Volume
Avg volume
PT Tigaraksa Satria Tbk merupakan perusahaan yang utamanya bergerak dalam distribusi produk konsumen. Produk konsumen yang didistribusikannya termasuk produk makanan, produk nutrisi bayi, produk rumah tangga, dan produk perawatan pribadi. Kegiatan bisnis lainnya termasuk distribusi produk pendidikan serta menyediakan produksi susu bubuk dan layanan pengemasan. Fasilitas produksinya berlokasi di Sleman, Indonesia. Melalui anak perusahaannya, PT Blue Gas Indonesia, Perusahaan juga bergerak dalam penyediaan layanan isi ulang tabung LPG (gas minyak bumi yang dicairkan) dan distribusi peralatan dapur, seperti kompor gas, alat masak c... Read More
$TGKA pada Q4 2024 membukukan Laba Bersih Rp 126 B atau naik 12.66% dibanding Q4 2023 sebesar Rp 112 B. Pada perdagangan saat ini, PE Ratio (TTM) perseroan berada di level 13.03x.
Pendapatan menurun -2.42% menjadi Rp 3,288 B. Gross Profit Margin di kuartal ini adalah 10.20% dibandingkan dengan 10.11% di periode yang sama tahun lalu. Laba Kotor tercatat turun -1.51% menjadi Rp 335.41 B.
Sementara itu Beban Keuangan $TGKA tercatat sebesar Rp (4 B). Total Debt pada Q4 2024 sebesar Rp 119 B dibanding Rp 66 B di Q4 2023. Dengan demikian, Debt to Equity Ratio $TGKA menjadi 0.05 dibanding 0.03 pada kuartal lalu.
Dari sisi Arus Kas, $TGKA melaporkan positive Operating Cashflow sebesar Rp 409 B. Selain itu, emiten telah menyerap Capex pada periode ini senilai Rp (6 B) sehingga Free Cash Flow tercatat Rp 403 B.
Data tersaji dalam kuartalan, bukan year to date.
Selengkapnya Data Finansial bisa diakses http://stockbit.com/symbol/TGKA/financials
$TGKA knapa kok Lotnya ga bisa dijual ya? setiap jual selalu gagal, di jual dengan harga kecilpun gagal,, ada apa ya, mohon bantuannya pemula.
A careful investor is a successful investor, Investor yang hati-hati itu biasanya yang paling cuan. Mereka nggak asal buy, tapi cek sana-sini dulu, riset, dan mikir panjang, baru beli. https://cutt.ly/IeKZxKYN
$AUTO $AMOR $PLIN $TGKA $PRDA
$EPMT "Jurnal kecil"
Bisnis
EPMT memiliki bisnis jasa distribusi/logistik yang menyerupai $TGKA $PEVE $ZBRA $SDPC ; KAEF dan Soho juga memiliki anak usaha distribusi. Usaha EPMT meliputi penyimpanan barang dalam Distribution center, kemudian menyallurkan ke gudang cabang, dari gudang cabang EPMT memiliki truk untuk mengantar barang sampai ke apotek atau rumah sakit dan klinik. Karena itu EPMT memiliki usaha sistem informasi digital dalam anak usahanya. EMOS Global Digilog merupakan sistem pemesanan barang B2B seperti tokopedia dan Mostrans digital merupakan sistem digital untuk transportasi sehingga truk terisi lebih efisien. PT Mitra Ananda Megastrindo juga baru didirikan di 2023 untuk fokus ke produk coldchain dan FMCG.
Selain distribusi obat dan barang konsumer. EPMT juga memiliki Forsta Kalmedik Global yang memproduksi alat kesehatan, baik yang sederhana seperti barang habis pakainya OMED ataupun yang lebih advance seperti alat xray, USG atau CT scan. FKG ini baru didirikan dan menurut penulis prospeknya bagus. Terutama untuk memenuhi TKDN di alat kesehatan (bukan habis pakai) yang hampir 100% import. Barang produksi Forsta Kalmedik Global ini didistribusikan oleh anak lain yaitu Enseval Medika Prima
Anak lain juga Global Chemindo Megatrading yang bergerak di bidang distribusi bahan baku obat. lagi lagi untuk TKDN, anak satu ini harus membuat JV dengan China untuk memproduksi Active Pharmaceutical Inggridients/ API. API ini adalah barang baru, API paracetamol di Indonesia sendiri sampai 2021 masih harus Impor,
Profitabilitas
Melihat business model yang sangat baik, apakah peforma EPMT sudah sebaik business modelnya? dari LK dapat dilihat bahwa EPMT ini 80% working Capital dan 20% fixed asset. dari working capital didapatkan cash conversion cycle sekitar 60hari. masih sangat baiik sesuai dengan terms utang piutang kepada principal atau ke rumah sakit. Pricing power tentu tidak dimiliki EPMT karena harga sudah ditentukan principal. Growth penjualan dan laba bersih produk EPMT selama ini kurang baik hanya disekitar CAGR 6.5%. mungkin kedepannya akan ada perbaikan saat daya beli masyarakat mulai membaik kembali.
Untuk Manajemen dan Capital Allocation.
Sebagai anak dari KLBF , otomatis GCG sudah terkenal sangat baik dibuktikan dengan DPR yang sangat baik, Reinvestment ya ng baik sehingga menghasilkan pertumbuhan laba yang baik.. Untuk ekspansi dalam 3 tahun ini EPMT telah membangun 1 distribution centre baru, menambah cold chain supply and storage, menyetor saham JV untuk produksi API dan juga alat kesehatan.
Manajemen piutang dan inventory yang cukup baik, sayangnya pada 2023-2024 ini piutang >90 hari cukup membengkak dan penyisihan pun meningkat. berdasarkan track record, manajemen cukup prudent dengan menyimpan cukup banyak cash dan juga ROIC yang cukup baik sekitar 10%.
Valuasi dengan asumsi true earnings 800bio dan Per wajar 13x. semoga bisa dapat lebih
Dividend for living: apakah mungkin?
Bagi sebagian investor, dividen menjadi andalan untuk mendapatkan return dari investasi sahamnya. Lebih lanjut lagi, harapannya dividen bisa menjadi pendapatan rutin di masa pensiun.
Namun sebelumnya kita perlu memahami beberapa hal.
Pertama, return dividen dikatakan memuaskan jika dividend yield on cost > return ORI/SRI
(sekarang sekitar 6%).
Mengapa?
Sederhananya, jika dividend yield terlalu kecil, akan lebih mudah jika kita menempatkan dana investasi di ORI atau SRI yang risikonya lebih rendah. Namun untuk ini saya masih memiliki fleksibilitas jika saat ini dividend yield on cost tidak terlalu besar namun bisa tumbuh sehingga melebihi return ORI atau SRI di masa mendatang.
Kedua, dividen bisa mengalahkan inflasi jika laju pertumbuhan dividen > laju inflasi (asumsi 5%).
Jika kita mendapatkan dividen yang besar namun tidak tumbuh, dividen yang kita dapatkan lama kelamaan akan tergerus oleh inflasi.
Note: dividend yield on cost = DPS/harga beli.
Jadi dividend yield on cost ini beda ya perhitungannya dengan dividend yield biasa. Dividend yield on cost akan membantu kita untuk membandingkan dividen dari saham dengan return ORI/SRI.
Apa maknanya jika kedua kriteria tersebut terpenuhi?
Dengan dana investasi sebesar 1 M, maka per tahun kita akan mendapatkan dividen sebesar 60 jt/thn atau 5 jt/bln dan dividen yang kita dapatkan akan tumbuh 5%/thn sehingga bisa melawan inflasi.
Note: Tentu saja kita perlu menyesuaikan berapa besarnya kebutuhan hidup kita dalam perhitungannya. Dan ini memang adalah salah satu tantangannya karena seperti yang terlihat pada contoh, dengan dividend yield 6%, dibutuhkan dana investasi sebesar 1 M. Bagi banyak orang, tidak mudah untuk memiliki dana sebesar itu.
Waduh, dana gw masih kurang banget kalau gitu 😅
Kalau belum ada dana sebesar itu, artinya seharusnya fokus kita sekarang adalah memperbesar dana investasi dahulu. Lakukan top-up rutin dengan menyisihkan sebagian penghasilan kita.
Kalau memang dividend for living mudah, semua orang akan melakukannya.
Pertanyaan selanjutnya...
Apakah secara historis ada saham yang bisa seperti itu?
Mari kita melihat beberapa contohnya.
Study case 1: $TGKA
Harga saham (akhir thn 2018) adalah 3.350.
Dividen per saham dan dividend yield on cost dari tahun ke tahun:
Tahun 2019: 239 (7,1%)
Tahun 2020: 285 (8,5%)
Tahun 2021: 360 (10,7%)
Tahun 2022: 295 (8,8%)
Tahun 2023: 355 (10,6%)
Dengan laju pertumbuhan 10,1%/tahun, pertumbuhan DPS TGKA mampu melebihi laju inflasi.
Tapi...mencari saham seperti ini tidak mudah. Belum tentu di masa mendatang bisa seperti ini juga.
Study case 2: $ARNA
Harga saham (akhir thn 2018) adalah 420.
Dividen per saham dan dividend yield on cost dari tahun ke tahun:
Tahun 2019: 16 (3,8%)
Tahun 2020: 22 (5,2%)
Tahun 2021: 30 (7,1%)
Tahun 2022: 45 (10,7%)
Tahun 2023: 55 (13,1%)
Jika dihitung laju pertumbuhan DPS ARNA adalah 36,2%/tahun sehingga mampu melebihi laju inflasi.
Yang menjadi catatan penting, walaupun dividend yield on cost pada awalnya belum melebihi return ORI, namun karena terus bertumbuh akhirnya bisa tercapai pada tahun ketiga.
Mengapa saya memberikan fleksibilitas untuk ini?
Sebagai reminder, perusahaan yang mendapatkan keuntungan memiliki beberapa opsi untuk penggunaannya:
- Melunasi utang
- Menambah modal kerja
- Membiayai ekspansi
- Buyback saham
- Membagikan dividen
Opsi yang dipilih tentu saja akan melalui pertimbangan yang matang dari pihak manajemen berdasarkan tingkat urgensi dan benefit yang bisa didapatkan oleh perusahaan. Oleh karena itu, umumnya tidak semua laba bersih akan dibagikan sebagai dividen sehingga walaupun perusahaan sehat, dividend yield bisa saja tidak terlalu besar.
Yang lebih penting bagi saya adalah konsistensi pembagian dividen serta potensi pertumbuhannya di masa mendatang sehingga walaupun dividend yield on cost awalnya kecil, akan bisa menjadi besar seiring dengan waktu.
Tanpa itu, akan sulit kita mengandalkan suatu saham untuk mempraktikkan dividend for living.
Tentu saja saya selalu menyadari bahwa ada kalanya perusahaan menurunkan dividennya atau malahan tidak membayar dividen pada tahun-tahun tertentu. Hal tersebut akan menjadi masalah jika kita hanya mengandalkan satu saham untuk dividend for living. Bagi saya solusinya jelas. Saya perlu membeli beberapa saham sehingga jika ada satu saham yang seperti itu tidak berdampak terlalu besar pada portfolio secara keseluruhan.
Yang perlu diingat, jika seiring waktu saham yang kita miliki sudah tidak memenuhi kriteria, ada baiknya kita mempertimbangkan untuk menggantinya dengan saham lain yang lebih prospektif.
Jadi jangan dikira setelah membeli saham itu bisa ditinggal begitu saja ya. Selalu lakukan review berkala dan jangan pernah berhenti mencari saham-saham baru yang potensial.
Lakukan hal tersebut secara kontinyu dan semoga portfolio kita semakin lama menjadi semakin baik.
Yuk jangan lupa ngopi dulu 😊☕
Disclaimer: Tulisan ini untuk sharing dan edukasi aja ya, bukan ajakan untuk membeli atau menjual saham. Do your own research.