Volume
Avg volume
PT Sarana Menara Nusantara Tbk merupakan perusahaan dengan fokus utamanya berinvestasi pada perusahaan-perusahaan yang memiliki spesialisasi dalam kepemilikan dan pengoperasian lokasi-lokasi menara untuk disewakan kepada perusahaan komunikasi nirkabel. Sampai saat ini, investasi utama PT Sarana Menara Nusantara Tbk adalah kepemilikan 99,999% atas saham yang beredar dari PT Profesional Telekomunikasi Indonesia (Protelindo). Protelindo beroperasi secara independen dari operator komunikasi nirkabel dan memiliki pelanggan yang beragam yang mencakup semua perusahaan besar komunikasi nirkabel di Indonesia termasuk Telkomsel, XL Axiata... Read More
Buy $DATA hari ini
Untuk menjadi kaya 8 tahun kemudian.
Bukan untuk ritel yg ingin beli langsung jadi kaya raya.
Gak perlu percaya tulisan ini, percayalah pada kinerja 8 tahun kedepan.
Thx me later.
$BBCA $TOWR
Banyak ritel mulai menyerah di $DATA
Cita cita ingin kaya dari saham, disuruh sabar kok gak mau..
Ckckck
Yasudah biarlah…
Percaya perjalanan dengan Djarum.. dongengnya nanti nanti aja
$BBCA $TOWR
$INET LK Q1 2025: Subsea Marine?
Request salah satu user Stockbit member External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
INET (PT Sinergi Inti Andalan Prima Tbk) adalah perusahaan internet wholesale yang sedang menulis bab pertamanya di industri infrastruktur digital Indonesia. Berdiri tahun 2017, INET mengawali debut publiknya melalui IPO pada Juli 2023 di harga 101 rupiah per saham, sekaligus menerbitkan Waran Seri I dengan harga tebus 91 rupiah. Tapi meskipun sudah mencatatkan diri di Bursa, kendali perusahaan masih di tangan satu entitas yaitu PT Abadi Kreasi Unggul Nusantara (69,1%), dengan Adhie M. Marsadi sebagai ultimate pengendali. Dengan struktur kepemilikan seperti ini, publik memang bisa ikut numpang di kereta, tapi arah kemudinya tetap dipegang satu tangan. Masuk Bursa bagi INET bukan soal membuka ruang demokrasi ekonomi, tapi jalan masuk modal segar untuk ekspansi. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Secara model bisnis, INET mengambil posisi sebagai penyedia konektivitas dan jaringan untuk ISP lain (wholesale), bukan sebagai penyedia langsung ke rumah tangga. Di hulu, mereka membeli bandwidth dan menyewa jaringan dari vendor seperti Integrasi Jaringan Ekosistem, Sentral Komunikasi Semesta, LinkNet, dan lainnya. Lima vendor terbesar menyumbang 51% dari total utang usaha mereka. Lalu di tengah, mereka mengelola backbone dan menyewakan kapasitas itu kepada ISP pihak ketiga. Di hilir, mereka juga menjalankan proyek pembangunan jaringan, termasuk proyek FTTH (Fiber To The Home).
Tapi yang perlu digarisbawahi adalah sebagian besar jaringan bukan milik sendiri. Mereka menyewa jaringan serat optik sepanjang 2.800 km dari PT Gemilang Lintang Nusantara (GLN) dengan deposit Rp 29,49 miliar yang masih parkir di aset non-lancar, belum balik modal. Bahkan, uang muka pembangunan jaringan tambahan sebesar Rp 46,01 miliar juga belum dikonversi menjadi aset tetap. Dengan kata lain, sebagian besar struktur kabel dan jaringan saat ini masih dalam tahap tanam modal, belum petik hasil. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Dari sisi produk dan ekspansi, memang ada beberapa narasi yang terdengar ambisius yaitu mereka menyebut akan masuk ke subsea cable, mengembangkan segmen data center, mendukung konektivitas pemerintah, dan menjadi kontraktor besar untuk homepass FTTH. Tapi saat ini, tidak ada satu pun dari rencana itu yang sudah berdampak ke laporan keuangan.
Kabel bawah laut belum muncul sebagai aset tetap, tidak ada pendapatan dari data center, dan proyek pemerintah belum menghasilkan kontrak konkret. Bahkan kontrak sewa Gedung Cyber, yang notabene jantungnya aktivitas data center di Jakarta, dibatalkan pada 2024. Artinya, wacana ekspansi digital yang megah itu, sementara ini, baru hidup di narasi manajemen, belum terlihat dalam angka. Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx
Pendapatan kuartal I-2025 sebesar Rp 12,10 miliar, naik 57% YoY. Jawa menyumbang Rp 10,89 miliar (90%) dan Bali Rp 1,21 miliar (10%). Tapi margin jadi pembeda mencolok yakni margin kotor Jawa 41% dan net margin 13%, sedangkan Bali mencatat gross = net = 55%. Tampaknya manis, tapi begitu kita buka struktur segmen, terlihat bahwa semua beban usaha, beban keuangan, dan bahkan seluruh aset ditempelkan ke segmen Jawa. Sementara Bali hanya menjadi penampung omzet tanpa beban. Tidak ada aset, tidak ada utang, bahkan tidak ada kas tercatat di Bali. Ini membuat margin Bali terlihat luar biasa tinggi, padahal itu lebih karena tidak dialokasikannya biaya ke sana. PSAK 5 sebenarnya mengharuskan adanya pengungkapan struktur alokasi biaya dan aset antar segmen, tapi dalam laporan ini tidak ditemukan penjelasan metode tersebut. Jadi, analisis per segmen ini sangat rentan bias dan harus dibaca dengan hati-hati.
Dari sisi cashflow, situasinya tidak semanis margin. Arus kas dari operasi hanya Rp 1,24 miliar, sedangkan capex kas Rp 4,69 miliar. Ini membuat free cash flow negatif –Rp 3,45 miliar. Namun, kas perusahaan justru naik ke Rp 73,71 miliar. Bukan dari bisnis inti, tapi dari exercise waran yang menyumbang Rp 17,26 miliar. Jadi, likuiditas yang terlihat sehat itu bukan hasil usaha, melainkan hasil suntikan investor. Tanpa waran, posisi kas akan merosot.
Yang lebih mengkhawatirkan adalah piutang usaha naik 136% (ke Rp 11,37 miliar), padahal penjualan hanya naik 57%. Ini artinya cash conversion cycle memburuk. Revenue bertumbuh, tapi belum dikonversi ke kas secara sehat. Dengan DSO yang membengkak, potensi tekanan arus kas makin besar ke depan.
Total aset per Maret 2025 sebesar Rp 250,5 miliar, dengan komposisi aset tetap Rp 133,64 miliar (53%), kas Rp 73,71 miliar (29%), deposit GLN Rp 29,49 miliar (12%), dan piutang usaha Rp 11,37 miliar (5%). Total liabilitas hanya Rp 16,89 miliar, dengan utang usaha Rp 13,95 miliar dan utang berbunga Rp 1,30 miliar. Struktur keuangan sangat ringan. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Current ratio 5,5x, net-debt-to-equity negatif –4,13. Tapi ringan bukan berarti solid. Jika piutang makin bengkak dan capex naik agresif, struktur ini bisa berubah drastis. Ekuitas mereka Rp 234,67 miliar, tapi dominan berasal dari tambahan modal disetor Rp 148,88 miliar dan modal saham Rp 76,90 miliar. Laba ditahan cuma Rp 5,93 miliar. Artinya, hampir seluruh kekayaan bersih perusahaan bukan hasil akumulasi laba, tapi hasil injeksi dana dari investor.
Struktur organisasi juga ramping. Jumlah karyawan tetap hanya 43 orang. Gaji dan tunjangan untuk seluruh manajemen dan staf tak dipisahkan, tapi total beban gaji di OPEX hanya Rp 1,28 miliar (10% dari revenue). Tidak ditemukan transaksi signifikan dengan pihak berelasi. Tidak ada piutang, utang, atau pendapatan mencurigakan dari entitas terafiliasi. Ini positif. Tapi kepemilikan terkonsentrasi dan keputusan tetap di tangan satu kelompok.
Valuasi sekarang berada di level yang sangat tinggi. Dengan harga saham 169 rupiah dan total saham beredar 7,69 miliar, kapitalisasi pasar Rp 1,3 triliun. PER 212x, PBV 5,5x, PS 26,8x. Ini valuasi yang hanya bisa dicerna jika revenue terus naik >50% per tahun, margin tetap bertahan, dan arus kas membaik.
Kalau pertumbuhan melambat, piutang gagal tertagih, atau proyek backbone tidak cepat menghasilkan revenue, maka valuasi bisa terkoreksi tajam. Apalagi, proyek yang diklaim akan menopang masa depan seperti FTTH dan submarine cable masih di tahap pra-produktif. Tidak ada satupun yang sudah menghasilkan kas masuk atau laba bersih. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Sebagai investor, harapannya adalah proyek FTTH jalan sesuai target 1 juta homepass, backbone GLN mulai menghasilkan revenue, piutang berhasil ditagih, dan margin tetap solid tanpa bantuan distorsi akuntansi. Jika semua ini berjalan, arus kas akan membaik, perusahaan bisa mendanai capex dari internal, dan valuasi PER 212x tadi bisa terlihat masuk akal karena EPS akan naik drastis. Tapi kalau skenario gagal? Maka seluruh ekspektasi akan runtuh. Arus kas defisit berlanjut, proyek tak menghasilkan uang, dan valuasi yang sekarang terasa premium akan menjadi liability sendiri, harga saham bisa terkoreksi ke bawah harga waran.
Jadi, INET adalah perusahaan yang sedang bertaruh pada masa depan, dengan infrastruktur yang belum selesai tapi sudah ditaksir mahal. Margin lumayan, beban utang rendah, dan revenue naik cepat. Tapi semua itu belum dibarengi dengan cashflow yang kuat. Sejauh ini, investor publik hanya melihat janji yang belum cair jadi kas. Siapa yang percaya pada manajemen dan sabar menunggu lima tahun ke depan bisa mempertimbangkan posisi sekarang. Tapi siapa yang butuh hasil cepat, angka pasti, dan cashflow positif, mungkin perlu pertimbangkan dua kali. Karena buat saat ini, INET adalah jalan tol panjang yang baru dibangun. Belum ada mobil lewat. Dan kamu sedang ditawari beli kios di pinggirnya. Berani?
Kalau ada bandar yang mau goreng sahamnya, monggo.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$WIFI $TOWR
1/10
#WTB #Tampung
● Odd lot
● Saham gocap
● ARB berjilid-jilid
Syarat :
⏩ Transaksi min 1jt IDR.
⏩ Khusus saham gocap, maksimal harga tertinggi Rp30 tergantung jumlah lot, antrian, emiten, dll.
⏩ Untuk odd lot & ARB berjilid, harga harus ≥Rp100.
⏩ ARB ditampung setelah 3× ARB.
⏩ Seluruh biaya transaksi nego ditanggung penjual.
⏩ Jika transaksi gagal 2× yang disebabkan oleh penjual, biaya 1% dari total transaksi hangus dihitung sebagai jasa pembuatan dokumen serta sisanya akan di refund. Nama wajib sama sesuai data saat transaksi nego.
Benefit :
✅ Buyback max +7% khusus transaksi odd lot. Tergantung jumlah odd lot yang dimiliki.
✅ Dokumen saya yang urus khusus broker XL - Stockbit Sekuritas.
✅ Pengetahuan cara transaksi di pasar nego buat yang pertama kali transaksi.
Jika berminat, langsung inbox aja atau chat sosmed yang ada di profil
$TOWR $NETV $JARR
SAHAM-SAHAM INI MENJADI PEMBERAT IHSG [1]
Diolah dari data perdagangan hari terakhir pada 05 Jun 2025
Arus Transaksi $PGAS
PGAS mengalami pelemahan ⏬ sebesar -0,27% dari Rp 1.840 menjadi Rp 1.835 dengan rentang perdagangan hari terakhir tidak terlalu lebar sebesar 1,65%, di mana terendah sebesar Rp 1.820 dan tertinggi sebesar Rp 1.850.
Perdagangan hari terakhir, keinginan Asing untuk menjual saham lebih besar dari pembelian ⏬. Volume bid mencapai 31,37%, sementara volume offer mencapai 51,65% dari total volume yang diperdagangkan. Pembelian asing pada hari terakhir bursa menguat dengan peningkatan volume ⏫ 2,07 juta dari hari sebelumnya. Penjualan asing pada hari terakhir bursa ⏬ melemah dengan penurunan volume 9,77 juta dari hari sebelumnya. Saham ini cukup diminati Asing ⏫ dengan transaksi 31,37% dari volume transaksi.
Arus Transaksi $TOWR
TOWR mengalami pelemahan ⏬ sebesar -4,50% dari Rp 555 menjadi Rp 530 dengan rentang perdagangan hari terakhir tidak terlalu lebar sebesar 3,77%, di mana terendah sebesar Rp 530 dan tertinggi sebesar Rp 550.
Perdagangan hari terakhir, keinginan Asing untuk menjual saham lebih besar dari pembelian ⏬. Volume bid mencapai 31,28%, sementara volume offer mencapai 73,47% dari total volume yang diperdagangkan. Pembelian asing pada hari terakhir bursa menguat dengan peningkatan volume ⏫ 3,89 juta dari hari sebelumnya. Penjualan asing pada hari terakhir bursa ⏫ menguat dengan peningkatan volume 21,78 juta dari hari sebelumnya. Saham ini cukup diminati Asing ⏫ dengan transaksi 31,28% dari volume transaksi.
Arus Transaksi $ACES
ACES mengalami pelemahan ⏬ sebesar -1,83% dari Rp 545 menjadi Rp 535 dengan rentang perdagangan hari terakhir tidak terlalu lebar sebesar 2,80%, di mana terendah sebesar Rp 535 dan tertinggi sebesar Rp 550.
Perdagangan hari terakhir, keinginan Asing untuk menjual saham lebih besar dari pembelian ⏬. Volume bid mencapai 13,82%, sementara volume offer mencapai 29,91% dari total volume yang diperdagangkan. Pembelian asing pada hari terakhir bursa melemah dengan penurunan volume ⏬1,11 juta dari hari sebelumnya. Penjualan asing pada hari terakhir bursa ⏬ melemah dengan penurunan volume 1,71 juta dari hari sebelumnya. Porsi pembelian asing hanya 13,82% dari total volume transaksi.
© 2025, made with ☕️ for better data mining.
Saham menarik saya share via Channel : https://cutt.ly/UrmlwAC7
Pergerakan harga saham: https://stockbit.com/post/15454107
Cara beli harga murah: https://stockbit.com/post/15639981
Indikator gratis penghasil cuan 1: https://stockbit.com/post/17138254
Indikator gratis penghasil cuan 2: https://stockbit.com/post/17200072
Cara menentukan Target Harga Saham 1: https://stockbit.com/post/16301289
Cara menentukan Target Harga Saham 2: https://stockbit.com/post/16379770
Ingat!!
1. Catatan ini bukan pompom, hanya diolah dari data idx.
2. Trading terukur dengan cuan teratur, tidak grusa-grusu supaya cutloss bukan menjadi penentu.
3. Catatan ini hanya info singkat dan bukan rekomendasi jual-beli yang membuat anda bikin rugi.
Berharap informasi rutin setiap hari? beri saya semangat dengan "LIKE", "Comment" dan "FOLLOW"
$TOWR
Jikalau Para Sahabat Anvol ingin koleksi Emiten ini, saran saya berfikir lah ulang, krn emiten cukup-cukup harus Punya Hari Extra Sabar. Posisi Saat ini sangat belum Layak Utk di Koleksi,
Dikarenakan ada Potensi emiten ini akan Turun lagi Under 500.
Jika emiten ini akhir nya kelas Turun under 500, maka Potensi emiten ini akan Uji Range Harga 486 - 480 sebagai Titik Singgah Berikut nya.
Tapi di sisi Lain Jika dalam 7 Hari bursa kedepan Kondisi emiten Ini tidak tembus Under 500 dan Kondisi Harga Hijau dan Volume Lebih besar dari pada Hari sebelum nya, maka Itu merupakan Validasi Harga Bahwa Emiten ini berencana Kuat kembali lagi mulai cicil harga agar dan Menjadikan harga 500 menjadi Bottom Price utk area Base demand Area konsolidasi kelak.
Tapi jika mmg proxy berniat bukan di atas harga 500 utk melakukan akumulasi kembali, maka Tidak akan sampai 7 Hari bursa maka harga saham ini akan tembus dibawah 500.
Jadi seperti itu Pola Yg terbaca Dari Volume yg dibuat, Kondisi Volume seakan-akan menjaga Harga 500, krn sudah mulai akum tipis" Proxy nya, krn masih tipis besar potensi bisa saja jebol 500 dan Uji Range 486 - 480.
Utk Target Sell saat ini belum bisa di tentukan dengan Metode anvol dikarenakan Emiten ini secara metode anvol belum ada Support nya.
Bagaimanakah Menurut anda..??
DISC ON
Silahkan Analisa Kembali Sesuai Trading Plan Anda...
Ada satu sektor saham yang dalam 1,5 tahun terakhir lagi diskon (bahkan sudah dalam downtrend sejak pucuk tertingginya di tengah tahun 2021). Saham ini adalah sektor menara telekomunikasi.
Sebelum $MTEL IPO pada akhir 2021, $TOWR dan $TBIG mencatatkan kenaikan harga saham yang cukup signifikan hingga Juli 2021. Setelah itu, tren harga sahamnya terus mengalami penurunan, begitu juga dengan MTEL yang tak kunjung bisa melewati harga IPO selain hari pertama listing.
Isu yang terjadi di saham menara telko ini banyak:
1. Isu Isat merger dengan tri membuat growth bisnis mereka terhambat
2. Jaringan 2G yang dimatikan bisa berdampak terhadap kinerja mereka (meski masih rencana dan nantinya jaringan 2G akan dilelang untuk jaringan baru lainnya)
3. Starlink bisa membuat BTS tidak dibutuhkan (agak liar imajinasinya memang, karena Starlink gak bisa mengakomodir layanan seluruh negeri secara optimal)
Di sisi lain, secara tren kinerja juga cenderung datar-datar saja setelah sempat mencatatkan kenaikan signifikan pada 2021-2022.
Walaupun begitu, emiten sektor ini terus melakukan ekspansi besar-besaran. Bukan cuma nambah menara, tapi mereka juga berlomba2 memburu aset fiber optik.
Pertanyaannya, kalau begitu apakah saham diskon menara telekomunikasi layak dilirik? atau lebih baik di-skip aja? simak selengkapnya di sini: https://cutt.ly/lrmofJKj
Anak Usaha $TOWR
Lanjutan dari postingan sebelumnya tentang TOWR di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
Kalau selama ini TOWR dikenal cuma sebagai perusahaan menara telekomunikasi, kenyataannya jauh lebih luas dan kompleks. Di balik tiang-tiang menara yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia, ada struktur holding yang sangat besar, dalam, dan bercabang. PT Sarana Menara Nusantara Tbk alias TOWR sejatinya adalah holding besar yang dikendalikan lewat satu anak usaha utama bernama Protelindo, dan dari sinilah segala jaringan anak-cucu-cicit usaha bermula. Laporan keuangan konsolidasian per 31 Maret 2025 menunjukkan bahwa ekosistem TOWR mengelola aset senilai Rp66,28 Triliun, dan hampir 75% di antaranya (Rp49,42 T) dikendalikan langsung oleh Protelindo. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Protelindo ini bukan hanya pemilik menara, tapi juga super-holding yang menaungi dua jalur utama yaitu STP (Solusi Tunas Pratama) $SUPR dan Iforte Solusi Infotek. STP dan Iforte bukan sekadar anak, tapi ibarat lengan kanan dan kiri dalam operasi TOWR.
STP lebih fokus ke bisnis menara dan real estat jaringan, mereka membangun, menyewakan, dan mengelola tower dan site-site fisik. Total aset STP mencapai Rp10,19 Triliun.
Di sisi lain, Iforte adalah otak digitalnya, yang megang ISP, layanan fiber optic, data center, infrastruktur energi, dan sistem pembayaran. Aset Iforte bahkan lebih besar dari STP, yaitu Rp20,14 Triliun. Bisa dibilang, kalau STP itu hardware-nya, Iforte adalah software dan konektivitasnya. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Di dalam Iforte, terdapat ekosistem anak usaha yang jumlahnya lebih dari 15 entitas, dan mayoritas memang bergerak di sektor infrastruktur digital dan energi. Yang paling mencolok adalah IBST (Inti Bangun Sejahtera Tbk), anak usaha publik yang bergerak di menara, fiber optic, dan pengolahan data. Asetnya mencapai Rp4,37 Triliun dan jadi salah satu ujung tombak ekspansi vertikal Iforte. Lalu ada Platinum Teknologi, yang meskipun asetnya “cuma” Rp801 Miliar, tapi punya anak-anak penting seperti BIT Teknologi Nusantara (Rp2,42 T), Gema Dwimitra Persada (Rp794 M), hingga Broadband Wahana Asia (BWA) yang punya cicit bernama REJA dan Darmanusa. Mereka semua terlibat dalam pembangunan, penggelaran, dan penyediaan layanan jaringan. Yang terbaru iForte akuisisi $DATA.
Dari sisi ISP dan internet, ada IGI (Iforte Global Internet) dan VTS (Varnion Technology Semesta) yang bertugas mengurus penyediaan layanan internet berbasis kabel dan satelit. Mereka juga bertanggung jawab atas layanan NAP (network access provider), penyambungan antar jaringan, hingga colocation. Kalau bicara soal data center, IBST dan VTS adalah dua entitas yang paling mungkin menjalankan bisnis ini karena mereka punya lisensi pengolahan data, penyedia hosting, dan pengembangan cloud.
Sementara untuk backbone fiber optic, ada KIN (Komet Infra Nusantara) dan IKS (Integra Kreasitama Solusindo) yang secara teknis adalah tukang kawat jaringan kabel optik antar-menara. KIN bahkan punya aset Rp1,15 Triliun dan jadi entitas penting di proyek fiber di luar Jawa. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Di jalur STP, struktur anak usahanya lebih ramping tapi tetap solid. Ada GIK (Global Indonesia Komunikatama) dan SIP (Sarana Inti Persada) yang bergerak di konstruksi jaringan, konsultasi manajemen, dan pemasangan site. Meskipun aset mereka tidak sebesar IBST atau BIT, mereka tetap memegang fungsi penting dalam pembangunan dan operasional site baru, terutama untuk proyek site sharing antar-operator.
Struktur ini makin dalam ketika kita lihat kepemilikan silang. Misalnya, Platinum dimiliki oleh Protelindo tapi juga dimiliki oleh KIN, dan bersama STP ikut punya BWA. Struktur silang ini sengaja dibuat untuk efisiensi dan akses aset di berbagai level hukum dan wilayah operasional. Ada juga anak usaha seperti Iforte Payment Infrastructure (IPI) dan Iforte Energi Nusantara (IEN) yang mulai merambah ke payment gateway dan kelistrikan. Bahkan ada yang belum beroperasi seperti BWA, tapi tetap dipegang karena punya prospek di masa depan sebagai basis jaringan tambahan. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Secara bidang usaha, variasinya luas banget. Ada yang fokus di konstruksi sentral komunikasi, ISP, NAP, instalasi kabel dan listrik, cloud & hosting, real estat, sampai ke aktivitas perusahaan holding dan pengolahan data. Banyak juga yang terdaftar sebagai perdagangan besar alat telekomunikasi dan komputer. Dari struktur ini, terlihat bahwa TOWR ingin mengendalikan penuh rantai pasok konektivitas, dari tiang menara, sambungan kabel, listrik, sampai layanan digital yang lewat di atasnya.
Buat investor, ini bukan sekadar kompleksitas, ini peta kekuasaan vertikal. Kalau cuma lihat laba bersih TOWR atau EBITDA margin tanpa paham kontribusi anak-anak usahanya, itu sama kayak ngelihat kapal gede tapi nggak tahu mesin mana yang dorong. Kalau IBST cetak untung, itu bisa mendongkrak seluruh grup. Tapi kalau misalnya proyek fiber dari BIT atau KIN gagal, efeknya bisa menjalar ke arus kas dan margin TOWR. Begitu pula kalau IGI atau IPI gagal mengembangkan pasar digital, potensi pertumbuhan masa depan bisa melambat. Maka, struktur ini adalah kekuatan, tapi juga titik lemah jika tidak dikendalikan. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
TOWR bukan cuma perusahaan menara. Ia adalah holding konglomerat infrastruktur konektivitas Indonesia. Anak usahanya tersebar di menara, fiber optic, energi, data center, ISP, hingga sistem pembayaran digital. Semua digerakkan lewat dua jalur utama yaitu STP dan Iforte, yang masing-masing punya jaringan anak sendiri. Struktur rumit ini adalah bentuk integrasi vertikal total, dan selama dijalankan dengan kontrol dan efisiensi tinggi, potensi sinerginya sangat besar. Tapi bagi investor, memahami struktur ini adalah mutlak. Karena ketika satu anak tumbuh cepat, seluruh grup bisa terbang. Tapi kalau satu anak ambruk tanpa pengawasan, jangan heran kalau grup ikut terguncang. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
1/10
Apakah $DATA Adalah Backdoor Listing $TOWR?
Pertanyaan salah satu user Stockbit member di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, pertama kita perlu tahu bagaimana struktur perusahaan TOWR. Mustahil memahami apa itu Backdoor Listing di TOWR kalau kita tidak tahu isi dalam struktur perusahaannya. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Struktur anak usaha TOWR alias PT Sarana Menara Nusantara Tbk per akhir Maret 2025 ibarat jaringan menara dan kabel yang nggak cuma berdiri tegak, tapi sudah menjalar ke segala arah lewat akuisisi dan ekspansi. Anak-anak usaha mereka bisa dibagi jadi dua kategori besar yaitu:
1. Anak usaha langsung yang dikendalikan oleh TOWR secara langsung
2. Anak usaha tidak langsung yang dikendalikan melalui Protelindo (PT Profesional Telekomunikasi Indonesia) dan Iforte (PT Iforte Solusi Infotek).
Masing-masing anak usaha ini punya peran dan risiko yang saling melengkapi, dengan kontribusi dan pertumbuhan yang tidak selalu linear. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Kalau urut dari hulu, entitas anak langsung utama adalah Protelindo, yang memegang peran sebagai mesin utama TOWR untuk pendapatan menara.
Protelindo ini punya banyak cucu usaha, tapi salah satu yang paling penting adalah Iforte.
Iforte alias anak Protelindo alias cucu TOWR inilah yang dalam dua tahun terakhir makin agresif melebarkan sayap ke segmen jasa lain di luar sewa menara. Jadi kalau Protelindo itu tukang bangun dan sewa menara, Iforte ini semacam ahli kabel dan digitalisasi jaringan.
Sampai akhir Maret 2025, anak-anak usaha utama yang terkonsolidasi penuh dalam struktur Iforte ada tiga yaitu:
1. IBST (PT Inti Bangun Sejahtera Tbk),
2. IKS (PT Integra Kreasitama Solusindo),
3. dan yang baru masuk pasca-Maret, yakni Remala (PT Remala Abadi).
Pertama, IBST. Ini perusahaan publik yang sahamnya diakuisisi mayoritas oleh Iforte secara bertahap sepanjang 2024, mulai dari 90,11% pada Juli hingga mencapai 99,98% setelah mandatory tender offer (MTO) pada Oktober 2024. IBST jelas jadi gacoan baru TOWR. Total asetnya saat akuisisi mencapai Rp6,99 Triliun, dengan liabilitas Rp3,33 Triliun. Artinya, aset bersihnya (equity) di kisaran Rp3,66 Triliun, dan TOWR mencatat goodwill sebesar Rp305 Miliar. Besarnya aset dan cakupan menara yang dimiliki IBST bikin dia langsung jadi kontributor utama aset dan sewa menara. Secara segmen, IBST masuk kategori penyewaan menara (tower rental), dan ini yang mendorong pertumbuhan konsolidasi pendapatan Rp2,14 Triliun dari total revenue TOWR Rp2,86 Triliun di Q1 2025. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Kedua, IKS. Meski tak segede IBST, anak usaha ini penting secara strategis. IKS adalah perusahaan berbasis teknologi informasi dan telekomunikasi, dengan spesialisasi lebih ke arah solusi digital. Iforte mengakuisisi 60% saham IKS pada Maret 2024, dengan total aset Rp74 Miliar dan aset bersih Rp40,9 Miliar. Dari transaksi ini, tercatat goodwill sebesar Rp34,8 Miliar, serta hubungan pelanggan senilai Rp14,8 Miliar. Artinya, IKS bukan hanya dibeli karena asetnya, tapi karena potensi bisnis jangka panjangnya di layanan digital dan manajemen jaringan. Secara segmen, IKS masuk ke bisnis jasa lainnya dan berkontribusi pada pendapatan non-menara TOWR yang tumbuh cukup cepat dari tahun ke tahun. https://cutt.ly/ge3LaGFx
Ketiga, Remala atau DATA. Ini adalah entitas yang muncul dalam peristiwa setelah tanggal pelaporan di LK Q1 2025, artinya belum masuk laporan Maret 2025, tapi sangat relevan dengan kondisi fundamental TOWR.
Iforte membeli 40% saham Remala, yang memiliki total aset Rp474 Miliar dan book value (ekuitas) Rp265 Miliar. Dengan gearing ratio yang sehat, artinya Remala tidak terlalu terbebani utang. Meski baru dimiliki minoritas, langkah ini mengindikasikan bahwa Remala disiapkan jadi bagian dari strategi jangka panjang Iforte dalam memperluas footprint layanan digital atau fiber optik. Bahkan dengan 40% kepemilikan pun, aset Remala sudah setara dengan 6,8% dari total aset segmen jasa lainnya per Maret 2025. Kalau Iforte jadi akuisisi mayoritas Remala ke depannya, kontribusinya bisa melonjak signifikan. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Kalau dibikin peringkat kontribusi berdasarkan aset:
1. Protelindo: Rp49,42 Triliun (langsung, 99,99%)
2. Iforte: Rp20,14 Triliun (tidak langsung via Protelindo)
3. STP (Solusi Tunas Pratama): Rp10,19 Triliun (tidak langsung)
4. IBST (Inti Bangun Sejahtera): Rp4,37 Triliun (tidak langsung)
5. BIT Teknologi Nusantara: Rp2,42 Triliun (tidak langsung)
6. KIN (Komet Infra Nusantara): Rp1,15 Triliun (tidak langsung)
7. Platinum Teknologi: Rp801 Miliar (tidak langsung)
8. Gema Dwimitra Persada: Rp794 Miliar (tidak langsung)
9. Remala Abadi (DATA): Rp474 Miliar (tidak langsung via Iforte)
10. Quattro (QTR): Rp262 Miliar (tidak langsung)
11. GTP (Global Telekomunikasi Prima): Rp244 Miliar (tidak langsung)
12. IGI (Iforte Global Internet): Rp162 Miliar (tidak langsung)
13. IGPU (Iforte Gilang Pertiwi Utama): Rp160 Miliar (tidak langsung)
14. IEN (Iforte Energi Nusantara): Rp157 Miliar (tidak langsung)
15. IPI (Iforte Payment Infrastructure): Rp112 Miliar (tidak langsung)
16. Kohinoor (Istana Kohinoor): Rp47 Miliar (tidak langsung)
17. VTS (Varnion Technology Semesta): Rp38 Miliar (tidak langsung)
18. PMP (Protelindo Menara Permata): Rp6,6 Miliar (tidak langsung)
19. ISS Subang Smartpolitan: Rp5 Miliar (tidak langsung)
Dari sisi pertumbuhan segmen, jasa lainnya mencatat pertumbuhan paling ngebut: jasa dan lainnya naik dari Rp279 Miliar (Q1 2024) jadi Rp346 Miliar (Q1 2025), naik 24%. Sebaliknya, segmen penyewaan menara (tower rental) hanya tumbuh tipis dari Rp2,07 Triliun jadi Rp2,14 Triliun, atau cuma 2,4%. Ini memperlihatkan bahwa mesin pertumbuhan TOWR saat ini bukan lagi semata di menara, tapi mulai geser ke arah digitalisasi, managed service, dan platform infrastruktur jaringan yang lebih kompleks. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Risikonya lumayan banyak. Pertama, ekspansi cepat ini memicu peningkatan goodwill secara signifikan. Goodwill IBST dan IKS sendiri sudah tembus Rp340 Miliar. Kalau target sinergi atau revenue dari anak usaha baru ini tidak tercapai, nilai goodwill bisa diturunkan, yang akan langsung menghantam laporan laba rugi dan ekuitas. Kedua, risiko hukum seperti yang terjadi pada STP (anak usaha lama) yang kalah sengketa pajak Rp19,78 Miliar. Masalah pajak ini bisa berulang kalau dokumentasi dan compliance terhadap akuisisi-akuisisi ini tidak rapi. Ketiga, risiko operasional dalam integrasi bisnis. Banyak akuisisi dalam waktu singkat bisa bikin tim manajemen kewalahan, dan kalau proses integrasinya gagal, justru akan menjadi beban ketimbang nilai tambah.
Kalau dilihat dari sisi struktur pemilikan, pola yang dipakai TOWR adalah konsolidasi lewat Iforte. IBST dimiliki lewat Iforte. IKS juga begitu. Remala pun akuisisinya dilakukan oleh Iforte. Ini menunjukkan Iforte menjadi semacam holding operasional untuk ekspansi vertikal dan horizontal TOWR di segmen non-menara. Dengan demikian, risiko dan potensi pertumbuhan dari semua anak usaha ini akan banyak tercermin dari kinerja Iforte.
Jadi, apa posisi Remala DATA dalam semua ini? Meski baru punya 40%, dengan aset hampir Rp500 Miliar, dia bisa langsung masuk 10 besar anak usaha TOWR. Kalau ekspansinya sejalan dengan strategi fiber, cloud, atau data center, dia bisa jadi kuda hitam pertumbuhan segmen jasa lainnya. Belum ada data pendapatan dari Remala karena belum dikonsolidasikan, tapi potensi kontribusinya cukup besar jika dibandingkan dengan IKS. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Jadi, strategi TOWR jelas yaitu tetap pertahankan dominasi di penyewaan menara lewat Protelindo dan IBST, tapi bangun mesin pertumbuhan baru lewat Iforte dan anak-anak digitalnya. Tapi strategi ini perlu dicermati dengan hati-hati. Karena kalau terlalu banyak entitas baru tanpa kontrol dan sinergi yang solid, bisa-bisa yang tumbuh bukan laba, tapi hanya beban dan goodwill semu.
Cerita tentang TOWR, Protelindo, Iforte, dan Remala alias emiten DATA ini sebenarnya adalah salah satu contoh manuver korporasi yang rapi, licin, dan patut diamati lebih dalam. Struktur kepemilikannya berlapis tapi jelas yakni PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) adalah induk utama yang memiliki Protelindo sebagai anak langsung. Protelindo lalu menggenggam Iforte. Lalu Iforte, pada kuartal kedua 2025, masuk ke PT Remala Abadi Tbk (DATA) lewat akuisisi 40% saham. Remala sendiri bukan sembarang perusahaan karena sudah berstatus sebagai emiten publik. Nah, di sinilah pertanyaan mulai muncul adalah apakah akuisisi ini bisa dikategorikan sebagai backdoor listing?
Backdoor listing atau "penyisipan ke bursa lewat pintu belakang" biasanya terjadi ketika perusahaan non-publik mengakuisisi atau digabungkan ke dalam emiten yang sudah listing di bursa, lalu mengendalikannya dan memindahkan operasinya ke sana, sehingga bisa menjadi publik tanpa proses IPO konvensional. Dalam kasus Remala (DATA), justru terjadi sebaliknya yakni perusahaan yang sudah publik diakuisisi sebagian oleh anak usaha dari grup besar yang sebenarnya sudah lama melantai di BEI. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Jadi jelas kalau aksi korporasi itu bukan backdoor listing. Ini lebih tepat disebut sebagai akuisisi strategis minoritas terhadap emiten publik. Buktinya? Iforte hanya membeli 40% saham Remala, belum mayoritas lebih dari 50%, dan belum ada perubahan kontrol yang menyebabkan bergesernya kepemilikan pengendali. Bahkan dalam laporan keuangan konsolidasian Maret 2025, Remala belum dikonsolidasi secara penuh oleh TOWR maupun Iforte. Belum ada transfer bisnis besar-besaran dari grup TOWR ke dalam tubuh DATA. Kalau pun nantinya kepemilikan ditingkatkan, itu masih dalam jalur akuisisi bertahap, bukan backdoor listing. Mungkin nanti di Q2 2025 baru lah DATA masuk ke LK TOWR.
Dari sisi risiko dan kontribusi, Remala ini memang kecil tapi menarik. Asetnya per Maret 2025 tercatat Rp474 Miliar, dengan book value Rp265 Miliar. Masih jauh jika dibandingkan dengan IBST (aset Rp6,9 Triliun) atau bahkan Iforte sendiri. Tapi secara strategis, DATA bisa menjadi pintu depan TOWR untuk masuk ke sektor layanan digital berbasis enterprise dan solusi TI. Dan ini cocok dengan strategi Iforte yang selama 2024–2025 giat ekspansi lewat akuisisi, termasuk juga mengendalikan penuh IBST dengan kepemilikan 99,98%. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Secara struktur grup, posisi Remala adalah anak usaha tidak langsung TOWR, dimiliki lewat jalur Iforte. Segmennya akan masuk kategori jasa lainnya, yang menyumbang Rp720 Miliar pendapatan TOWR di kuartal I 2025 (25% dari total revenue) dan menunjukkan pertumbuhan pesat dibanding tahun sebelumnya. Risiko dari Remala cenderung menengah ke rendah karena statusnya sebagai perusahaan publik, dan sampai saat ini belum ada utang besar atau litigasi yang disorot. Tapi risiko sinergi tetap ada, mengingat DATA bukan pemain menara, melainkan lebih ke solusi digital dan managed service.
Jadi, akuisisi DATA oleh Iforte bukan backdoor listing, tapi bagian dari strategi ekspansi horizontal lewat akuisisi minoritas strategis atas perusahaan terbuka yang bergerak di segmen digital. Bukan jalan belakang, tapi lebih seperti bikin cabang baru lewat pintu samping, sambil tetap menggenggam menara di pusat rumah. Dan untuk investor yang jeli, langkah ini bisa menjadi pertanda awal transformasi bisnis Grup TOWR dari sekadar penyewaan menara menjadi raksasa digital terintegrasi. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Sementara itu, Iforte adalah anak usaha paling penting kedua dalam grup setelah Protelindo. Iforte sepenuhnya dimiliki oleh Protelindo, dan Protelindo sendiri dimiliki langsung oleh TOWR (99,99%). Jadi struktur kepemilikannya adalah = TOWR → Protelindo → Iforte → Remala (40%).
Iforte bukan sekadar entitas kabel. Ia adalah mesin ekspansi digital TOWR. Melalui Iforte, TOWR mengakuisisi sejumlah perusahaan teknologi. Jadi ngapain lagi iForte mau melakukan Backdoor melalui DATA kalau sebenarnya mereka bisa lakukan itu via IBST.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
1/10
Selamat Hari Raya Idul Adha bagi teman2 yang merayakan. Semoga ibadah kurban yg dilaksanakan dapat menambah keikhlasan dan ketaatan kita kepada Allah SWT.
Perbanyak silaturahmi dulu di hari kurban ini, boleh juga di acara silaturahmi ini kita bahas saham saham yang berprospek baik untuk kita investasi. 😊
Kira2 bagaimana $IHSG pada pembukaan pasar di hari Selasa nanti, saat awal pasar buka setelah libur panjang ini?.
$TOWR $SGER