Volume
Avg volume
PT Tigaraksa Satria Tbk merupakan perusahaan yang utamanya bergerak dalam distribusi produk konsumen. Produk konsumen yang didistribusikannya termasuk produk makanan, produk nutrisi bayi, produk rumah tangga, dan produk perawatan pribadi. Kegiatan bisnis lainnya termasuk distribusi produk pendidikan serta menyediakan produksi susu bubuk dan layanan pengemasan. Fasilitas produksinya berlokasi di Sleman, Indonesia. Melalui anak perusahaannya, PT Blue Gas Indonesia, Perusahaan juga bergerak dalam penyediaan layanan isi ulang tabung LPG (gas minyak bumi yang dicairkan) dan distribusi peralatan dapur, seperti kompor gas, alat masak c... Read More
A careful investor is a successful investor, Investor yang hati-hati itu biasanya yang paling cuan. Mereka nggak asal buy, tapi cek sana-sini dulu, riset, dan mikir panjang, baru beli. https://cutt.ly/IeKZxKYN
$AUTO $AMOR $PLIN $TGKA $PRDA
$EPMT "Jurnal kecil"
Bisnis
EPMT memiliki bisnis jasa distribusi/logistik yang menyerupai $TGKA $PEVE $ZBRA $SDPC ; KAEF dan Soho juga memiliki anak usaha distribusi. Usaha EPMT meliputi penyimpanan barang dalam Distribution center, kemudian menyallurkan ke gudang cabang, dari gudang cabang EPMT memiliki truk untuk mengantar barang sampai ke apotek atau rumah sakit dan klinik. Karena itu EPMT memiliki usaha sistem informasi digital dalam anak usahanya. EMOS Global Digilog merupakan sistem pemesanan barang B2B seperti tokopedia dan Mostrans digital merupakan sistem digital untuk transportasi sehingga truk terisi lebih efisien. PT Mitra Ananda Megastrindo juga baru didirikan di 2023 untuk fokus ke produk coldchain dan FMCG.
Selain distribusi obat dan barang konsumer. EPMT juga memiliki Forsta Kalmedik Global yang memproduksi alat kesehatan, baik yang sederhana seperti barang habis pakainya OMED ataupun yang lebih advance seperti alat xray, USG atau CT scan. FKG ini baru didirikan dan menurut penulis prospeknya bagus. Terutama untuk memenuhi TKDN di alat kesehatan (bukan habis pakai) yang hampir 100% import. Barang produksi Forsta Kalmedik Global ini didistribusikan oleh anak lain yaitu Enseval Medika Prima
Anak lain juga Global Chemindo Megatrading yang bergerak di bidang distribusi bahan baku obat. lagi lagi untuk TKDN, anak satu ini harus membuat JV dengan China untuk memproduksi Active Pharmaceutical Inggridients/ API. API ini adalah barang baru, API paracetamol di Indonesia sendiri sampai 2021 masih harus Impor,
Profitabilitas
Melihat business model yang sangat baik, apakah peforma EPMT sudah sebaik business modelnya? dari LK dapat dilihat bahwa EPMT ini 80% working Capital dan 20% fixed asset. dari working capital didapatkan cash conversion cycle sekitar 60hari. masih sangat baiik sesuai dengan terms utang piutang kepada principal atau ke rumah sakit. Pricing power tentu tidak dimiliki EPMT karena harga sudah ditentukan principal. Growth penjualan dan laba bersih produk EPMT selama ini kurang baik hanya disekitar CAGR 6.5%. mungkin kedepannya akan ada perbaikan saat daya beli masyarakat mulai membaik kembali.
Untuk Manajemen dan Capital Allocation.
Sebagai anak dari KLBF , otomatis GCG sudah terkenal sangat baik dibuktikan dengan DPR yang sangat baik, Reinvestment ya ng baik sehingga menghasilkan pertumbuhan laba yang baik.. Untuk ekspansi dalam 3 tahun ini EPMT telah membangun 1 distribution centre baru, menambah cold chain supply and storage, menyetor saham JV untuk produksi API dan juga alat kesehatan.
Manajemen piutang dan inventory yang cukup baik, sayangnya pada 2023-2024 ini piutang >90 hari cukup membengkak dan penyisihan pun meningkat. berdasarkan track record, manajemen cukup prudent dengan menyimpan cukup banyak cash dan juga ROIC yang cukup baik sekitar 10%.
Valuasi dengan asumsi true earnings 800bio dan Per wajar 13x. semoga bisa dapat lebih
Dividend for living: apakah mungkin?
Bagi sebagian investor, dividen menjadi andalan untuk mendapatkan return dari investasi sahamnya. Lebih lanjut lagi, harapannya dividen bisa menjadi pendapatan rutin di masa pensiun.
Namun sebelumnya kita perlu memahami beberapa hal.
Pertama, return dividen dikatakan memuaskan jika dividend yield on cost > return ORI/SRI
(sekarang sekitar 6%).
Mengapa?
Sederhananya, jika dividend yield terlalu kecil, akan lebih mudah jika kita menempatkan dana investasi di ORI atau SRI yang risikonya lebih rendah. Namun untuk ini saya masih memiliki fleksibilitas jika saat ini dividend yield on cost tidak terlalu besar namun bisa tumbuh sehingga melebihi return ORI atau SRI di masa mendatang.
Kedua, dividen bisa mengalahkan inflasi jika laju pertumbuhan dividen > laju inflasi (asumsi 5%).
Jika kita mendapatkan dividen yang besar namun tidak tumbuh, dividen yang kita dapatkan lama kelamaan akan tergerus oleh inflasi.
Note: dividend yield on cost = DPS/harga beli.
Jadi dividend yield on cost ini beda ya perhitungannya dengan dividend yield biasa. Dividend yield on cost akan membantu kita untuk membandingkan dividen dari saham dengan return ORI/SRI.
Apa maknanya jika kedua kriteria tersebut terpenuhi?
Dengan dana investasi sebesar 1 M, maka per tahun kita akan mendapatkan dividen sebesar 60 jt/thn atau 5 jt/bln dan dividen yang kita dapatkan akan tumbuh 5%/thn sehingga bisa melawan inflasi.
Note: Tentu saja kita perlu menyesuaikan berapa besarnya kebutuhan hidup kita dalam perhitungannya. Dan ini memang adalah salah satu tantangannya karena seperti yang terlihat pada contoh, dengan dividend yield 6%, dibutuhkan dana investasi sebesar 1 M. Bagi banyak orang, tidak mudah untuk memiliki dana sebesar itu.
Waduh, dana gw masih kurang banget kalau gitu 😅
Kalau belum ada dana sebesar itu, artinya seharusnya fokus kita sekarang adalah memperbesar dana investasi dahulu. Lakukan top-up rutin dengan menyisihkan sebagian penghasilan kita.
Kalau memang dividend for living mudah, semua orang akan melakukannya.
Pertanyaan selanjutnya...
Apakah secara historis ada saham yang bisa seperti itu?
Mari kita melihat beberapa contohnya.
Study case 1: $TGKA
Harga saham (akhir thn 2018) adalah 3.350.
Dividen per saham dan dividend yield on cost dari tahun ke tahun:
Tahun 2019: 239 (7,1%)
Tahun 2020: 285 (8,5%)
Tahun 2021: 360 (10,7%)
Tahun 2022: 295 (8,8%)
Tahun 2023: 355 (10,6%)
Dengan laju pertumbuhan 10,1%/tahun, pertumbuhan DPS TGKA mampu melebihi laju inflasi.
Tapi...mencari saham seperti ini tidak mudah. Belum tentu di masa mendatang bisa seperti ini juga.
Study case 2: $ARNA
Harga saham (akhir thn 2018) adalah 420.
Dividen per saham dan dividend yield on cost dari tahun ke tahun:
Tahun 2019: 16 (3,8%)
Tahun 2020: 22 (5,2%)
Tahun 2021: 30 (7,1%)
Tahun 2022: 45 (10,7%)
Tahun 2023: 55 (13,1%)
Jika dihitung laju pertumbuhan DPS ARNA adalah 36,2%/tahun sehingga mampu melebihi laju inflasi.
Yang menjadi catatan penting, walaupun dividend yield on cost pada awalnya belum melebihi return ORI, namun karena terus bertumbuh akhirnya bisa tercapai pada tahun ketiga.
Mengapa saya memberikan fleksibilitas untuk ini?
Sebagai reminder, perusahaan yang mendapatkan keuntungan memiliki beberapa opsi untuk penggunaannya:
- Melunasi utang
- Menambah modal kerja
- Membiayai ekspansi
- Buyback saham
- Membagikan dividen
Opsi yang dipilih tentu saja akan melalui pertimbangan yang matang dari pihak manajemen berdasarkan tingkat urgensi dan benefit yang bisa didapatkan oleh perusahaan. Oleh karena itu, umumnya tidak semua laba bersih akan dibagikan sebagai dividen sehingga walaupun perusahaan sehat, dividend yield bisa saja tidak terlalu besar.
Yang lebih penting bagi saya adalah konsistensi pembagian dividen serta potensi pertumbuhannya di masa mendatang sehingga walaupun dividend yield on cost awalnya kecil, akan bisa menjadi besar seiring dengan waktu.
Tanpa itu, akan sulit kita mengandalkan suatu saham untuk mempraktikkan dividend for living.
Tentu saja saya selalu menyadari bahwa ada kalanya perusahaan menurunkan dividennya atau malahan tidak membayar dividen pada tahun-tahun tertentu. Hal tersebut akan menjadi masalah jika kita hanya mengandalkan satu saham untuk dividend for living. Bagi saya solusinya jelas. Saya perlu membeli beberapa saham sehingga jika ada satu saham yang seperti itu tidak berdampak terlalu besar pada portfolio secara keseluruhan.
Yang perlu diingat, jika seiring waktu saham yang kita miliki sudah tidak memenuhi kriteria, ada baiknya kita mempertimbangkan untuk menggantinya dengan saham lain yang lebih prospektif.
Jadi jangan dikira setelah membeli saham itu bisa ditinggal begitu saja ya. Selalu lakukan review berkala dan jangan pernah berhenti mencari saham-saham baru yang potensial.
Lakukan hal tersebut secara kontinyu dan semoga portfolio kita semakin lama menjadi semakin baik.
Yuk jangan lupa ngopi dulu 😊☕
Disclaimer: Tulisan ini untuk sharing dan edukasi aja ya, bukan ajakan untuk membeli atau menjual saham. Do your own research.
$TGKA Distributor Susu SGM dgn harga yg paling ekonomis/bersaing & penetrasi produk yg paling luas menjadikan nya sbg salah satu kandidat menu pilihan susu dlm program Susu Gratis Prabowo-Gibran
Produsen terkemuka Aqua-Danone semakin ketiban rezeki astagaa wkwkwk
$IHSG $ULTJ $DMND $CMRY
Direktur dan Komisaris $MAIN
Lanjutan dari pertanyaan sebelumnya tentang MAIN dari salah satu user Stockbit di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
PT Malindo Feedmill Tbk (MAIN) dapat dikategorikan sebagai perusahaan keluarga, terutama karena pengaruh besar keluarga Lau dalam struktur kepemimpinan dan manajemen perusahaan. Mirip seperti $CNMA yang juga perusahaan keluarga.
Beberapa anggota keluarga Lau yang memiliki hubungan dalam perusahaan antara lain:
1. Lau Chia Nguang - Komisaris Utama MAIN dan juga tokoh penting di Leong Hup International, sebuah perusahaan perunggasan besar di Asia Tenggara. Ia adalah salah satu pendiri Malindo Feedmill dan anggota keluarga Lau yang sangat berpengaruh.
2. Lau Joo Hwa - Direktur MAIN dan anggota keluarga Lau. Ia memegang posisi eksekutif di perusahaan dan juga terlibat dalam bisnis keluarga lainnya di Leong Hup International.
3. Lau Joo Keat - Direktur MAIN dan saudara dari Lau Joo Hwa. Ia memiliki peran penting di dalam pengelolaan operasional perusahaan.
4. Lau Joo Kiang - Direktur MAIN dan juga bagian dari keluarga Lau, memiliki hubungan keluarga dengan Lau Joo Hwa dan Lau Joo Keat. Mereka semua terkait dengan Lau Chia Nguang, yang merupakan kepala keluarga.
Keluarga Lau secara signifikan mempengaruhi keputusan strategis dan operasional di MAIN, dengan kepemilikan saham mayoritas melalui jaringan perusahaan keluarga dan afiliasi bisnis mereka di Leong Hup International. Hubungan keluarga ini memperkuat kendali keluarga Lau atas perusahaan, menjadikannya salah satu perusahaan yang didominasi oleh sebuah keluarga.
✈️Jajaran Direksi
1. Direktur Utama: Tan Sri Lau Tuang Nguang
Tan Sri Lau Tuang Nguang adalah Presiden Direktur PT Malindo Feedmill Tbk sejak 27 Juni 2018. Ia juga menjabat sebagai Group CEO dan Non-Independent Executive Director di Leong Hup International Bhd, salah satu produsen unggas terbesar di Malaysia. Lau memiliki pengalaman lebih dari 40 tahun dalam industri perunggasan dan pakan ternak. https://bit.ly/45FDAJu
Lahir di Malaysia, ia menyelesaikan pendidikan menengah di Sekolah Menengah St. Andrew, Muar, Johor pada tahun 1975. Kariernya dimulai di bisnis keluarga yang bergerak di bidang peternakan, Leong Hup, yang kemudian berkembang menjadi perusahaan besar di berbagai negara seperti Indonesia, Vietnam, dan Filipina.
Lau juga merupakan bagian dari keluarga Lau yang memiliki saham mayoritas di perusahaan. Dalam perjalanan kariernya, ia memegang beberapa posisi penting di perusahaan afiliasi Leong Hup dan perusahaan-perusahaan terkait lainnya.
2. Direktur: Rewin Hanrahan
Rewin Hanrahan adalah seorang direktur di PT Malindo Feedmill Tbk, menjabat sejak 17 Juni 2014. Sebelumnya, ia memiliki pengalaman yang luas di beberapa perusahaan, termasuk di PT Biotek Indonesia, di mana ia mengawali karirnya sebagai Division Manager. Rewin kemudian bekerja di PT Tigaraksa Satria/Mensa Prima $TGKA dalam distribusi produk bayi dan peralatan rumah tangga dengan merek CHICCO pada periode 1992-1994. https://bit.ly/3YGX6Dc
Selanjutnya, ia pindah ke PT Wicaksana Overseas International WICO, sebuah perusahaan industri mie, sebagai Group Product and Advertising Promotion Manager. Ia juga berkarir di industri pakan ternak dengan PT Gold Coin Indonesia (Zuellig Group – Swiss) selama 1997-2008, menjabat sebagai General Manager dan kemudian Koordinator General Manager.
Pada tahun 2008, Rewin Hanrahan bergabung dengan PT Malindo Feedmill Tbk sebagai General Manager. Pada tahun 2012, ia diangkat sebagai Direktur Marketing Pakan dan DOC, dan terus berkontribusi dalam pengembangan industri peternakan di Indonesia. Hingga kini, Rewin tetap aktif sebagai Direktur perusahaan.
3. Direktur: Lau Joo Hwa
Lau Joo Hwa adalah Direktur di PT Malindo Feedmill Tbk sejak 2015. Ia juga menjabat sebagai Chief Executive Officer di Leong Hup Singapore Pte Ltd sejak 2014. Sebelumnya, Lau Joo Hwa memegang posisi sebagai Deputy CEO di Leong Hup Food Pte Ltd dan Operational Manager di The Baker’s Cottage Sdn. Bhd. Ia memiliki pengalaman lebih dari 18 tahun di industri peternakan dan ritel. Lau Joo Hwa menyelesaikan pendidikan sarjananya di Victoria University pada tahun 2002. https://bit.ly/3YGX6Dc
4. Direktur: Lau Joo Keat
Lau Joo Keat adalah warga negara Malaysia yang saat ini menjabat sebagai Direktur PT Malindo Feedmill Tbk sejak 11 Juni 2015. Kariernya di perusahaan dimulai pada tahun 2002 sebagai Manager of Production Breeding, Hatchery, dan Broiler Farm. Pada tahun 2007, ia diangkat sebagai Head of Production Breeding, Hatchery, dan Broiler Farm di perusahaan yang sama. Selain posisinya di Malindo, Lau Joo Keat juga menjabat sebagai Executive Director di PT Leong Hup International, perusahaan besar yang bergerak di bidang perunggasan di Malaysia. Mengenai pendidikan, Lau Joo Keat meraih gelar dalam bidang pemasaran dari University of Kentucky, Amerika Serikat.
5. Direktur: Rudy Hartono Husin
Rudy Hartono Husin adalah Direktur di PT Malindo Feedmill Tbk sejak 11 Juni 2015. Sebelumnya, Rudy bekerja sebagai Eksternal Auditor di Ernst & Young pada periode 1999-2004. Setelah itu, pada 2004, ia bergabung dengan Malindo dan menjabat sebagai Head of Finance, Accounting, dan Audit hingga 2015. Ia juga menjabat sebagai Sekretaris Perusahaan dari 2009 hingga 2015. https://bit.ly/3YGX6Dc
6. Direktur: Dato’ Abdul Azim bin Mohamad Zabidi
Dato’ Abdul Azim bin Mohamad Zabidi adalah seorang pengusaha dan tokoh politik asal Malaysia. Lahir pada 11 Juli 1959 di Batu Gajah, Perak, ia memiliki gelar Master of Business Law dari London Metropolitan University dan merupakan Fellow dari Institute of Chartered Secretaries and Administrators, Inggris. Dalam kariernya, ia telah memegang berbagai posisi penting, termasuk sebagai Ketua Bank Simpanan Nasional (BSN) dari 1999 hingga 2009. Di bawah kepemimpinannya, BSN mengalami pertumbuhan signifikan, dan ia juga aktif di organisasi perbankan internasional, seperti World Savings Banks Institute (WSBI).
Dato' Abdul Azim juga memiliki latar belakang politik, terutama dalam organisasi UMNO, di mana ia pernah menjadi Bendahari UMNO di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Abdullah Badawi. Dalam arena politik, ia juga pernah mencalonkan diri untuk kursi parlemen di Bukit Gantang, meskipun tidak berhasil. Selain itu, Dato' Abdul Azim memiliki keterlibatan yang aktif di bidang olahraga, termasuk sebagai Ketua Institut Sukan Negara Malaysia dan Chef de Mission untuk kontingen Malaysia di Asian Games 2018. https://bit.ly/3YGX6Dc
Selain jabatan di Bank Simpanan Nasional, Dato' Abdul Azim juga menjabat di berbagai perusahaan publik, termasuk XOX Berhad, Fintec Global Berhad, Timberwell Berhad, dan Anzo Holdings Berhad. Hubungannya dengan direktur dan komisaris lain di PT Malindo Feedmill Tbk lebih bersifat profesional, dan tidak ada hubungan keluarga yang tercatat dengan pemegang saham utama atau direktur perusahaan lainnya.
7. Direktur: Lau Joo Kiang
Lau Joo Kiang adalah seorang profesional asal Malaysia yang menjabat sebagai Direktur di PT Malindo Feedmill Tbk sejak Agustus 2020. Sebelum menjadi Direktur, ia bekerja selama lebih dari satu dekade di perusahaan yang sama sebagai Kepala Pengadaan, menunjukkan pengalaman mendalam di bidang logistik dan pengadaan, yang penting untuk kelancaran operasional perusahaan di industri pakan ternak dan perunggasan.
Lau Joo Kiang lahir di keluarga Lau, yang memiliki pengaruh besar di industri perunggasan. Ia memiliki hubungan erat dengan sesama direktur di PT Malindo Feedmill Tbk, seperti Lau Joo Hwa dan Lau Joo Keat, yang juga merupakan anggota keluarga. Ayah mereka, Lau Chia Nguang, menjabat sebagai Komisaris Utama di perusahaan, menunjukkan dominasi keluarga dalam kepemimpinan perusahaan. Afiliasi keluarga ini juga terkait erat dengan Leong Hup International, salah satu perusahaan perunggasan terbesar di Asia Tenggara, yang merupakan bagian dari jaringan bisnis keluarga Lau. https://bit.ly/3YGX6Dc
Lau Joo Kiang berperan aktif dalam mendukung ekspansi dan pertumbuhan perusahaan di pasar regional. Ia tidak diketahui memiliki afiliasi politik, dan fokus utamanya adalah di bidang bisnis dan industri perunggasan. Hubungannya dengan direktur dan komisaris lain terutama bersifat keluarga, di mana mereka bersama-sama mengelola PT Malindo Feedmill Tbk. Dalam konteks kepemilikan saham pengendali (PSP), keluarga Lau, melalui Leong Hup International, merupakan pemegang saham utama yang memiliki kendali signifikan atas keputusan strategis perusahaan.
✈️Dewan Komisaris
1. Komisaris Utama: Lau Chia Nguang
Lau Chia Nguang adalah seorang pengusaha asal Malaysia dan salah satu pendiri PT Malindo Feedmill Tbk. Ia menjabat sebagai Presiden Komisaris di PT Malindo Feedmill Tbk dan juga sebagai Executive Chairman di Leong Hup International Bhd, salah satu perusahaan perunggasan terbesar di Asia Tenggara. Dengan pengalaman lebih dari 45 tahun di industri peternakan, ia telah memainkan peran penting dalam memperluas bisnis keluarga Lau di sektor perunggasan dan pakan ternak.
Lau Chia Nguang lahir di Malaysia dan memulai kariernya di bisnis keluarga yang bergerak di bidang peternakan. Pada akhir 1960-an, ia memulai sebagai pedagang sayur sebelum terjun ke industri perunggasan. Bersama anggota keluarga lainnya, ia mengembangkan Leong Hup menjadi salah satu perusahaan terintegrasi terbesar di kawasan ini, yang kini beroperasi di berbagai negara.
Lau Chia Nguang merupakan saudara dari Lau Eng Guang dan ayah dari Lau Joo Hwa, Lau Joo Keat, dan Lau Joo Kiang, yang semuanya terlibat aktif dalam bisnis keluarga. Hubungan keluarga yang erat ini memperkuat kendali mereka di Leong Hup International dan PT Malindo Feedmill Tbk, dengan kepemilikan mayoritas melalui entitas keluarga. https://bit.ly/3YGX6Dc
2. Komisaris: Tan Lai Kai
Tan Lai Kai adalah warga negara Malaysia yang telah menjabat sebagai Komisaris di PT Malindo Feedmill Tbk sejak 24 Juni 2005. Ia juga merupakan anggota dari Chartered Institute of Management Accountants (CIMA) di Inggris. Karier Tan Lai Kai dimulai di Leong Hup Group, sebuah perusahaan besar di bidang peternakan, di mana ia bergabung pada akhir tahun 1990 sebagai Internal Auditor. Ia menjadi salah satu perintis investasi grup tersebut di Indonesia, termasuk mendirikan PT Leong Ayamsatu Primadona (LAP), investasi pertama Leong Hup Group di Indonesia.
Tan Lai Kai terlibat aktif dalam pengembangan bisnis Leong Hup di Indonesia dan berperan penting dalam meningkatkan produksi dan operasional perusahaan. Selain perannya di Malindo, ia juga memiliki afiliasi dengan Khayangan Sdn Bhd, sebuah entitas bisnis lain yang berbasis di Malaysia. Meski tidak ada informasi yang menyebutkan keterlibatan dalam politik, fokus utamanya adalah dalam pengelolaan dan ekspansi bisnis keluarga Lau, yang juga memiliki pengaruh besar di industri peternakan melalui Leong Hup International.
Hubungan Tan Lai Kai dengan direktur lain, seperti Lau Chia Nguang (Presiden Komisaris), menunjukkan keterkaitan erat dalam struktur kepemimpinan yang didominasi keluarga Lau, yang merupakan pemegang saham pengendali di Malindo Feedmill.
3. Komisaris Independen: Yongkie Handaya
Yongkie Handaya adalah seorang profesional Indonesia yang telah menjabat sebagai Komisaris Independen di PT Malindo Feedmill Tbk sejak 24 Juni 2005. Selain itu, ia juga menjabat sebagai Presiden Direktur di beberapa perusahaan lain, termasuk PT Buda Mitra (sejak 1995), PT Dwiniaga Pratama Sarana (sejak 1993), dan PT Bali (sejak 2002). Dengan lebih dari 25 tahun pengalaman di berbagai sektor bisnis, Yongkie memainkan peran penting dalam pengawasan dan strategi perusahaan di Malindo Feedmill. https://bit.ly/3YGX6Dc
4. Komisaris Independen: Koh Bock Swi (Raymond Koh)
Koh Bock Swi, yang juga dikenal sebagai Raymond Koh, adalah warga negara Singapura yang saat ini menjabat sebagai Komisaris Independen di PT Malindo Feedmill Tbk sejak 2014. Sebelum bergabung dengan Malindo, Koh memiliki pengalaman lebih dari 40 tahun di sektor keuangan, terutama di bidang kredit dan manajemen risiko. Kariernya mencakup berbagai posisi senior di perbankan, seperti di Bank of America dan Rabobank Nederland, di mana ia menangani restrukturisasi kredit dan manajemen korporasi.
Selain perannya di Malindo, ia juga menjabat sebagai Ketua Komite Manajemen Risiko di DGB Specialized Bank di Korea dan pernah menjadi Direktur Independen di TT International Ltd. Pengalamannya yang luas di sektor perbankan dan keuangan menjadikan Koh sebagai figur yang berpengaruh dalam mengawasi manajemen risiko dan tata kelola perusahaan di Malindo.
5. Komisaris Independen: Brian M. O’Connor
Brian M. O'Connor adalah seorang profesional investasi dengan pengalaman lebih dari 24 tahun di wilayah Asia, dan saat ini menjabat sebagai Komisaris Independen di PT Malindo Feedmill Tbk sejak tahun 2014. Lahir di New York pada 19 Juni 1968, O'Connor merupakan Founding Partner dari Falcon House Partners, sebuah perusahaan private equity yang berfokus pada investasi di Asia Tenggara, berbasis di Singapura.
Sebelumnya, O'Connor bekerja selama 18 tahun di Lehman Brothers, di mana ia terlibat dalam lebih dari 200 transaksi. Pada tahun 1995, ia ditugaskan sebagai kepala perwakilan Lehman Brothers di Indonesia, dan di bawah kepemimpinannya, cabang Indonesia menjadi salah satu yang paling menguntungkan dari 1998 hingga 2000. Di kemudian hari, ia memegang berbagai posisi kepemimpinan di Lehman Brothers Asia, termasuk sebagai Kepala Corporate Finance dan M&A untuk wilayah Asia, serta Chief Administrative Officer dan Chief Operating Officer untuk wilayah Asia Pasifik.
Ia memiliki gelar BA dalam Studi Asia dan Ekonomi dari University of California, Berkeley, dan pengalamannya dalam manajemen risiko serta ekspansi bisnis menjadikannya salah satu tokoh kunci dalam mengawasi perkembangan PT Malindo Feedmill Tbk. https://bit.ly/3YGX6Dc
Falcon House Partners adalah firma ekuitas swasta yang didirikan pada tahun 2011 dan berbasis di Singapura. Firma ini berfokus pada investasi di Asia Tenggara, dengan menargetkan perusahaan-perusahaan menengah yang sedang berkembang, terutama di sektor-sektor yang didorong oleh konsumen seperti ritel, makanan dan minuman, layanan kesehatan, serta barang konsumen. Falcon House biasanya mengambil kepemilikan minoritas dengan tujuan mendukung pertumbuhan jangka panjang perusahaan yang mereka investasikan. Salah satu pendirinya, Glenn M Yusuf, adalah tokoh penting di Indonesia dan pernah menjabat sebagai Ketua Badan Penyehatan Perbankan Nasional (IBRA).
Glenn Muhammad Surya Yusuf adalah seorang pengusaha dan eksekutif senior Indonesia yang saat ini menjabat sebagai Komisaris Independen di PT Surya Citra Media Tbk $SCMA dan Wakil Presiden Komisaris di PT Bank CIMB Niaga Tbk $BNGA. Ia juga merupakan pendiri Falcon House Partners, sebuah firma ekuitas swasta yang berfokus pada investasi di sektor konsumen dan pertumbuhan di Asia Tenggara.
Lahir di Jakarta pada tahun 1955, Glenn menyelesaikan pendidikan sarjananya di bidang Ekonomi di University of the Philippines, Manila, dan memperoleh gelar pascasarjana di bidang Manajemen Bisnis dari Asian Institute of Management, Makati, Filipina. Dalam karirnya yang panjang, ia memegang berbagai posisi penting, termasuk sebagai Ketua Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) dari tahun 1998 hingga 2000, yang bertugas memulihkan sektor perbankan Indonesia setelah krisis finansial Asia. Ia juga pernah menjadi Direktur di PT Danareksa (Persero) dan PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk. https://bit.ly/3YGX6Dc
Di Indonesia, Falcon House memiliki beberapa investasi signifikan, termasuk di Ismaya Group (sektor perhotelan dan hiburan) dan Potato Head Group, serta di sektor ritel makanan melalui investasi di The Harvest Patissier & Chocolatier. Falcon House dikenal dengan pendekatan investasi yang berfokus pada pertumbuhan jangka panjang, dengan memberikan dukungan manajerial dan strategi bisnis kepada perusahaan-perusahaan portofolio mereka.
Selain di sektor perhotelan dan ritel makanan, Falcon House juga terlibat dalam layanan kesehatan melalui investasi di Brawijaya Hospital & Clinic, menunjukkan diversifikasi yang luas di sektor-sektor yang bertumbuh cepat di Asia Tenggara.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
(caranya cek gambar terakhir)
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Dan jangan lupa kunjungi Pintarsaham di sini
https://bit.ly/3QtahWa
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://bit.ly/3YGX6Dc
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
https://bit.ly/44osZSV
https://bit.ly/47hnUgG
https://bit.ly/47eBu4b
https://bit.ly/3LsxlQJ
1/2
Mentri Kominfo dan Telkom, sepertinya gencar memblokir situs judi online.
Tapi sayangnya mereka belum melirik judi online yang sekarang gak melulu harus pakai website tapi sudah ranah menggunakan Applikasi di Android.
kemarin marak sekali di facebook iklan judi online slot yang Guwacor memakai AI dengan mentautkan wajah 2 Ustad kondang Indonesia. Dengan embel embel di iklan tsb bahwa "Judi Halal", apakah benar Indonesia sudah mulai kebijakan di luar nalar dengan mengeluarkan statement / permyataan judi sudah halal.
Dan sudah banyak iklan judi online di YouTube dengan alih-alih game gratis namun ujung ujungnya judi online juga.
Mengapa 2 instansi Mentri Kominfo dan Telkom cenderung hanya memblokir situs online saja bahkan lucunya sempat situs Investing dot com pun di block namun saat ini sudah di lepas blocknya.
Apakah mereka tidak melirik bagaimana memblokir aplikasinya saja atau trafik data yang mengarah ke aplikasi judi online.
Lalu bagaimana dengan iklan judi online yang tayang bebas berlenggak lenggok di platform YouTube dan Facebook.
Mirisnya di Facebook dan YouTube juga marak cewek -cewek Indonesia dengan semangat 45 berlenggak lenggok gambar maupun video nya membuat bocil bocil yang baru gede mulai melirik hal hal Porno dan Hentai. Mereka jadi bocil yang gede sebelum waktunya meningkatkan jumlah penjualan Kondom di Apotek dan meningkatkan pemasukan rumah sakit karena tindakan hamil di luar nikah dengan status masih sekolah.
Random Tag : $IHSG, $TLKM, $KAEF, $TGKA, $MIKA
📝 Rangkuman Berita Hari Ini
▪ $ITMG: Indo Tambangraya Megah mencatatkan laba bersih sebesar 67 juta dolar AS (+9,5% QoQ, -45,7% YoY) pada 2Q24. Hasil ini membuat laba bersih selama 1H24 mencapai 129 juta dolar AS (-58% YoY), sedikit di bawah ekspektasi karena setara 31,9% dari estimasi FY24F Stockbit dan konsensus. Hasil yang lebih rendah dari ekspektasi ini disebabkan oleh beban operasional yang lebih tinggi dari ekspektasi kami, utamanya akibat melonjaknya beban penanganan pemuatan batu bara dan biaya kelebihan biaya berlabuh (+25,4% QoQ) serta kenaikan biaya angkut (+11,8% QoQ). Beban lain-lain pada 2Q24 juga meningkat lebih dari 6x lipat menjadi 23,6 juta dolar AS, utamanya didorong oleh oleh peningkatan kerugian nilai tukar mata uang asing (+34,8% QoQ) serta kerugian swap batu bara dan bahan bakar sebesar 8,5 juta dolar AS (vs. 1Q24: laba 8,5 juta dolar AS).
▪ $SINI: Singaraja Putra melalui anak usahanya, PT Persada Kapuas Prima, menandatangani perjanjian definitif untuk penyediaan jasa pengupasan lapisan tanah penutup dan penambangan batu bara kepada anak usaha Delta Dunia Makmur (DOID), PT Bukit Makmur Mandiri Utama. SINI menyebut bahwa kontrak ini akan menghasilkan total pendapatan sebesar 3,3 miliar dolar AS dalam kurun waktu 9 tahun. Durasi kontrak berlangsung selama life of mine dan akan dimulai pada 4Q24.
▪ $CTRA: Direktur Ciputra Development, Harun Hajadi, mengatakan bahwa studi kelayakan atas proyek 10 rumah susun di IKN sudah rampung dan sedang dikaji oleh Otorita IKN. Adapun groundbreaking proyek bernilai 3,5 triliun rupiah tersebut diharapkan dapat digelar dalam waktu dekat. CTRA juga masih menunggu pembangunan Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) di IKN, mengingat proyek kawasan terpadu perseroan berada di luar KIPP.
▪ $GIAA: Garuda Indonesia mencatatkan jumlah penumpang sebanyak 6,11 juta (+12,7% QoQ, +35% YoY) pada 2Q24. Hasil ini membuat jumlah penumpang GIAA selama 1H24 mencapai 11,53 juta (+27,4% YoY). GIAA sendiri menargetkan jumlah penumpang selama 2024 dapat tumbuh +40% YoY.
▪ $TGKA: Tigaraksa Satria mengumumkan telah menjual seluruh (70%) kepemilikan saham perseroan di PT Gramedia Digital Nusantara kepada PT Digital Intisari Nusantara. Total nilai transaksi tidak diumumkan. Sebelumnya, TGKA mengakuisisi 70% saham PT Gramedia Digital Nusantara dari PT Digital Intisari Nusantara senilai 23 miliar rupiah pada Juli 2022.
🧩Berita Lainnya
▪ Bloomberg melaporkan bahwa para analis memprediksi target defisit APBN 2025 akan mendekati batas atas dari rentang yang disepakati pemerintah dan DPR di kisaran 2,29–2,82%. RUU APBN 2025 sendiri akan disampaikan oleh Presiden Joko Widodo dalam pidato pada 16 Agustus 2024. Bloomberg melaporkan bahwa investor ingin mengetahui bagaimana APBN 2025 dapat memastikan keberlanjutan kebijakan Presiden Joko Widodo sambil mengakomodasi janji kampanye Prabowo Subianto, termasuk makan siang gratis dan pertumbuhan ekonomi +8% per tahun.
▪ Kepala Ekonom Bank Dunia, Indermit Gill, mengatakan bahwa jika tidak ada inovasi kebijakan, Indonesia membutuhkan waktu 70 tahun untuk mencapai seperempat pendapatan per kapita AS. Artinya, jika tidak ada lompatan pertumbuhan ekonomi Indonesia, pendapatan per kapita tahunan Indonesia pada 2094 baru akan berada di kisaran 20.000 dolar AS. Pernyataan Gill tersebut disampaikan dalam pengantar laporan berjudul 'The Middle–Income Trap' yang rilis pada Agustus 2024. Dalam laporan tersebut, Bank Dunia menyebut bahwa negara dengan rentang PDB per kapita tahunan di kisaran 1.136–13.845 dolar AS akan menghadapi kesulitan untuk lepas dari jebakan negara berpendapatan menengah karena populasi yang menua semakin cepat, meningkatnya proteksionisme dari negara maju, dan kebutuhan dana yang makin besar untuk mempercepat transisi energi.
▪ Ekonom dari Center of Economic and Law Studies, Bhima Yudhistira, mengatakan bahwa belanja pemerintah untuk IKN sebaiknya dialihkan sebagai insentif fiskal untuk masyarakat dan pelaku usaha. Bhima juga menyebut bahwa dirinya khawatir IKN akan menjadi jebakan utang bagi Indonesia jika hasil utang pemerintah tidak mampu menciptakan penerimaan pajak dari IKN. Komentar Bhima muncul setelah pemerintah menambah alokasi anggaran pembangunan IKN pada 2024 dari 40,6 triliun rupiah menjadi 42,5 triliun rupiah. Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan, Isa Rachmatarwata, menyebut bahwa tambahan anggaran itu ditujukan untuk peningkatan kualitas pembangunan.
▪ Ketua Umum Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan, Budihardjo Iduansjah, mengatakan bahwa aturan zona larangan penjualan rokok dalam radius 200 meter dari satuan pendidikan dapat menggerus hingga -15% pendapatan ritel modern atau sekitar 21 triliun rupiah. Budihardjo pun menjelaskan bahwa pihaknya akan bertemu dengan Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, untuk membahas lebih lanjut terkait keberatan para pengusaha ritel terhadap larangan tersebut. Sebelumnya, pemerintah melarang penjualan rokok dalam radius 200 meter dari satuan pendidikan melalui Peraturan Pemerintah no.28 tahun 2024.
▪ Ketua Harian Partai Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad, mengatakan bahwa Partai Keadilan Sejahtera (PKS) akan masuk Koalisi Indonesia Maju (KIM). Sebelumnya, Presiden PKS, Ahmad Syaikhu, mengatakan pada pada Sabtu (10/8) bahwa dirinya telah menjalin komunikasi dengan presiden terpilih sekaligus Ketua Umum Gerindra, Prabowo Subianto.
▪ Perusahaan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) bernama PT ThorCon Power Indonesia telah menyerahkan proposal rencana pembangunan PLTN pertama di Indonesia kepada Dewan Energi Nasional. PLTN tersebut akan dibangun di Pulau Kelasa, Kepulauan Bangka Belitung dan direncanakan memiliki kapasitas pembangkit listrik sebesar 500 MWe. Direktur Operasi PT ThorCon Power Indonesia, Bob S. Effendi, menyebut bahwa PLTN tersebut ditargetkan beroperasi secara komersial pada 2030. Bob juga menyebut pihaknya akan menandatangani power purchase agreement dengan Perusahaan Listrik Negara pada 2025, dengan target harga jual listrik sebesar 1.000 rupiah per kWh.
▪ Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana, mengatakan bahwa skema power wheeling tetap tercantum dalam RUU Energi Baru dan Energi Terbarukan (EBET) yang ditargetkan rampung sebelum Oktober 2024. Melalui skema power wheeling, pengembang listrik swasta dapat menggunakan jaringan transmisi PLN guna mendistribusikan daya langsung ke pelanggan. Skema ini berbeda dengan mekanisme yang berlaku saat ini, di mana produsen listrik harus menjual daya yang mereka hasilkan kepada PLN sebelum didistribusikan ke pelanggan.
-------------
Stockbit Snips
Rabu, 14 Agustus 2024