Volume
Avg volume
PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk merupakan perusahaan yang bergerak dalam industri asuransi umum. Kegiatan usaha Perusahaan terbagi kepada tiga segmen. Segmen Asuransi Umum bergerak dalam bisnis asuransi umum, terutamanya sektor minyak, gas dan energi. Segmen Sewa dan Bisnis Terkait bergerak dalam bisnis penyewaan ruang kantor dan kendaraan. Segmen Bisnis Lainnya bergerak dalam bisnis investasi. TPI memberikan layanan asuransi kepada mitra kerja PT Pertamina (LC), anak perusahaannya, serta pemegang kontrak kerjasama minyak dan gas (KKKS).
📈 Ekuitas TUGU naik 2,24% jadi Rp 10,51 triliun di akhir 2024
🔍 Tidak ada penurunan sepanjang tahun, kata Direktur Keuangan Emil Hakim
📊 Target 2025 fokus pada pertumbuhan berkelanjutan📈 Tugu Insurance Naikkan Ekuitas ke Rp 10,51 Triliun
Total ekuitas TUGU per Desember 2024 capai Rp 10,51 T, naik 2,24% dari tahun sebelumnya 💹
Tidak ada penurunan ekuitas selama 2024, menunjukkan stabilitas keuangan 🧾
Target tahunan: pertumbuhan berkelanjutan lewat peningkatan laba bersih 📊
2025 fokus pada efisiensi operasional, digitalisasi, dan perluasan distribusi digital 📱
Penguatan kerja sama strategis di sektor unggulan jadi andalan pertumbuhan 🤝
👉 Cek berita lengkapnya di tautan berikut: https://cutt.ly/6rdw7AF0 lewat peningkatan laba
🔧 Strategi efisiensi & optimalisasi mitra bisnis akan diterapkan
💡 Fokus digitalisasi penuh: dari pembelian polis hingga layanan klaim
🚀 Tugu Insurance siap perluas pasar dan perkuat posisi nasional
📎 Sumber: https://cutt.ly/Xrdw7AJ5
$TUGU $PNIN $LIFE
PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (Tugu Insurance) mencatatkan kinerja positif terkait ekuitas atau permodalan per akhir 2024. Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan di situs resmi perusahaan, Tugu Insurance tercatat memiliki total ekuitas senilai Rp 10,51 triliun per akhir 2024. Nila...
kontan.co.id
$TUGU: Asuransi Apa Yang $CUAN?
Lanjutan dari postingan sebelumnya tentang TUGU yang sudah saya bahas di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
Kalau kamu baca laporan keuangan TUGU 2024 dan cuma lihat klaim bruto turun 3%, mungkin kamu bakal bilang, “Wah, mantap! Klaimnya berkurang, nih.” Tapi tunggu dulu, jangan terlalu semangat. Karena begitu kamu bongkar isinya, kamu bakal nemuin kenyataan yang agak pahit—klaim yang mereka tanggung sendiri justru naik. Jadi kalau kamu pikir ini kabar baik, ya… selamat datang di dunia akuntansi asuransi, tempat segala sesuatu bisa terlihat sehat dari luar, tapi dalamnya lagi ngos-ngosan. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Jadi begini: total klaim bruto turun tipis dari Rp2,785T ke Rp2,690T, dan itu kelihatan kayak perbaikan. Tapi ternyata klaim neto alias yang benar-benar ditanggung TUGU malah naik dari Rp2,29T ke Rp2,53T, alias naik +11%. Loh, kok bisa gitu? Jawabannya sederhana: reasuransi makin pelit. Tahun lalu TUGU bisa lempar 49% klaim ke reasuradur (Rp1,36T dari Rp2,78T), tapi tahun ini cuma dapet 33% kompensasi (Rp885M dari Rp2,69T). Jadi, kalau dulu mereka punya “teman” buat bantuin bayar, sekarang teman itu mulai pura-pura sibuk. Makanya, meskipun klaim total turun, cashflow mereka tetap megap-megap karena harus keluarin duit lebih banyak.
Dan di sinilah tragedi bermula. Pas kamu bongkar per segmen, kelihatan jelas luka-lukanya. Misalnya segmen “lainnya”—ini beneran ajaib. Premi yang dikantongi Rp477 miliar, tapi klaim neto yang dibayar Rp707 miliar. Artinya, dari tiap seribu yang masuk, TUGU harus bayar seribu lima ratus. Rasio klaim netonya 148%. Ini bukan bisnis, ini donasi. Bahkan lebih rugi dari bakar duit di startup logistik.
Lanjut ke segmen onshore yang juga gak kalah menyakitkan. Premi Rp181 miliar, klaim neto Rp136 miliar, alias rasio klaim 75%. Dan yang bikin lebih pedih: klaim brutonya cuma Rp36 miliar. Jadi sisanya muncul dari cadangan klaim masa lalu atau estimasi IBNR yang mendadak meledak. Gak heran, aset reasuransi mereka naik Rp951 miliar tapi manfaat riilnya nggak terasa. Ibarat nabung buat hari hujan, tapi pas hujan datang, tabungannya gak bisa dicairin.
Kita belum bahas segmen offshore dan penerbangan. Offshore sih, cukup stabil kalau kita bicara angka kasar: premi Rp180M, klaim neto Rp106M—rasio 59%. Tapi kalau lihat trend-nya, ini segmen yang dulunya profitable sekarang mulai gigit margin. Penerbangan lebih parah: premi Rp50M, klaim neto Rp32M, rasio klaim 63%. Mungkin TUGU harusnya fokus asuransi drone aja, bukan pesawat. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Sekarang, ada gak segmen yang masih waras? Syukurlah, ada. Rekayasa, kebakaran, dan pengangkutan tampil sebagai pahlawan diam-diam. Rekayasa cuma punya rasio klaim neto 44.8%, kebakaran 54.8%, dan pengangkutan 50.7%. Ini segmen yang layak dibela, bahkan dinaikin budget promosinya. Setiap seribu yang dikumpulin dari pelanggan, cuma Rp500 yang dipakai buat bayar klaim—sisanya bisa disimpan, diinvestasikan, atau ya… dibagiin dividen.
Tapi lucunya, di segmen rekayasa dan onshore, nilai reasuransi kadang lebih besar dari klaim brutonya. Di rekayasa, misalnya, klaim bruto Rp196M tapi reasuransi diakui Rp1,18T. Wow. Bukan cuma over-covered, ini kayak dapet cashback dari banjir. Bisa jadi karena ini efek akuntansi dari cadangan klaim tahunan atau polis yang bersifat multiyear. Tapi tetep aja bikin orang mikir: kok rasanya kayak menang lotre, tapi duitnya gak kelihatan di cash flow?
Di sisi lain, pembayaran kas ke tertanggung, reasuradur, pemasok, dan karyawan melonjak dari Rp7,30T ke Rp9,09T. Dan ini salah satu penyebab kenapa arus kas operasional TUGU anjlok dari Rp2,13T ke Rp410M, padahal loss ratio-nya turun. Gak aneh kalau margin cash flow mereka jeblok. Tahun lalu CFO Margin 69.2%, sekarang tinggal 10.9%. Dan Free Cash Flow Margin? Dari 67.6% jadi 9.5%. Ini bukan pelemahan biasa, ini udah level dibanting.
Jadi kesimpulannya? TUGU kelihatan sehat secara headline: premi tumbuh, loss ratio turun, underwriting profit naik. Tapi begitu kamu kulik lebih dalam, banyak luka dalam yang harus cepat dijahit. Segmen tertentu seperti “lainnya”, onshore, offshore, dan penerbangan bukan cuma gak ngasih untung, tapi secara aktif ngurangin profit. Dan parahnya, bantuan dari reasuransi juga makin minim, jadi TUGU harus bayar lebih banyak dari kocek sendiri.
Kalau dibiarkan terus, bisa-bisa segmen yang untung selama ini dipakai buat subsidiin segmen rugi. Dan itu bahaya. Karena sekuat-kuatnya core bisnis, kalau kamu terus dipaksa nutup lubang bocor yang gak ditambal, suatu saat kamu sendiri yang tenggelam. Jadi mau gak mau, TUGU harus mulai seleksi: mana segmen yang layak dipertahankan, dan mana yang harus dibatasi atau bahkan ditinggalkan. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Karena di akhir hari, ini bukan soal klaim turun atau naik. Ini soal siapa yang nanggung, berapa banyak, dan kenapa itu terus kejadian di lini yang sama. Kalau gak segera dibenahi, ya tinggal nunggu waktu sebelum margin mereka beneran habis dibakar dari dalam.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
1/10
$TUGU Anak Pertamina: Apakah Ada Laba Oplosan Seperti Pertamax?
Lanjutan dari postingan sebelumnya tentang TUGU yang sudah saya sampaikan di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
Kalau kita ngomongin semua sisi negatif TUGU, ya harus jujur-jujuran aja. Di tengah semua narasi soal “core bisnisnya makin kuat” dan “valuasinya kelewat murah,” tetap aja ada hal-hal yang bikin wajah laporan keuangan 2024 ini kelihatan kusut. Dan bukan cuma satu atau dua hal—ada belasan titik rawan yang perlu diperhatikan, apalagi buat investor yang gak cuma cari cerita manis tapi juga waspada sama jebakan di balik angka-angka. Upgrade skill Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Pertama-tama, laba bersih TUGU jeblok parah, turun 42.3% dari Rp1.30 triliun ke Rp750 miliar. Ini bukan koreksi ringan. Ini tajam. Dan meskipun kita tahu penyebabnya banyak yang sifatnya satu kali, tetap saja secara headline, ini bikin persepsi pasar negatif dan bikin harga saham jadi enggan bangkit.
Turunnya laba ini salah satunya disebabkan oleh pendapatan lain-lain yang anjlok dari Rp1.05 triliun ke cuma Rp106 miliar. Tahun 2023 itu penuh “bonus”—mereka menang perkara litigasi lawan Citibank Hong Kong, yang nyumbang Rp84 miliar ke laba, plus ada “laba lainnya” Rp981 miliar yang kemungkinan besar datang dari revaluasi aset atau untung one-off dari investasi. Tahun ini? Ya, sisa-sisa litigasi doang, cuma Rp44 miliar, dan laba lainnya tinggal Rp46 miliar. Hilang hampir satu triliun langsung dari pos itu saja.
Belum cukup? Pendapatan investasi mereka juga kena hantam. Reputasi TUGU sebagai investor konservatif gak cukup menyelamatkan tahun ini. Reksadana yang tahun lalu untung Rp37 miliar, sekarang malah rugi Rp37,9 miliar. Properti investasi juga dari untung Rp24,7 miliar tahun lalu jadi rugi Rp25,3 miliar. Belum lagi dividen saham turun dari Rp39,9 miliar ke Rp17,3 miliar. Ini semua bikin total pendapatan investasi anjlok 24% ke Rp440 miliar. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Saham-saham yang mereka pegang juga banyak yang nyungsep. $SMRA rugi Rp3,04 miliar, ASII Rp2,02 miliar, $BSDE Rp1,12 miliar, CTRA hampir Rp1 miliar. Total nilai wajar saham yang anjlok mencapai Rp8,9 miliar. Setelah ditutup-tutupi sedikit sama gain dari BBCA, INDF, UNTR, dan ICBP, total net unrealized loss-nya masih tetap minus Rp5,63 miliar. Memang belum direalisasi, tapi tetap potong angka laba.
Yang juga gak bisa diabaikan adalah penurunan tajam arus kas operasional dari Rp2,13 triliun ke Rp410 miliar. Banyak yang panik lihat angka ini, padahal penyebabnya sebagian besar karena 2023 ada kas masuk Rp1,11 triliun dari litigasi, yang tahun ini gak ada lagi. Selain itu, pembayaran kas ke tertanggung, reasuradur, pemasok, dan karyawan naik Rp1,05 triliun. Arus kas masih positif, tapi margin-nya jadi tipis.
Kemudian, kita lihat juga bahwa cadangan klaim IBNR naik hampir dua kali lipat, dari Rp216 miliar ke Rp423 miliar. Ini memang langkah konservatif dan bisa dibilang sehat secara manajemen risiko. Tapi tetap saja, efeknya langsung ke bawah—laba bersih makin kecil.
Lalu kalau kita masuk ke bisnis non-asuransi, jujur aja ini jadi beban. Segmen luar negeri malah nyumbang revenue negatif Rp8 miliar. Segmen offshore? Margin -189%. Kapal? Margin -35%. Alih-alih menyumbang laba, segmen-segmen ini malah jadi sumber rugi. Artinya, upaya diversifikasi yang mereka lakukan selama ini belum bisa bawa kontribusi nyata, malah masih bikin luka di laporan keuangan.
Tambahan lagi, mereka masih nyimpen dua MTN default dari era purbakala: SNP Finance dan Sunprima, masing-masing Rp50 miliar. Udah dicadangkan sih, tapi tetap jadi catatan masa lalu yang belum bisa benar-benar dibersihkan. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Dan terakhir, meskipun TUGU ini luar biasa disiplin secara fundamental, tetap aja pasar belum melirik. Valuasi yang kelewat murah—PBV 0.33x dan PER 4.6x—bisa jadi bukan cuma soal undervalued, tapi juga sinyal pasar belum percaya. Sentimen lemah, likuiditas tipis, dan investor yang gak sabaran bisa bikin saham ini stuck terlalu lama, bahkan ketika kondisi bisnisnya udah membaik.
Jadi ya, meskipun TUGU punya banyak sisi positif, sisi gelapnya juga gak bisa dianggap remeh. Tapi penting juga disadari: hampir semua kelemahan ini bersumber dari faktor non-operasional, efek pasar, dan rugi satu kali. Core bisnis mereka justru makin sehat, efisien, dan stabil. Artinya, ini bukan perusahaan yang rusak—ini perusahaan yang kena musim jelek. Dan seperti biasa, kalau musimnya ganti dan pasar balik waras, saham-saham kayak TUGU biasanya yang lari paling kencang. Tapi sebelum itu, ya memang butuh sabar, dan butuh berani baca di luar headline. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
Seberapa Buruk $TUGU?
Request salah satu user Stockbit bukan di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
Kalau ada satu saham di sektor keuangan yang jadi korban ketidakwarasan pasar, itu jelas TUGU. Di atas kertas, perusahaan ini kelihatan sekarat: laba bersih anjlok 42.3%, dari Rp1.30 triliun di 2023 jadi Rp750 miliar di 2024. Tapi begitu kamu bongkar laporannya, kamu bakal sadar bahwa penurunan ini bukan karena bisnis mereka buruk, melainkan karena tahun 2023 terlalu “manja” oleh pendapatan yang sifatnya sekali doang, alias one-off. Tahun ini, mereka justru tampil apa adanya—dan justru lebih sehat. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Kita mulai dari yang bikin heboh: pendapatan lain-lain. Tahun 2023, pos ini menyumbang Rp1.05 triliun, sementara di 2024 anjlok jadi cuma Rp106 miliar. Apa isinya? Di 2023, mereka menang perkara litigasi lawan Citibank Hong Kong, dan dapet Rp84,4 miliar langsung masuk ke laba, plus “laba lainnya” sebesar Rp981,9 miliar, yang kemungkinan besar datang dari revaluasi properti dan keuntungan satu kali dari investasi. Tahun ini? Sisa-sisa litigasi doang, cuma Rp44,7 miliar yang bisa diakui. Laba lainnya juga susut ke Rp46 miliar. Jadi dalam satu langkah, laba langsung turun Rp948 miliar. Nah loh, siapa yang gak kelihatan “sekarat” kalau kehilangan satu triliun dari income gak berulang?
Tapi di balik angka turun itu, ternyata inti bisnis mereka—yaitu asuransi—justru makin kinclong. Premi bruto naik 16.3% jadi Rp6.91T, dan premi neto naik 22.1% jadi Rp3.76T. Ini bukti mereka tetap dipercaya nasabah dan makin agresif ekspansi. Lebih dari itu, mereka berhasil turunkan loss ratio dari 62.0% ke 54.5%, dan expense ratio dari 26.3% ke 20.2%. Gabungin dua rasio itu, combined ratio-nya tinggal 74.7%, jauh lebih efisien dibanding tahun lalu yang 88.3%. Hasilnya? Underwriting profit naik 70.1% ke Rp946 miliar. Inti bisnisnya makin tajam, makin disiplin, makin cuan.
Sayangnya, hasil investasi mereka lagi gak bersahabat. Reksadana rugi Rp37,9 miliar, properti investasi turun Rp25,3 miliar, dan dividen saham turun 57% dari Rp39,9 miliar ke Rp17,3 miliar. Ini tiga serangkai penyumbang stres. Saham-saham yang mereka pegang juga banyak yang ngambek: Summarecon rugi Rp3,04M, $ASII Rp2,02M, BSDE Rp1,12M, CTRA Rp999 juta. Total kerugian nilai wajar saham mencapai Rp8,9 miliar, net loss-nya setelah ditutupin sedikit sama gain $BBCA, INDF, UNTR, jadi Rp5,63 miliar. Semua ini sifatnya belum direalisasi, tapi tetap kena dampak ke laba. Saya yakin di LK Q1 2025 lebih buruk lagi floating Loss mereka di saham karena IHSG nyungsep. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Ada juga satu hal penting yang orang sering lupakan: arus kas operasional anjlok dari Rp2.13 triliun ke Rp410 miliar. Sekilas kelihatan ngeri. Tapi kalau lihat lebih jeli, ternyata 2023 dibantu suntikan one-off sebesar Rp1.11 triliun dari litigasi, yang di 2024 udah gak ada. Selain itu, pembayaran kas ke tertanggung dan pemasok naik signifikan dari Rp5.07T ke Rp6.12T. Jadi bukan karena bisnisnya seret, tapi karena tahun lalu kelebihan bonus dan tahun ini kembali ke kondisi normal.
Tambahan satu faktor lagi: cadangan klaim IBNR naik drastis, hampir dua kali lipat, dari Rp216 miliar ke Rp423 miliar. Ini bukan klaim nyata, tapi bentuk kehati-hatian manajemen buat jaga-jaga kalau ada klaim besar di masa depan. Ini keputusan konservatif yang sehat secara manajemen risiko, tapi ya tetap potong laba juga.
Segmen luar negeri juga belum kasih kontribusi berarti—malah negatif Rp8 miliar. Lini offshore dan kapal? Parah. Margin offshore -189%, kapal -35%. Tapi segmen besar seperti kebakaran, properti, dan rekayasa tetap untung dan menyumbang mayoritas premi, jadi kerusakan di sisi lain masih tertutup.
Tapi tunggu dulu. Solvabilitas mereka mewah: RBC 432%, jauh dari batas OJK yang cuma 120%. Mereka gak punya utang berbunga, gak pernah rights issue sejak IPO, dan gak merengek cari modal. Bahkan, di tengah penurunan laba, mereka tetap naikkan dividen 91% dari Rp229 miliar ke Rp438 miliar. Gak banyak perusahaan yang bisa segagah ini. Dan jangan lupa, kas mereka Rp1.58 triliun, yang artinya hampir separuh dari market cap-nya (Rp3.45T) adalah uang tunai. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Valuasinya? PER 4.6x, PBV 0.33x. Ini valuasi perusahaan nyaris bangkrut. Padahal TUGU justru sehat, efisien, dan disiplin. Mereka juga udah siap masuk era baru PSAK 117 (IFRS 17), standar kontrak asuransi global yang bakal berlaku 2025. Semua sistem dan transisi udah dijalanin.
Tahun 2023 itu “gemuk” karena bonus litigasi dan revaluasi. Tahun 2024 ini “kurus”, tapi isinya otot semua. Kalau kamu cuma lihat laba bersih, kamu bakal kabur. Tapi kalau kamu lihat dalem-dalem, kamu bakal sadar: TUGU ini bukan saham yang sakit—ini saham sehat, undervalued berat, dan lagi nunggu dunia sadar. Dan seperti biasa, yang sadar duluan biasanya yang dapat cuan duluan. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
1/10
$TUGU Just sharing. Yang mau liat ekspektasi manajemen tahun ini, premi naik tapi mereka konservatif di combined rationya, jadi laba turun (Gbr. 1). Kalau combined ratio bisa kurang lebih sama kaya tahun ini, harusnya laba tetap bisa naik (Gbr. 2). Met lebaran semuanya 🙏
1/2
@kr13l Bila menggunakan DCF berikut adalah perhitungan nilai $TUGU di masa mendatang:
Below is a concise financial analysis summary for Tugu Insurance (TUGU) based on its 2024 annual financial statements and how the key figures feed into a DCF valuation:
Overview of 2024 Financial Performance
Revenue & Earnings:
– The company generated substantial revenue from insurance premiums, with the 2024 report indicating premium income of approximately IDR 8.54 trillion (in thousands).
– Profitability from continuing operations was reported at around IDR 750 billion, although the 2023 period featured a large one‑off litigation gain (approximately IDR 940 billion) that has been excluded in normalized DCF analyses.
Asset & Equity Base:
– Total assets stood at roughly IDR 26.35 trillion, while total liabilities were approximately IDR 15.84 trillion.
– Total equity attributable to the parent was about IDR 9.77 trillion.
– These figures illustrate a sizable asset base with moderate leverage.
Cash & Liquidity:
– Cash and cash equivalents were reported at around IDR 358 billion.
– While a simple “cash minus debt” approach (using external debt estimates of roughly IDR 475 billion) might yield a modest net debt, some adjusted models incorporate additional cash balances—resulting in a strong negative net debt (i.e. cash surplus) that significantly boosts the equity value in DCF models.
Operating Cash Flow:
– The statement of cash flows shows operating cash flow of approximately IDR 414 billion.
– After deducting capital expenditures (around IDR 185 billion), a preliminary FCFF (Free Cash Flow to the Firm) is estimated in the vicinity of IDR 229 billion for 2024.
– For normalized DCF analyses, prior periods (e.g., 2023) are adjusted to remove non‑recurring items and to capture underlying earning power. For example, one model uses an adjusted base FCFF of about IDR 1,760 billion (with a multiplier applied to normalized net income) as the starting point.
DCF Valuation Inputs and Results
Using the normalized inputs—excluding the 2023 one‑off litigation gain—and assuming:
FCFF Growth: 8% per annum for the next 5 years, then a terminal growth rate of 3%.
Shares Outstanding: 3.56 billion.
Net Debt Adjustment: A strongly negative net debt (reflecting a large cash surplus) of approximately –7,354.6 billion IDR is assumed in one scenario.
Tax Rate: 22%.
Two scenarios were modeled based on beta assumptions:
Low‑Beta Scenario (Beta = 0.18):
– Using a cost of equity of about 7.99% and a WACC of roughly 7.86%, the projected FCFF stream (starting with an adjusted base FCFF of 1,760 billion IDR) grows to yield a total enterprise value of about 46,378 billion IDR.
– After adding the (negative) net debt, the resulting equity value translates to an estimated fair value of approximately 15,093 IDR per share.
Mid‑Beta Scenario (Beta = 0.8):
– With a higher cost of equity (11.4%) and a WACC near 11.0%, the lower discounting results in an enterprise value of about 27,855 billion IDR, and a corresponding fair value of roughly 9,888 IDR per share after net debt adjustments.
A sensitivity analysis further demonstrates that changes in WACC and terminal growth can materially impact the per‑share valuation, with a broad range emerging from different assumptions.
Conclusion
Based on the 2024 financial statements and the refined DCF model:
Tugu Insurance appears significantly undervalued.
Under the low‑beta assumption, the model suggests an intrinsic value of roughly 15,093 IDR per share, while the mid‑beta scenario yields about 9,888 IDR per share.
Both estimates are markedly higher than the current market price (around 1,000 IDR per share), implying a potential upside of between 890% and 1,409%.
Key Drivers:
A strong normalized operating performance once non‑recurring items are removed.
A robust asset base and favorable cash/liquidity position that result in negative net debt.
$TUGU salah satu emiten asuransi umum yang paling undervalue. Saham ini terus turun setelah laporan keuangan YoY yang turun dibandingkan 2023. Padahal 2023Q1 terjadi lonjakan peningkatan laba yang hanya terjadi sesaat dan hanya kali itu saja, sperti yg telah dijelaskan oleh Dirut TUGU. Namun pasar menilai sebaliknya.
Sejatinya laba $TUGU terus meningkat dari tahun ke tahun, apalagi emiten ini rajin membagikan dividen, yang diperkirakan untuk tahun 2025 ini akan membagikan -/+ 100 - 120 an rupiah per lembar sahamnya, atau yield 13% dgn hrg saham saat ini.
book Value per Share $TUGU di Rp 2.955 artinya dengan harga saat ini PBV TUGU 0,33x ini murah banget
@pedjuangcuan smg bs lebih tinggi, krn semua bumn kasih dpr yg lebih tinggi dari biasanya tahun ini. semoga dps nya bs 100-an deh, biar minimal 10%. mandiri aja bs 10% dy-nya. harusnya $TUGU bisa di atas 100 deh dividennya. 🤣 begitu jg $ELSA
ini laba $TUGU Rp 750 miliar kalau dividen payout 40% artinya dapat Rp 300 miliar. Dividen per saham Rp 84 kalau pake harga sekarang yield 8,6% termasuk tinggi lebih tinggi dari high div yield
📊 BCA Life Terapkan Strategi Baru Kendalikan Klaim Asuransi / NGAKALIN
PT Asuransi Jiwa BCA (BCA Life) menerapkan strategi underwriting ketat & kampanye hidup sehat untuk menekan klaim asuransi kesehatan di 2025.
Seleksi nasabah & kemitraan dengan penyedia layanan kesehatan jadi kunci. Hasilnya? Klaim turun 19,44% pada 2024!
Pendapatan premi tetap tumbuh Rp 521,9 miliar. 🔥
📍 Selengkapnya:
🔗 https://cutt.ly/yrpZuAXJ
$BBCA $TUGU $CFIN
Saham2 Indonesia lagi diskon gila2an! Danantara bisa beli di harga bagus. Perlu dividen GEDE tapinya, supaya punya modal buat belanja saham. 🤣 $BMRI BBNI BBRI udah naek semua itu dividennya. BMRI bs 446/saham sih gila itu dividennya. 🤩
Ayo ayo cari lagi yang bisa kasih dividen gede. $ELSA tahun ini pasti rekor dividennya. Semoga DPR-nya ditingkatkan setinggi2nya dan dalam tempo secepat2nya. 🤣 $TUGU juga. Super duper murah ini! Ayo ayo DPR ditingkatkan juga. Bisa dapat dividend yield 10% dari ELSA TUGU kan super sekali itu.
Apalagi apalagi??? Yg harga sahamnya juga belom naek banyak. Biar cuan ganda. Capital dan dapet dividen buat modal belanja lagi nanti. 👊
TUGU - PT. Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk Rp 960 +20 (+2,00%) Info Selengkapnya! JAKARTA – Tiga direksi PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (TUGU) mengakumulasi saham perusahaan di tengah penurunan harga saham. Dudi Subekti, Corporate Secretary TUGU, mengatakan bahwa Tatang Nurhida...
idnfinancials.com
. Penurunan harga saham membuat direksi PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (TUGU) mengakumulasi saham. Berdasarkan keterbukaan informasi di BEI, ada tiga direksi yang membeli saham TUGU. Pertama, ada Ery Widiatmoko yang saat ini menjabat sebagai Direktur Pemasaran TUGU. Edi membeli 353.100 s...
kontan.co.id