580

0.00

(0.00%)

Today

22.83 M

Volume

22.82 M

Avg volume

Company Background

PT Sarana Menara Nusantara Tbk merupakan perusahaan dengan fokus utamanya berinvestasi pada perusahaan-perusahaan yang memiliki spesialisasi dalam kepemilikan dan pengoperasian lokasi-lokasi menara untuk disewakan kepada perusahaan komunikasi nirkabel. Sampai saat ini, investasi utama PT Sarana Menara Nusantara Tbk adalah kepemilikan 99,999% atas saham yang beredar dari PT Profesional Telekomunikasi Indonesia (Protelindo). Protelindo beroperasi secara independen dari operator komunikasi nirkabel dan memiliki pelanggan yang beragam yang mencakup semua perusahaan besar komunikasi nirkabel di Indonesia termasuk Telkomsel, XL Axiata... Read More

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$TOWR LK 1 kapan klean rilis ?? Bandar kelamaan nunggu gerah, dilonggsorin ntar 😌😌

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$TOWR yo longsor

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$TOWR LK q1 kpn kluar, lama bngt

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$TOWR kalau sampai 2 minggu lagi RI ga ada kabar, sepertinya rights issue bakal ditunda lagi

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$DATA - Capital Injection di Quartal 2 oleh $TOWR

Jika asumsi 50% yang masuk maka akan ada tambahan 1,5 T.
Jika asumsi 30% yang masuk maka akan ada tambahan 900 M.

dengan begitu tahun ini kenaikan asset DATA dipastikan lebih dari 200%.

dan satu lagi,

sepertinya dana tersebut sebagian untuk menebus tender offer dari masyarakat.

Berapa nih kira-kira harga TO nya?

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$TOWR lagi BU 🤣

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

@SarahSahirah klo dari rups sih kayaknya g ada, tapi bisa aja nanti setelah rups ada “transaksi material tanpa persetujuan rups” yg biasanya dilakukan grup $TOWR setelah proses akuisisi.

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Tolong digoyang dong ini ndarr

$TOWR

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$TOWR buang saja saham ga jelas.. pindahin ke $DMMX lebih cepat terbang...

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Penurunan Suku Bunga BI: Apakah Kabar Baik Untuk $TOWR?

Masih lanjutan dari request salah satu user Stockbit member di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345

Pada bulan Mei 2025, Bank Indonesia akhirnya menurunkan suku bunga acuan setelah sekian lama menahan tekanan pasar. Kabar ini langsung disambut pasar modal dengan optimisme. Salah satu perusahaan yang paling diperhatikan adalah PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR), perusahaan infrastruktur menara telekomunikasi yang selama ini dikenal dengan kekuatan arus kas dan backlog kontrak jangka panjang. Tapi benarkah turunnya suku bunga langsung jadi angin segar untuk TOWR? Untuk menjawab itu, kita harus cek laporan keuangan TOWR bersama Pak Budidol dan Pak Toto. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Sebagai seseorang yang pernah mengatur arus kas lintas negara dari sabung ayam legal di Kamboja sampai koperasi investasi di negeri antah berantah, BudiDolDol bin Judd Old Trafford memulai analisis TOWR dengan melihat dari langit yakni struktur kapital, gearing, dan risiko suku bunga. Ia takjub ketika membaca angka LK yang menunjukkan utang berbunga TOWR mencapai Rp46,57 triliun, dan mayoritasnya menggunakan skema bunga mengambang. Di saat seperti inilah turunnya suku bunga oleh BI menjadi momen emas. Jika bunga turun 100 basis poin, TOWR bisa menghemat Rp500 miliar laba sebelum pajak, sesuai simulasi sensitivitas manajemen.

Tapi BudiDolDol bukan tipe yang cepat euforia. Ia membuka lembaran laporan keuangan 2024 dan menemukan bahwa meski revenue naik dari Rp11,74 triliun ke Rp12,74 triliun (+8,5%), dan laba bersih naik dari Rp3,25 triliun ke Rp3,33 triliun (+2,5%), revenue per menara justru turun 7,5%, dan laba per menara turun 12,3%. Itu tandanya ROI per site makin jeblok. Ekspansi gede, tapi hasilnya makin kecil. Collocation ratio turun dari 1,91 ke 1,74, alias menara baru banyak yang masih sepi tenant.

Lalu ia beralih ke arus kas, terlihat capex naik 45% jadi Rp4,52 triliun, tapi free cashflow justru turun 14,5% ke Rp4,82 triliun. CFO per menara juga menurun dari Rp308 juta ke Rp280 juta. Margin kas dan laba pun menipis karena GPM turun dari 72,9% ke 68,6%, NPM dari 28,1% ke 26,4%, dan yang paling parah, FCF margin dari 48% ke 37,8%. “Kalau di bisnis sabung ayam,” kata Budidol, “ini sama aja kayak nambah kandang tapi ayamnya gak bertelur, malah ngutang ke bandar buat beli pakan.” Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

BudiDolDol tahu TOWR punya perlindungan berupa backlog kontraktual Rp75,04 triliun, setara hampir 6x revenue tahunan dan lebih besar dari seluruh utang berbunga. Tapi buatnya, backlog itu seperti janji pembayaran dalam 10 tahun karena tidak bisa langsung cair minggu depan. Liquidity hari ini harus kuat. Backlog gak bisa bayar bunga utang bulan depan. Menurutnya, turunnya suku bunga adalah peluang untuk refinance, bukan alasan untuk euforia. Kalau utilisasi menara gak naik, cost tetap besar, ini tetap bisnis ekspansi yang pakai utang, bukan bisnis arus kas.

Sementara itu di ujung gang, Pak Toto membuka laporan keuangan dengan cara yang lebih membumi. Baginya, satu menara = satu gerobak bakso. Kalau gerobak makin banyak tapi pelanggan tetap itu-itu aja, buat apa? Jumlah menara naik 17 persen, tapi collocation ratio turun, itu artinya banyak gerobak baru tapi isinya sepi, kata Pak Toto sambil aduk kuah. Revenue per menara turun? Laba per menara turun? Ya jelas, itu artinya tiap gerobak makin rugi walau total omzet naik. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Pak Toto lebih peka ke cashflow. Modal buat bikin gerobak baru (capex) naik 45%, tapi sisa duit (FCF) malah turun. Itu bukan ekspansi, itu buang modal. Dan begitu dia lihat bahwa bunga utang makan Rp2,98 triliun per tahun, setara 32% dari kas masuk operasional dan Pak Toto langsung bilang, itu gerobaknya ditalangin sama rentenir. Sekali bunga naik, bisa gak bisa bayar gas.

Tapi ketika denger BI nurunin bunga, Pak Toto hanya mengangguk. Itu bikin cicilan jadi ringan. Tapi kalau aku tetap nambah gerobak padahal pembelinya gak nambah, ya tetep aja boncos. Turunnya bunga itu kasih waktu, bukan kasih solusi. Ia juga sadar TOWR tergantung sama empat pelanggan utama yaitu $EXCL, Indosat, Telkomsel $TLKM, dan Smart Telecom. XL dan Indosat malah turun kontribusinya. Kata Pak Toto, kalau pelanggan utamaku tiba-tiba gak beli lagi, gimana?

Walaupun cara berpikir mereka beda jauh, analisis BudiDolDol dan Pak Toto justru ketemu di titik penting yakni efisiensi aset per unit makin buruk, utang makin berat, dan turunnya bunga BI hanya memberi napas tambahan, bukan menyelesaikan akar masalah. TOWR perlu menaikkan collocation ratio, mengoptimalkan menara yang sudah ada, dan memperbaiki FCF per site sebelum menambah ribuan menara baru lagi. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Backlog kontraktual memang besar, tapi tidak bisa jadi pengganti kas harian untuk bayar bunga atau ekspansi. Jika efisiensi tak membaik, TOWR akan terus tumbuh dalam angka, tapi makin rapuh dalam nilai ekonomis. Dan seperti kata Pak Toto, bisnis yang sehat bukan soal kelihatan besar, tapi soal gerobak yang bisa jual banyak bakso tiap hari dan pulang bawa uang. Bukan bawa utang.

Dan BudiDolDol pun hanya menimpali, “Saya setuju, Tot. Di Kamboja, ayam jago pun bisa mati kalau kandangnya terlalu banyak dan pemiliknya lupa kasih makan.”

Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.

Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345

Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm

Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx

Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW

Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU

Read more...

1/10

testestestestestestestestestes
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$WIFI $INET $TOWR

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$TOWR: Pertumbuhan Laba dan Revenue Belum Bisa Mengejar Pertumbuhan Menara dan Utang?

Request salah satu member External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345

PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) di atas kertas memang menunjukkan pertumbuhan yang menggembirakan. Di 2024, total menara aktif naik signifikan dari 28.413 menjadi 33.315 unit, mencerminkan ekspansi fisik sebesar +17,2%. Secara nominal, pendapatan meningkat dari Rp11,74 triliun menjadi Rp12,74 triliun (+8,5%) dan laba entitas induk naik tipis dari Rp3,25 triliun ke Rp3,33 triliun (+2,5%). Tapi kalau kita tarik napas, buka laporan keuangan secara menyeluruh, dan lihat satuan per menara, barulah tampak kenyataan yang lebih dalam: pertumbuhan skala belum diikuti dengan pertumbuhan produktivitas. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Meski tenant juga bertambah dari 54.284 menjadi 58.035 (+6,9%), angka itu tertinggal jauh dari laju penambahan menara, menyebabkan collocation ratio turun dari 1,91x menjadi 1,74x. Ini artinya, banyak menara baru hanya diisi satu penyewa atau bahkan belum menghasilkan. Akibatnya, revenue per menara justru turun dari Rp413 juta menjadi Rp382 juta (-7,5%), dan laba per menara turun lebih tajam dari Rp114 juta menjadi Rp100 juta (-12,3%). Jadi, meskipun secara agregat pendapatan naik, tiap menara secara individual memberi hasil yang lebih kecil dibanding tahun sebelumnya.

Dari sisi efisiensi kas juga tidak kalah mengkhawatirkan. CFO per menara turun dari Rp308 juta ke Rp280 juta (-9,1%), sementara capex per menara justru naik signifikan dari Rp109 juta ke Rp136 juta (+24,8%). Ini menyebabkan free cashflow per menara ambles dari Rp198 juta ke Rp145 juta (-26,7%). Artinya, bukan cuma keuntungan per unit menara yang turun, tapi juga sisa kas bersih yang bisa dipakai untuk investasi ulang atau bayar utang makin kecil. Padahal beban bunga makin berat. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Hal ini tercermin jelas dalam penurunan semua margin utama. Gross margin (GPM) turun dari 72,9% ke 68,6% (-4,3pp), operating margin (OPM) dari 59,1% ke 57,1% (-2pp), net profit margin (NPM) dari 28,1% ke 26,4% (-1,7pp). Bahkan margin arus kas juga ikut longsor: CFO margin turun dari 74,5% ke 73,3%, dan FCF margin jatuh tajam dari 48% ke 37,8% (-10,2pp). Jadi meskipun menara dan pendapatan bertambah, efisiensi finansial tiap rupiah pendapatan justru memburuk.

Bagaimana dengan sumber revenue-nya? Struktur pelanggan TOWR ternyata makin berat sebelah. Di laporan piutang usaha, pelanggan terbesar masih XL Axiata $EXCL (Rp1,31 triliun), namun kontribusinya turun drastis dari tahun sebelumnya (-22,6%). Indosat $ISAT juga melemah (-3,8%). Sebaliknya, Smart Telecom naik tajam hingga +326% menjadi Rp560 miliar, dan Telkomsel tumbuh sehat +34% ke Rp458 miliar. Masalahnya, kenaikan tajam dari pemain seperti Smart Telecom bisa menyiratkan potensi risiko pembayaran atau ketergantungan jangka pendek. Lebih dari 90% pendapatan masih tergantung pada 4 pemain besar. Jika salah satu renegosiasi atau mundur, efeknya bisa langsung ke kas.

Namun, TOWR punya satu tameng yang tidak bisa dianggap remeh yakni backlog kontraktual. Per akhir 2024, estimasi piutang sewa minimum dari kontrak jangka panjang mencapai Rp68,45 triliun, ditambah pesanan terverifikasi dan pendapatan diterima di muka sebesar Rp6,6 triliun, total Rp75,04 triliun. Ini setara dengan 5,9x revenue tahunan, 1,6x utang berbunga, dan 1,3x total liabilitas. Artinya, dari sisi visibility pendapatan jangka panjang, TOWR sangat solid. Tapi jangan lupa, backlog ini bersifat non-likuid dan hanya akan diakui secara bertahap sesuai masa kontrak. Jadi, ini bukan kas hari ini.

Permasalahannya sekarang bukan di arus kas jangka panjang, tapi efektivitas dan efisiensi investasi hari ini. Revenue dan laba per menara menurun, arus kas bersih menyusut, capex makin besar, pelanggan makin terkonsentrasi, dan margin makin tipis. Jika pola ini berlanjut, skenario paling masuk akal adalah menara baru akan jadi beban, bukan sumber pertumbuhan. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

TOWR saat ini adalah perusahaan yang secara kasat mata kelihatan sehat, tapi secara unit economics sedang merosot. Kalau dianalogikan, TOWR seperti punya warung 33 ribu cabang, tapi makin banyak warung yang cuma dikunjungi satu pelanggan, dan bahan baku makin mahal. Laba tetap ada, tapi tiap warung ngasih untung makin sedikit. Kalau manajemen tidak perbaiki utilisasi dan kendalikan belanja modal, pertumbuhan ini bisa berubah jadi jebakan skala. Jadi bukan cuma soal besar, tapi soal seberapa efisien setiap aset bisa menghasilkan uang dan di situlah titik kritis TOWR saat ini.

Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.

Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345

Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm

Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx

Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW

Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU

Read more...

1/10

testestestestestestestestestes
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$TOWR LK Full Year 2024: Terlalu Agresif

Request salah satu user Stockbit member External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345

Model bisnis PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) pada dasarnya sangat simpel, tapi sangat kuat yakni menyewakan menara telekomunikasi ke operator besar seperti Telkomsel, XL, Indosat, dan lainnya. Namun keunggulan dari bisnis ini bukan hanya di model sewanya, tapi di cara kontraknya disusun. TOWR mengunci kontrak jangka panjang 10–12 tahun dengan operator dan menggunakan sistem take-or-pay, yang artinya walaupun operator tidak memakai kapasitas menara secara maksimal, mereka tetap harus bayar. Dengan sistem ini, TOWR mampu menghasilkan backlog kontraktual sebesar Rp75,04 triliun, yang secara praktis adalah revenue yang sudah dijamin untuk masuk di masa depan. Ini memberi prediktabilitas tinggi terhadap arus kas dan menjadikan bisnis ini terlihat sangat ideal di permukaan. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Kondisi keuangan TOWR memang tampak meyakinkan. Pendapatan 2024 mencapai Rp12,74 triliun, tumbuh 8,5% dari tahun sebelumnya. Laba bersih tercatat Rp3,36 triliun, dengan EBITDA margin mencapai 84%, sebuah angka yang menandakan efisiensi luar biasa untuk bisnis dengan aset fisik besar. Namun kekuatan TOWR bukan cuma soal profit, melainkan juga dari sisi kas. Arus kas operasi (CFO) mencapai Rp9,34 triliun, dan setelah dikurangi belanja modal (capex) Rp4,52 triliun, tersisa free cash flow (FCF) sebesar Rp4,82 triliun. Artinya, tidak hanya mereka mencetak laba, tapi juga benar-benar memegang uang tunainya. Dari sisi pajak pun efisien karena mayoritas pendapatan kena pajak final 10%, efektif tax rate mereka hanya 4,1%, jauh di bawah tarif badan 22%. Walau begitu, dari sisi arus kas, mereka tetap bayar pajak besar sekitar Rp1,7 triliun dibayarkan tunai ke negara, jadi beban kas tetap ada walau laporan laba rugi tampak ringan.

Masalahnya mulai terasa ketika perusahaan ekspansi terlalu cepat, membangun terlalu banyak menara dalam waktu yang sangat singkat. Di 2024, TOWR menambah hampir 23.000 menara lewat akuisisi sana sini, membuat totalnya melonjak dari 51.653 menjadi 74.354 unit, atau naik +43,9%. Namun backlog mereka nyaris stagnan, cuma naik +0,75%, dan revenue hanya naik +8,5%. Artinya, banyak menara baru yang belum menghasilkan. Revenue per menara turun drastis 24,7%, dari Rp227 juta menjadi Rp171 juta. Laba bersih per menara juga turun 35%, sementara capex per unit meningkat 45% dari Rp137 juta ke Rp199 juta. Ini jelas menandakan bahwa pertumbuhan aset tidak dibarengi dengan monetisasi yang sepadan. Banyak menara dibangun, tapi belum menghasilkan kontrak atau pendapatan. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Ketimpangan makin terasa di neraca. Untuk membiayai ekspansi ini, TOWR berutang besar. Per akhir 2024, utang berbunga mencapai Rp46,57 triliun, dan yang paling mendesak, Rp29,12 triliun di antaranya jatuh tempo dalam dua tahun ke depan, dengan Rp17,67 triliun harus dibayar pada 2025. Sementara itu, kas hanya Rp3,43 triliun, dan kalau digabung dengan FCF Rp4,82 triliun, total likuiditas baru Rp8,25 triliun, jauh dari cukup. Artinya, mereka mengalami defisit likuiditas lebih dari Rp20 triliun. Untuk menutupnya, mereka merencanakan rights issue sebesar 15 miliar saham. Kalau seluruhnya ditebus dengan harga diskon 0-25%, dana yang diperoleh sekitar Rp6,7 triliun - 8 Triliun rupiah, itu pun hanya menutup sepertiga dari total kebutuhan jangka pendek.

Yang mengejutkan, di tengah kondisi likuiditas seketat ini, TOWR malah melakukan akuisisi terhadap PT Remala Abadi Tbk, membeli 40% sahamnya senilai Rp535,7 miliar. Artinya, uang setengah triliun digunakan bukan untuk memperkuat keuangan induk, tapi masuk ke perusahaan yang justru menyerap likuiditas. Ini menimbulkan pertanyaan besar tentang konsistensi strategi manajemen. Rights issue ditujukan untuk bayar utang, tapi sebelum rights-nya cair, dana malah dialihkan untuk akuisisi perusahaan lain.

Selain itu, struktur keuangan TOWR juga dipengaruhi oleh hubungan dengan pihak berelasi, terutama entitas di bawah Grup Djarum seperti $BBCA dan Grand Indonesia. Pendapatan dari pihak berelasi hanya 1%, tapi beban dari mereka mencapai 18–19%, mencakup COGS dan beban bunga. Sebagai contoh, bunga yang dibayar ke BCA mencapai Rp561 miliar, sementara bunga dari simpanan di BCA hanya Rp1,2 miliar. Ini menciptakan ketimpangan aliran kas karena lebih banyak yang keluar ke entitas satu grup daripada yang kembali ke perusahaan. Kalau struktur ini tidak transparan atau tidak dikendalikan dengan prinsip harga wajar, maka ada potensi conflict of interest yang bisa menggerus nilai bagi pemegang saham publik. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

TOWR berada di persimpangan antara keunggulan model bisnis dan kelemahan manajemen finansial. Di satu sisi, mereka punya bisnis yang sangat kuat: kontrak jangka panjang, margin tebal, dan arus kas tinggi. Tapi di sisi lain, manajemen ekspansi yang terlalu agresif, keputusan investasi yang tidak prioritas, beban utang yang besar, dan struktur transaksi grup yang timpang membuat fondasi yang kuat itu mulai keropos. Semua indikator keuangan menunjukkan bahwa pertumbuhan fisik perusahaan tidak lagi dibarengi dengan pertumbuhan efisiensi dan monetisasi. Bahkan, revenue per menara dan laba per menara terus turun, sementara biaya pembangunan dan bunga utang naik.

Jika strategi ini terus dijalankan tanpa koreksi, maka TOWR akan jadi perusahaan yang cashflow-nya besar, tapi tidak punya ruang bernapas karena seluruh arus kas sudah dikunci untuk membayar bunga, cicilan, dan capex yang belum menghasilkan. Model bisnis yang sangat kuat itu pada akhirnya akan tertelan oleh struktur finansial yang tidak elastis. Dan ketika ruang gerak makin sempit, investor, kreditor, dan pasar tidak lagi melihat recurring revenue sebagai cukup, tapi menuntut efisiensi, disiplin, dan ketepatan strategi alokasi modal. Karena di dunia korporasi, bisnis bagus saja tidak cukup jika manajemennya terlalu cepat menginjak gas tanpa tahu kapan harus ngerem. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.

Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345

Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm

Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx

Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW

Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU

Read more...

1/10

testestestestestestestestestes
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

@RobbyWijaya31 itulah kenapa pentingnya analisa dan riset, minimal baca annual report induk nya $TOWR

Jadi bisa bedakan halu sama nggak sama prospek di $DATA

Halu kah Group Djarum ngeluarin duit hampir 600 M untuk perusahaan yg book value nya aja gak sampe 300 M? itu pun cuman dapat 40%

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$DATA - EPS 500


$TOWR - iForte 200,000 KM Fiber Optic > Eksekusi FTTH

Djarum Group > Affiliate transaction Corporate Segmen

*Belum termasuk transaksi pihak ketiga dari corporate dan pemerintah


$PACK

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$TOWR

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$TOWR Tangan Emas Djarum bisa bersinar di $BBCA, tp belum terjadi di Blibli serta TOWR.

Sejarah akan membuktikan apakah Tangan Emas Djarum masih bisa bersinar pada generasi kedua.

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$TOWR lambat ya

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$DATA - Ada penampung di harga xxxx?


Kalau kalian baca volume dari hari ke hari terlihat semakin rendah

Entah hanya saya yg merasa hal ini bahwa semakin banyak investor yg memilih untuk hold jangka panjang?

akumulasi terus ada entah itu investor ritel atau institusi

tentu saja selain aksi akusisi group Djarum fundamental juga menjadi acuan

Forward PE menjadi hal yang menarik setelah semua operasional sudah bersinergi dengan iForte

Bagi yg penasaran berapa sih UPSIDE DATA jika mengacu pada forward PE nya?


$TOWR $BBCA

Read more...
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$TOWR

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$TOWR

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Tentang $BELI: Saudara $BBCA dan $TOWR yang Boncos Melulu

Request salah satu member di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345

Kisah ini bermula di suatu siang yang ramai, dua sosok duduk berdampingan di pinggir trotoar yakni Pak Toto, si penjual bakso Malang di lingkungan itu, dan satu lagi sosok besar yang tak kalah terkenal, Jeff Bezos, pendiri Amazon, yang datang jauh-jauh dari Seattle hanya untuk makan bakso Pak Toto. Yang satu jual bakso pakai gerobak, yang satu bangun kerajaan e-commerce global. Tapi keduanya sama-sama paham satu hal bahwa bisnis bukan soal omzet besar, tapi soal bagaimana uangnya muter. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Pak Toto mulai hari dengan modal Rp500 ribu, belanja daging, bumbu, dan gas. Jam 10 pagi, gerobaknya mangkal. Pembeli datang, mangkok demi mangkok keluar, dan semua transaksi langsung dibayar tunai. Modal kembali di hari yang sama, margin bersih 40%, dan gak ada ceritanya utang bank. Kalau dagangan gak habis? Besok tinggal dimasak ulang jadi bakso goreng. Praktis, kas lancar, dan setiap rupiah yang masuk bisa langsung dipakai buat belanja lagi. Model bisnisnya sederhana, tapi sehat karena arus kas yang kuat, bukan karena branding bombastis.

Di sisi lain, duduk Bezos, masih botak seperti Pak Toto, bukan dalam jas rapi, tapi dalam memori bisnisnya tahun 1997. Amazon waktu itu baru jualan buku. Margin tipis. Barang dikirim sendiri. Rugi bertahun-tahun. Tapi sejak awal 2000-an, Amazon pelan-pelan berubah. Pertama, mereka sadar gak bisa terus beli barang sendiri, karena itu menyedot kas. Maka mereka buka pintu untuk third-party sellers (3P), para penjual lain yang berjualan di Amazon, dan Amazon hanya ambil komisi. Kedua, Amazon bangun FBA (Fulfillment by Amazon), dimana penjual bisa titip barang di gudang Amazon, logistik diurus, tapi semua biaya dibayar seller. Ketiga, Amazon bikin Amazon Ads, menjual slot pencarian dan ruang promosi di websitenya ke para seller. Dan yang paling mengubah segalanya adalah AWS (Amazon Web Services), divisi cloud computing yang sekarang menyumbang lebih dari separuh laba operasi Amazon. Ini yang namanya Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Sekarang kita bandingkan itu dengan BELI, pemilik Blibli di Indonesia. Blibli bukan toko kecil. Mereka punya gudang besar, anak usaha distribusi, ratusan toko fisik dari Ranch Market sampai Apple Store, dan platform digital yang lengkap. Tapi dalam laporan keuangan Q1 2025, kita melihat model bisnis yang tidak jauh berbeda dari Amazon versi 1997, hanya dengan risiko yang lebih besar.

BELI mencatatkan revenue Rp4,69 triliun, tapi mayoritas, lebih dari 90%, datang dari jual barang yang mereka beli sendiri, lalu simpan di gudang, dan distribusikan ke toko fisik atau pelanggan institusi. Sama seperti Amazon dulu, mereka main di first-party retail. Bedanya? Amazon cepat bertransformasi. Sementara Blibli masih nyaman dengan model lama. Margin kotornya tipis banget, segmen institusi hanya 6,6%, first-party 9,2%. Bandingkan dengan segmen marketplace mereka, third-party seller, yang margin-nya hampir 100% karena Blibli hanya ambil komisi. Tapi kontribusinya? Cuma 7,5% revenue.

Lalu, apakah mereka untung? Tidak. Rugi bersih Rp641,5 miliar dalam 3 bulan. Dan ini bukan karena kurang jualan. Tapi karena struktur keuangannya berat. Inventory Rp3,2 triliun. Piutang Rp2,2 triliun. Barang dibeli dulu, dijual nanti, dan uang masuk belakangan. Tapi operasional tetap jalan. Maka arus kas operasional mereka negatif Rp2,09 triliun alias bakar duit hampir Rp698 miliar per bulan. Dengan kas hanya Rp1,65 triliun, napas mereka tinggal dua bulan. Upgrade skill napas buatan https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Darimana uang itu ditutup? Bukan dari laba, bukan dari investor publik, tapi dari utang bank jangka pendek senilai Rp3,02 triliun. Pinjaman ini harus digulung tiap beberapa bulan. Tidak ada utang jangka panjang yang stabil. Seolah-olah Blibli hidup dari koperasi rolling dalam skala triliunan. Apakah nanti Blibli akan ajukan pinjaman ke Koperasi Merah Putih? Tanya Budi?

Sementara Amazon sekarang menghasilkan laba dari seller, iklan, dan cloud, BELI justru masih bergantung pada utang dan diskon. Di Q1 2025, mereka memberikan diskon Rp916,8 miliar, sekitar 20% dari revenue. Ibarat Pak Toto ngasih bakso gratis tiap dua mangkok, dan bilang “bayar nanti aja, mas.” Kalau Pak Toto lakuin itu, besok dia harus jual motor. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Bedanya, Pak Toto tahu bahwa bisnis harus cashflow positif. Bukan soal seberapa ramai gerobaknya, tapi seberapa cepat uangnya balik. Dan Jeff Bezos pun tahu itu. Dia pusing di awal, tapi dia pivot cepat. Marketplace, Ads, AWS, semua dibangun untuk mencetak repeatable margin tinggi tanpa beban inventory. Itulah kenapa Amazon bisa tumbuh dan untung.

Lalu, apakah Blibli bisa berubah? Hanya sekedar bertanya 🙏

Mungkin saja BELI bisa berubah dengan cara, pertama, mereka harus memperbesar kontribusi segmen third-party. Marketplace ini adalah model yang tidak menyedot kas, tidak perlu gudang, dan margin-nya bersih. Kedua, monetisasi seller lewat iklan dan logistik. Jangan biarkan seller pakai platform gratis tanpa kontribusi. Ketiga, pangkas ekspansi toko fisik yang fixed cost-nya tinggi, dan hanya pertahankan outlet yang efisien. Keempat, perbaiki cashflow dengan mengurangi pembelian barang yang belum tentu laku, serta mempercepat penagihan piutang. Dan kelima, cari pendanaan jangka panjang, bukan lagi mengandalkan utang bank jangka pendek yang bikin posisi keuangan terus tercekik.

Blibli tidak perlu meniru AWS. Tapi cukup meniru prinsip dasar Amazon, berhenti jadi toko, dan mulai jadi platform. Berhenti berpikir “jualan banyak = untung,” karena nyatanya yang dicetak sekarang bukan laba, tapi utang. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Dan saat Pak Toto mengangkat mangkoknya, menyeruput kuah bakso hangat sambil melirik laporan keuangan Blibli, dia hanya berkata pelan,
“Yang penting itu bukan omzet triliun, Mas Bezos… tapi uangnya balik hari itu juga.”
Bezos tersenyum. Karena dia tahu, prinsip yang sama membuatnya jadi orang terkaya di dunia, bukan karena jualan buku, tapi karena paham kapan berhenti pegang barang, dan mulai pegang sistem.

Tinggal lihat saja nanti Djarum mau ngapain di BELI. Pivot bisnis ke Data Center?

Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.

Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345

Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm

Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx

Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW

Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU

Read more...

1/10

testestestestestestestestestes
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Keypoints:
- BI cut rate 25 basis poin.
- US dan China mau ribut lagi
----------------------------
Rabu, 21 May 2025 15:56
Saham potensial gap-up/down di CLOSING market, diurut berdasarkan nilai persentase:
(cukup pantau baris paling atas dan paling bawah untuk cek gap terbesar):

GAP UP:
🔼 $BREN gap up ke 6550 (+175 atau +2.75%) dari 6375
🔼 $TOWR gap up ke 615 (+10 atau +1.65%) dari 605
🔼 TBIG gap up ke 2040 (+30 atau +1.49%) dari 2010
🔼 PGAS gap up ke 1750 (+20 atau +1.16%) dari 1730
🔼 UNVR gap up ke 1770 (+20 atau +1.14%) dari 1750
🔼 LTLS gap up ke 940 (+10 atau +1.08%) dari 930
🔼 ISAT gap up ke 2130 (+20 atau +0.95%) dari 2110
🔼 ADMR gap up ke 1090 (+10 atau +0.93%) dari 1080
🔼 SMGR gap up ke 2580 (+20 atau +0.78%) dari 2560
🔼 AKRA gap up ke 1375 (+10 atau +0.73%) dari 1365
🔼 INDY gap up ke 1445 (+10 atau +0.7%) dari 1435
🔼 BNGA gap up ke 1825 (+10 atau +0.55%) dari 1815
🔼 ITMG gap up ke 22550 (+75 atau +0.33%) dari 22475

GAP DOWN:
🔽 BBNI gap down ke 4510 (-20 atau -0.44%) dari 4530
🔽 GGRM gap down ke 10075 (-50 atau -0.49%) dari 10125
🔽 ICBP gap down ke 10800 (-75 atau -0.69%) dari 10875
🔽 NISP gap down ke 1365 (-10 atau -0.73%) dari 1375
🔽 ARTO gap down ke 2020 (-20 atau -0.98%) dari 2040
🔽 IPCC gap down ke 1000 (-10 atau -0.99%) dari 1010
🔽 CTRA gap down ke 990 (-10 atau -1%) dari 1000
🔽 CPIN gap down ke 4850 (-60 atau -1.22%) dari 4910
🔽 CFIN gap down ke 324 (-4 atau -1.22%) dari 328
🔽 ASII gap down ke 4630 (-60 atau -1.28%) dari 4690
🔽 SMDR gap down ke 294 (-4 atau -1.34%) dari 298
🔽 DOID gap down ke 498 (-7 atau -1.39%) dari 505
🔽 ADHI gap down ke 260 (-4 atau -1.52%) dari 264
🔽 $TSPC gap down ke 2500 (-80 atau -3.1%) dari 2580

Cek ulang semuanya dan IEP bisa berubah smp menit terakhir. Salam Cuan.

Read more...
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Dengan penurunan suku bunga 25bps, EBIT $TOWR bakal naik sekitar 100M

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$TOWR

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Terima deviden $TOWR

Emiten ini adalah bet saya terhadap horizon suku bunga yang sudah terlalu tinggi sehingga akan ada pemotongan suku bunga dalam waktu dekat. Tapi sudah hampir setahun, thesis saya belum terbukti 😅

We’ll see!

$PGEO $BREN

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$TOWR

ALHAMDULILLAH pagi ini SUDAH Terima Dividen TOWR & $TRIS

Terus belajar berinvestasi. Hingga rata2 Dividen per bulan minimal 100 juta. Aamin. 🤗

$IHSG

1/2

testes
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

*Datamologi Saham $TOWR* [610]
Analisis Arus Dana by Primbon Saham 20 Mei 2025

💡 *Informasi Umum:*
Perusahaan Sarana Menara Nusantara Tbk. dengan kode TOWR tercatat sejak 08 Mar 2010, di mana saat ini tercatat pada Papan Utama. Pada perdagangan terakhir TOWR mengalami penguatan 🔼 sebesar 1,67% dengan harga penutupan perdagangan terakhir (20 Mei 2025) Rp 610. Dari Catatan yang ada, saat ini memiliki earning per share (eps) positif sebesar 66,93, dengan price earning ratio sebesar 9,11.

💡 *Rata-Rata Transaksi:*
⏩Total Volume yang ditransaksikan sebesar 26.563.800.
⏩Likuiditas untuk menumpang cukup jutaan hingga puluhan juta saja karena minimal yang ditransaksikan hanya sebesar Rp 15,67 miliar dalam sehari perdagangan. Jika menggunakan anggaran untuk transaksi di atas Rp 1.205,59 juta per hari atau Rp 200,93 juta per jam berpotensi ikut menggerakkan harga.
⏩Rata-Rata transaksi sebesar 84 lot per transaksi pada hari terakhir, atau modal yang digunakan sebesar Rp 4,95 juta sekali transaksi.

💡 *Sopir Asing/Lokal:*
Dana asing berperan penting pada perubahan harga. Hari terakhir Asing melakukan pembelian 23,25% dari total volume yang diperdagangkan.

💡 *Posisi dari Bottom:*
Resiko: 🔴 High Risk
❌Posisi saat ini 38,01% dari terendah 52 week (Rp442,-), sudah cukup tinggi.

💡 *TRADING PLAN:*
🗒Rentang harga beli : 600 - 600
🗒Best price jika bertahan di atas harga 600
🗒Target terdekat: 640 - 660
🗒Target menengah: 700
🗒Stop Loss jika penutupan tembus : 570
Expired 3 hari perdagangan setelah tanggal 20 Mei 2025

💡 *Range Harga Terdekat:*
Jika harga saham turun 🔻, berpotensi bergerak pada rentang harga 577 - 597. Sementara, kalau harga saham mengalami kenaikan 🔼, berpotensi bergerak pada rentang harga 628 - 641.
Expired 2 hari perdagangan setelah tanggal 20 Mei 2025

💡 Skenario Avg Down Jika Breakdown dan Floating Loss tanpa Cutloss:
🗒AVG Down di Support: -27,54%, yaitu disekitar harga 442-451.
🗒AVG Down jika ada potensi demand sebelum support: -13,77%, yaitu disekitar harga 526-537.

💡 Sentimen satu hari perdagangan terakhir:
🔖 Net FBuy : ❌Penjualan asing lebih banyak dari pembelian.
️🔖 Growth FBuy : ✅Pembelian Asing meningkat 1,74X dari hari sebelumnya.
️🔖 Bid/Off Volume : ❌Offer lebih besar dari bid.
️🔖 Pertumbuhan Bid : ❌Pembelian menurun dari hari sebelumnya.
️🔖 Pertumbuhan Volume : ✅Ada pertumbuhan volume 6,49% dari hari sebelumnya.
️🔖 Ledakan Volume : ❌Tidak ada ledakan volume
️🔖 Frekuensi : ❌Tidak ada peningkatan frekuensi transaksi
️🔖 Ledakan Frekuensi : ❌Tidak ada ledakan frekuensi

*Disclaimer On:*
⚠️ Bukan ajakan beli-jual saham.
⚠️ Pertimbangkan lagi setiap keputusanmu, sebelum memutuskan membeli atau menjual saham.
⚠️ Informasi menarik lain saya share di Channel: https://cutt.ly/LrcjTBFL

Jangan lupa Save, Like, Comment, dan Follow/Subscribe ya.

Read more...
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy