Volume
Avg volume
PT Tjiwi Kimia Paper Factory Tbk. (TKIM) berlokasi di Sidoarjo, dekat Surabaya di Jawa Timur - Indonesia. Pabrik mulai berproduksi pada tahun 1978. Pada tahun 2006, kapasitas produksi kertas dan karton meningkat menjadi lebih dari 1.200.000 metrik ton per tahun, dan kapasitas konversi alat tulis meningkat menjadi sekitar 320.000 metrik ton per tahun. Rangkaian produk Tjiwi Kimia mencakup produk bernilai tambah seperti kertas khusus, kertas fotokopi, kertas woodfree tanpa lapisan, kertas coklat industri, kertas tanpa karbon, dan berbagai alat tulis sekolah dan kantor. Buku tulis, pembalut, spiral, buku bersampul tebal, buku gamb... Read More
$TKIM $UVCR $MDLA
Penjelasan lengkap di https://cutt.ly/Qrgf8L0c
$UCID Masalah Kamu Apa Sebagai Produk Asing? Sini Cerita
Banyak yang mengira UCID alias PT Uni-Charm Indonesia Tbk adalah perusahaan lokal karena produknya begitu melekat di kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia—dari popok bayi MamyPoko, pembalut Charm, sampai popok dewasa Lifree yang sering nongol di rak swalayan. Tapi kenyataannya, UCID adalah bagian dari grup asing asal Jepang. Mayoritas sahamnya—tepatnya 59,2%—dikendalikan oleh Unicharm Corporation, raksasa consumer goods Jepang yang punya jaringan bisnis di seluruh Asia. Sisanya baru dimiliki publik dan investor lokal. Jadi meskipun pabriknya ada di Karawang dan Mojokerto, jantung dari arah strategis perusahaan tetap mengacu pada sang induk di Tokyo. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Perusahaan ini mulai beroperasi di Indonesia sejak tahun 1997 lewat kerja sama dengan Grup Sinar Mas (PT Purinusa Ekapersada) induk $INKP dan $TKIM sebelum akhirnya bertransformasi menjadi anak usaha penuh Unicharm Jepang. Bahkan keputusan besar seperti ekspansi produk, alokasi dividen, hingga efisiensi operasional biasanya mengikuti arahan grup induk. UCID tercatat di Bursa Efek Indonesia sejak Desember 2019, tapi tetap saja mayoritas keuntungan akhirnya "pulang kampung" ke Jepang lewat dividen dan kendali strategis. Tidak heran, gaya manajemennya juga kental nuansa Jepang: efisien, konservatif, dan sangat fokus pada penguasaan pasar lewat dominasi distribusi modern.
Walau begitu, kita juga gak bisa menafikan bahwa UCID punya kontribusi besar buat Indonesia. Mereka menyerap ribuan tenaga kerja, membangun pabrik besar di dalam negeri, dan membantu membentuk pola konsumsi masyarakat terhadap produk kebersihan. Tapi dari sisi investor, penting untuk paham bahwa ini bukan emiten murni lokal. Jadi ketika kamu beli saham UCID dan berharap ada kebijakan super nasionalis atau pertumbuhan berbasis kepentingan domestik, ya siap-siap kecewa. Karena pada akhirnya, UCID tetaplah produk asing—diproduksi lokal, dijual ke publik, tapi dikendalikan dan diarahkan oleh Unicharm Jepang. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
UCID menutup tahun 2024 dengan performa yang agak lelah dibanding 2023, tapi belum sampai titik mencemaskan. Dari sisi revenue, penjualan bersih turun -5,56% dari Rp10,25 Triliun ke Rp9,68 Triliun. Yang bikin penurunan ini terjadi bukan karena kehilangan pelanggan besar atau pasar ambruk total, tapi karena penurunan di lini utama: popok bayi dan dewasa alias produk diapers. Dari yang tadinya Rp7,99 Triliun di 2023, turun jadi Rp7,22 Triliun di 2024. Tapi sisi baiknya, lini non-diapers seperti produk kebersihan pribadi malah tumbuh dari Rp2,26 Triliun ke Rp2,46 Triliun. Ini jadi petunjuk bahwa perusahaan masih bisa adaptasi dan diversifikasi portofolio, nggak hanya tergantung satu produk. Tambah lagi, penjualan ke dua channel distribusi utama—Indomaret dan Alfamart—masih solid, masing-masing menyumbang lebih dari Rp1,3 Triliun. Jadi UCID memang kena tekanan permintaan, tapi tidak kehilangan jalur distribusi atau pangsa pasar besar. Masih aman. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Lanjut ke profitabilitas, UCID mencetak laba bersih Rp350 Miliar, turun -19,36% dari Rp434,5 Miliar tahun sebelumnya. Di permukaan ini terlihat jelek, apalagi EPS juga turun dari Rp105 ke Rp84. Tapi kalau ditelusuri, sebagian besar penurunan ini bukan dari bengkaknya biaya operasional yang tak terkontrol, melainkan karena strategi promosi yang lebih agresif dan tambahan kehati-hatian dari sisi manajemen. Biaya promosi naik 24%, dari Rp291 Miliar ke Rp360 Miliar, tapi biaya iklan TV justru turun—artinya mereka lebih fokus promosi langsung ke lapangan. Biaya gudang dan transportasi juga naik, menandakan distribusi makin aktif meskipun revenue turun. Di sisi administratif, biaya gaji naik dari Rp203 Miliar ke Rp230 Miliar, dan provisi piutang naik hampir tiga kali lipat dari Rp7,3 Miliar ke Rp19,3 Miliar. Ini bukan tanda kelalaian, tapi justru tanda manajemen lebih konservatif dan hati-hati menghadapi potensi gagal bayar. Jadi walaupun margin makin tipis, penyebabnya bukan karena perusahaan boros, tapi karena mencoba bertahan dan mempertahankan posisi di tengah kompetisi yang makin brutal.
Yang paling bikin alis naik adalah turunnya arus kas operasi (CFO) dari Rp920 Miliar ke Rp395 Miliar, anjlok lebih dari setengah. Tapi ini juga bukan karena operasional amburadul atau pelanggan nggak bayar. Setelah dicek ke laporan arus kas dan CALK, ternyata penyebab utamanya adalah pembayaran pajak penghasilan badan yang melonjak dari Rp202 Miliar ke Rp440 Miliar. Sumbernya adalah penyelesaian sengketa pajak lama, termasuk surat ketetapan pajak (SKP) dari 2022 sebesar Rp42 Miliar yang masih dalam proses banding. Bahkan perusahaan sempat menerima restitusi pajak Rp118 Miliar di tahun yang sama. Jadi arus kas memang ketarik ke pajak, tapi bukan karena kebocoran atau penurunan performa operasional. Justru ini semacam "bersih-bersih" beban masa lalu supaya ke depan lebih ringan. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Kalau dari neraca, posisi piutang usaha naik 12,77% dari Rp2,38 Triliun ke Rp2,68 Triliun. Ini lumayan bikin khawatir kalau tidak dicek lebih dalam. Tapi ternyata, piutang yang belum jatuh tempo justru naik dari Rp1,74 Triliun ke Rp2,05 Triliun, sementara piutang macet yang jatuh tempo lebih dari 6 bulan justru turun dari Rp386 Miliar ke Rp266 Miliar. Provisi kerugian piutang juga naik wajar dari Rp203 Miliar ke Rp215 Miliar. Artinya, meskipun total piutang naik, kualitasnya tetap sehat. Kenaikan ini lebih karena volume transaksi, bukan karena pembiaran kredit atau pelanggan gagal bayar. Jadi dalam hal ini, naiknya piutang masih bisa dimaafkan—asal ke depan nggak dibiarkan liar.
Persediaan malah turun dari Rp1,21 Triliun ke Rp1,02 Triliun, alias -16,3%. Sekilas ini bisa dikira sinyal demand lesu atau overstocking dibuang. Tapi ternyata bukan. Barang jadi dan barang dalam perjalanan memang turun, tapi tidak ada indikasi barang rusak, kadaluarsa, atau obral besar-besaran. Bahkan provisi penurunan nilai persediaan justru menurun dari Rp11,5 Miliar ke Rp8,4 Miliar. Jadi penurunan ini lebih ke arah efisiensi supply chain, bukan sinyal darurat. Dalam konteks ini, manajemen UCID terkesan cukup cermat menjaga rotasi stok dan tidak menyimpan persediaan berlebihan yang bisa jadi beban.
Lalu yang agak kontroversial: dividen. UCID menaikkan pembayaran dividen dari Rp63 Miliar ke Rp87 Miliar (+38,6%), meskipun laba bersih dan arus kas turun. Tapi ini dibayarkan berdasarkan laba 2023 yang masih solid, dan menggunakan kas internal yang masih tebal, yakni Rp1,8 Triliun. Payout ratio masih 20% alias konservatif. Jadi meskipun kelihatan agak royal di tahun yang seret, keputusan ini masih rasional dan tidak membahayakan. Syaratnya satu: kalau 2025 laba dan cashflow makin tipis, payout-nya juga harus dikoreksi. Jangan maksa terus royal kalau dapur makin dingin. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Kondisi keuangan UCID 2024 memang bukan yang paling kinclong, tapi juga bukan merah membara. Ada tekanan, iya. Margin tipis, iya. Tapi semuanya masih dalam kendali. Tidak ada lonjakan utang berbunga (karena memang tidak ada utang berbunga), kas masih aman, tidak ada pelanggan besar yang hilang, dan kualitas piutang terjaga. Turunnya revenue dan laba bisa dimaklumi karena strategi bertahan hidup di tengah persaingan yang makin ketat dan perubahan pola konsumsi masyarakat. CFO yang anjlok pun bukan dari kegagalan bisnis, tapi karena bersih-bersih kewajiban pajak masa lalu. Beban promosi yang naik, biaya gaji yang membengkak, dan kenaikan provisi piutang—semuanya dalam rangka menjaga dan mempertahankan kinerja jangka panjang.
Masalah UCID bukan pada kegagalan fundamental, tapi pada tekanan eksternal yang membuat margin makin sempit. Dan selama strategi efisiensi, diversifikasi produk, serta manajemen risiko tetap jalan di 2025, semua “dosa” 2024 ini masih bisa dimaafkan. Tapi kalau tahun depan tetap jeblok tanpa arah perbaikan yang jelas, maka sabar investor bisa habis juga. Jadi tahun 2025 bakal jadi momen pembuktian: apakah UCID bisa rebound dengan strategi yang sekarang, atau perlu rombak habis-habisan. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Kalau ada satu lagu yang bisa jadi soundtrack investor UCID tahun 2024, lagu “Lama-Lama” dari Bernadya terasa begitu pas—bukan cuma karena nadanya yang sendu, tapi juga liriknya yang seolah ditulis khusus buat mereka yang bertahan terlalu lama di saham ini. Coba dengar bagian ini: “Lama-lama lelah juga aku, seperti hanya aku yang butuhkan kamu…”—dan rasakan bagaimana kalimat itu mengiris pelan-pelan logika dan hati investor yang dari 2021 sampai 2024 masih setia menggenggam harapan bahwa UCID bakal bangkit.
Karena ya, dari sisi fundamental, UCID itu sebenarnya bukan perusahaan yang “jelek.” Mereka punya brand besar, segmen bisnis yang jelas, produk yang relevan dari bayi sampai dewasa, dan distribusi yang kuat lewat channel modern trade. Bahkan dari sisi neraca, mereka masih termasuk perusahaan sehat: tanpa utang berbunga, kas melimpah Rp1,8 Triliun, dan struktur ekuitas yang kuat. Tapi yang jadi masalah adalah performa top line dan bottom line-nya yang makin loyo. Revenue 2024 turun 5,56%, laba bersih anjlok 19,36%, dan arus kas operasi jatuh 57%. Investor yang saban tahun berharap recovery malah dapat kenyataan seperti orang yang terus nunggu chat dibalas tapi cuma dibaca doang—ghosted oleh kinerja.
Layaknya tokoh dalam lagu Lama-Lama, investor UCID sudah melakukan banyak hal: terus memegang, terus percaya, bahkan tetap bertahan saat orang lain mulai pergi. Mereka membaca laporan keuangan, mencari alasan di balik naiknya piutang, turunnya persediaan, membengkaknya biaya promosi, dan melonjaknya pembayaran pajak. Mereka tahu, sebagian besar itu bisa dijelaskan dan masih bisa dimaafkan. Misalnya, kas operasi yang menurun bukan karena pelanggan nunggak, tapi karena bayar utang pajak masa lalu. Kenaikan piutang bukan karena piutang macet, tapi karena penjualan kredit yang belum jatuh tempo. Bahkan kenaikan SG&A pun disebabkan manajemen pasang badan lewat promosi dan insentif untuk mempertahankan pasar. Tapi ya, berapa lama harus terus maklum? Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Bernadya dalam lagunya berkata, “jika terus begini ku tak bisa…”, dan banyak investor UCID mulai merasakan titik itu. Bukan karena benci, tapi karena sayang yang tidak berbalas bisa melelahkan. Mereka butuh alasan rasional untuk bertahan: entah itu laba yang mulai naik, margin yang mulai membaik, atau strategi pertumbuhan yang nyata terlihat. Kalau tidak, hubungan ini akan terasa berat sebelah—investor terus bertahan dan berharap, sementara emiten hanya membalas dengan pernyataan “kita masih proses efisiensi.”
Apalagi, harga saham UCID di pasar juga belum menunjukkan semangat bangkit. Tidak ada trigger signifikan. Tidak ada katalis kuat dari ekspansi, inovasi produk, atau sinyal bahwa pertumbuhan akan kembali positif. Bahkan dividen yang dibagikan lebih besar dari tahun sebelumnya, meski kas masih cukup, terasa seperti upaya menjaga hati investor yang mulai letih. Dan seperti dalam relasi, gesture itu bagus, tapi kalau tidak diikuti dengan perubahan nyata, akhirnya jadi manis semu.
Maka wajar kalau banyak investor UCID mulai berada di ujung jalan rasa sabar. Mereka sudah kasih waktu, kasih pengertian, kasih peluang. Tapi kalau setiap tahun harus terus bilang, “mungkin tahun depan lebih baik”, lama-lama jadi pertanyaan: kapan tepatnya janji perbaikan itu ditepati?
Jadi, buat para investor UCID, tahun 2024 ini mungkin saatnya refleksi. Bukan sekadar baca angka laporan keuangan, tapi juga dengar isi hati sendiri. Apakah kamu masih ingin bertahan dalam relasi ini, atau kamu mulai nyanyi lirih seperti Bernadya:
“Jika terus begini… ku tak bisa. Lama-lama lelah juga aku…”
Karena dalam dunia saham, seperti dalam hidup dan cinta: bertahan tanpa kepastian, bisa berubah dari sabar menjadi sia-sia. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
1/7
$TKIM
Pada tanggal 11 April 2025, $TKIM ditutup di angka 4790, naik 290 poin (+6,44%) dari harga closing kemarin. Secara teknikal dalam timeframe daily, harga ditutup di atas trend line di angka 4736,893. Sinyal BUY muncul pada hari ini.
Volume yang dihasilkan tergolong sangat tinggi, dengan tekanan beli lebih besar dibandingkan dengan tekanan jual (82,86% berbanding 17,14%). Indikator MACD menunjukkan terjadinya golden cross. Momentum untuk turun terlihat berkurang. Indikator stochastic menunjukkan terjadinya golden cross, sementara indikator stochastic RSI menunjukkan terjadinya death cross. Secara historis, posisi harga terbilang Undervalued.
DISCLAIMER ON: Ini hanya analisis teknikal dari kami yang bisa jadi berbeda dari analisis teknikal orang lain. BUKAN AJAKAN UNTUK MEMBELI ATAU MENJUAL. Keputusan investasi tetap di tangan kalian masing-masing dan selalu terapkan money management!
Chart ini dihasilkan dari: t. me/FutureInvestmentSystem_bot.
$TKIM $INKP $UCID Ternyata masih 1 Squad dari APP group dan sama sama gak dihargai pasar karna gk akan nyentuh lagi PBV 1
ada apa dgn APP Group ??
CM: "Secara umum, mencoba masuk dan keluar dari perusahaan yang sangat Anda sukai dalam jangka panjang bukanlah ide yang bagus bagi sebagian besar investor. Kami cukup puas dengan kepemilikan terbaik kami."
WB: "Orang-orang telah mencoba melakukan hal itu dengan Berkshire selama bertahun-tahun. Saya mempunyai beberapa teman yang berpikir bahwa kadang-kadang harganya sedikit terlalu tinggi; mereka pikir mereka dapat menjual dan membelinya kembali dengan harga yang lebih murah. Hal itu cukup sulit dilakukan. Anda harus membuat dua keputusan yang tepat—Anda harus menjualnya dengan benar dan kemudian Anda harus membelinya dengan benar di kemudian hari, dan biasanya Anda harus membayar sejumlah pajak di antaranya.
"Jika Anda terjun ke bisnis yang hebat, hal terbaik yang dapat dilakukan biasanya adalah tetap mempertahankannya. Coca-Cola dan Gillette sama-sama mengalami hasil yang mengecewakan, di bawah apa yang mereka perkirakan dua belas hingga delapan belas bulan lalu dan di bawah apa yang kami perkirakan. Namun, hal itu akan terjadi. Hal itu terjadi dari waktu ke waktu pada beberapa bisnis yang kami miliki sepenuhnya. Terkadang hasilnya juga lebih baik dari yang kami perkirakan.
"Adalah hal yang alamiah bahwa segalanya tidak akan berjalan dalam garis lurus yang mulus ke atas... Ini adalah dunia yang kompetitif. Langkah pesaing Anda yang tepat, langkah Anda yang keliru, kondisi dunia—semua itu dapat mengganggu garis tren."
— Berkshire Hathaway Annual Shareholders Meeting, 1999
Mencoba keluar-masuk dari saham perusahaan yang bagus dengan harapan membeli kembali di harga yang lebih rendah adalah strategi yang jarang berhasil. Investor harus membuat dua keputusan yang sama-sama sulit: menjual di waktu yang tepat dan kemudian membeli kembali di waktu yang juga tepat. Banyak yang mencoba melakukannya, namun sering kali justru kehilangan peluang saat harga terus bergerak tanpa kembali ke level yang diharapkan.
Lebih bijak untuk tetap memegang saham perusahaan unggulan dalam jangka panjang, meskipun dalam perjalanannya kinerja perusahaan tidak selalu sesuai harapan. Bahkan bisnis terbaik pun bisa mengalami masa-masa sulit. Penurunan kinerja dalam periode 12 hingga 18 bulan bukanlah alasan kuat untuk langsung keluar, selama fondasi bisnis tetap kokoh dan prospeknya tidak berubah secara fundamental.
Perlu disadari bahwa perkembangan bisnis tidak pernah bergerak dalam garis lurus ke atas. Dunia bisnis adalah arena yang kompetitif, dan banyak faktor—baik keputusan tepat dari pesaing, kesalahan internal, maupun perubahan lingkungan global—dapat mengganggu tren positif sementara waktu. Namun bagi investor yang sabar dan fokus pada kualitas bisnis jangka panjang, bertahan adalah strategi yang sering kali paling menguntungkan.
@Blinvestor
A Business-Oriented and Long-Term Investor
------------------------------
Silahkan cek bio untuk follow channel Telegram @Blinvestor.
Random tags: $MYOR $BBTN $TKIM
$TKIM Edisi pamer porto mrongos/boncos kali ini datang dari emiten kertas lur, meski dividennya seuprit entah kenapa kok masih hold aja. Dulu alasan beli di avg tinggi, ikut fomo aja dengan harapan bisa naik lagi harganya. Eh ga taunya....
$IHSG
JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan masih dalam tren bearish, namun sejumlah saham tetap menarik untuk dilirik, menurut sejumlah analis. Phintraco Sekuritas dalam update Selective Shares Rabu (9/4) hari ini merekomendasikan beli untuk saham PT Indofood Sukses Makmur Tbk ...
idnfinancials.com
Tentang Pabrik $INKP
Pertanyaan salah satu user Stockbit di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
Aset tetap PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) tahun 2024 naik gila-gilaan dibanding 2023. Dari yang awalnya USD3,3 miliar (net) di 2023, melonjak jadi USD4,3 miliar di akhir 2024. Artinya, naik sekitar USD1 miliar atau 30% dalam setahun. Tapi yang bikin mata melotot bukan cuma nilai bersihnya, tapi lonjakan masif pada aset dalam pembangunan alias proyek-proyek yang masih dikerjain dan belum dikapitalisasi ke aset tetap. Tahun 2023, aset dalam pembangunan "cuma" USD543 juta, tapi di 2024 langsung lompat ke USD1,639 miliar. Naik lebih dari tiga kali lipat atau +202% YoY. Ini sinyal kuat kalau INKP lagi agresif investasi buat nambah kapasitas atau efisiensi di lini produksinya. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Nah, biar nggak sekadar angka doang, manajemen INKP juga rapi bikin kategorisasi aset dalam pembangunan berdasarkan progres fisik penyelesaiannya. Ada tiga level. Pertama, proyek yang baru kelar 0–50% nilainya USD649,7 juta, dan rata-rata ditarget rampung antara 2027–2028. Kedua, proyek 51–75% senilai USD74 juta, selesai antara 2026–2027. Dan terakhir, yang udah 76–100% alias hampir kelar nilainya paling gede: USD915,3 juta, ditarget kelar 2025–2026. Mayoritas proyek ini ada di pabrik utama mereka di Perawang dan Serang. Fokus utamanya ada di pembangunan mesin dan fasilitas produksi, karena dari total USD1,6 miliar itu, sekitar USD1,387 miliar dialokasikan buat pembelian mesin. Belum cukup? INKP juga baru beli lahan seluas 3,2 juta meter persegi di Karawang buat bangun pabrik baru. Jadi wajar kalau nilai aset tetap dan proyek konstruksi mereka melonjak drastis tahun ini. Yang penting, manajemen bilang semua proyek jalan lancar tanpa kendala besar, jadi seharusnya bakal mulai menghasilkan dalam 1–3 tahun ke depan.
Kalau sekarang sudah April 2025, kita tinggal cocokkan sama estimasi penyelesaian dari masing-masing kategori:
Proyek 76–100% (USD915 juta)
Target selesai: 2025–2026
Jadi tinggal tunggu paling cepat 8 bulan lagi, paling lama sekitar 1,5 tahun.
Proyek 51–75% (USD74 juta)
Target selesai: 2026–2027
Artinya mesti nunggu 1,5–2,5 tahun lagi dari sekarang.
Proyek 0–50% (USD650 juta)
Target selesai: 2027–2028
Jadi untuk yang ini harus sabar, karena baru rampung sekitar 2,5–3,5 tahun lagi.
Rata-ratanya, proyek-proyek besar INKP baru akan sepenuhnya rampung dan mulai dikapitalisasi ke aset tetap bertahap sampai 2028, jadi horizon monetisasinya masih 3 tahun ke depan. Tapi sebagian besar (56%) nilainya udah hampir kelar, jadi kemungkinan besar di tahun 2025–2026 sudah mulai terlihat efeknya di neraca dan profitabilitas. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$TKIM $FREN
1/2
Kenaikan tarif impor yang diberlakukan oleh Donald Trump, sebagaimana diumumkan pada 2 April 2025, memiliki dampak signifikan terhadap ekonomi global, termasuk Indonesia.
Berdasarkan informasi yang tersedia, Trump memberlakukan tarif dasar 10% untuk semua negara, ditambah tarif resiprokal yang lebih tinggi untuk negara tertentu, termasuk 32% untuk Indonesia.
Kebijakan ini terutama memengaruhi emiten dengan eksposur ekspor besar ke AS, khususnya di sektor padat karya dan komoditas yang sensitif terhadap kenaikan tarif. Dampak negatif meliputi penurunan daya saing, berkurangnya permintaan, dan tekanan pada laba.
PT Selamat Sempurna Tbk (SMSM)
Sektor: Otomotif dan mesin industri
Dampak: Ekspor ke AS mencapai Rp818,73 miliar (15,85% dari total penjualan Rp5,16 triliun pada 2024). Meski bukan penyumbang utama, tarif dapat menekan ekspor dan laba, terutama karena sensitivitas harga di sektor otomotif.
PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk $INKP
Sektor: Kertas
Dampak: Ekspor ke AS menyumbang 4,30% dari penjualan (2024), dengan lebih dari 50% penjualan berorientasi ekspor global. Tarif dapat menggerus pangsa pasar di AS, meningkatkan beban biaya, dan menekan profitabilitas.
PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk $TKIM
Sektor: Kertas
Dampak: Ekspor ke AS mencapai 3,32% dari penjualan (2024), juga dengan eksposur ekspor global lebih dari 50%. Dampak serupa dengan INKP, meski lebih kecil, tetap berisiko terhadap volatilitas harga saham.
PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI)
Sektor: Agribisnis (CPO)
Dampak: Ekspor CPO ke AS terancam menurun akibat tarif, menekan permintaan dan harga jual. Ini dapat memperburuk kinerja keuangan, terutama jika pasar alternatif sulit dikembangkan dalam waktu singkat.
PT Astra International Tbk $ASII
Sektor: Otomotif, peralatan listrik
Dampak: Ekspor peralatan listrik dan komponen otomotif ke AS berpotensi terpukul. Meski diversifikasi bisnisnya kuat, segmen ekspor ke AS dapat menekan pendapatan dan memicu volatilitas saham.
Emiten yang Terdampak Positif
@RafaelBrandonSie hai bang rafael
$TKIM - Technical Review
06 april 2025
Support :
4500
3800-3850
Resist :
5500
7200 (resist kuat )
Technically, TKIM masih berada dalam fase strong downtrend ,belum ada tanda tanda reversal atau pullback .support terdekat 4500,klo gagal bertahan diatas 4500,target kroeksinya ke area 3800-3850
Postingan analisa ini sifatnya hanya sebagai opini berdasarkan sudut pandang pribadi,
selalu lakukan analisa mandiri ,sebelum melakukan transaksi di pasar modal
Goodluck and disc on
Tradeplan Selengkapnya dibawah sini
http://bit.ly/4fNIh9e
$INKP $GGRM
INKP - PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk Rp 4.920 +70 (+1,00%) Info Selengkapnya! JAKARTA – PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) dan PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM), dua emiten di bawah APP Indonesia milik Grup Sinarmas, membukukan pendapatan yang menurun sekitar 8% year-on-year d...
idnfinancials.com
Jika Exclude Laba Entitas Asosiasi $TKIM
Jika kita menilai kinerja keuangan PT Tjiwi Kimia Tbk (TKIM) secara komprehensif, satu hal yang langsung mencolok adalah besarnya kontribusi laba dari entitas asosiasi, yaitu OKI Pulp & Paper Mills. Di tahun 2024, TKIM membukukan laba bersih sebesar USD 297,1 juta, melonjak signifikan dibandingkan tahun 2023 yang sebesar USD 172 juta. Namun, dari jumlah tersebut, USD 240,6 juta atau sekitar 81% merupakan kontribusi dari entitas asosiasi, bukan dari operasional inti TKIM sendiri. Dengan kata lain, hanya sekitar USD 56,5 juta yang berasal dari aktivitas operasional murni TKIM di tahun 2024. Sebagai perbandingan, pada tahun 2023, kontribusi laba dari OKI Pulp mencapai USD 108,7 juta, dan laba bersih tanpa kontribusi tersebut adalah USD 63,3 juta. Jadi jika laba dari entitas asosiasi dikecualikan, laba operasional TKIM justru mengalami penurunan sebesar -10,7% year-on-year. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Dampaknya sangat besar terhadap penilaian valuasi saham. Jika investor menggunakan laba bersih USD 297 juta untuk menghitung Price to Earnings Ratio (PER), dengan kapitalisasi pasar sekitar USD 930 juta, maka PER-nya terlihat sangat murah, hanya 3,1x. Namun jika kita menggunakan laba operasional riil yang hanya USD 56,5 juta, maka PER sesungguhnya menjadi 16,5x. Angka ini menunjukkan bahwa valuasi TKIM sebenarnya tidak serendah yang terlihat di permukaan. Artinya, persepsi bahwa saham ini "murah sekali" harus ditinjau ulang jika laba dari entitas asosiasi dianggap belum bisa direalisasi secara kas.
Kondisi ini menjadi penting untuk dicermati karena hingga saat ini, TKIM belum pernah menerima dividen tunai dari OKI Pulp & Paper Mills. Artinya, meskipun secara akuntansi TKIM mencatat bagian laba dari entitas asosiasi, secara kas perusahaan tidak menerima arus masuk dari sumber tersebut. Dengan tidak adanya dividen, kontribusi dari OKI hanya bersifat pencatatan dalam laporan laba rugi dan tidak meningkatkan kemampuan TKIM dalam membayar utang, membagikan dividen ke pemegang saham, atau mendanai ekspansi secara kas.
Dari sisi perpajakan, situasi ini berdampak besar pula terhadap beban pajak yang dilaporkan. Pada tahun 2024, TKIM mencatat beban pajak penghasilan sebesar USD 7,89 juta, padahal laba sebelum pajaknya mencapai USD 305 juta. Ini menghasilkan effective tax rate (ETR) hanya 2,6%, jauh di bawah tarif normal Pajak Penghasilan Badan di Indonesia sebesar 22%. Penurunan tarif ini sebagian dijelaskan oleh fakta bahwa TKIM merupakan perusahaan terbuka yang memenuhi syarat untuk memperoleh diskon tarif PPh sebesar 3%, sehingga tarif efektifnya menjadi 19%. Namun tetap saja, realisasi ETR yang jauh di bawah angka tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar laba TKIM tidak dikenai pajak. Jika kita hanya menghitung laba sebelum pajak tanpa kontribusi dari entitas asosiasi (yakni sebesar USD 60,7 juta), maka ETR riilnya menjadi 13%, masih di bawah tarif resmi tapi jauh lebih masuk akal dibandingkan angka 2,6%. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Fenomena ini terjadi karena metode pencatatan laba entitas asosiasi (metode ekuitas) dalam standar akuntansi PSAK 15 tidak menjadikan laba tersebut sebagai objek pajak langsung. Pajak akan dikenakan hanya jika entitas tersebut membagikan dividen ke pemegang saham, yang dalam hal ini belum terjadi. Selain itu, TKIM juga mencatat penghasilan lain seperti bunga dan sewa yang sudah dikenakan pajak final, serta adanya beda temporer seperti depresiasi dan cadangan yang mengurangi beban pajak fiskal.
Dengan semua informasi ini, cukup wajar apabila banyak analis memilih untuk mengecualikan laba entitas asosiasi dari analisis profitabilitas dan valuasi TKIM, setidaknya hingga laba tersebut benar-benar direalisasikan dalam bentuk kas. Ini bukan berarti laba dari entitas asosiasi tidak penting, melainkan karena manfaat ekonomisnya belum dapat dimanfaatkan langsung oleh perusahaan, sehingga belum dapat digunakan untuk mendanai operasi, ekspansi, atau membayar dividen.
TKIM secara akuntansi mencatatkan kinerja laba yang sangat tinggi, namun sebagian besar berasal dari sumber yang belum memberikan kontribusi kas nyata. Hal ini membuat rasio-rasio keuangan seperti PER dan ETR tampak sangat menarik di permukaan, tetapi menjadi berbeda ketika dilihat dari perspektif kas dan arus nyata. Maka dari itu, dalam menilai kondisi fundamental TKIM, investor sebaiknya mempertimbangkan untuk memisahkan laba entitas asosiasi dari analisis utama, kecuali atau sampai kontribusi tersebut benar-benar direalisasikan dalam bentuk kas. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Total laba bersih TKIM tahun 2024: USD 297,1 juta
Kontribusi dari entitas asosiasi (OKI Pulp & Paper): USD 240,6 juta (sekitar 81% dari total laba)
Laba bersih tanpa entitas asosiasi: Hanya USD 56,5 juta
Laba bersih 2023 tanpa entitas asosiasi: USD 63,3 juta
Pertumbuhan laba operasional murni tanpa Laba Entitas Asosiasi (2024 vs 2023): Turun -10,7%
PER (Price to Earnings Ratio): Pakai laba total: 3,1x (murah) vs Pakai laba operasional: 16,5x (normal cenderung mahal)
OKI Pulp belum pernah bagi dividen masuk ke TKIM.
Laba tinggi TKIM di atas kertas bukan cerminan kas nyata
PER dan ETR terlihat sangat menarik karena didorong oleh angka non-kas
Valuasi harus dinilai ulang dengan memperhatikan realisasi kas dan kontribusi aktual terhadap arus keuangan perusahaan
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$INKP $FREN
1/10
@skydrugz27 ribet, berbelit-belit, dan seperti biasa...
tidak to the point
analisa yg simple2 saja, lihat apa yg ada didepan mata
kalo emang bagus, jangan dicari kejelekannya.
kao emang jelek, jangan dicari mana yg masih bagus
untung ya untung, rugi ya rugi
mau untungnya dari entitas asosiasi kek, ya bodo amat.. pokoknya dia untung, jangan pula kita sibuk mencari mana bagian dia yg jelek, sampai lupa kalau didepan mata dia sedang untung
$INKP $TKIM
$TKIM Semurah Apa?
Diskusi tentang TKIM hari ini di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
TKIM, alias PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk, kalau dilihat sepintas, tampak seperti hidden gem yang menunggu untuk bersinar. Perusahaan mencetak laba bersih USD 297 juta di tahun 2024, naik 73% dibanding tahun sebelumnya. Dengan kapitalisasi pasar Rp15,255 triliun (setara USD 930 juta), PER-nya hanya 3,1x. Secara valuasi, angka ini terkesan mencengangkan — apalagi PBV-nya cuma 0,29x, seolah pasar sedang menjual uang seribu dengan harga seratus. Ini jenis angka yang biasanya membuat investor value menjilat bibir sambil berbisik, “kenapa belum naik juga?” Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Tapi begitu kita buka satu demi satu lembar laporan keuangannya, narasinya berubah. Cerita yang awalnya terlihat seperti kisah sukses mulai berbau fiksi. Karena dari total laba bersih USD 297 juta itu, sekitar USD 240 juta—atau 81%—berasal dari entitas asosiasi yang namanya familiar di lingkungan grup: OKI Pulp & Paper Mills. Masalahnya? TKIM tidak menerima dividen satu sen pun dari OKI. Kontribusinya murni dari pencatatan metode ekuitas — laba “atas kertas”, harfiah. Laba yang menghiasi bottom line tapi tidak pernah mampir ke rekening bank.
Dan ketika kita korek lebih dalam, arus kas dari aktivitas operasi justru mengalami penurunan. Dari USD 100 juta di 2023, menjadi hanya USD 90,5 juta di 2024. Free Cash Flow (FCF) juga hanya USD 58,6 juta. Jadi, dari laba sebesar USD 297 juta itu, hanya sekitar 19% yang benar-benar dikonversi menjadi kas. Artinya, sekitar USD 240 juta sisanya adalah akrual—angka yang dicatat tapi tidak ada wujud fisiknya di dunia nyata.
Lalu bagaimana bisa akrual ini begitu besar? Jawabannya ada di struktur modal kerja TKIM. DSO naik tajam, dari 24 hari ke 41 hari. Ini artinya piutang usaha makin lambat tertagih. Dan bukan hanya itu, persediaan juga meningkat, dengan Days Inventory (DI) naik dari 85 hari ke 111 hari — menandakan barang lebih lama mengendap di gudang. Sementara itu, TKIM menunda pembayaran ke supplier (DPO naik dari 48 ke 88 hari), demi menjaga agar saldo kas tidak jebol. Cash Conversion Cycle naik dari 61 hari ke 64 hari, menggambarkan proses perputaran kas makin lambat. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Yang menarik—dan sekaligus membuat alis terangkat—adalah tingginya proporsi transaksi dengan pihak berelasi. Pada tahun 2024, 47% dari total revenue berasal dari penjualan ke perusahaan dalam grup, dan 48% dari pembelian bahan baku juga dilakukan ke satu entitas rekanan internal: PT Cakrawala Mega Indah. Ini berarti, hampir separuh dari operasional TKIM hanyalah “bisnis keluarga” — dan kalaupun ada keuntungan, sebagian besar tidak melibatkan pergerakan kas sungguhan di luar ekosistem grup.
Bahkan utang usaha ke PT Cakrawala Mega Indah meningkat dari USD 35,7 juta menjadi USD 115,5 juta, naik lebih dari 3 kali lipat. Dan tidak ketinggalan, piutang non-lancar tanpa bunga ke APP Group sebesar USD 35 juta yang sudah mengendap sejak 2006 masih duduk manis di neraca, tidak bertambah, tidak berkurang — hanya ada di sana, seperti perabot lama yang tidak lagi dipakai tapi juga tidak dibuang. Semacam bentuk keakraban jangka panjang antar saudara dalam konglomerasi.
Dan kemudian, kita sampai ke bagian pajak. Dengan laba sebelum pajak USD 301 juta, beban pajak yang dibayar TKIM hanya USD 4,2 juta. Itu artinya Effective Tax Rate (ETR) hanya 1,4%. Negara pun seolah berkata, “kami juga tahu itu bukan uang beneran.” Jadi bukan cuma investor yang skeptis, bahkan fiskus pun tampaknya tak terlalu yakin untuk memungut pajak dari laba yang eksistensinya masih dipertanyakan secara kas.
Secara neraca, TKIM memang tidak terlihat dalam bahaya. Utang berbunga turun dari USD 887 juta ke USD 837 juta, dan beban bunga juga turun sedikit dari USD 46 juta ke USD 44 juta. Tapi dengan CFO hanya USD 90 juta dan FCF hanya USD 58 juta, dibutuhkan lebih dari 9 tahun untuk melunasi utang hanya dari operasi, dan lebih dari 14 tahun jika pakai FCF. Dengan kata lain, tanpa pembagian dividen dari OKI atau sumber kas tambahan lainnya, TKIM tidak punya kapasitas internal untuk merdeka dari utang.
Meskipun demikian, harus kita akui bahwa TKIM bukan bangkai. Ini bukan perusahaan yang akan kolaps besok atau lusa. Mereka masih punya kas USD 191 juta, belum ada tanda-tanda kesulitan likuiditas akut, dan belum ada tanda rights issue. Bahkan margin kotor dan laba usaha naik dari tahun sebelumnya. Segmen kertas budaya tetap menyumbang 95% laba operasional dan tetap menghasilkan margin yang sehat. Dari sisi operasional dasar, masih ada denyut yang bisa dibanggakan. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Yang jadi masalah besar adalah kesenjangan antara narasi laba dengan realitas kas. Kinerja terlihat sangat bagus dalam laporan laba rugi, tapi tidak didukung arus kas atau likuiditas. Rasio-rasio seperti ROE dan ROA memang naik, tapi lebih karena laba akuntansi yang tidak taxable dan tidak masuk kas. ROIC dan ROCE tetap di bawah 2%, artinya setiap dolar yang diinvestasikan masih gagal memberikan return yang layak.
Dan bagaimana pasar menilai ini semua? Pasar memberikan diskon valuasi tajam. PBV hanya 0,29x, karena pasar tahu bahwa ekuitas itu lebih banyak hasil akumulasi angka dari anak usaha yang tidak pernah membayar dividen. PER terlihat sangat murah, tapi hanya karena numerik laba yang sangat besar — bukan karena kas sungguhan atau potensi dividen yang realistis. Bahkan P/FCF mencapai 15,9x, cukup mahal untuk sebuah perusahaan manufaktur berat dengan margin kas yang stagnan.
Jadi, TKIM ini bukan perusahaan yang buruk secara absolut. Tapi ini juga bukan perusahaan sehat secara fundamental. TKIM adalah contoh klasik dari perusahaan yang tampak sangat kuat di laporan laba rugi, tapi ternyata cash flow-nya kecil, piutangnya besar, persediaannya menumpuk, dan transaksi internal mendominasi. Semuanya menyatu dalam harmoni akuntansi kreatif yang secara hukum sah, tapi secara substansi patut dipertanyakan. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Apakah ada potensi TKIM? Tentu saja. Jika Grup APP berniat baik dan mulai membagi dividen dari OKI Pulp ke TKIM, atau jika piutang berelasi cair, maka seluruh rasio valuasi bisa berubah dalam waktu singkat. PBV bisa rerate, FCF bisa naik, dan investor bisa merayakan pemulihan fundamental. Tapi sampai hari itu tiba, TKIM akan tetap berada di zona abu-abu: tampak murah tapi tidak mudah, kelihatan kuat tapi penuh catatan kaki.
TKIM adalah perusahaan yang membuat kamu kagum di halaman pertama laporan keuangan, lalu geleng-geleng kepala mulai halaman ketiga. Ia adalah ilusi nilai dalam baju murah, ditopang akuntansi, dibungkus transaksi keluarga, dan dijual ke pasar dengan label diskon. Dan seperti semua ilusi, kekuatannya akan bertahan — sampai akhirnya pasar memutuskan untuk melihat ke dalam, dan bukan lagi hanya terpukau dari luar. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$INKP $BREN
1/10
$INKP Laba Naik Tapi Cashflow Anjlok
Request salah satu user Stockbit bukan di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/18087745
PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) tahun 2024 adalah contoh klasik perusahaan yang tampil ganteng di foto tapi ternyata berantakan di balik layar. Mereka berhasil mencetak laba bersih USD 424 juta—naik tipis 3,1% dibanding 2023—dan terlihat sangat meyakinkan di atas kertas. Net Profit Margin-nya pun naik ke 13,3%, dan investor yang baru lihat angka-angka itu pasti langsung mikir: “Wah, perusahaan ini efisien dan sehat.” Tambah lagi, valuasinya kelihatan gila-gilaan murah: PER 3,87x dan PBV 0,26x, bahkan EV/EBITDA pun cuma 3,24x. Tapi seperti biasa, kalau angka-angka itu terlalu cantik buat jadi kenyataan, ya biasanya memang ada yang disembunyikan. Dan benar saja—begitu kita buka laporan keuangannya, situasinya lebih kompleks dari sekadar “laba naik.” Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Pertama, pendapatan justru turun 8,1%. Penjualan ekspor anjlok 14,4%, terutama ke Asia dan Afrika. Laba usaha alias EBIT jatuh 17%. Jadi kenapa laba bersih bisa naik? Bukan karena bisnis makin bagus, tapi karena beban pajak anjlok dari USD 138 juta ke USD 102 juta, tax rate-nya pun turun dari 25,15% ke 19,48%. Ditambah lagi ada gain selisih kurs sebesar USD 78 juta dan pendapatan bunga yang naik dari USD 32 juta ke USD 52 juta. Singkatnya, laba naik karena faktor non-core, bukan karena penjualan atau efisiensi operasional.
Kondisi arus kas justru memperlihatkan cerita yang lebih jujur. CFO (cash flow dari operasi) jeblok dari USD 863 juta jadi cuma USD 305 juta, alias turun 64,6%. Free Cash Flow? Dari positif USD 148 juta, berubah jadi negatif USD 709 juta. Jadi secara riil, perusahaan ini lagi buang duit dalam jumlah besar, dan bukan buat belanja lucu-lucu, tapi buat proyek besar-besaran.
INKP saat ini sedang melakukan ekspansi masif. Mereka lagi bangun pabrik baru di Perawang, Tangerang, Karawang, dan Serang, dengan fokus pada produksi pulp, tissue, dan kertas budaya serta industri. Total capex 2024 untuk proyek-proyek ini lebih dari USD 1,25 miliar, belum termasuk uang muka pembelian mesin dan bangunan sebesar USD 838 juta. Artinya, perusahaan sudah keluarkan lebih dari USD 2 miliar untuk investasi yang belum menghasilkan revenue sepeser pun di 2024, dan kemungkinan baru akan berkontribusi mulai 2026–2028. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Pertanyaan besar: uangnya dari mana? Jawaban singkatnya: utang. Utang berbunga naik dari USD 1,6 miliar ke USD 2,76 miliar, alias melonjak 71%. Tapi manajemen bilang bunganya sekarang lebih murah, cost of debt-nya turun dari 17,8% ke 10,89%. Ya syukurlah, tapi tetap saja, bunga 10% dari utang USD 2,7 miliar itu tetap bukan angka kecil. Apalagi FCF-nya minus besar, dan operasional juga nggak banyak bantu.
Dan lucunya, meskipun revenue turun dan arus kas seret, piutang malah naik. DSO (days sales outstanding) naik dari 178 ke 210 hari, artinya perusahaan butuh waktu lebih lama untuk nagih pembayaran dari pelanggan. DI (days inventory) juga naik dari 57 ke 70 hari, yang menunjukkan banyak barang jadi yang belum terjual. Hasil akhirnya, cash conversion cycle (CCC) makin memburuk jadi 146 hari. Artinya, uang makin lama muternya. Modal kerja makin berat, cash makin seret, dan perusahaan makin harus bergantung pada utang.
Efek jangka panjang dari semua ini kelihatan di ROIC. ROIC 2024 turun ke 7,1%, padahal WACC (biaya modal rata-rata) berada di 11%. Ini artinya setiap dolar yang ditanam di proyek justru menghasilkan return yang lebih kecil dari biaya modalnya. Alias: value destructive. Dan bukan cuma ROIC yang nyungsep, ROE juga turun dari 7,2% ke 6,6%, ROA turun dari 4% ke 3,6%, dan ROCE turun dari 9,8% ke 6,9%. Semua rasio profitabilitas makin buruk. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Tapi, tentu saja ekspansi bukan berarti hal buruk dalam jangka panjang. Kalau semua pabrik selesai tepat waktu, biaya produksinya efisien, permintaan global dan lokal membaik, dan harga jual stabil, maka revenue bisa naik signifikan, margin bisa membaik, dan FCF akan kembali positif. Proyek ini memang kelihatan seperti bom waktu sekarang, tapi bisa jadi ladang emas di masa depan. Tapi ya itu: kalau semuanya berjalan sesuai rencana. Dan kita tahu, dalam dunia bisnis, “kalau” adalah kata yang paling mahal.
Nah, soal dividen, di tengah semua drama ini, ada satu kejutan kecil: dividen mungkin tetap dibagikan seperti tahun kemarin. Walau FCF negatif, dan kas hasil utang, manajemen INKP punya sejarah tetap membayar dividen kecil untuk jaga muka dan menjaga reputasi di pasar. Tapi ya jangan berharap banyak—bukan dividen besar seperti saham consumer yang kas-nya melimpah ruah. Ini lebih seperti “uang rokok” untuk pemegang saham minoritas, biar nggak kabur dari RUPS.
INKP 2024 adalah perusahaan yang di luar terlihat sangat undervalued dan menguntungkan, tapi di dalamnya sedang membakar kas dan menggali lubang utang demi proyek masa depan. Secara akuntansi, mereka untung. Tapi secara kas dan operasional, mereka ngos-ngosan. Ini bukan saham yang cocok buat investor cari stabilitas atau dividen rutin. Tapi kalau kamu percaya pada visi 2026 dan tahan ngeliat FCF merah tiap tahun sampai pabrik selesai, maka bisa jadi ini adalah pertaruhan besar yang worth it. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$TKIM $DSSA
1/10
$TKIM ...backtesting...
Disclaimer On
Bukan ajakan buy/sell/hold
#self reminder atas dasar pengalaman, pengamatan dan "riset kecil".
salam cuan, salam silent investor
1/4