Volume
Avg volume
PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk. atau ULTJ memiliki kegiatan usaha utama di bidang industri makanan dan minuman, serta bidang perdagangan. Produk-produk yang diproduksi dan/atau diperdagangkan Perseroan antara lain Susu Cair dengan merek dagang (Ultra Milk, Ultra Mimi, Susu Sehat dan Low Fat Hi Cal), Teh (Teh Kotak dan Teh Bunga), Minuman Kesehatan (Sari Asam), Minuman lainnya (Sari Kacang Hijau dan Coco Pandan Drink), Susu Bubuk (Morinaga), Susu Kental Manis (Cap Sapi dan Ultra Milk), dan Konsentrat Buah-buahan dengan merek dagang ULTRA. Saat ini Perseroan telah menjangkau lebih dari 25.000 wholesaler yang masi... Read More
segeralah turun dan jual semua kepemilikan $MSTI mu wahai REKSADANA/ASURANSI/DAPEN
Karena setiap ada kalian pasti menjadi beban untuk suatu emiten
knp jadi beban?
karena kalian itu isinya ijazah S2 dengan bergelimang sertifikat tapi action kalian itu sekelas amatiran.
yang kalian tahu itu hanya fee jual beli dan jasa management dari nasabah kalian tanpa perduli nasabah kalian itu cuan atau rugi.
$GZCO $ULTJ
makasih @skydrugz27 udah jelasin kenapa saya mau belain tetap hold $ULTJ, dari harga entry 1800 dan sekarang AVG udah di 1300 zehahaha
Susu Siapa yang Paling Besar Labanya: $ULTJ vs $DMND vs $ICBP
Lanjutan dari postingan sebelumnya di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
Kalau lagi bahas soal saham yang main di industri susu, rasanya nama-nama seperti ICBP, ULTJ, dan DMND nggak mungkin luput dari pantauan. Tiga-tiganya punya pendekatan bisnis yang sangat berbeda, meskipun sama-sama main di dairy. Tapi justru karena itulah, perbandingannya jadi makin menarik, karena kita bisa lihat dari dekat gimana tiga perusahaan dengan strategi dan struktur yang sangat berbeda bisa menghasilkan performa dan profil risiko yang juga beda jauh. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
ICBP sebenarnya bukan pure player di dairy, karena jantung bisnis mereka itu jelas ada di mie instan. Tapi mereka tetap punya lini susu yang dikelola lewat dua entitas utama, Indolakto dan Indokuat. Gabungan aset segmen ini per akhir Maret 2025 sebesar Rp8,15 Triliun.
Kalau dibandingkan dengan total aset konsolidasi ICBP yang mencapai Rp130,73 Triliun, porsinya cuma 6,2%. Dari sisi penjualan, segmen dairy menyumbang Rp2,72 Triliun atau sekitar 13,5% dari total revenue grup. Memang bukan angka kecil, tapi juga belum bisa disebut andalan.
Dari sisi profitabilitas, segmen ini menghasilkan laba operasi Rp292 Miliar, yang setara 5,7% dari total laba operasi. Artinya, meskipun penjualannya cukup signifikan, margin usahanya cuma sekitar 10,7%, masih tergolong tipis apalagi kalau dibandingin dengan kompetitor pure dairy. Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx
Yang juga penting dicatat, capex untuk segmen susu ini di Q1 hanya Rp33 Miliar, padahal beban depresiasi udah Rp128 Miliar. Artinya, secara investasi, ICBP belum terlalu serius nambah otot di dairy. Tambah lagi, Indolakto juga punya goodwill Rp1,42 Triliun, ini indikasi bahwa segmen susu ICBP bukan dibangun dari bawah, tapi dari akuisisi, yang tentu ada risiko tersendiri soal efisiensi dan return ke depan.
Sekarang kita lihat ke ULTJ, alias Ultrajaya. Ini dia contoh textbook dari perusahaan yang fokus, rapi, dan tahu persis kekuatan dirinya. Pendapatan mereka di Q1 2025 memang turun tipis 0,6% YoY jadi Rp2,28 Triliun. Tapi gross profit-nya justru naik dari Rp777 Miliar ke Rp793 Miliar. Dan lebih penting lagi, gross margin-nya naik dari 33,8% ke 34,7%. Ini gila sih, apalagi di tengah tekanan harga bahan baku dan energi, bisa ngejaga margin segede itu jelas bukan kerja asal-asalan.
Salah satu jurus pamungkas mereka ada di model contract manufacturing. Mereka bukan cuma produksi buat merek sendiri, tapi juga produksi buat perusahaan lain. Contoh paling besar ya Buavita dan Go-Go yang diproduksi untuk Unilever, nilainya sampai Rp400 Miliar per kuartal. Mereka juga produksi susu Morinaga untuk Sanghiang Perkasa senilai Rp10 Miliar. Jadi, alih-alih membiarkan kapasitas produksi nganggur atau hanya bergantung pada brand sendiri, mereka maksimalkan pabriknya dengan produksi pihak ketiga. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Hasilnya jelas, efisiensi tinggi, utilisasi mesin maksimal, dan margin tetap tebal meskipun revenue stagnan. Pendekatan ini bikin ULTJ kelihatan sangat kokoh dari sisi sustainability. Bahkan tanpa ekspansi agresif, mereka bisa cetak margin yang susah disaingi.
DMND alias Diamond Food Indonesia punya cerita yang beda lagi. Mereka memang terkenal lewat produk-produk beku dan susu segar, tapi strategi intinya bukan produksi massal sendiri.
Mereka lebih jago di distribusi dan kerja sama brand global. Lewat anak usaha Sukanda Djaya, mereka jadi distributor resmi produk macam Nutella, Kinder Joy, kentang McCain, bahkan punya lisensi untuk produksi dan jualan produk dari ABF Plc. Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx
Pendekatan ini bikin mereka bisa mendongkrak revenue dengan cepat. Di Q1 2025, revenue mereka naik 5,2% YoY ke Rp2,55 Triliun, paling tinggi di antara ketiganya. Tapi gross profit mereka justru turun, dari Rp517 Miliar ke Rp507 Miliar. Gross margin pun turun dari 21,3% ke 19,8%. Ini jelas sinyal bahwa mereka tumbuh secara volume tapi profitabilitas per unit-nya menurun. Kenapa bisa begitu? Kemungkinan besar karena kerja sama distribusi dan lisensi punya margin yang lebih tipis dibanding produksi in-house.
Bisa juga karena ada kenaikan biaya logistik atau distribusi yang nggak bisa langsung di-pass ke konsumen. Intinya, strategi DMND berhasil dorong top line, tapi bottom line-nya kena tekanan. Cocok buat ekspansi, tapi butuh kerja ekstra untuk jaga margin supaya nggak makin tipis.
Dari sisi struktur entitas, ICBP kelihatan paling rumit. Segmen susunya dijalankan lewat anak dan cucu usaha, Indolakto dimiliki lewat SAJ, dan Indokuat dimiliki lewat Indolakto. Model kayak begini bikin hasil usaha segmen susu tidak semuanya bisa langsung dinikmati pemegang saham ICBP, karena ada porsi untuk non-controlling interest. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Beda dengan ULTJ dan DMND yang lebih sederhana dan terkonsolidasi penuh, sehingga semua laba bersih benar-benar milik pemegang saham induk. Ini penting banget buat investor yang ngincer kualitas laba dan konsistensi arus kas.
Kalau ditanya siapa yang lebih unggul dari sisi margin, jawabannya jelas ULTJ. Gross margin mereka tembus 34,7%, jauh mengungguli DMND (19,8%) dan ICBP di segmen susu (10,7%). ULTJ juga unggul di efisiensi, dengan kemampuan menjaga profit meski revenue flat.
Tapi kalau bicara growth, DMND bisa dibilang paling agresif. Revenue mereka naik paling tinggi dan strategi distribusi-lisensi terbukti efektif membuka pasar baru, walaupun dengan trade-off di margin. ICBP sendiri ada di tengah-tengah, dari sisi volume lumayan, dari sisi margin belum terlalu menonjol, dan dari sisi strategi masih terlihat segmen susunya belum diprioritaskan penuh.
Jadi kalau investor cari perusahaan dengan pertumbuhan tinggi dan pasar luas, DMND mungkin cocok, asalkan siap dengan risiko margin yang fluktuatif. Buat yang fokus ke margin kuat, kestabilan laba, dan efisiensi tinggi, ULTJ adalah pilihan paling aman. Sementara ICBP, meskipun besar dan punya brand kuat kayak Indomilk dan Milkuat, lini dairy-nya belum jadi tulang punggung. Masih tergolong side business dibanding divisi mie yang memang mendominasi secara aset, revenue, dan laba. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Dalam jangka panjang, kinerja saham sektor susu ini akan sangat dipengaruhi oleh arah strategi masing-masing. Apakah ICBP bakal berani mengucurkan capex lebih besar untuk perkuat dairy? Apakah ULTJ bisa terus menjaga efisiensi ketika bahan baku naik? Dan apakah DMND mampu mempertahankan pertumbuhan tanpa mengorbankan margin lebih jauh? Itu semua adalah pertanyaan penting untuk investor ritel yang nggak cuma cari cerita manis di label susu, tapi juga pengembalian modal yang sehat dan berkelanjutan di portofolio.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
1/7
Beda Jurus Susu $ULTJ vs $DMND
Saat kita berbelanja, produk dari Diamond dan Ultrajaya pasti sudah tidak asing lagi. Keduanya merupakan pemain utama di industri makanan dan minuman Indonesia. Namun di balik layar, cara mereka menjalankan bisnis ternyata sangat berbeda. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Strategi utama Diamond dapat digambarkan sebagai pemanfaatan jaringan secara maksimal. Mereka memiliki jaringan distribusi yang sangat kuat di seluruh Indonesia. Jadi, selain menjual produk dengan merek sendiri, mereka juga bekerja sama dengan merek-merek global untuk menjual produknya di sini.
Contohnya, melalui anak usahanya PT Sukanda Djaya, Diamond menjadi distributor resmi untuk produk Ferrero seperti Nutella dan Kinder Joy, serta kentang beku McCain. Tidak hanya itu, mereka juga memegang lisensi dari Associated British Food Plc untuk memproduksi dan menjual beberapa produk di Indonesia. Intinya, Diamond membuka pintunya bagi merek lain untuk memperluas jangkauan pasar dengan portofolio produk yang lebih beragam.
Strategi ini terbukti berhasil mendongkrak revenue. Jika kita bandingkan kuartal pertama tahun 2024 dengan 2025, revenue Diamond berhasil naik dari sekitar Rp 2,42 triliun menjadi Rp 2,55 triliun. Ini adalah sebuah revenue growth sekitar 5,2%.
Namun, ada satu hal yang menarik.
Meskipun revenue mereka naik, gross profit mereka justru sedikit menurun, dari Rp 517,5 miliar pada 2024 menjadi Rp 506,9 miliar pada 2025. Fenomena ini menyebabkan gross profit margin mereka ikut terkikis, dari sekitar 21,3% menjadi 19,8%. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Ini adalah sebuah anomali di mana cost untuk menghasilkan revenue tersebut tumbuh lebih cepat daripada revenue itu sendiri. Kemungkinannya adalah produk-produk dari kerja sama baru memiliki tingkat profitability yang lebih rendah, atau ada kenaikan operational cost dalam proses distribusi. Jadi, strategi Diamond ini sukses memperbesar scale bisnis, namun membawa tantangan dalam menjaga tingkat profitability.
Berbeda dengan Diamond, Ultrajaya mengambil jurus yang lebih fokus pada kekuatan inti mereka yaitu produksi. ULTJ dikenal memiliki teknologi UHT canggih dan kapasitas produksi masif. Alih-alih hanya untuk produk sendiri, mereka menyewakan keahlian dan fasilitas produksinya kepada perusahaan lain, sebuah praktik yang dikenal sebagai contract manufacturing atau maklun.
Dua kerja sama besar mereka adalah dengan PT Unilever Indonesia Tbk $UNVR, di mana ULTJ memproduksi minuman UHT merek Buavita dan Go-Go dengan nilai transaksi mencapai Rp 400 miliar. Selain itu, mereka juga bekerja sama dengan PT Sanghiang Perkasa untuk memproduksi susu Morinaga. Nilai transaksi dengan Morinaga pada kuartal pertama 2025 tercatat sekitar Rp 10,4 miliar.
Di sinilah keunikan strategi ULTJ terlihat. Total sales mereka memang sedikit turun, dari Rp 2,29 triliun pada kuartal pertama 2024 menjadi Rp 2,28 triliun di periode yang sama tahun 2025, atau turun tipis sekitar 0,6%. Akan tetapi, gross profit mereka justru naik.
Angkanya bergerak dari Rp 776,8 miliar menjadi Rp 792,6 miliar. Ini secara otomatis mengangkat gross profit margin mereka dari 33,8% menjadi 34,7%.
Apa artinya ini? Hal ini menunjukkan operational efficiency yang luar biasa dari Ultrajaya. Dengan menerima order produksi dari pihak lain, production assets mereka menjadi lebih produktif. Efisiensi inilah yang membuat profitability mereka tetap solid bahkan ketika total sales sedikit melandai. Jurus ini membuktikan bahwa menjadi ahli di balik layar bisa sangat menguntungkan.
Jadi, strategi siapa yang lebih superior? Jawabannya sangat tergantung pada metrik yang kita lihat. Kalau kita melihat dari sisi revenue growth, Diamond (DMND) jelas lebih unggul dengan pertumbuhan 5,2%. Strategi distribusi dan lisensi mereka sangat efektif untuk melakukan market expansion. Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx
Namun jika kita melihat dari sisi profitability, Ultrajaya (ULTJ) adalah pemenangnya. Kemampuan mereka untuk meningkatkan gross profit margin menjadi 34,7% adalah bukti manajemen operasional yang sangat solid dan efficient.
Pada akhirnya, kedua perusahaan menunjukkan strategi cerdas yang disesuaikan dengan kekuatan unik mereka. DMND fokus pada scale dan perluasan pasar, mungkin dengan konsekuensi margin yang sedikit tertekan. Sementara itu, ULTJ fokus pada operational efficiency untuk memaksimalkan profit dari setiap unit yang mereka produksi. Keduanya adalah studi kasus menarik tentang bagaimana dua pemain besar di industri yang sama bisa menempuh jalan yang sangat berbeda untuk mencapai kesuksesan.
Dalam jangka panjang, susu yang menang adalah susu yang memiliki kebesaran laba dan dividen.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
Akses Jurnal Ilmiah Legal dan Abu-abu?
Mahasiswa dan investor saham yang mau riset saham dan analisis makro biasanya harus cek jurnal untuk bisa dapat informasi bermanfaat. Tapi jalannya ada dua jalur besar, yaitu jalur gratis tapi abu-abu atau hitam (ilegal atau melanggar etika) dan jalur legal tapi kadang nyebelin karena gak semua jurnal tersedia.
SciHub jadi nama yang paling terkenal. Tujuannya simpel, membuka akses ke peer-reviewed papers yang biasanya di-lock di balik paywall. Caranya gampang, tinggal cari DOI (semacam nomor identitas jurnal), tempel di SciHub, dan biasanya langsung bisa dibaca. Isinya pun masif, lebih dari 88 juta artikel akademik. Tapi, sejak beberapa waktu lalu, SciHub berhenti menambahkan artikel baru, jadi jurnal-jurnal terkini belum tentu ada. Selain itu, legalitasnya memang dipertanyakan di banyak negara. Secara teknis ini dianggap pembajakan.
Karena itu, muncullah alternatif seperti Anna's Archive, yang sekarang bahkan lebih gede dari SciHub. Jumlah artikelnya hampir 93 juta dan terus bertambah. Selain jurnal, dia juga nyimpen buku, majalah, komik, sampai data perpustakaan. Tapi untuk download gratis, harus cermat. Jangan klik tombol download yang cepat atau lambat, itu jebakan iklan. Pilih show external downloads, dan coba satu per satu link yang tersedia. Tapi hati-hati juga karena situs ini penuh iklan berbahaya, seperti Link ini Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Disarankan pakai ad blocker.
Kalau Anna's Archive gak bisa diakses, bisa lanjut ke LibGen (Library Genesis). Ini juga bisa cari jurnal pakai DOI dan pilih kategori scientific articles. LibGen akan tunjukin lokasi file, termasuk dari SciHub, LibGen sendiri, atau server lain seperti Lib RS dan LII. Tapi ya itu, nama LibGen dan Z-Library (Zed Library) udah lama terkenal karena berurusan dengan copyright violation. Jadi penggunaannya masuk ke ranah pakai tapi siap tanggung risiko.
Z-Library sih bisa dibilang lebih sering gagal untuk jurnal ilmiah. Masih bisa cari pakai DOI atau judul, tapi tingkat keberhasilannya rendah. Banyak pengguna menganggap kalau di SciHub dan Anna gak ada, ya kemungkinan besar di Z-Library juga gak ada.
Kalau kita maunya aman dan legal, ada beberapa opsi. Pertama, https://cutt.ly/IrYqYmuI. Ini plugin browser buat Chrome atau Firefox. Kalau kita buka halaman jurnal dan muncul ikon gembok hijau terbuka, artinya bisa diakses gratis dan legal. Lalu ada Open Access Button, ini bisa langsung kasih akses atau otomatis kirim permintaan ke penulisnya. Tapi ya, pengalaman banyak orang, penulis jarang bales kalau gak kenal secara pribadi. Jadi kayak nembak gebetan yang gak kenal kita.
Cara lain, langsung email si penulis jurnal. Banyak yang sebenarnya bersedia kasih PDF gratis, asal ditanya baik-baik. Tapi sama juga, gak selalu dibalas, dan agak repot kalau kita butuh cepat.
Terakhir, ada Directory of Open Access Journals (DOAJ). Ini bukan buat baca, tapi buat penulis yang pengen terbitin riset secara open access supaya bisa diakses siapa aja. Keuntungannya, lebih banyak yang baca dan sitasi naik. Tapi masalahnya, sering kali butuh bayar biaya publikasi yang gak murah.
Jadi kalau butuh jurnal, urutan percobaannya bisa begini
1) SciHub
2) Anna’s Archive
3) LibGen
4) Z-Library
5) Unpaywall atau Open Access Button
6) email penulis langsung.
Mau legal atau tidak, semua balik ke konteks dan kebutuhan. Tapi kalau bisa, pakai yang legal dulu. Kalau kepepet dan gak ada pilihan lain, ya kita tahu sendiri harus ke mana.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$DMND $ULTJ
Susu Saya Susu $ULTJ dan $DMND
Lanjutan dari diskusi sebelumnya di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
Kamu suka minum susu apa? Susu Ultramilk atau susu Diamond? Untuk bikin campuran kopi dan teh susu keduanya enak karena creamy meskipun kadang bikin bolak - balik ke toilet kalau minumnya berlebihan. Tapi pertanyaannya adalah meskipun susunya sama - sama enak, apakah laporan keuangannya keduanya juga enak? Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
PT Ultrajaya Milk Industry Tbk (ULTJ) dan PT Diamond Food Indonesia Tbk (DMND), kedua-duanya memang punya reputasi kuat di pasar susu, hampir semua orang Indonesia pernah minum susu keduanya. Secara aset dan skala bisnis, ULTJ masih unggul. Total asetnya mencapai Rp8,64 triliun, sementara DMND di Rp7,86 triliun. Begitu juga dengan ekuitas, ULTJ berada di level Rp7,79 triliun dan DMND di Rp6,25 triliun. Keduanya sama-sama mengalami kenaikan aset dan ekuitas dibanding akhir 2024, yang sekilas terlihat sehat.
Tapi jangan langsung percaya tampilan luar, karena begitu kita kulik lebih dalam, terlihat jelas ada tren penurunan profitabilitas di keduanya. DMND memang berhasil tumbuh dari sisi penjualan, naik 5,22% dari Rp2,43 triliun jadi Rp2,55 triliun. Tapi profitnya justru turun. Laba kotor menurun 2%, laba operasi anjlok 35%, dan laba bersih turun 18% ke Rp51,8 miliar. Margin pun makin tipis, dengan net profit margin hanya 2,03% dari sebelumnya 2,6%. Sedangkan ULTJ malah alami penurunan penjualan tipis 0,59%, tapi gross profit-nya naik 2,04% karena mereka berhasil tekan cost of goods sold. Sayangnya, laba operasi dan laba bersih mereka ikut turun sekitar 10% ke Rp445 miliar dan Rp366 miliar.
Jadi keduanya sama-sama lagi kena tekanan beban, DMND di sisi beban pokok dan distribusi, ULTJ di beban penjualan dan administrasi yang naik tajam masing-masing 30% dan 33%.
Tapi yang bikin investor harus benar-benar mikir ulang adalah arus kas. DMND, meski labanya turun, justru mencatat lonjakan arus kas dari operasi (CFO) dari Rp102 miliar ke Rp303 miliar. Mereka juga punya free cash flow (FCF) sebesar Rp202 miliar. Ini bukan sulap, tapi hasil dari manajemen modal kerja yang agresif, stok barang dipangkas, dan utang ke supplier dinaikkan dari Rp913 miliar ke Rp1,22 triliun. Artinya mereka pintar jaga cash meskipun laba menyusut. ULTJ justru sebaliknya. Mereka punya kas besar, bahkan Rp2,18 triliun, tapi CFO-nya anjlok jadi minus Rp84 miliar dan FCF jadi minus Rp165 miliar. Mereka kebanyakan bayar supplier, sementara piutang dan beban naik, dan utang dagang turun drastis. Ini bikin posisi kas mereka yang tadinya jadi kekuatan, malah mulai kelihatan rapuh dari sisi cashflow. Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx
Dari sisi model bisnis, DMND lebih variatif. Selain jualan produk makanan dan minuman, mereka juga punya unit usaha ritel, perdagangan non-food, bahkan platform digital. Penjualannya juga tidak bergantung ke satu pelanggan, dan lebih fokus ke domestik. ULTJ fokus banget di minuman UHT, dengan 99% pendapatan dari sektor itu. Tapi distribusi mereka sangat kuat dan menjangkau semua kanal, dari pasar tradisional, modern retail, sampai ekspor. Mereka juga punya peternakan sapi sendiri sebagai integrasi vertikal. ULTJ unggul dari efisiensi produksi, sementara DMND unggul dari sisi diversifikasi bisnis dan manajemen kas.
Dari transaksi pihak berelasi, DMND punya hubungan usaha dengan beberapa entitas seperti PT NHF Diamond Indonesia dan PT Nuansa Alam Abadi, sementara ULTJ punya hubungan dengan PT Menara Ultra dan joint venture seperti Kraft Ultrajaya.
Tentu semua investor berharap tren penurunan laba keduanya bisa dibalik. Untuk DMND, kuncinya di kontrol biaya produksi dan distribusi biar margin bisa naik. Untuk ULTJ, fokusnya harus ke efisiensi beban operasional, karena margin kotor mereka sebenarnya sudah bagus. Harapan kedua adalah cash flow. DMND sudah on track dari sisi cash flow, tinggal bagaimana menjaga keberlanjutan tanpa terlalu mengandalkan tunda bayar ke supplier. ULTJ harus cepat balik ke cash flow positif, karena terus bakar cash meski punya tabungan besar tetap saja bukan strategi berkelanjutan. Harapan lainnya, investor pasti ingin lihat pertumbuhan yang sehat dan tidak sekadar survive, apalagi keduanya punya fasilitas kredit bank yang masih longgar.
Tapi tentu, ada juga hal yang perlu diwaspadai. Untuk DMND, margin yang makin tipis dan turunnya laba per saham harus jadi sinyal peringatan. Kalau strategi efisiensi modal kerja ini gagal ditopang dengan perbaikan struktur biaya, mereka bisa kehabisan napas juga. Untuk ULTJ, kondisi cash flow yang negatif dan lonjakan beban operasional sangat mengkhawatirkan. Mereka terlihat kaya, tapi boros. Kalau ini tidak segera ditangani, investor bisa kehilangan kepercayaan meskipun ekuitas dan aset mereka besar. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Jadi DMND adalah contoh susu dengan profit yang tipis tapi efisien dalam menghasilkan cash. ULTJ adalah susu dengan margin besar dan skala besar, tapi sedang bocor dari dalam. Kedua susu ini punya kekuatan dan kelemahan. Investor tinggal pilih, mau ikut yang cash-nya sehat tapi profitnya tipis, atau yang marginnya tebal tapi lagi kesulitan mengelola arus kas. Dan seperti biasa, pilihan terbaik bukan soal siapa yang lebih besar, tapi siapa yang lebih siap memperbaiki kelemahannya sekarang sebelum semuanya terlambat. Nanti kita review juga susu $ICBP. Untuk lihat labanya lebih gede atau lebih kecil.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
1/8
Apakah Trading Limit di @Stockbit Tidak Menjebak?
Ini bukannya mau memuji Stockbit ya tapi hanya mau membahas fakta kalau di Stockbit itu, user interface UI/UX nya untuk penggunaan trading limit alias dana talangan alias beli saham pakai utang alias petir Zeus ⚡lebih jelas dan sangat intuitif.
User Stockbit diberikan pilihan kapan mau beli saham pakai trading limit dan kapan mau beli saham pakai kas saja tanpa trading limit.
Tidak ada istilah dipaksa pakai Margin atau Trading limit.
Kalau mau beli saham tidak pakai trading limit atau petir Zeus ⚡ maka di opsi Leverage pilih None.
Kalau mau beli saham pakai trading limit atas risiko sendiri maka pilih opsi Trading Limit
Dengan UI/UX begini, user Stockbit bisa menentukan sendiri apakah mau pakai trading limit atau tidak. User jadi tidak merasa dikelabui. Control is in your own hand.
Kalau cuma pengen nabung selot selot, pilih Leverage None.
Tapi kalau pengen kaya mendadak dengan risiko tinggi, gass all in pilih trading limit.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$ULTJ $CDIA $BBRI
Terima deviden dari $UNVR
Semoga EPS kedepannya semakin tinggi, kalau DPRnya yasudah, dipertahankan saja
Random tag: $ULTJ $TOWR
$ULTJ
Aduh, dikit lagi tutup kotak 1355 sd 1360.
Tapi, saya senang, akhirnya saya lihat ada kebahagiaan dan optimisme di stream ultj.
Bayangkan 2 minggu lalu, saat harga di 1300 atau 1285. Ada yang gelisah, cemas, amarah. Namun, semua itu sirna dalam 1 minggu terakhir ini.
congratz yagesya. bahagia selalu.
kebetulan dulu pantau, karena ada rekan grup yang minta pembahasannya. sudah cuan dia saat ini.
salam
disclaimer on , dyor
$IHSG
@Agunggum inga2 holder $ULTJ yang ga kuat lama harap sabar2 aja wkwk, terliat di insider pa sabana beli di sekitar harga 1300an lebih dikit atau kurang dikit, yang sabar2 aja buyback masih lama wkwk
$ULTJ 25 Jun 25
Shareholder : Sabana Prawira Widjaja
Type : Local
Bought : +3,056,900 (+0.03%)
Current : 5,497,425,300 (52.87%)
Previous : 5,494,368,400 (52.84%)
Mumpung libur, ada banyak waktu buat analisa saham, nah berikut pandangan saya tentang $ULTJ, setelah kemarin mencoba breakout, apakah akan lanjut naik atau tidak?
Berikut analisa saham ULTJ https://cutt.ly/grRJyUUI
$MYOR $CAMP
$ULTJ kini merambah segmen susu organik. Produk susu organik yang diluncurkan pada tahun 2024 ini, menurut gua susu nya enak (pernah nyoba). Langkah ini diambil manajemen sebagai respons terhadap tren gaya hidup sehat yang berkembang, dan gua pribadi melihatnya sebagai strategi yang positif.
Dibandingkan dengan kompetitornya$CMRY, Cimory emang lebih fokus pada pengembangan variasi rasa untuk produk susu UHT-nya, yang emang rasanya lebih banyak dari ULTJ. Namun, perlu dicatat bahwa rasio Price-to-Earnings (PE) ULTJ saat ini berada di angka 9x, yang merupakan titik terendah sepanjang sejarah perusahaan. Rata-rata PE ULTJ sendiri adalah 15x. (bukan ajakan jual beli).
@Agunggum bertahun tahun $ULTJ menekuni bisnis idealisme susu adalah susu murni
bandingkan dengan $CMRY yang sukses menyesuaikan masyarakat yang memang lebih suka dibodohi dengan air & syrup
alhasil cuan dan mengambil pasar hanya soal waktu
Setuju mas bro klo dari sisi inovasi produk $CMRY lebih best dari $ULTJ, tapi mungkin perlu waktu juga untuk mengambil pangsa pasar ULTJ sebagai market leader di industri ini
$ULTJ story nya manajemen menua, organisasi tradisional, penerus masih dikekang.
nunggu regenerasi tapi entah nanti style nya berubah nggak
kalau nggak berubah, ya drop, karena keunggulan founder hilang sedangkan kreativitas dan inovasi nggak maju juga
sekian kritik nya
-mario super puguh, kritikus $IHSG , prefer $CMRY