Volume
Avg volume
PT Victoria Investama Tbk merupakan perusahaan induk investasi yang bergerak dalam industri jasa keuangan melalui anak perusahaannya. Perusahaan bergerak dalam pialang sekuritas dan penjamin emisi, asuransi umum, dan manajemen investasi yang masing-masing melalui PT Victoria Securities Indonesia, PT Victoria Insurance, dan PT Victoria Manajemen Investasi. Perusahaan juga memiliki saham dalam PT Bank Victoria International Tbk, perusahaan afiliasi yang bergerak dalam sektor perbankan. Perusahaan sendiri menyediakan layanan nasihat keuangan, keuangan terstruktur, dan layanan pendukung lainnya kepada anak perusahaannya.
$BVIC LK Q2 2025: Laba Lain-lain Lebih Besar dari Core Operation
Request salah satu user Stockbit di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
PT Bank Victoria International Tbk atau BVIC adalah bank umum nasional yang berdiri pada 28 Oktober 1992 dan mulai beroperasi secara penuh di sektor perbankan Indonesia dengan fokus pada intermediasi keuangan. Struktur kepemilikan bank ini relatif terkonsentrasi dengan PT Victoria Investama Tbk sebagai pemegang saham pengendali langsung dan Suzanna Tanojo sebagai ultimate shareholder atau pemilik akhir yang mengendalikan arah kebijakan strategis. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Kantor pusatnya hanya satu, tetapi BVIC memiliki jaringan fisik yang cukup luas untuk ukuran bank menengah, terdiri dari 14 kantor cabang dan 21 kantor cabang pembantu per Juni 2025, turun dari 24 di akhir 2024. Penurunan jumlah cabang pembantu ini bisa mencerminkan strategi efisiensi jaringan atau konsolidasi operasional. Jumlah pegawai mencapai 734 orang pada akhir Juni 2025, yang berarti bank ini masih tergolong padat karya dalam mengelola operasinya.
BVIC menyalurkan kredit ke sektor produktif dan konsumtif. Dari sisi penghimpunan dana, sumber utamanya adalah DPK atau Dana Pihak Ketiga yang terdiri dari giro (demand deposit), tabungan (saving deposit), deposito berjangka (time deposit), dan NCD atau Negotiable Certificate of Deposit yang merupakan surat berharga yang diterbitkan bank untuk menarik dana dengan jangka waktu tertentu.
Selain dari nasabah ritel, BVIC juga mendapatkan dana dari bank lain dalam bentuk giro antarbank, call money, dan deposito antarbank. Bank ini juga menerbitkan surat utang seperti obligasi dan obligasi subordinasi untuk memperkuat modal dan likuiditas. Pada 2025 BVIC menerbitkan Bank Victoria Continuing Subordinated Bonds III Tahap II senilai Rp500 miliar. Ada juga pendanaan jangka pendek melalui repo atau repurchase agreement, yaitu penjualan surat berharga dengan janji beli kembali dalam waktu tertentu. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Di sisi penyaluran dana, BVIC mengelola kredit ke pihak ketiga dan pihak berelasi yang terdiri dari kredit investasi (fixed loan), kredit modal kerja dengan rekening koran (overdraft), kredit konsumsi (consumer loan), dan bentuk kredit lain.
Selain kredit, BVIC menempatkan dana di Bank Indonesia dan bank lain, serta menginvestasikan dana ke surat berharga seperti SBI atau Sertifikat Bank Indonesia, SRBI atau Surat Rupiah Bank Indonesia, Surat Berharga Negara, sukuk pemerintah, obligasi korporasi, MTN atau Medium Term Notes, unit penyertaan reksa dana, dan instrumen pasar uang lainnya. Bank juga mencatat piutang akseptasi dari transaksi akseptasi dan investasi saham di entitas lain.
Dalam pencatatan keuangan sesuai PSAK atau Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan, aset keuangan diklasifikasikan menjadi tiga. Amortized cost untuk aset yang tujuannya dipegang sampai jatuh tempo dengan arus kas kontraktual berupa pokok dan bunga, FVOCI atau Fair Value through Other Comprehensive Income untuk aset yang dipegang untuk tujuan ganda antara menghasilkan arus kas kontraktual dan menjual, serta FVTPL atau Fair Value through Profit or Loss untuk aset yang diukur pada nilai wajar dengan perubahan nilai langsung mempengaruhi laba rugi. Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx
Transaksi penting yang mempengaruhi posisi keuangan BVIC adalah pelepasan 80% saham anak usaha PT Bank Victoria Syariah atau BVIS pada Desember 2022, dan pada 5 Juni 2025 pelepasan seluruh kepemilikan kepada PT Bank Tabungan Negara Tbk atau $BBTN. Pasca transaksi ini, BVIS berubah status dari anak usaha menjadi entitas asosiasi dengan kepemilikan 19,81%. Hubungan dengan pihak berelasi di bawah grup Victoria cukup intens, mencakup penyaluran kredit, penempatan dana, pembelian obligasi yang diterbitkan BVIC, serta jasa asuransi aset dan kas melalui PT Victoria Insurance Tbk. Simpanan nasabah pihak berelasi melonjak dari Rp672 miliar pada akhir 2024 menjadi Rp1,27 triliun pada Juni 2025, menunjukkan ketergantungan likuiditas yang meningkat dari lingkaran internal grup.
Kinerja laba rugi semester pertama 2025 memperlihatkan pendapatan bunga naik 10,3% menjadi Rp1,09 triliun dibandingkan periode sama tahun lalu. Namun, beban bunga juga naik lebih tinggi 13,8% menjadi Rp837,8 miliar sehingga pendapatan bunga bersih atau Net Interest Income (NII) hanya naik tipis 0,26% menjadi Rp259 miliar. Hal ini menandakan inti profitabilitas bank dari selisih bunga atau Net Interest Margin (NIM) relatif stagnan. Lonjakan laba bersih sebesar 69,9% menjadi Rp125,6 miliar justru datang dari pendapatan non-bunga atau Non Interest Income yang naik 128,3% menjadi Rp347,3 miliar. Pendorong utamanya adalah recovery aset yang sudah dihapus buku atau write-off recovery yang naik dari Rp21,2 miliar menjadi Rp129,2 miliar. Pendapatan ini bersifat non-berulang sehingga tidak bisa dijadikan patokan keberlanjutan kinerja.
Di sisi beban, provisi kerugian penurunan nilai atau CKPN (Cadangan Kerugian Penurunan Nilai) melonjak dari Rp68,1 miliar menjadi Rp171,5 miliar, yang bisa berarti adanya penilaian risiko kredit yang lebih konservatif atau indikasi kualitas aset yang masih rapuh meski rasio kredit bermasalah menurun. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Neraca per 30 Juni 2025 menunjukkan total aset naik 6,34% menjadi Rp33 triliun. Lonjakan terjadi pada kas dan setara kas, giro di BI yang naik dari Rp1,4 triliun menjadi Rp3,0 triliun, giro di bank lain dari Rp114 miliar menjadi Rp624 miliar, dan penempatan dari Rp12 miliar menjadi Rp450 miliar. Kredit bruto tumbuh tipis 1,6% menjadi Rp20,89 triliun, sedangkan portofolio surat berharga turun 15,6% akibat penjualan yang menghasilkan arus kas masuk besar. Investasi saham menjadi nol setelah pelepasan BVIS. Dari sisi pendanaan, DPK hampir stagnan naik hanya 0,26%, sementara dana antarbank melonjak 209% dan ada tambahan Rp500 miliar dari obligasi subordinasi. Ekuitas naik 10,73% berkat laba ditahan, pelaksanaan waran seri VII yang menambah modal disetor, dan kenaikan nilai wajar surat berharga yang diklasifikasikan FVOCI.
Arus kas operasi membalik positif dari minus Rp1,2 triliun di semester pertama 2024 menjadi plus Rp1,0 triliun di periode sama 2025, terutama karena penurunan penyaluran kredit baru dan kenaikan dana antarbank. Arus kas investasi positif Rp1,2 triliun dari penjualan surat berharga, dan arus kas pendanaan positif Rp399 miliar dari eksekusi waran dan penerbitan obligasi. Total kas setara kas naik Rp2,6 triliun menjadi Rp4,2 triliun yang menunjukkan likuiditas sangat longgar. Rasio CAR atau Capital Adequacy Ratio mencapai 22,54%, jauh di atas ketentuan minimum OJK 9%, dan rasio LFR atau Loan to Funding Ratio berada di 85,65%, yang artinya pendanaan masih memadai untuk ekspansi kredit tanpa tekanan likuiditas berlebihan.Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Dari sisi kualitas aset, rasio NPL gross atau Non Performing Loan bruto membaik dari 3,27% menjadi 2,40% dan NPL net dari 2,36% menjadi 1,78%. Namun jumlah kredit bermasalah (Stage 3) justru naik menjadi Rp1,28 triliun, dan CKPN khusus kredit bermasalah hanya menutup 20,85% dari jumlah itu. Ini berarti porsi besar kredit macet belum terproteksi cadangan penuh, sehingga jika tidak ada perbaikan penagihan atau eksekusi agunan, potensi beban kerugian ke depan tetap ada. Total kredit restrukturisasi masih besar di Rp2,02 triliun meski jumlah debitur turun.
Distribusi laba secara geografis menunjukkan ketergantungan besar pada wilayah Jadetabek yang menyumbang Rp186,7 miliar laba. Wilayah Jawa Barat dan luar Jawa malah rugi masing-masing Rp17,7 miliar dan Rp49 miliar, sementara Jawa Tengah dan Timur hanya menyumbang laba kecil. Ini menandakan penetrasi di luar pasar inti masih menghadapi tantangan profitabilitas.
Dengan harga pasar Rp93 per saham, BVIC diperdagangkan di PBV atau Price to Book Value 0,39 kali dari BVPS atau Book Value per Share sekitar Rp236,50, dan PER atau Price to Earnings Ratio 6,02 kali dari estimasi EPS tahunan Rp15,44. Untuk mencapai target PBV 1,5 kali dan PER 15 kali, harga harus naik ke kisaran Rp355 dan Rp232. Kenaikan itu hanya mungkin jika bank mampu mendorong pertumbuhan NII secara berkelanjutan, meningkatkan CKPN coverage untuk mengurangi risiko kerugian kredit, memperbesar porsi DPK murah atau CASA (Current Account Saving Account) untuk menurunkan biaya dana, serta membenahi segmen wilayah yang masih rugi. Likuiditas dan permodalan yang kuat memberi BVIC ruang untuk berbenah, namun selama ketergantungan pada pendapatan non-inti masih besar dan struktur pendanaan condong ke sumber mahal seperti antarbank dan obligasi, pasar akan tetap memberi valuasi diskon.
BVIC beroperasi dengan melibatkan banyak pihak kunci yang perannya langsung membentuk arah kebijakan, isi laporan keuangan, dan perjanjian penting bank. Di level pengelolaan, Dewan Direksi dan Dewan Komisaris memegang tanggung jawab penuh atas penyusunan dan penyajian laporan keuangan interim sesuai standar akuntansi keuangan Indonesia, memastikan isinya lengkap, benar, dan bebas dari penghilangan informasi material. Mereka juga bertanggung jawab menjaga efektivitas sistem pengendalian internal. Direktur Utama Achmad Friscantono memimpin operasional, Direktur Keuangan Debora Wahjutirto Tanoyo (kemungkinan besar ini anak Suzanna Tanojo) mengawal aspek keuangan, sedangkan Komisaris Utama Zaenal Abidin juga memimpin Komite Audit dan duduk di Komite Pemantau Risiko. Gunawan Tenggarahardja menjadi Komisaris Independen sekaligus ketua Komite Nominasi dan Remunerasi. Ada pula Rusli sebagai Wakil Direktur Utama, dan Lembing Tamunan sebagai Direktur Kepatuhan sekaligus Manajemen Risiko. Honorarium dan tunjangan mereka tercatat sebagai beban pegawai di laba rugi, misalnya semester I 2025 mencapai Rp33,34 miliar. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Dari sisi kepemilikan, PT Victoria Investama Tbk ($VICO) adalah pemegang saham pengendali langsung yang porsinya naik dari 44,23% akhir 2024 menjadi 58,25% per Juni 2025, terutama akibat eksekusi Waran Seri VII yang menambah 2,57 miliar saham. VICO pernah memberi setoran modal di muka untuk memenuhi ketentuan modal inti minimum, yang kemudian dikonversi menjadi saham. VICO juga menjadi pihak berelasi dalam simpanan nasabah dan penerimaan kredit, serta ikut menandatangani Conditional Shareholder and Purchase Agreement (CSPA) dengan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) untuk rencana divestasi PT Bank Victoria Syariah (BVIS). Suzanna Tanojo tercatat sebagai ultimate shareholder yang juga memiliki simpanan di BVIC.
BVIS sendiri awalnya anak usaha dengan kepemilikan hampir penuh, beroperasi sebagai bank syariah sejak 1 April 2010. Setelah pelepasan 80% saham pada Desember 2022, statusnya turun menjadi entitas asosiasi. Pada 5 Juni 2025, sisa sahamnya dijual ke BTN, membuat pos investasi saham BVIS di neraca turun dari Rp219,93 miliar di akhir 2024 menjadi nol. BVIC juga pernah punya investasi sementara di PT Bima Multi Finance hasil konversi kredit macet dan MTN, namun saham ini dijual pada Desember 2023 dengan kerugian penurunan nilai hingga tinggal Rp1 di laporan. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menjadi regulator utama yang memberi pernyataan efektif untuk penerbitan obligasi, menetapkan aturan modal inti minimum, dan mengatur perlakuan kredit restrukturisasi. BVIC membayar iuran tahunan ke OJK yang masuk ke beban umum dan administrasi. Bank Indonesia, sebagai bank sentral, menjadi tempat BVIC memelihara giro Rp3,03 triliun per Juni 2025, menerima penempatan dana, dan menjadi penerbit instrumen pasar uang seperti SBI dan SRBI yang dimiliki BVIC. Bapepam dan LK di masa lalu pernah menjadi pemberi persetujuan IPO dan penerbitan obligasi.
Dalam hubungan bisnis lain, BTN berperan sebagai pihak pembeli saham BVIS. PT Sigma Cipta Caraka menyediakan layanan aplikasi manajemen transaksi, PT Panen Berkah Solusi menangani perawatan server AS400, dan PT Sinergi Inti Solusi terikat kontrak lima tahun untuk layanan yang tampaknya berbasis teknologi, meski per Juni 2025 belum ada biaya yang dibukukan. PT Bank Mega Tbk bertindak sebagai wali amanat untuk obligasi BVIC, memastikan kepatuhan terhadap perjanjian perwaliamanatan tanpa pelanggaran yang tercatat. Penilai independen seperti KJPP Jimmy Prasetyo dan KJPP Tri, Santi & Rekan menentukan nilai wajar aset tetap yang mempengaruhi surplus revaluasi di ekuitas (Rp316,45 miliar per Juni 2025) dan menilai properti terbengkalai serta investasi yang bermasalah. Notaris terlibat dalam semua pencatatan legal penting mulai dari pendirian bank, perubahan anggaran dasar, transaksi akuisisi dan divestasi, konversi modal, sampai keputusan RUPS. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Peran dan pengaruh semua pihak ini menyentuh hampir semua sisi laporan keuangan BVIC. Pengelola mengatur kebijakan dan bertanggung jawab pada kebenaran angka, pemegang saham pengendali mengatur modal dan menjadi bagian dari arus transaksi, entitas asosiasi dan bekas anak usaha mempengaruhi nilai aset investasi, regulator menetapkan aturan main dan memengaruhi struktur permodalan serta kualitas aset, penyedia jasa menyumbang beban operasional, sedangkan profesional independen menjamin nilai aset dan legalitas transaksi. Hasilnya adalah sebuah jaringan kepentingan yang terjalin erat di dalam dan di sekitar BVIC, yang memengaruhi baik angka di laporan maupun arah strategis bank.
BVIC mendapatkan pendapatan utamanya dari dua mesin penghasil uang utama, yaitu aktivitas operasional inti perbankan dan aktivitas non-inti yang sifatnya lebih variatif. Dari sisi operasional inti, sumber paling besar adalah pendapatan bunga atau interest income yang mencapai Rp1,096 triliun pada semester I 2025, naik dari Rp994,59 miliar di periode yang sama tahun sebelumnya. Lonjakan ini didorong oleh bunga dari kredit yang diberikan sebesar Rp860,17 miliar, bunga surat berharga atau marketable securities sebesar Rp194,67 miliar, serta bunga penempatan dana di Bank Indonesia dan bank lain sebesar Rp41,99 miliar. Sebagian besar pendapatan bunga ini datang dari pihak ketiga, yakni Rp1,091 triliun, sedangkan kontribusi pihak berelasi hanya Rp5,33 miliar, sehingga bisa dikatakan mayoritas arus bunga BVIC benar-benar berasal dari pasar eksternal.
Sumber kedua yang juga penting adalah pendapatan operasional lainnya atau other operating income yang melonjak drastis menjadi Rp347,33 miliar dari Rp152,12 miliar setahun sebelumnya. Di sini ada beberapa pos besar yang menarik. Penerimaan kembali aset yang sudah dihapus buku atau recovery of written-off assets meledak menjadi Rp129,24 miliar dari hanya Rp21,20 miliar sebelumnya, sebuah angka yang besar tapi sifatnya non-berulang. Pendapatan dari rekening tidak aktif, denda saldo minimum, dan penggantian buku tabungan ikut melesat ke Rp101,29 miliar dari Rp21,93 miliar, menandakan ada optimalisasi biaya dan penalti. Pendapatan biaya administrasi jasa perbankan relatif stabil di kisaran Rp31,62 miliar. Investasi di reksa dana menyumbang Rp29,87 miliar, naik signifikan dari Rp11,82 miliar. Laba transaksi spot mencapai Rp19,57 miliar, sementara laba transaksi swap sedikit turun menjadi Rp12,29 miliar dari Rp17,27 miliar. Keuntungan penjualan surat berharga yang diukur pada nilai wajar turun tajam menjadi Rp4,74 miliar dari Rp17,09 miliar. Pos lainnya seperti provisi dan komisi non-kredit sebesar Rp4,59 miliar, serta pendapatan beragam dari penalti, komisi Internet dan Mobile Banking, keuntungan belum terealisasi dari transaksi derivatif, transaksi ATM, forward, dan BI-FAST melengkapi kantong pendapatan ini. Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx
BVIC juga memiliki porsi pendapatan non-operasional, walaupun kontribusinya relatif kecil. Pada semester I 2025, pendapatan sewa atau rent income hanya Rp89 juta dan pendapatan lainnya Rp9,72 miliar, yang sebagian besar berasal dari diskon pembelian voucher dan surplus program tabungan berhadiah. Tahun sebelumnya, pos ini sempat berisi keuntungan dari penjualan agunan yang diambil alih, penjualan aset tetap, dan keuntungan selisih kurs.
Semua sumber pendapatan ini, setelah dikurangi beban bunga, beban operasional lainnya, dan beban pajak, menghasilkan laba bersih periode berjalan sebesar Rp125,58 miliar untuk semester I 2025. Angka ini melonjak dari Rp73,90 miliar pada periode yang sama 2024, dengan catatan bahwa kenaikan laba ini sangat dipengaruhi oleh pos non-inti seperti recovery aset hapus buku dan pendapatan penalti yang tidak selalu berulang setiap tahun. Artinya, meski mesin inti perbankan tetap menyumbang mayoritas, lonjakan laba yang besar di 2025 ini tidak sepenuhnya berasal dari sumber pendapatan yang berkelanjutan.Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
1/10
$COIN Gerbong PD sudah mengintai dengan modal dasar; Lapan Wa Nam,....
Kalo hari ini 1.5K dikurangi Modal, kira2 sudah siap kalo tetiba hujan lebat???
Kalo punya Jemuran sebaiknya diangkat dahulu, sebelum BASAH dan terlanjur...
#DYOR
Random Tags: $ACRO $VICO
bearish $VICO 171 hit pd T+1. Penurunan -8.56% dari harga awal 187. congratulations untuk yg sdh taking profit dan exit.
$PEGE $AMIN
STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – PT Victoria Investama Tbk (VICO), pemegang saham pengendali PT Bank Victoria International Tbk (BVIC) memborong sebanyak 212.040.000 lembar atau setara 1,15% saham emiten perbankan tersebut melalui Bursa Efek Indonesia (BEI), pada tanggal 1 Agustus 2025.
VICO membeli ...
stockwatch.id
EBuzz – PT Victoria Investama Tbk. (VICO) resmi menambah porsi kepemilikan sahamnya di PT Bank Victoria International Tbk. (BVIC) sebagai bagian dari strategi penguatan penyertaan modal pada entitas anak.
Langkah ini menegaskan komitmen VICO dalam memperkuat posisinya sebagai pemegang saham pengen...
economixbuzz.com
EmitenNews.com - PT Victoria Investama Tbk (VICO) selaku pemegang saham pengendali PT Bank Victoria International Tbk (BVIC) kembali menambah porsi kepemilikannya.
Jimmy Kurniawan Setio Direktur VICO pada Selasa (5/8/2025) mengungkapkan bahwa perseroan telah membeli sebanyak 212.040.000 lembar saha...
www.emitennews.com