Volume
Avg volume
PT. Triputra Agro Persada (TAPG) merupakan perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan sawit dan karet. Bersama dengan anak-anak perusahaan yang terletak di berbagai kota di Sumatera dan Kalimantan, kami berkomitmen untuk selalu menghasilkan produk minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil) dan inti kelapa sawit (Palm Kernel) yang berkualitas tinggi untuk memenuhi kebutuhan pasar di dalam negeri maupun di luar negeri. TAPG percaya dapat berkontribusi positif bagi perekonomian dunia dan lingkungan sosial. Hal ini sesuai dengan visi kami yaitu βMembangun Perkebunan Terbaik bagi Dunia' dan misi 'Mengembangkan Perkebunan Ramah Lingkunga... Read More
Gimana tanggapan para master terhadap ini? Benar-benar harus nunggukah untuk masuk $TAPG ? Perkiraan naik atau turun setelah segitiga-nya habis?
$TAPG ayo main ke 970 terus ke 960 nanti lanjut ke 910 kalo bisa ke 890 soalnya banyak yg mau gabungπ
$DSNG - Antara Sawit, Kayu, dan ESG
PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) dikenal sebagai salah satu pemain efisien di industri sawit, DSNG bukan cuma bergantung pada CPO. Mereka pelan-pelan membentuk dirinya jd entitas yg lebih terdiversifikasi, bahkan menyentuh wilayah energi bersih dan ekspor kayu premium. Tapi seperti semua story korporasi, hal-hal di atas tetap perlu dibaca dgn mata jernih dan ekspektasi realistis.
Kalau ditarik mundur, DSNG sudah lama eksis di industri. Mereka memulai dari sektor kayu, lalu masuk ke sawit dan melantai di BEI sejak 2013. Sampai akhir 2024, DSNG tercatat punya lebih dr 112 ribu ha area tertanam, dgn sekitar 94% di antaranya sudah menghasilkan. Usia pohon rata-rata masih 11,7 tahun, artinya mayoritas kebun sedang dlm masa produksi optimal. Ini jd salah satu alasan kenapa banyak analis menilai DSNG masih punya ruang bertumbuh dari sisi volume, apalagi kalau dikelola dgn efisiensi seperti sekarang.
Fasilitas olahannya juga mendukung arah itu. DSNG punya 10 PKS dgn teknologi OER tinggi, satu kernel crushing plant, tangki penyimpanan besar, dan fasilitas energi limbah yg terus dikembangkan. OER mereka stabil di kisaran 24%, salah satu tertinggi di industri, dgn FFA rendah. Ini jadi fondasi penting karena dr sinilah margin ditentukan. Biaya produksi per ton CPO mereka hanya sekitar US$301, jauh di bawah rata-rata industri yg sering tembus US$500 lebih.
Struktur pendapatan DSNG saat ini masih sangat didominasi sawit, sekitar 84%. Sisanya datang dari segmen kayu (13%) dan energi (3%). Angka ini memang menunjukkan arah diversifikasi, tapi juga jadi pengingat bahwa transformasi belum benar-benar berdampak besar ke bawah.
Segmen kayu misalnya, sudah memiliki jaringan ekspor kuat, termasuk ke Jepang dan Eropa. Produk mereka juga sudah mengantongi sertifikasi penting seperti FSC, JAS, dan SVLK. Tapi kontribusi ke laba masih kecil dan sangat bergantung pada pemulihan sektor properti global, yg sejauh ini masih penuh ketidakpastian.
Segmen energi bisa jadi kejutan jangka panjang. DSNG mengembangkan Bio-CNG dari limbah cair sawit, menggantikan solar utk truk dan operasional internal. Mereka juga ekspor wood pellet ke Jepang. Selain membantu efisiensi biaya, proyek ini punya nilai ESG yg besar, karena membantu menurunkan emisi dan memonetisasi limbah.
Tapi skala kontribusinya saat ini masih kecil, dan butuh waktu serta perluasan pasar agar bisa diandalkan sebagai engine kedua. Tantangannya bukan cuma teknis, tapi juga soal seberapa besar komitmen pembeli dalam jangka panjang.
Dalam lanskap industri sawit, DSNG memang bukan yg terbesar. Tapi mereka unggul dalam hal efisiensi dan struktur biaya. Yield per hektare tinggi, dan lokasi kebun terklaster memberi keunggulan logistik. Itu sebabnya mereka bisa tetap mencetak margin sehat meski harga CPO tak sefantastis 2022. Tapi tentu, kita tetap perlu mencermati bagaimana strategi mereka beradaptasi kalau harga turun lebih dalam atau kalau kebijakan ekspor berubah mendadak.
Satu nilai lebih dr DSNG adalah pendekatan ESG yg relatif serius. Hampir semua kebun sudah bersertifikasi ISPO dan RSPO. Mereka jg masuk indeks ESG lokal dan global. Hal ini membuat DSNG lebih dipercaya pasar ekspor dan institusi keuangan internasional. Tapi tetap harus diakui, ESG bukan jaminan margin, dan hanya memberi nilai kalau berhasil diterjemahkan ke harga jual yg lebih tinggi atau pembiayaan yg lebih murah.
Melihat ke depan, posisi DSNG menarik utk dipantau. Mereka punya fondasi sawit yg efisien, segmen kayu yg sudah terhubung ke pasar ekspor, dan proyek energi limbah yg punya arah strategis kuat. Tapi semuanya masih dalam tahap bertumbuh, belum stabil.
Lantas bagaimana kinerja keuangannya secara lebih mendalam? Kalau dilihat sepintas, DSNG tampil rapi. Dari 2019 sampai 2024, pendapatan naik nyaris 2x lipat, dari Rp 5,7 triliun ke lebih dari Rp 10 triliun. Laba bersih naik jauh lebih kencang, dari cuma Rp 178 miliar di 2019 jadi Rp 1,14 triliun di 2024. Rasanya seperti melihat anak kos yg tiba-tiba punya apartemen, tapi kita masih perlu tahu dulu: itu hasil nabung atau hasil bon?
Ternyata bukan bon. Data arus kas menunjukkan bahwa performa itu bukan sekadar angka akuntansi. Kas operasional (CFO) terus naik dari Rp 1,1 triliun (2020) jadi Rp 2,2 triliun (2024). Bahkan, nilai kas yg masuk lebih besar dari laba bersih, terutama dalam tiga tahun terakhir. Ini bukan hal sepele. Karena saat banyak emiten βsukses secara laporanβ, tapi kas kering kerontang, DSNG justru menghasilkan lebih banyak uang nyata dari yg mereka laporkan sebagai laba. Mungkin mereka bukan tipe yg suka pamer, tapi punya duit di laci.
Efisiensi ini juga tampak di margin. EBITDA terus naik dari Rp 1,3 triliun (2019) jadi Rp 3,1 triliun (2024). Margin EBITDA naik dari 23% ke 31%. Ini artinya struktur biaya makin ramping atau mereka bisa jual produk dgn harga lebih baik. Keduanya tetap butuh kemampuan operasional yg tdk bisa disamaratakan dgn kompetitor. Di saat beberapa emiten sekelas perlu akrobat utk pertahankan margin di atas 20%, DSNG melenggang di atas 30% sambil pura-pura kalem.
Tapi seefisien apapun sebuah emiten, dia tetap harus diuji dari sisi bagaimana laba bersihnya βmelayaniβ kebutuhan modal kerja. Dan di sinilah kita pakai pendekatan yg disebut kinerja efisiensi laba. Intinya: kalau laba naik tapi modal kerja makin seret, maka kita perlu curiga. Contoh perhitungan ada pd post: https://stockbit.com/post/18963089.
Nah, hasilnya? DSNG belum sempurna, tapi lumayan bagus. Perhatikan gambar tabel terlampir, dari 6 tahun terakhir, dua tahun mencatat surplus (2022 dan 2024), tiga tahun lainnya defisit, dan satu stagnan. Yang menarik, di 2022 laba naik tajam tapi kebutuhan modal kerja justru turun, artinya mereka berhasil hasilkan kas sambil tetap ringan di operasional. Di 2024 pun hasilnya positif meski tak sebesar dua tahun sebelumnya. Tapi ya, tetap lebih baik dari perusahaan yg βuntung besar, ngutang lebih besarβ.
Saat kita masuk Q1-2025, situasi agak bercampur. Laba bersih naik 36% dibanding Q1 tahun lalu. Tapi kebutuhan modal kerja juga naik sedikit lebih tinggi. Alhasil, selisihnya negatif tipis. Ini belum jadi alarm, tapi cukup utk dicatat. Karena tren seperti ini, kalau terus berulang, bisa menyerap kas lebih cepat dari kemampuan laba utk menutupi. Bisa saja efek musiman atau akumulasi persediaan. Tapi seperti biasa, kita harus pisahkan mana angin segar dan mana angin ribut.
Dari sisi struktur modal, DSNG menunjukkan perbaikan nyata. Net debt to equity turun drastis dari 1,6x di 2019 jadi hanya 0,6x di 2022 dan stabil sejak itu. Bahkan di Q1-2025, utang berbunga turun jadi Rp 5,4 triliun. Jadi kalau ada yg tanya: βapa DSNG ini perusahaan agresif?β Jawabannya: nggak juga. Mereka lebih mirip orang tua bijak yg selalu bilang βhemat itu pentingβ, sambil diam-diam nabung buat beli kebun dan bangun pabrik.
Tapi tentu, gak semua bisa dibingkai manis. Tantangan tetap ada. Capex makin besar, dari Rp 1,3 triliun di 2022 jadi Rp 1,9 triliun di 2024. Dan sebagian besar dana itu masih dipakai utk proyek sawit, Bio-CNG, serta ekspansi pabrik. Sementara kontribusi segmen energi dan kayu ke laba masih kecil. Artinya: DSNG tetap harus membuktikan bahwa uang yg mereka tanam hari ini benar-benar bisa dipanen besok. Karena kalau tidak, mereka hanya akan jadi contoh bagus dari efisiensi jangka pendek, bukan sustainability jangka panjang.
Jadi, apakah DSNG layak disebut emiten sehat secara kas? Jawabannya, ya. Mereka salah satu dari sedikit pemain sawit yg gak cuma βhebat di panenβ, tapi juga βkuat di kantongβ. Tapi apakah mereka sudah tahan krisis? Belum tentu. Karena tulang punggung masih 80% dari sawit. Selama harga CPO oke dan operasional gak terganggu, mereka bisa tersenyum. Tapi begitu ada kombinasi antara cuaca buruk, regulasi dadakan, dan tekanan margin, kita akan lihat siapa yg benar-benar tahan banting.
Yang jelas, sejauh ini DSNG berjalan di jalur yg benar. Mereka bukan yg paling flamboyan, tapi mereka tahu ke mana arah harus ditempuh. Laba mereka bukan sekadar angka, tapi kas. Dan kas, seperti kita tahu, gak bisa bohong.
Di atas kertas, DSNG bisa jd salah satu emiten komoditas paling relevan di era ESG, transisi energi, serta kebutuhan akan safe reality (maksud safe reality: https://stockbit.com/post/19040155). Ketika dunia mencari perusahaan dgn emisi rendah tapi tetap menghasilkan cash nyata, model seperti DSNG-lah yg bisa jd teladan. Hulu kuat, hilir fleksibel, ESG jalan, dan diversifikasi terarah.
Disclaimer: Tetap DYOR πΉ
Alasan menulis: https://stockbit.com/post/19040669
$LSIP $TAPG
1/2
Ada yang pernah mindahin saham dari teko biru ke Sb ngga ya ? Berapa lama prosesnya ? Sharing dong suhu ππΎ
$AADI $TAPG $ASII
Ditengah berisiknya market kita perlu yang namanya conviction agar tak mudah terombang-ambing, dan conviction saya sebagai investor iteL yg rutin menyisihkan income bisnis dari kemarin tahun adalah hold & dca sawit ~5 tahun kedepan..
#DYOR
$LSIP $TAPG $DSNG #SIMP #CPO
.
Sedikit tips mempermudah membaca perilaku market,
Ini pertanyaan yg cukup sering ditanyakan lewat dm sebenernya, yg dijwb seadanya saja, sy males serius2 di dm, takut jatuh cinta π
kok bisa sering dapet harga bottom?
kok ga beli, kan udh murah?
kok berani beli harga pucuk?
kok berani beli saham arb?
kok ga CL udh minus tebel?
kok belinya sektor ini, kan yg lagi hype yg itu?
kaya gtu2.
tips pertama, adalah daya ingat, dilatih lah.
cara melatihnya dengan cara sering2lah mengubah kebiasaan sehari2. bukankah marketmover sering mengubah2 kebiasaannya? π
ini kedengarannya gampang tapi susahnya bukan main π
tips kedua, nanti pas weekend kalo kuota internet masih ada sisa tapi ya π€£
*tidak untuk dikomen*
tolong dihormati lapak orang π€
$IHSG $MBMA $TAPG
Transaksi Afiliasi $BWPT
Request salah satu user Stockbit member di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
Transaksi afiliasi BWPT yang terjadi di ujung semester satu 2025 ini kelihatannya sih sederhana, kayak jual-beli saham antar anak sendiri. Tapi begitu dibongkar, ceritanya mulai kelihatan lebih kompleks dan agak bau-bau akrobat korporat. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Jadi begini ceritanya. Pada 30 Juni 2025, PT Pesonalintas Surasejati (PLS), anak usaha BWPT, menjual 120.000 lembar saham PT Tandan Sawita Papua (TSP) ke saudaranya sendiri, PT Jaya Mandiri Sukses (JMS), yang juga anak BWPT. Harganya pas, yaitu Rp120 miliar. Angka ini adalah bagian dari total rencana transaksi dua tahap senilai Rp200 miliar untuk 14,43% saham TSP. Tahap satu ini pas banget terjadi di akhir Juni, pas nutup laporan tengah tahun.
Kalau ngelihat struktur grup BWPT, TSP ini dimiliki bareng-bareng sama lima pihak, yaitu STP, PLS, JMS, BWPT langsung, dan PT Rajawali Corpora. PLS sendiri punya 400.000 saham atau sekitar 28,86%, dan JMS awalnya punya 210.120 saham (15,16%). Setelah transaksi ini, JMS bakal punya lebih banyak saham TSP. Tapi perlu dicatat, semua pihak ini dikendalikan oleh BWPT. Jadi ini transaksi keluarga. Kalau pakai istilah akuntansi, ini transaksi antar entitas sepupu satu rumah yang sama-sama numpang hidup di induk perusahaan yang sama. Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx
Karena semuanya masih satu rumah, secara aturan PSAK 65 dan IFRS 10, transaksi kayak gini harus dieliminasi saat laporan keuangan digabung (konsolidasi). Jadi meskipun secara individual PLS bisa saja mencatat ada kas masuk Rp120 miliar dan JMS mencatat kas keluar, tapi pas digabung di laporan keuangan BWPT, angkanya hilang begitu saja, saling hapus. Kas total grup tidak bertambah, laba juga tidak nambah. Jadi dari sudut pandang investor yang ngelihat laporan BWPT, ini transaksi yang secara ekonomi enggak ngasih efek apa-apa. Beneran cuma mindahin duit dari kantong kiri ke kantong kanan.
Terus, apakah PLS untung dari penjualan ini? Jawabannya enggak juga. Nilai saham yang dijual 120.000 lembar dikali Rp1 juta sama dengan Rp120 miliar. Dan nilai buku saham TSP di PLS ya memang segitu juga. Jadi nggak ada keuntungan, nggak ada kerugian, cuma pindah tangan. Kalau kita mau periksa lebih detail, ekuitas TSP totalnya Rp1.386,111 miliar. Jadi per lembarnya emang sekitar Rp1 juta. PLS punya 400.000 lembar, nilainya Rp400 miliar. Yang dijual cuma 30% dari kepemilikan itu, ya wajar nilainya Rp120 miliar. Artinya, transaksi ini persis di nilai buku. Nggak ada diskon, nggak ada premi. Semua flat. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Tapi justru karena terlalu flat dan terjadi persis di tanggal 30 Juni, kita jadi patut curiga. Jangan-jangan ini ada motif lain. Misalnya aja PLS lagi butuh laporan keuangan yang kelihatan lebih sehat buat ditunjukin ke bank, pemegang saham, atau siapa pun yang bakal nanya kas kamu mana. Dengan transaksi ini, tiba-tiba PLS punya tambahan kas Rp120 miliar. Angka ini bisa bikin rasio lancar mereka lebih kinclong, bikin leverage turun, atau sekadar nampilin cash flow yang positif. Tapi ingat, semua itu cuma ilusi karena dananya datang dari saudara sendiri. Begitu masuk ke konsolidasi BWPT, uang itu nggak dianggap masuk.
Hal yang bikin situasi makin menarik adalah orang-orang di balik layar yang ternyata itu-itu juga. Nama Haji Arfan Sani misalnya, muncul di mana-mana. Dia Direktur Utama di PLS, JMS, dan TSP. Ada juga Erick Halomoan Ambarita, yang jadi Direktur di tiga-tiganya. Bahkan Komisaris Utama di semua entitas juga orang yang sama, yaitu Manuel Markus Gandey. Jadi dari segi struktur organisasi, ini keluarga besar yang dikendalikan oleh tangan-tangan yang sama. Ini bukan masalah hukum, tapi dari sisi tata kelola, jelas ini rawan banget sama keputusan yang tidak independen. Siapa yang akan mempertanyakan nilai transaksi atau dampaknya kalau semua pengambil keputusan duduk di ruang rapat yang sama?
Dari sisi appraisal, KJPP Tobing Panuturi bilang nilai transaksi ini masih wajar karena hanya 3,92% di atas nilai pasar, masih dalam batas Β±7,5% yang diperbolehkan POJK. Tapi appraisal-nya sendiri juga menyebut mereka tidak melakukan verifikasi independen terhadap proyeksi keuangan dari manajemen. Mereka hanya percaya apa yang dikasih. Dan di sinilah masalah bisa muncul. Karena bisa aja proyeksi itu terlalu optimistis, dibikin supaya nilai transaksi terkesan wajar padahal enggak. Selain itu, goodwill TSP tercatat sebesar Rp960 miliar, hampir 1/3 dari total aset tidak lancar. Tapi nggak ada pembahasan tentang apakah goodwill itu masih valid, apakah sudah diuji impairment-nya, atau cuma angka tempelan biar ekuitas terlihat tinggi. Padahal menurut PSAK 48, goodwill harus diuji nilainya setiap tahun. Kalau ternyata nilai real TSP lebih rendah dari yang tercatat, maka transaksi Rp120 miliar ini bisa jadi terlalu mahal buat JMS.
Lalu ada juga aset biologis TSP senilai Rp287,7 miliar. Ini kebun sawit. Nilainya sangat tergantung harga CPO. Tapi tidak dijelaskan apakah aset ini dinilai dengan fair value atau historical cost. Kalau ternyata belum pernah direvaluasi selama bertahun-tahun, bisa jadi nilai bukunya terlalu rendah, dan berarti PLS bisa saja menjual saham TSP terlalu murah. Masalahnya, ini nggak dibahas sama sekali oleh appraisal. Bahkan metode penilaian aset biologis yang seharusnya ngikutin PSAK 69 juga nggak dijelasin. Jadi bisa dibilang appraisal ini cuma ngelihat kulit luar tanpa tahu apakah di dalamnya ada penyakit kronis atau enggak. Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx
Jadi secara administrasi formal, transaksi ini sah, rapi, dan lolos formalitas. Tapi kalau dilihat pakai kacamata forensic accounting, banyak celah yang bisa jadi tempat main. Terutama dari sisi waktu transaksi, struktur pengurus yang itu-itu juga, appraisal yang pasrah sama proyeksi manajemen, serta potensi nilai tersembunyi dari goodwill dan kebun sawit yang nggak tersentuh. Kalau kita investor yang pengin paham risiko sesungguhnya di balik laporan yang kinclong, kita wajib skeptis sama transaksi kayak gini. Karena seringkali, yang kelihatan mulus itu justru yang paling rawan ditutupin. Dan seperti biasa di dunia keuangan, uang itu bisa pindah tangan tanpa terlihat, asal yang mindahin punya jabatan cukup banyak di perusahaan.
Kalau soal harga saham, biar bandar yang menentukan.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$TAPG $SIMP
1/8
$BSSR
Orang sering bilang kalo emiten batubara itu siklikal, beresiko.?π€π
Dia ngak tahu, kalo hampir semua emiten di IHSG itu siklikal, dan siklusnya tuh ikut siklus batubara.π€π
π€£ Emiten yg di sebut non siklikal pun realitanya ikut siklus batubara.π€π€π
Coba liat itu tahun2 harga batubara lagi turun 2009, 2015-16, 2020 dan saat ini 2025.π
π€
Sebagian besar emiten pun tertarik turun ikut batubara.
Apakah ini kebetulan belaka?? Ini bukan kebetulan, memang batubara porsi kue ekonominya besar di Indo, dan perlu di ketahui kalo batubara adalah energy pendorong ekonomi dunia.
Jadi ketika batubara ambruk, maka hampir bisa dipastikan ekonomi dunia juga sedang ambruk, maka hampir semua emiten lain juga akan ikut ambruk.
Sedangkan emiten Komo lain yg di luar batubara, seperti cpo, logam dll, juga punya siklus tersendiri.π€π
Jadi mereka yg suka bilang saham batubara siklikal dan beresiko, udah paham dong??π€π€π
π€£
$AADI $TAPG
$TAPG kenapa aku invest di TAPG bukan trading, karena aku percaya ama direksinya, bahkan pede buat beli sahamnya sendiri dan juga gpelit deviden gedhe. banyak orang" rampok sana yg mau modal investor doang tapi gak pede jalanin perusahaan, laba juga gak gerak positif.