Volume
Avg volume
PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk merupakan perusahaan yang bergerak dalam industri asuransi umum. Kegiatan usaha Perusahaan terbagi kepada tiga segmen. Segmen Asuransi Umum bergerak dalam bisnis asuransi umum, terutamanya sektor minyak, gas dan energi. Segmen Sewa dan Bisnis Terkait bergerak dalam bisnis penyewaan ruang kantor dan kendaraan. Segmen Bisnis Lainnya bergerak dalam bisnis investasi. TPI memberikan layanan asuransi kepada mitra kerja PT Pertamina (LC), anak perusahaannya, serta pemegang kontrak kerjasama minyak dan gas (KKKS).
"Selasa, 23 September 2025
$TUGU || RR = 1 : 2
Disclaimer On & Do Your Own Research
Lot.Beli = (-TargetLossRp) / { [SL x (1 - fj) ] - [E x (1 + fb) ] x 100}"
Tidak perlu takut untuk average up, jika memang secara prospek bisnis masih baik.
Conviction itu dibangun dari pengalaman. Bukanlah orang yang paling tahu, hanya sekadar ingin berbagi insight dari masa lalu.
RUPS Tahunan $BNLI 3 April 2024 menjadi awal dari proses membangun keyakinan. Progress refloating minimal 7,5% sudah berjalan dengan deadline Oktober 2024.
Laba bersih masih tumbuh konsisten. Hal itulah yang membuat yakin untuk beli dan tambah beli.
Random tag: $TUGU $PJAA
1/2
$TUGU Isu lama sejak jaman kuda gigit besi š“ mau lebur prusahan tidak semudah membalokkan tangan š apalagi plat merah, tunggu sampe tetek belum tentu terlaksana š
$TUGU
wah gerak nih saham keong,, jadi ingat dulu dia naik kencang 2022 , Ara² kimochi. jika benar tugu jadi induk cukup menarik .for long time bonus dividen rasa ORIš.
Dc on
$PGEO $ELSA
$TUGU Wih, Tiba2 Notif 2 TP ke RS2 kena!!! š§
Mantap!
Kerjaan Bandar pasti nih, tiba2 deretan 9k & 10k Baris Kiri!
$TUGU
https://cutt.ly/rrB93rxa
Surviving entity!!
$TUGU akankah tugu mengulang kisah sukses merger $BRIS semoga aja karena ini beneran perusahaan bagus dan untung bukan perusahaan abal2 yang merugi terus yang d merger
Ketika SPBU Swasta Terpaksa Harus Impor BBM Lewat Pertamina
SPBU swasta tahun ini mendapat kuota impor BBM lebih besar 10% dari tahun lalu, tapi jatahnya langsung habis bahkan sudah dipakai 110%. Permintaan tambahan diperkirakan mencapai 1,4 juta KL hingga akhir tahun, menunjukkan konsumen lebih banyak mengisi di SPBU swasta. Sementara itu, Pertamina Patra Niaga masih menyimpan sisa kuota impor sekitar 7,52 juta KL yang justru belum dimanfaatkan penuh. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Kondisi ini menegaskan bahwa masyarakat lebih memilih SPBU swasta karena faktor mutu, layanan, dan kenyamanan. Namun, alih-alih menambah kuota swasta, pemerintah justru memaksa mereka membeli base fuel dari Pertamina. Secara bisnis ini ironis, karena data jelas memperlihatkan SPBU swasta lebih laris, sementara Pertamina perlu introspeksi mengapa demand di jaringannya tidak setinggi kompetitor.
Kalau bicara logika bisnis sederhana, demand yang lebih tinggi di SPBU swasta dibanding Pertamina itu sinyal keras yang mestinya bikin kening berkerut. Kondisi real market di pasar sedang bicara jujur bahwa orang lebih rela antre di Shell, BP, atau Vivo ketimbang mampir ke SPBU Pertamina. Ini bukan kebetulan, melainkan indikator kuat bahwa ada value yang lebih konsumen rasakan di sana. Pertanyaannya, kenapa bisa? Dan jawaban logisnya tentu bukan dengan memotong kuota impor swasta, melainkan dengan bercermin, berbenah, dan bersaing sehat.Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx
Seandainya pemerintah dan manajemen Pertamina berpikir dengan kepala dingin, mereka akan bertanya pada diri sendiri, kok bisa demand SPBU swasta lebih tinggi? Apakah karena kualitas BBM yang lebih stabil? Apakah karena layanan yang lebih cepat dan bersih? Atau karena pengalaman konsumen yang lebih nyaman? Dari jawaban itu, mestinya lahirlah introspeksi. Kalau kuota impor Pertamina masih tersisa tapi tidak terserap, berarti masalah bukan di volume, tapi di daya tarik. Konsumen tidak datang karena ingin, tapi karena terpaksa.
Kondisi seperti ini jelas membelok dari prinsip persaingan usaha. Pasar yang sehat adalah pasar yang memberi pilihan, lalu konsumen memilih yang terbaik menurut mereka. Kalau kompetitor justru dipotong jalannya sementara produk sendiri tidak diperbaiki, itu bukan lagi persaingan, melainkan pemaksaan. Konsumen jadi merasa terkunci, harus mengisi BBM di Pertamina bukan karena kualitas, tapi karena alternatifnya dipersempit. Itu ibarat sebuah warung yang melarang tetangganya berjualan, bukan karena masakannya enak, tapi karena takut pelanggan lari.
Seharusnya Pertamina dan pemerintah sadar diri. Kalau demand lebih tinggi di swasta, artinya ada sesuatu yang hilang di SPBU Pertamina. Mungkin soal mutu BBM yang konsistensinya diragukan, mungkin soal isu oplosan yang masih menempel di kepala publik, atau soal fasilitas dan layanan yang kurang ramah. Semua itu bisa diperbaiki kalau memang ada kemauan. Konsumen tidak butuh banyak teori, mereka hanya ingin mengisi bensin dengan tenang, merasa mesin awet, harga wajar, dan tidak ada drama.
Perbaikan mutu adalah kuncinya. Kurangi isu oplosan dengan pengawasan yang transparan, sertifikat analisis batch yang bisa dipindai QR di dispenser, dan uji acak yang dipublikasikan secara rutin. Beri jaminan bahwa BBM yang dijual benar-benar sesuai standar, bukan sekadar kata-kata. Publik lebih percaya data terbuka ketimbang pidato. Begitu rasa percaya kembali, demand ikut pulih tanpa harus membatasi kompetitor.
Selain mutu, layanan juga harus dibenahi. SPBU Pertamina sering kali jadi tempat yang fungsinya sebatas isi bensin. Padahal, konsumen menghargai detail kecil: toilet bersih, mushola yang layak, area terang, jalur antre yang jelas, hingga kasir non-tunai yang lancar. Semua ini membangun pengalaman yang membuat konsumen rela datang lagi. Kalau hal-hal kecil ini kalah dari swasta, jangan heran demand lari ke sana.Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Intinya, yang dibutuhkan bukan proteksi dengan membatasi impor swasta, tapi inovasi. Kalau memang kualitas BBM Pertamina lebih baik, kalau layanan SPBU lebih nyaman, konsumen pasti datang dengan sukarela. Tidak perlu dipaksa lewat aturan. Persaingan sehat mendorong semua pemain jadi lebih baik, dan ujung-ujungnya rakyat yang diuntungkan. Kalau sekarang justru dipersempit, konsumen hanya semakin curiga, semakin skeptis, dan semakin yakin bahwa pilihannya dicabut.
Pemerintah pun seharusnya paham, tugasnya bukan melindungi satu pemain, melainkan menjaga fairness. Kalau pasar melihat swasta lebih disukai, biarkan itu jadi dorongan bagi Pertamina untuk memperbaiki diri. Kalau malah dipaksa satu jalur, efek jangka panjangnya adalah rusaknya trust. Padahal, trust inilah bahan bakar yang paling mahal dalam bisnis energi. Begitu hilang, membangunnya kembali bisa lebih sulit daripada membangun kilang baru.
Kalau demand SPBU swasta lebih tinggi, jawabannya bukan dengan mematikan kompetitor, tapi dengan membuat SPBU Pertamina lebih menarik. Tingkatkan kualitas BBM, kurangi isu oplosan, rapikan layanan, dan bangun pengalaman yang membuat konsumen datang bukan karena terpaksa, melainkan karena memang ingin. Itulah cara sehat membangun pasar energi, bukan dengan membatasi pilihan masyarakat. šæ
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$AKRA $ELSA $TUGU
1/9
Polemik BBM untuk SPBU Swasta
Polemik kelangkaan BBM non-subsidi yang belakangan bikin gaduh sebenarnya terlihat seperti drama sinetron dengan plot twist yang mudah ditebak. Swasta sudah menguras jatah impor sampai 110%, Pertamina masih punya cadangan kuota 7,52 juta KL, dan tiba-tiba semua jalan diarahkan lewat satu pintu. Katanya sih bukan monopoli, cuma kolaborasi. Kalau kata orang warung, ini bukan dipaksa beli, tapi kebetulan cuma ada satu toko yang buka tengah malam. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Dari sudut pandang Pertamina, ini jackpot. Mereka tidak perlu pasang baliho besar untuk menunjukkan siapa raja pasokan BBM, karena pemerintah sendiri yang menegaskan posisinya. Volume mengalir, margin grosir masuk, dan skala pengadaan membuat biaya freight dan asuransi bisa ditekan. Kalau rugi? Ya pasti ada. Setiap kali ada isu oplosan atau mutu dipertanyakan, publik tidak akan nyari siapa yang melakukan blending, mereka akan langsung menuding ke lambang merah hijau itu.
Negara kelihatannya aman sentosa. PPN 11% bisa mengalir lagi, PBBKB daerah yang maksimal 10% juga ikut masuk, dan aktivitas ekonomi tidak terganggu karena antrean SPBU bisa dipangkas. Kalau dipikir-pikir, ini seperti dapat hadiah pajak tanpa harus bikin program baru. Tapi kalau harga BBM non-subsidi tiba-tiba naik karena tambahan biaya blending dan premium pemasok, daya beli rakyat bisa ambruk, dan pejabat akan sibuk lagi cari kambing hitam.Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx
Para pejabat yang duduk manis di kursi rapat jelas dapat panggung. Ada foto di Istana, ada konferensi pers, ada kesan sigap. Ini nilai tambah politik yang tidak kecil. Tapi konsekuensinya, kalau ada kenaikan harga atau mutu BBM diributkan, mereka akan diserang balik dengan tuduhan memelihara oligopoli energi. Tiba-tiba jadi tidak heroik lagi, tapi terlihat seperti makelar pasokan.
Rakyat Indonesia sebagai massa besar awalnya lega. Tidak perlu lagi antre panjang, motor dan mobil bisa jalan lagi, dan usaha kecil bisa bernafas. Pajak dari PPN dan PBBKB yang mereka bayar pun kembali mengisi kas negara dan daerah. Tapi pada saat yang sama, pilihan merek dan produk menyempit. Rakyat yang tadinya bisa membandingkan harga atau mutu sekarang harus legowo dengan opsi yang terbatas, sambil pura-pura percaya semua BBM punya kualitas sama.
SPBU swasta jadi pihak yang setengah senyum setengah nangis. Di satu sisi mereka bisa buka lagi 24 jam, lost sales terpangkas, dan risiko demurrage impor lenyap. Di sisi lain, mereka kini harus bergantung pada pesaing utama untuk pasokan, dengan margin yang bisa tergerus kalau premium, logistik, dan biaya surveyor lebih mahal dibanding impor mandiri. Jadi semacam bisnis waralaba yang dipaksa beli bahan baku dari pusat, mau tidak mau.Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx
Konsumen yang mencari BBM murah dan berkualitas sebenarnya diuntungkan karena stok kembali lancar. Dengan adanya joint surveyor, mutu dijanjikan lebih ketat. Namun, bayangan kasus oplosan masih membekas. Konsumen bisa jadi skeptis, bertanya-tanya apakah base fuel itu benar-benar murni atau hanya kata lain untuk ya sudah terima saja. Dan kalau harga ritel naik, janji murah tinggal sekadar jargon.
Rakyat yang tidak percaya dengan kualitas Pertamina sebenarnya adalah karakter paling tragis dalam cerita ini. Mereka sudah punya stigma negatif, sudah pernah dengar gosip oplosan, dan sekarang dipaksa beli karena tidak ada pilihan lain. Bagi mereka, setiap kali menyalakan mesin setelah isi bensin adalah momen cemas, bukan sekadar rutinitas. Bahkan kalau laboratorium sudah memastikan standar terpenuhi, pengalaman pribadi tetap lebih berkuasa daripada angka di laporan uji.
Di tengah semua ini, kepercayaan jadi mata uang paling mahal. Pertamina boleh saja mengundang joint surveyor, pemerintah boleh saja bicara soal spesifikasi RON dan sulfur, pejabat boleh saja tersenyum di podium, tapi tanpa transparansi nyata, publik tetap menggerutu. Lebih parah lagi, kalau ada satu-dua kasus mesin bermasalah setelah isi BBM, narasi BBM oplosan akan kembali meledak lebih cepat daripada bensin terbakar.Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Akhirnya, polemik ini menunjukkan pola klasik. Pertamina dan negara dapat banyak untung, pejabat bisa pamer kecepatan merespons, SPBU swasta kehilangan kemandirian, konsumen kehilangan pilihan, dan rakyat skeptis kehilangan kepercayaan. Semua pihak dapat sesuatu, tapi tidak semua pihak merasa bahagia. Ironisnya, BBM yang mestinya bikin mesin berjalan lancar justru membuat hubungan antaraktor di sektor energi terasa macet.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$AKRA $ELSA $TUGU
1/10
$TUGU
Tugu Insurance dinilai berpeluang menjadi surviving entity dalam konsolidasi anak usaha Pertamina karena kinerja keuangannya solid, memiliki pangsa pasar kuat, serta prospek bisnis yang masih positif.
$TUGU
good article
https://cutt.ly/srBDnd3x
š Conviction $TUGU ā Pergantian Komisaris, Strategi Baru Asuransi BUMN!
š Perusahaan
PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (TUGU) berdiri sejak 25 November 1981. Sebagai anak usaha Pertamina, TUGU berbisnis di bidang asuransi dengan fokus pada proteksi berbagai risiko, baik untuk korporasi maupun individu.
šÆļø Strategi & Fokus
Pada RUPSLB tanggal 17 September 2025, TUGU menyetujui perubahan susunan pengurus dengan memberhentikan Komisaris Samuel Lie dan menerima pengunduran diri salah satu komisaris lainnya. Meski ada perombakan manajemen, TUGU tetap optimis mencapai target kinerja, dengan strategi peningkatan inovasi produk, pengembangan layanan digital, dan memperluas jaringan distribusi demi memperkuat posisi di industri asuransi nasional.
š° Kinerja Keuangan
Revenue Q2/2025: Rp6,2 triliun (+181,8% YoY)
Net Income Q2/2025: Rp42,2 miliar (-18,5% YoY)
Lonjakan pendapatan menunjukkan ekspansi bisnis berjalan baik, meski profitabilitas menurun akibat tekanan biaya dan klaim.
šš» Broker Summary / Akumulasi Distribusi
Net Buyers: CC (Rp654,7 miliar), PD (Rp239,8 miliar), YP (Rp79,2 miliar)
Net Sellers: YU (Rp348,3 miliar), KZ (Rp264,0 miliar), SQ (Rp152,6 miliar)
Akumulasi masih dominan dari broker besar, memberi sinyal positif meski ada aksi jual menekan harga.
āš» Review
Pada 18 September 2025, TUGU ditutup di Rp965 (+1,04%), dengan volume turun 25% dibanding hari sebelumnya.
ā
Plus: Revenue melonjak signifikan, dukungan dari akumulasi broker besar, BUMN dengan basis bisnis solid.
ā ļøMinus: Net income masih tertekan, volume perdagangan melemah, perubahan manajemen bisa menimbulkan ketidakpastian jangka pendek.
š Support | Target | Resist
Support: Rp940
Target: Rp1.000
Resistance: Rp985
With Conviction We Trust
IDXChannelĀ - Saham PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk atau Tugu Insurance (TUGU) mulai menarik minat investor asing. Market cap TUGU saat ini mencapai Rp3,43 triliun.
Dalam riset Kiwoom Sekuritas Jumat (18/9/2025), nilai beli bersih investor asing atau net foreign buy (NFB) di saham emiten asur...
www.idxchannel.com
EmitenNews.com -Ā PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk. (TUGU), anak usaha PT Pertamina (Persero), mulai mencuri perhatian investor asing. Dalam sebulan terakhir, arus dana asing tercatat terus mengalir ke saham emiten asuransi ini.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), nilai beli bersih in...
www.emitennews.com
KABARBURSA.COM - PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (Tugu Insurance) menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada Rabu, 17 September 2025, di kantor pusat perseroan, Jakarta. Agenda rapat berfokus pada persetujuan perubahan susunan pengurus perusahaan.
Dalam forum tersebut, pemeg...
www.kabarbursa.com
Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten asuransi umum PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (TUGU) mengumumkan perubahan dewan komisarisnya, sebagaimana diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB), Rabu, (17/9/2025).
Pemegang saham emiten milik Pertamina ini menyetujui untuk memberhenti...
www.cnbcindonesia.com