685

-5

(-0.72%)

Today

144,100

Volume

4.12 M

Avg volume

Company Background

PT Total Bangun Persada Tbk, yang pertama kali didirikan sebagai PT Tjahja Rimba Kentjana pada 4 September 1970 dan berganti nama menjadi PT Total Bangun Persada pada 1981, adalah perusahaan konstruksi terkemuka di Indonesia yang mengkhususkan diri pada pembangunan gedung-gedung komersial dan high-rise bertaraf internasional. Sejak mencatatkan saham perdana (kode TOTL) di Bursa Efek Indonesia pada 25 Juli 2006, TOTAL memfokuskan operasionalnya pada penerapan Lean Construction, prinsip green building melalui Green Building Council Indonesia, dan efisiensi proses kerja. Perseroan telah menyelesaikan lebih dari 900 proyek prestisiu... Read More

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$TOTL 13 Jun 25
Shareholder : Djadjang Tanuwidjaja
Type : Local
Bought : +500,000 (+0.01%)
Current : 367,351,740 (10.77%)
Previous : 366,851,740 (10.76%)

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$TOTL besok pencairan gaess siap siap terbang...

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

@Efendi1609 semua saham klo bagi deviden pasti ada trapnya, $TOTL jg ada itu udah turun lumayan dalam

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Emiten konstruksi terdabaset

-Emiten konstruksi lain pada seret TOTL malah bertumbuh

-ROE paling bagus dibandingkan lain

-Kliennya rata-rata pihak swasta dan pembayarannya lancar, dibandingkan konstruksi BUMN yang ngandelin pemerintah pembayarannya sering macet

-Bagi deviden rutin

-Pertumbuhan okeh

Kurang apalagi coba???
$TOTL $WIKA $ADHI

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$TOTL - Hening -

Tahu tahu dapat project besar lagi


Happy Investing

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$TOTL 12 Jun 25
Shareholder : Djadjang Tanuwidjaja
Type : Local
Bought : +441,900 (+0.01%)
Current : 366,851,740 (10.76%)
Previous : 366,409,840 (10.75%)

Deskripsi Jurnal

Judul: “Beyond Fama-French”: Evolusi Investasi Faktor dan Implikasinya bagi Investor Ritel di Pasar Berkembang
https://cutt.ly/trQ8adKE
Penulis: @Iwin14
Tipe: Jurnal Edukatif & Analitis
Topik: Investasi Faktor, Strategi Hybrid, Pasar Berkembang
Bahasa: Indonesia
Jumlah Halaman: 16 halaman (termasuk studi kasus dan referensi)
Target Pembaca: Investor ritel, akademisi keuangan, analis pasar, dan praktisi yang tertarik pada strategi kuantitatif dan konteks emerging market
Tujuan: Menjelaskan perkembangan strategi Factor Investing pasca performa lemah model Fama-French, dan memperkenalkan pendekatan hybrid berbasis faktor + katalis yang lebih relevan untuk pasar berkembang seperti Indonesia.

Deskripsi Singkat

Jurnal ini saya susun untuk mengeksplorasi bagaimana pendekatan investasi faktor klasik—khususnya model Fama-French—perlu bertransformasi agar relevan bagi investor ritel di pasar berkembang seperti Indonesia. Saya menggarisbawahi kegagalan model tradisional selama dekade 2010–2019 dan menawarkan kerangka investasi yang lebih adaptif, dengan menggabungkan screening kuantitatif dan analisis katalis kualitatif berbasis narasi makro dan kebijakan lokal. Untuk memperkuat penerapan praktisnya, saya menyertakan studi kasus saham Indonesia ($DKFT, $ARKO, $TOTL) sebagai contoh portofolio hybrid yang responsif terhadap inefisiensi pasar.

Ulasan

Saya merancang struktur jurnal ini agar berjalan secara logis—dimulai dari kelemahan historis model akademik → transisi menuju faktor alternatif → diakhiri dengan strategi praktis yang bisa langsung digunakan oleh investor ritel Indonesia.

1. Kontekstual terhadap Pasar Berkembang
Salah satu motivasi utama saya adalah menunjukkan bahwa strategi investasi faktor bisa tetap relevan jika disesuaikan dengan karakteristik lokal, seperti katalis kebijakan pemerintah, dominasi emiten big cap, dan struktur informasi yang tidak efisien.

2. Aplikasi Riil dan Terukur
Saya ingin pendekatan ini tidak hanya bersifat konseptual. Oleh karena itu, saya menyusun indikator teknis seperti EV/EBIT, ROIC, net accruals, serta variabel risiko seperti beta dan drawdown untuk membantu investor mengeksekusi strategi ini secara langsung.

3. Studi Kasus Terpilih dan Tematik
Saya memilih DKFT (hilirisasi nikel), ARKO (EBT), dan TOTL (IKN) karena mewakili kombinasi ideal antara faktor kuantitatif dan katalis naratif berbasis agenda ekonomi nasional.

Refleksi Kritis

1. Keterbatasan Data Empiris Lokal
Jurnal ini memang belum menyajikan hasil backtesting untuk pasar Indonesia secara langsung. Ke depan, saya berharap bisa melengkapi pendekatan ini dengan data historis IDX dan simulasi portofolio faktorial.

2. Perluasan ke Teori Modern Lain
Saat ini saya masih memfokuskan pembahasan pada Fama-French, Robeco, dan HXZ. Akan lebih lengkap bila dikembangkan ke model multifactor berbasis AI atau teori Arbitrage Pricing Model (APT).

Kesimpulan

Jurnal ini saya tulis sebagai bentuk kontribusi terhadap literasi keuangan investor ritel, sekaligus sebagai eksplorasi akademik tentang bagaimana strategi investasi modern harus terus berevolusi. Saya percaya bahwa pendekatan hybrid yang fleksibel dan kontekstual justru lebih efektif di pasar berkembang. Tidak semua strategi dari pasar maju bisa langsung diadopsi—tapi bisa diadaptasi.

Rekomendasi

✓ Untuk investor ritel: Gunakan kerangka hybrid ini sebagai filter awal dalam menyusun watchlist berbasis faktor dan katalis.

✓ Untuk peneliti & edukator pasar modal: Jadikan jurnal ini sebagai dasar pengembangan kurikulum atau modul literasi faktor lanjutan.

✓ Untuk pengembang produk investasi: Ada potensi untuk mengembangkan smart beta ETF berbasis narasi makro nasional.




---------------
Disclaimer

Seluruh konten dalam jurnal ini disusun semata-mata untuk tujuan edukasi dan refleksi akademik. Analisis, opini, dan studi kasus yang disajikan merupakan hasil pengamatan dan interpretasi pribadi saya berdasarkan sumber terbuka, referensi riset, serta pengalaman empiris. Informasi dalam jurnal ini bukan merupakan nasihat investasi, rekomendasi beli/jual, maupun ajakan untuk melakukan transaksi di pasar modal.

Investor disarankan untuk melakukan analisis mandiri atau berkonsultasi dengan penasihat keuangan sebelum mengambil keputusan investasi. Kinerja historis suatu faktor, saham, atau strategi tidak menjamin hasil serupa di masa depan. Jurnal ini juga tidak berafiliasi dengan institusi keuangan, emiten, atau otoritas pasar modal manapun.

Saya menolak segala bentuk tanggung jawab atas kerugian yang mungkin timbul akibat penggunaan informasi dalam jurnal ini tanpa pertimbangan risiko yang matang.

Read more...
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Analisa IHSG dan 3 Saham Menarik / Berpotensi Naik Tanggal 16 - 20 Juni 2025 @AnTekSaham. Cek analisa lainnya di profil https://stockbit.com/#/AnTekSaham?source=8

https://cutt.ly/4rQC4VFY

RANDOM TAG
$TOTL $HRUM $WTON

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

"Apa itu transaksi pasar nego?"
↪️ Yaitu pasar di mana harga dan jumlah saham yang diperjualbelikan ditentukan secara langsung melalui negosiasi antara pihak pembeli dan penjual, bukan melalui sistem otomatis seperti di pasar reguler.

Ciri-ciri transaksi pasar nego :
1. Tidak melalui antrian di orderbook
2. Harga bisa berbeda dari harga reguler
3. Proses pencocokan dilakukan oleh broker

Menampung (WTB) transaksi pasar nego jenis berikut :
● Odd lot
● Saham gocap
● ARB berjilid-jilid

Syarat yang wajib dipenuhi :
⏩ Transaksi min Rp 1jt
⏩ Khusus saham gocap, maksimal harga tertinggi Rp30 tergantung jumlah lot, antrian, emiten, dll
⏩ Untuk odd lot & ARB berjilid, harga harus ≥Rp100
⏩ ARB ditampung setelah 3× ARB
⏩ Seluruh biaya transaksi nego ditanggung penjual. Biaya transaksi nego senilai Rp 22.000/transaksi/user/emiten/hari + 1% total transaksi keseluruhan. Jika transaksi revisi >1× penyebabnya fraud dokumen oleh penjual, biaya 1% hangus & sisanya akan di refund serta transaksi batal

Benefit yang ditawarkan :
✅ Buyback max +7% khusus transaksi odd lot. Tergantung jumlah odd lot yang dimiliki
✅ Dokumen terima jadi khusus broker XL - Stockbit Sekuritas
✅ Pengetahuan cara transaksi di pasar nego buat yang pertama kali transaksi

Jika berminat, langsung inbox aja atau chat sosmed yang ada di profil
$TOTL $PORT $LABA

Read more...
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Shimizu ngumpulin barang dari masyarakat baru kekumpul 0.0 sekian %.

Rebutan sama Djajang 🤣

$TOTL

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$TOTL 11 Jun 25
Shareholder : Djadjang Tanuwidjaja
Type : Local
Bought : +50,000 (+0.01%)
Current : 366,409,840 (10.75%)
Previous : 366,359,840 (10.74%)

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$TOTL 10 Jun 25
Shareholder : Djadjang Tanuwidjaja
Type : Local
Bought : +40,000 (0.00%)
Current : 366,359,840 (10.74%)
Previous : 366,319,840 (10.74%)

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

RUPS Tahunan $PBSA menjadi penutup dari rangkaian CeritaRUPS empat tahun terakhir.

Terima kasih atas segala apresiasi dari para Stockbitor selama ini! Sampai jumpa lain pada kesempatan. Senang bisa berjumpa offline di RUPS $TOTL dan $UNVR

cc: @rafidpratama @fadhilra11 @joviechen

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$TOTL seperti biasa bandar ngepump di akhir² penutupan

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$TOTL bukanya turun, malah naik hmmmmm, jadi galau, beli sekarang apa engga ya?

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$TOTL zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz

Penuh dengan “C”

Toloooooooooooooooooooong

Money lai lai lai..

Nb: bukan stockpick. Bukan porto ane juga.

$IPCC $TOTL $RALS

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

I just realize 1 day after I wrote this stream on @Stockbit

https://stockbit.com/post/17329256 , other Indonesian article just shown up here

https://cutt.ly/urQwXQ9R

Personally I don't mind, but I am just astonished.. Stockbit is a very good influencing tool.. 😁🤣

$BAYU $SMSM $TOTL

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

ibarat disuruh milih jodoh, susah nih.
tapiii,
nature bisnis $TOTL senantiasa di leher pelanggan yg jumlahnya paling belasan, salah satu kontrak gagal maka bisa batuk performanya.
sementara $SIDO end usernya pasti ratusan ribu ritel, yg harusnya lebih bikin aman.

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$BDKR HIT

$PTPP $TOTL

Dual TO, $TOTO & $TOTL are the green guard Porto, slow but sure 🏁 🐢.
TOTL telat nambah muatan jd terlewat profit 40% 😊. TOTO sebatas cek ombak dulu 🌊 🏄.
Semoga semakin menghijau smp > +100% di Q3/Q4 2025 menyusul sang Kaka $ANTM.

1/2

testes
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$TOTL

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$TOTL kuat-kuatin sampe tgl 18 ya, kl ada amunisi serok lagi..entar tgl 19 🚀 🚀 🚀

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$TOTL tgl 18 kok kerasa lama amat

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

lebih enak masuk 2 dua nya,
masuk $TOTL lanjut keluar switch ke $PBSA.. 👍☺️

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

@afiqmustofa gau di $TOTL malah staknan div 9% minus 14%

gedekk banget gua liatnya

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$TOTL BRUUHHHH 🗿

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$TOTL masih nunggu distribusi, dengan yield 13%.
$SIDO baru nitip sendal di 510.

Benar, keduanya memang menarik dari sisi yang berbeda.

$IHSG: Menari di Atas Utang, atau Menyimpan Emas di Lemari?

"Ada dua jenis elang di hutan bisnis: Yang satu menunggang angin, yang lain membangun sarang dari ranting emas."

Dalam jagat korporasi, filosofi ini hidup dalam pengelolaan modal kerja.
Kemarin, kita telah menyelami strategi $TOTL, yang "membangun imperium dari uang orang lain". Modal kerja negatif yang dialami oleh TOTL justru menjadi "angin gratis" yang menggerakkan kapal. Ini mengubah vendor dan pelanggan (melalui uang muka proyek) menjadi bankir tanpa bunga, memanfaatkan efisiensi leverage secara maksimal.

Hari ini, mari kita telusuri kerajaan $SIDO, sang raja konservatif yang memilih membangun tembok istana dari emas batangan miliknya sendiri.

________________________________________
Anatomi Kemandirian yang Mahal

Berdasarkan laporan keuangan SIDO per 31 Maret 2025, kita dapati gambaran berikut tentang aset lancar operasionalnya (tanpa menghitung kas idle):
• Piutang dagang seluas sungai: Rp667 miliar
• Persediaan setinggi gunung: Rp492 miliar
• Modal kerja lainnya selain kas: Rp46 miliar
Sehingga total kebutuhan modal kerja operasional adalah Rp1.205 miliar. Namun, hanya Rp347 miliar yang bisa ditangguhkan ke vendor dan utang lancar lainnya, sebagai "hujan" yang minim. Ini menciptakan defisit modal kerja bersih sebesar Rp858 miliar (1.205 miliar – Rp347 miliar).

"Melihat defisit ini, pertanyaan muncul: apakah SIDO membutuhkan pinjaman bank? 'Tidak perlu,' kata SIDO. 'Kami punya sumur sendiri.'"

________________________________________
Biaya Kemewahan yang Tak Tersembunyi: Harga Kemandirian SIDO
(Sebelumnya, saya juga telah menjelaskan sedikit tentang "cost of equity vs cost of debt".)

Sekarang kita lanjut ceritanya. Sementara banyak perusahaan harus meminjam dengan cost of debt yang relatif murah, biasanya 8-10%, SIDO memilih untuk membayar lebih mahal, dengan:
• Cost of equity 15-20%: Ini adalah mahkota emas yang memberatkan, yaitu dana yang disediakan pemegang saham dengan harapan return yang lebih tinggi.
• Kas idle Rp1.177 miliar: Emas batangan yang dikunci di brankas istana, dana ini tidak produktif.
Total dana pemilik yang "terkunci" untuk menopang operasional dan kas yang tidak bekerja adalah: Rp858 miliar (defisit modal kerja) + Rp1.177 miliar (kas idle) = Rp2.035 miliar.
Angka ini setara dengan 55% dari total ekuitas SIDO Rp3.709 miliar.

Warren Buffett seolah berbisik, " Memarkir Rp1.177 miliar kas idle seperti membeli jet pribadi hanya untuk dipajang—indah di neraca, tapi mematikan return"

Modal yang seharusnya bisa digulirkan untuk ekspansi atau investasi strategis, justru tertahan dalam operasional harian perusahaan.

________________________________________
Revolusi Formula Modal Kerja

Selama ini kita diajari: "Modal kerja positif = Perusahaan sehat."

Namun, izinkan saya membalik logika itu:
• Modal kerja adalah beban, bukan aset. Setiap modal yang tertanam memiliki biaya.
• Semakin kecil modal kerja, semakin baik. Ini mengindikasikan efisiensi.
• Modal kerja negatif? Itu justru keunggulan kompetitif! Ini merefleksikan "Goodwill yang hidup"—kemampuan berbisnis dengan uang orang lain, sebuah mahakarya sejati korporasi, seperti yang ditunjukkan oleh TOTL.

Oleh karena itu, jika sebelumnya kesehatan modal kerja dihitung dengan formula:
Modal Kerja = Aset Lancar – Liabilitas Lancar

Maka seharusnya adalah:
Modal Kerja = Liabilitas Lancar – Aset Lancar

Dengan formula baru ini, interpretasinya menjadi lebih relevan dari perspektif pemegang saham:
• Hasilnya positif (Liabilitas Lancar > Aset Lancar): Ini adalah surplus modal kerja. Artinya, perusahaan memiliki dana lebih dari yang dibutuhkan untuk operasional harian, yang secara teoritis dapat dimanfaatkan oleh pemilik untuk keperluan lain atau tetap tersimpan sebagai kas. Ini adalah tanda efisiensi kapital yang tinggi.

• Hasilnya nihil (Liabilitas Lancar = Aset Lancar): Artinya perusahaan "tidak membutuhkan modal kerja" secara signifikan. Aktivitas operasional sudah saling berputar, saling menutupi, dan saling mendukung. Penjualan menciptakan piutang, produksi menciptakan persediaan, dan pendanaan proses ini ditutupi oleh utang usaha atau aktivitas operasional lainnya (misalnya, membeli barang dagangan dengan tempo utang yang lebih panjang dari tempo pembayaran piutang). Ini adalah skenario modal kerja yang sangat efisien.

• Hasilnya negatif (Liabilitas Lancar < Aset Lancar): Ini adalah defisit modal kerja. Inilah arti modal kerja yang sebenarnya: berapa modal yang harus disediakan oleh pemilik untuk menutup defisit. Semakin besar aset lancar dibandingkan dengan liabilitas lancarnya, maka semakin besar modal kerja yang harus disuntikkan oleh pemilik.

Formula baru ini lebih relevan karena berbicara dalam bahasa pemilik (pemegang saham). Bukankah perusahaan didirikan untuk kepentingan pemegang saham? Dengan formula ini, pertanyaan pemegang saham seperti, "Kenapa butuh modal kerja? Bukankah kalian sudah saya berikan rumah, tanah, dan lain-lain... kalian kan tinggal jualan!" dapat dijawab dengan gamblang oleh manajemen.

Contoh, manajemen dapat menjelaskan dengan masuk akal ketika situasi perusahaan "aset lancar > utang lancar", dan bilang kepada pemilik, "Bos, modal kerja kami negatif! Kami mengalami defisit, jadi kami butuh suntikan modal lagi dong."

Ini jauh lebih masuk akal daripada manajemen menggunakan formula lama, yang hasilnya adalah;
"Maaf bos..., modal kerja kita surplus nih... jadi minta tambahan dana dong... sekarang semua orang minta penjualannya pakai tempo 3 bulan, sementara harga bersaing hanya didapat jika kami beli barang dagangan (modal) dengan tempo 1 bulan. Jadi terpaksa saya minta tambahan modal kerja."

Reaksi bos dapat kita bayangkan:

Seandainya si bos adalah pemegang saham TOTL, maka dapat dipastikan jawabannya adalah;
"Gimana sih, Bro…? Itu namanya lo tekor (defisit), bukan surplus! Pantesan aja lo 'oon', makanya cuma dapat utangan tempo 1 bulan, dan giliran jualan malah dapat pelanggan yang minta dibayar 3 bulan.... Gak bisa kalian seenaknya apa-apa minta sama pemegang saham! Kalian harus kreatif cari sendiri pendanaan untuk kebutuhan operasional kalian, dan jika tidak sanggup, silakan tinggalkan perusahaan ini, saya akan mencari pengganti kalian!"

Akhirnya, dengan terpaksa, kreativitas, dan kredibilitas, manajemen TOTL sukses mendapatkan pendanaan dari vendor dan dari uang muka penjualan sebesar Rp2.303 miliar. Jumlah tersebut lebih besar daripada modal kerja yang dibutuhkan sebesar Rp1.519 miliar. Jadi, alih-alih mengalami kesulitan modal kerja, mereka justru mampu memanjakan para pemegang saham, dengan memberikan kelebihan modal kerja sebesar Rp840 miliar (2.303 miliar – 1.519 miliar), yang secara teori, adalah sah-sah saja kalau digunakan oleh para pemegang saham, untuk bayar dividen misalnya.

Dan seandainya, jika si bos adalah pemegang saham SIDO, maka dapat dipastikan jawabannya adalah;
"Gimana sih, Bro? Itu namanya lo tekor (defisit), bukan surplus! Pantesan aja lo 'oon', makanya cuma dapat utangan tempo 1 bulan, dan giliran jualan malah dapat pelanggan yang minta dibayar 3 bulan. Okelah.... tapi karena bosmu ini raja minyak, jangankan uang untuk modal kerja kamu yang cuma butuh Rp858 miliar, kalau kamu mau tidur di atas tumpukan uang pun juga tidak masalah, yang penting kalian jangan salah lagi ya bilang ini surplus, padahal defisit. Kalau kalian salah lagi, kalian akan saya pecat!"

Walhasil, SIDO yang sejatinya cuma butuh modal kerja sebanyak Rp858 miliar malah disuntik dana oleh pemilik sebesar Rp2.035 miliar, kelebihan sebesar Rp1.177 miliar berbentuk "kas idle", yang sewaktu-waktu dapat digunakan untuk alas tidur manajemen.

Dalam situasi di atas, baik kasus SIDO maupun TOTL, jika manajemen masih pakai formula klasik dalam otaknya, maka manajemen bisa semakin bingung dan "oon" untuk dapat merespons jawaban si bos yang pintar tapi cerdik tersebut.

TOTL meraih surplus bukan karena keberuntungan, tapi karena kredibilitas yang dibangun untuk memperoleh "pendanaan organik". Sementara SIDO memilih jalan mahal demi kestabilan absolut—dengan biaya yang tidak kasatmata tapi nyata.

________________________________________
Dua Jalan Menuju Roma: Mana yang Lebih Baik?

• TOTL bagai angin yang tak terlihat tapi bisa menggerakkan kapal—memberikan efisiensi dan kelincahan dengan memanfaatkan leverage.
• SIDO laksana emas yang berkilau tapi berat dibawa—menawarkan stabilitas dan kemandirian, namun dengan potensi inefisiensi modal.

Peter Lynch pernah berkata: "Know what you own, and know why you own it."

Yang mana lebih baik? Tergantung badai apa yang akan datang. Dalam kondisi ekonomi stabil, TOTL mungkin lebih unggul dalam return on equity karena modalnya lebih efisien. Namun, dalam krisis likuiditas, kemandirian SIDO bisa menjadi jangkar penyelamat.

Charlie Munger mengingatkan: "Tidak ada model bisnis yang sempurna, hanya yang paling adaptif."

________________________________________
Penutup: Filsafat Modal Sejati

Di rimba kapitalisme:
• Yang satu membangun jembatan dari rotan pinjaman.
• Yang lain mengukir jalan dari batuannya sendiri.
Keduanya bisa sampai tujuan.

Tapi hanya investor bijak yang tahu: " Bukan berat emas di lemari yang menentukan kemenangan, tapi kepiawaian menari di atas angin pasar."

________________________________________
Pertanyaan Reflektif:
• Lebih menghargai kelincahan TOTL atau kemewahan SIDO?
• Sudahkah laporan keuangan Anda menggunakan formula revolusioner ini?

Semoga analogi ini membuka jendela baru dalam memandang laporan keuangan. Selamat berburu hikmah di balik angka-angka!

Read more...
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$TOTL zzzzzzzzz

2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy