buku 2025 kepada pemegang saham dwiwarna, Danantara Indonesia. Kebijakan ini diambil sebagai bentuk apresiasi terhadap dukungan pemegang saham, namun tetap mempertimbangkan kondisi keuangan dan prospek ekonomi ke depan.
Sumber: InvestorID
$JSMR

📊 31 Oktober 2025 - $JSMR (Menurut Bloomberg Terminal)
💵 Buy Area: 3640-3580
🤑 Take Profit: Kalau udah cuan tuh diambil, bukan dititipin ke bandar! 😎
🚨 Stop Loss: 3500
⚠️ Disclaimer ON!
🔔 Analisa bukan ajakan!
📢 Cut Loss? Siap. Nyangkut? Nggak.
Kalau cuan, kasih like ❤️, follow 🤝 & comment ✍️ ya! Biar gak ketinggalan saham berikutnya! 🤑🤣🚀
Bursa Efek Indonesia (BEI) telah menerapkan aturan free float terhadap sejumlah emiten di pasar modal Indonesia. Penerapan ini, antara lain dilakukan terhadap emiten dalam indeks bergengsi LQ45 yang baru-baru ini melaksanakan evaluasi mayor dengan periode efektif pada 3 November 2025 hingga 30 Janua...

katadata.co.id
IDXChannel - PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR) mencatatkan laba inti sebesar Rp2,74 triliun hingga Kuartal III-2025. Angka ini tumbuh 5,02 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Direktur Utama Jasa Marga, Rivan A. Purwantono mengatakan, peningkatan laba inti ini didukung oleh pertu...

www.idxchannel.com

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) — Kinerja laba emiten operator jalan tol yakni, PT Jasa Marga Tbk (JSMR) mengalami penurunan selama sembilan bulan pertama 2025. Penurunan laba Perseroan antara lain disebabkan oleh merosotnya pendapatan serta meningkatnya beban pajak penghasilan di kuartal III 2025.
Menuru...

stockwatch.id
JSMR 9M25: Laba Bersih -17% YoY
Jasa Marga ($JSMR) mencatatkan laba bersih sebesar 857 miliar rupiah pada 3Q25 (-10% YoY, -9% QoQ). Hasil ini membuat laba bersih selama 9M25 mencapai 2,7 triliun rupiah (-17% YoY), setara 72% estimasi 2025F konsensus (vs. 9M24: 73% realisasi 2024).
Penurunan laba bersih selama 9M25 utamanya ditekan oleh kenaikan beban pajak menjadi 1,21 triliun rupiah, berbalik dari manfaat pajak sebesar 73 miliar rupiah pada 9M24. Laba sebelum pajak masih naik +23% YoY, yang utamanya didorong oleh: 1) berkurangnya beban keuangan sebesar -17% YoY; dan 2) pertumbuhan laba usaha +5% YoY dengan margin laba usaha relatif stabil di 33% (vs. 9M24: 32%).
----------
Christian William Munaba (@chriswill97)
Investment Analyst Stockbit
